Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HEMATOLOGI

“Penetapan Nilai Hematokrit (Hct)


(Packed Cell Volume)”

OLEH:

Nama : Putu Gangga Vergian Arriswaputra


NIM : P07134018041
Kelas : II A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2019
A. TUJUAN
1. Tujuan Penetapan Nilai Hematokrit
a. Tujuan Umum
1) Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
2) Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.
2) Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml
darah probandus.
3) Mahasiswa dapat mengintepretasikan hasil penetapan nilai
hematocrit (Hct) darah probandus.
B. METODE
1. Makrometode
2. Mikrometode
C. PRINSIP
Apabila darah disentrifuge dengan microhematocrit centrifuge,
sel-sel yang lebih berat (Eritrosit) akan turun kedasar tabung (mampat),
sedangkan sel-sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada
diatas sel-sel yang berat tadi. Kemudian Eritrosit yang sudah mampat
dibaca pada chart.
D. DASAR TEORI
Hematokrit menunjukan presentase sel darah merah terhadap
volume darah total. Hematokrit merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sedimentasi sel darah merah. Peningkatan nilai
hematokrit berarti jumlah sel darah merah meningkat per satuan volume
darah total, sehingga peningkatan nilai hematokrit akan meningkatkan
agregasi eritrosit. Sebaliknya, peningkatan hematokrit akan menurunkan
kecepatan sedimentasi (pengendapan) darah karena peningkatan
viskositas (kekentalan) darah.(Sarihati, 2019)
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan
darah khusus yang sering dikerjakan di laboratorium berguna untuk
membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah
Dengue (DBD), anemia, polisitemia. Nilai hematokrit ialah volume
semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume
darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro
dan mikro. Cara makro digunakan tabung Wintrobe, sedangkan pada
cara mikro digunakan tabung kapiler. (Purwaningsih & Supriyanto,
2017)
Penetapan hematokrit dengan cara Wintrobe menggunakan darah
vena dengan antikoagulan yang disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm
selama 30 menit. Metode ini tidak terlalu sering digunakan di
laboratorium klinik karena penentuannya memerlukan waktu yang lama
dan darah yang digunakan cukup banyak. (Purwaningsih & Supriyanto,
2017)
Penetapan hematokrit dengan cara mikro menggunakan tabung
mikrokapiler. Metode ini paling sering digunakan karena hasil
penentuannya tidak memerlukan waktu yang lama dan darah yang
digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan metode makro.
(Purwaningsih & Supriyanto, 2017)
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung hematokrit Wintrobe
b. Heparinized microhematocrit tube atau tabung mikrokapiler
c. Centrifuge mikrohematokrit
d. Seal (Malam)
2. Bahan
a. Darah Kapiler, Darah Vena (antikoagulan EDTA)
b. Readcrit/Chart/Hematokrit Reader (Pembaca Hematokrit)
F. CARA KERJA
1. Makrometode menurut Wintrobe
a. Darah dicampur dengan seksama sehingga homogen.
b. Dengan menggunakan pipet Pasteur atau pipet Wintrobe darah
dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga mencapai garis tanda
100, mulai dari dasar tabung dan hindari terjadinya gelembung udara
didalam tabung.
c. Tabung yang telah berisi darah dipusing selama 30 menit pada
kecepatan 2.000-2.300 g. Untuk mengkonversikan kecepatan
pemusingan dari satuan g ke satuan RPM.
d. Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperhatikan:
1) Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
2) Tebalnya lapisan putih di atas eritrosit yang tersusun dari leukosit
dan trombosit. Lapisan ini disebut sebagai buffy coat dan
dinyatakan dalam mm.
3) Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks icterus.
Warna kuning tersebut dibandingkan dengan warna larutan kalium
bikromat yang intensitas warnanya dinyatakan dalam satuan (S).
Satu satuan dengan warna larutan 1 g kalium bikromat dalam
10.000 ml air.
e. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, pusinglah tabung tersebut 30 menit
lagi.
2. Mikrometode
a. Tabung microhematocrit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3
bagian.
b. Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
c. Tempatkan tabung mikrohematokrit tadi pada centrifuge
mikrohematokrit,
(Perhatikan: ujung pipet kapiler yang diseal menghadap ke luar).
d. Pusingkan dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
e. Pusingkan selama 3-5 menit.
f. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan chart.
g. Bila nilai hematokrit melebihi 50%. Pemusingan ditambah 5 menit lagi.
G. NILAI NORMAL HEMATOKRIT
Adapun nilai normal hematokrit adalah sebagai berikut :
Untuk usia dewasa
- Pria : 40 – 50 %
- Wanita : 38 – 47 %
H. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Penetapan Nilai Hematokrit Metode Makro
Nama : Putu Krisna Dinata
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warna Plasma : Kuning Jernih (- ikterus)
Tinggi Buffy Coat : 1 mm
Nilai Hematokrit : 50 %
2. Hasil Penetapan Nilai Hematokrit Metode Mikro
Nama : Putu Krisna Dinata
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nilai Hematokrit : 47 %
I. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini didapat hasil sebagai berikut:
1. Metode Makro : 50 %
2. Metode Mikro : 47 %
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada praktikum penetapan
nilai hematokrit metode makro dan mikro didapat hasil normal, tetapi besar
nilainya berbeda.
Selain itu, pada metode makro didapat hasil lainnya seperti: Warna
Plasma yaitu kuning jernih dan Tinggi Buffy Coat sebesar 1 mm. Hasil ini
merupakan penunjang diagnostik. Jika, tinggi Buffy Coat di atas normal
maka bisa didiagnosa pasien tersebut mengidap leukositosis dan apabila
menebal lebih tinggi bercampur sel kelabu agak merah maka curiga sel muda
leukemia. Sedangkan pada warna plasma, apabila warna plasma kuning
keruh atau kuning pekat merupakan indikasi penyakit ikterus. (Sarihati, 2019)
Perbedaan Nilai Hematokrit pada Metode Makro dan Mikro
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Kecepatan Centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya
pengendapan eritrosit dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah
kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit.
Pengaruh kecepatan centrifuge, dapat kita lihat pada hasil pemeriksaan
hematokrit dengan menggunakan kecepatan centrifuge 16.000 rpm dan
selama 2-3 menit yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna.
2. Waktu Centritugasi
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya centrifugasi juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Makin lama
centrifugasi dilakukan maka hasil yang diperoleh semakin maksimal.
Selain itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
Hematokrit adalah:
1. Ukuran Eritrosit
Ketika dalam proses pengukuran hematokrit dan pengujiannya,
faktor yang paling penting di sini salah satunya adalah ukuran sel darah
merah. Eritrosit adalah sel darah merah, jadi bisa diartikan bahwa faktor
terpenting di sini adalah ukuran sel darah merah. Ini karena viskositas
darah dapat dipengaruhi oleh ukuran eritrosit. Nilai atau kadar
hematokrit dapat lebih tinggi ketika viskositasnya juga tinggi.
2. Jumlah Eritrosit
Saat terjadi polisitemia alias jumlah eritrosit sedang banyak,
otomatis peningkatan pada nilai hematokrit pun terjadi. Saat pada
kondisi anemi atau eritrosit sedikit, penurunan nilai pun terjadi pada
hematokrit.
3. Perbandingan antara Antikoagulan dan Darah
Faktor berikutnya yang juga penting adalah perbandingan antara
darah dan juga antikoagulan. Penting untuk diketahui bahwa saat
antikoagulan berlebihan, maka hal ini akan menyebabkan eritrosit
mengerut. Jika demikian, otomatis yang terjadi adalah kadar atau nilai
dari hematokrit mengalami penurunan.
4. Bentuk Eritrosit
Poikilositosis sangat berpotensi untuk terjadi di mana ini adalah
istilah untuk menjelaskan adanya kelainan bentuk pada eritrosit. Ketika
terjadi hal seperti ini, otomatis akan mengakibatkan terjadinya plasma
yang terperangkap atau dinamakan juga dengan istilah trapped plasma
sehingga peningkatan akan nilai hematokrit dapat mengalami
peningkatan.
5. Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan pun juga rupanya menjadi faktor yang bisa
berpotensi mendukung atau justru malah menjadi sumber dari kesalahan
penetapan akan nilai hematokrit. Tempat yang dianggap benar di sini
adalah dengan suhu 4 derajat Celsius dan bahkan lebih dari 6 jam pun
tidak dianjurkan untuk melakukan penyimpanan tersebut.
J. SIMPULAN
Hematokrit menunjukan presentase sel darah merah terhadap
volume darah total. Hematokrit merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sedimentasi sel darah merah. Peningkatan nilai
hematokrit berarti jumlah sel darah merah meningkat per satuan volume
darah total, sehingga peningkatan nilai hematokrit akan meningkatkan
agregasi eritrosit. Sebaliknya, peningkatan hematokrit akan menurunkan
kecepatan sedimentasi (pengendapan) darah karena peningkatan
viskositas (kekentalan) darah.
Hasil yang didapat pada praktikum kali ini yaitu: Metode Makro
(50%) dan Metode Mikro (47%) kedua hasil tersebut dalam kadar
hematokrit normal.
Perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti:
kecepatan centrifuge, waktu centritugasi, ukuran eritrosit, jumlah
eritrosit, perbandingan antara antikoagulan dan darah, bentuk eritrosit,
serta tempat penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, I., & Supriyanto. (2017). Jurnal Laboratorium. Jurnal
Laboratorium Khatulistiwa, 1(1), 89–83.
Sarihati, D. dkk. (2019). Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar: Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis.

Anda mungkin juga menyukai