PENDAHULUAN
1
Salah satu bentuk penelitian yang dikenal dalam meneliti fenomena-fenomena non
sosial adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini biasanya dilakukan di laboratorium.
Sifatnya yang membutuhkan indikasi yang jelas, konkrit dan bisa dihitung
menyebabkannya hanya bisa diterapkan pada masalah-masalah yang bisa dihitung secara
matematis. Untuk itu, penulis akan membahas salah satu jenis penelitian eksperimen yaitu
quasi eksperimen
1.3 Tujuan
Mengetahui rancangan penelitian ( percobaan, quasy eksperimental dan penelitian klinik )
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental (Jalaludin
Rahmat:1984) :
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain
dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke
dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari
variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang
dilakukannya.
c. Langkah – langkah Penelitan
Dalam melakukan eksperimen agar dapat diperoleh hasil yang optimal(
Muhammad Ali:198:131) maka harus menempuh langkah – langkah sebagai berikut:
1. meneliti literature yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen ( mengumpulkan data)
6. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode statistika.
4
2.2 Rancangan penelitian quasy eksperimental
a. Pengertian quasy eksperimental
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara
khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis
penelitian yang paling diinginkan oleh seorang peneliti. Yang dimaksud dengan
percobaan ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran
penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi
dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Karena itu kelompok kedua ini disebut sebagai kelompok pengendali, kelompok
kontrol atau kelompok pembangding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada
kelompok perlakuan itu
Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan,
pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak
untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian lapangan biasanya
menggunakan rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak
mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi pada dasarnya sama dengan
penelitian eksperimen murni. Penelitian eksperimen murni dalam bidang pendidikan,
subjek, atau partisipan penelitian dipilih secara random dimana setiap subjek
memperoleh peluang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Peneliti memanipulasi
subjek sesuai dengan rancangannya. Berbeda dengan penelitian kuasi, peneliti tidak
mempunyai keleluasaan untuk memanipulasi subjek, artinya random kelompok
biasanya diapakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan
control.
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental
design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari
pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada
5
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak.
Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Experimental.
6
Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam
keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true eksperimen tidak dapat dipenuhi secara
utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan
sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam
implementasinya (Azam, Sumarno & Rahmat, 2006)
Selain memiliki kelemahan quasi eksperimen juga memiliki keuntungan.
Adapun keuntungannya yaitu pada penelitian ekperimen semu ini tidak mempunyai
batasan yang ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol
ancama-ancaman validitas.
8
Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru,
kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan
penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada
percobaan klinik yang terkontrol.
Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja
yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian
epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat ini
‘’ clinical trial’’ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/
kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan
untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang lain,
misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan, dan
sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian
pelayanan kesehatan ( health care trial)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Cochran (1957) mengartikan eksperimen sebagai sebuah atau
sekumpulan percobaan yang dilakukan melalui perubahan-perubahan terencana
terhadap variabel input suatu proses atau sistem sehingga dapat ditelusuri penyebab
dan faktor-faktor sehingga membawa perubahan pada output sebagai respon dari
eksperimen yang telah dilakukan.
Sedangkan Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki
perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan
penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan
perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian
lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen).
Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada
saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Dan Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan perkembangan ilmu
kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah berkembang melalui dua cara,
yaitu melalui observasi dan eksperimen.
Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-gejala yang
terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian diperoleh informasi tenatng
perjalanan alamiah penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan
cara eksperimen, dilakukan dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek,
kemudian mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek
tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling menunjang dan
saling melengkapi
3.2 saran
Dalam pembelajaran tentang Rancangan Penelitian ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami mengetahui tentang jenis penelitian tentang percobaan,
quasy eksperimental dan penelitian klinik dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta
Sutopo, A.H. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kempp, J.E. (1977). Instructional Design. Belmont: Fearon Tilman Publishers, Inc.
Leasing, C.B., Polloock, J., and Reigeluth, C.M. (1992). Instructional Design
Strategies and Tactic. New Jersey: Educational Technolog Publishers
Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson
11