Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika
kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan
terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di
control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut
dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian
eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang
di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari
hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam
menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan
perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.
Eksperiment berasal dari bahasa Inggris yakni experiment yang berarti test or trial
carried out carefully in order to study what happens and gain new knowledge yang dalam
bahasa Indonesia berarti test atau percobaan yang dilakukan dengan hati-hati untuk
mempelajari apa yang terjadi dan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Penelitian
eksperimental merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab
pertanyaan: “jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliliti,
maka apakah yang akan terjadi?”. Dalam hal ini, peneliti merekayasa stimuli, perlakuan
dan kemudian mengobeservasi pengaruh yang timbul
Penelitian kuasi eksperimental memberikan kesempatan untuk meneliti perlakuan-
perlakuan di dalam masyarakat yang tidak ditempatkan dengan sengaja, melainkan terjadi
secara alami. Di dalam referensi mengenai eksperimen konvensional yang sederhana,
biasanya dibuatkan suatu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Namun,
bagaimanapun juga, eksperimen tidak selalu ditandai dengan pembandingan suatu
kelompok yang diberi tritmen dan kelompok yang tidak diberi tritmen. Ada banyak tipe,
kadar dan tingkatan faktor eksperimental yang bisa ditetapkan pada sejumlah kelompok-
kelompok.

1
Salah satu bentuk penelitian yang dikenal dalam meneliti fenomena-fenomena non
sosial adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini biasanya dilakukan di laboratorium.
Sifatnya yang membutuhkan indikasi yang jelas, konkrit dan bisa dihitung
menyebabkannya hanya bisa diterapkan pada masalah-masalah yang bisa dihitung secara
matematis. Untuk itu, penulis akan membahas salah satu jenis penelitian eksperimen yaitu
quasi eksperimen

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan rancangan penelitian eksperimental ?
b. Apakah yang dimaksud dengan rancangan penelitian quasy eksperimental?
c. Apakah yang dimaksud dengan rancangan penelitian klinik ?

1.3 Tujuan
Mengetahui rancangan penelitian ( percobaan, quasy eksperimental dan penelitian klinik )

2
BAB II

PEMBAHASAN

RANCANGAN PENELITIAN ( PERCOBAAN, QUASY


EKSPERIMENTAL, DAN PENELITIAN KLINIK )

2.1 Rancangan penelitian percobaan ( eksperimental )


a. Pengertian eksperimental
Penelitan esperimental merupakan penelitian yang memanipulasi atau mengontrol
situasi alamiah dengan cara membuat kondisi buatan (artificial condition). Pembuatan
kondisi ini dilakukan oleh si peneliti. Dengan demikian, penelitan eksperimen adalah
penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian, serta
adanya kontrol yang disengaja terhadap objek penelitian tersebut.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
Menurut Cochran (1957) mengartikan eksperimen sebagai sebuah atau sekumpulan
percobaan yang dilakukan melalui perubahan-perubahan terencana terhadap variabel input
suatu proses atau sistem sehingga dapat ditelusuri penyebab dan faktor-faktor sehingga
membawa perubahan pada output sebagai respon dari eksperimen yang telah dilakukan.

3
b. Karakteristik Penelitian
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental (Jalaludin
Rahmat:1984) :
1. Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain
dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh
perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2. Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami
kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke
dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari
variabel.
3. Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk
mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah
dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang
dilakukannya.
c. Langkah – langkah Penelitan
Dalam melakukan eksperimen agar dapat diperoleh hasil yang optimal(
Muhammad Ali:198:131) maka harus menempuh langkah – langkah sebagai berikut:
1. meneliti literature yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara lengkap dan operasional
5. Melaksanakan eksperimen ( mengumpulkan data)
6. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan
7. Menentukan taraf arti yang akan digunakan dalam menguji hipotesis
8. Mengolah data dengan metode statistika.

4
2.2 Rancangan penelitian quasy eksperimental
a. Pengertian quasy eksperimental
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara
khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Penelitian yang menggunakan rancangan percobaan dianggap sebagai jenis
penelitian yang paling diinginkan oleh seorang peneliti. Yang dimaksud dengan
percobaan ialah bagian penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran
penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi
dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Karena itu kelompok kedua ini disebut sebagai kelompok pengendali, kelompok
kontrol atau kelompok pembangding. Selisih tanggap antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada
kelompok perlakuan itu
Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan,
pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak
untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang
disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian lapangan biasanya
menggunakan rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak
mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi pada dasarnya sama dengan
penelitian eksperimen murni. Penelitian eksperimen murni dalam bidang pendidikan,
subjek, atau partisipan penelitian dipilih secara random dimana setiap subjek
memperoleh peluang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Peneliti memanipulasi
subjek sesuai dengan rancangannya. Berbeda dengan penelitian kuasi, peneliti tidak
mempunyai keleluasaan untuk memanipulasi subjek, artinya random kelompok
biasanya diapakai sebagai dasar untuk menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan
control.
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental
design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari
pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada

5
kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak mungkin
menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak.
Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Experimental.

b. Tujuan, Kelemahan, dan Keunggulan Eksperimen Semu


Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan
kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random
Adapun beberapa kelemahan/ keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi
eksperimen adalah terlalu fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan
tidak berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang
tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan juga
kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang
terjadi pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali
“tidak terlihat” pada saat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38). Pada penelitian
ekperimen semu ini tidak mempunyai batasan yang ketat terhadap randomisasi dan
pada saat yang sama dapat mengontrol ancama-ancaman validitas.
Adapun secara terperinci kelemahan dari penelitian Quasi Eksperiment adalah
sebagai berikut:
1. Tidak adanya randomisasi (randoimization), yang berarti pengelompokan anggota
sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan
random atau acak.
2. Kontrol terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak
dilakukan, karena eksperimenini biasanya dilakukan di masyarakat.
Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi
eksperimen sangat disarankan mengingat kondisi objek penelitian yang sering kali tidak
memungkinkan adanya penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah
terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intactgroup), seperti kelompok
siswa dalam satu kelas.

6
Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam
keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true eksperimen tidak dapat dipenuhi secara
utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan
sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
pembelajaran, direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam
implementasinya (Azam, Sumarno & Rahmat, 2006)
Selain memiliki kelemahan quasi eksperimen juga memiliki keuntungan.
Adapun keuntungannya yaitu pada penelitian ekperimen semu ini tidak mempunyai
batasan yang ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol
ancama-ancaman validitas.

2.3 penelitian Klinik


a. Perkembangan Penelitian Klinik
Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan perkembangan ilmu
kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah berkembang melalui dua cara, yaitu
melalui observasi dan eksperimen.
Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-gejala
yang terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian diperoleh informasi tenatng
perjalanan alamiah penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan cara
eksperimen, dilakukan dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek, kemudian
mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek tersebut. Di dalam
ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling menunjang dan saling melengkapi.
b. Tahap - tahap penelitian
Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada manusia.
Dengan sendirinya sebelum obat tersebut dicobakan pada manusia terlebih dahulu
harus dicobakan pada binatang percobaan.
Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap, yakni :
1. Tahap pertama
Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk pertama kali
pada manusia, setelah obat yang bersangkutan telah lolos dari penilitian
farmakologi dan teksiologi pada binatang percobaan. Tujuan penilitian
klinis tahap ini untuk memperlihatkan efek farmakologi klinik suatu obat
pada sekelompok kecil penderita atau sukarelawan sehat. Pengukuran dalam
penilitian ini menyangkut khasiat obat, dengan data yang dikumpulkan
7
adalah : jenis obat, hubungan antara dosis dengan respons, lama keja obat
pada dosis tunggal, metabolisme, dan interaksi.
2. Tahap kedua
Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah kerja
farmakologi yang telah dibuktiakan pada tahap pertama tersebut berguna
untuk pengobatan. Indicator dari pengukuran penilitian tahap ini adalah
penyembuhan penyakit. Tetapi karena kesembuhan tersebut biasanya terjadi
pada waktu yang panjang, maka efek farmakologilah yang dijadikan
indicator, misalnya kadar gula darah, penurunan tekanan darah, dan
sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data tentang efek samping yang
cukup untuk memperkirakan secara dini rasio antara risiko dan keuntungan.
Dari penilitian pada tahap ini dapat ditentukan manfaat obat yang
bersangkutan dibanding dengan obat atau cara pengobatan yang lain yang
telah ada.Dalam tahap ini pula dapat ditentukan hubungan antara dosis dan
kadar obat dalam plasma atau jaringan dengan efek kliniknya.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang lebih
banyak, dan dilakukan di luar tempat penilitian tahap kedua, dan hasil
penilitian ini dapat memperkuat atau menolak hal-hal yang ditemukan pada
penilitian tahap kedua, misalkannya : insiden efek samping yang
frekuensinya rendah, profil obat yang bersangkutan bila digunakan pada
pasien yang tidak terseleksi secara teliti, dan sebagainya.
4. Tahap keempat
Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh sebab itu
penilitian sering disebut ‘’ post marketing drugs surveillance’’,yang
bertujuan mengatasi kekurangan informasi yang ada pada penilitian tahap
sebelumnya. Penilitian ini mencakup empat masalah pokok yaitu :
 Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat
jangka pendek.
 Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian
jangka lama dalam usaha pencegahan kekmbuhan, komplikasi
penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara
penyembuhan yang lain.

8
 Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru,
kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan
penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada
percobaan klinik yang terkontrol.
 Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja
yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian
epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat ini
‘’ clinical trial’’ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/
kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan
untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang lain,
misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan, dan
sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian
pelayanan kesehatan ( health care trial)

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Cochran (1957) mengartikan eksperimen sebagai sebuah atau
sekumpulan percobaan yang dilakukan melalui perubahan-perubahan terencana
terhadap variabel input suatu proses atau sistem sehingga dapat ditelusuri penyebab
dan faktor-faktor sehingga membawa perubahan pada output sebagai respon dari
eksperimen yang telah dilakukan.
Sedangkan Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki
perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan
penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan
perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian
lapangan biasanya menggunakan rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen).
Desain tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada
saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas.
Dan Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan perkembangan ilmu
kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah berkembang melalui dua cara,
yaitu melalui observasi dan eksperimen.
Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-gejala yang
terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian diperoleh informasi tenatng
perjalanan alamiah penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan
cara eksperimen, dilakukan dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek,
kemudian mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek
tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling menunjang dan
saling melengkapi

3.2 saran
Dalam pembelajaran tentang Rancangan Penelitian ini diharapkan mahasiswa
mampu memahami mengetahui tentang jenis penelitian tentang percobaan,
quasy eksperimental dan penelitian klinik dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta
Sutopo, A.H. (2003). Multimedia Interaktif dengan Flash. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kempp, J.E. (1977). Instructional Design. Belmont: Fearon Tilman Publishers, Inc.
Leasing, C.B., Polloock, J., and Reigeluth, C.M. (1992). Instructional Design
Strategies and Tactic. New Jersey: Educational Technolog Publishers
Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson

11

Anda mungkin juga menyukai