Defenisi Hiperbilirubinemia
Defenisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau
lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2009) Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat
menimbulkan efek patologi. Tingginya kadar bilirubin yan dapat menimbulkan efek patologi
pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin,
yang serumnya mungkin menjurus ke arah terjadinya kernicterus bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan. Hiperbilirubinemia juga disebut ikterus neonatorum. (Sinclair, 2009)
Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan,
diantaranya RSCM dengan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir tahun 2003 sebesar 58% untuk
kadar bilirubin ≥5mg/dL dan 29,3% untuk kadar bilirubin ≥12 mg/dL pada minggu pertama
kehidupan. Namun di RS Dr. Sardjito melaporkan terdapat sebanyak 85% bayi sehat cukup
bulan mempunyai kadar bilirubin ≥5 mg/dL dan 23,8% kadar bilirubin ≥13 mg/dL, kemudian di
RS Dr. Kariadi Semarang dengan prevalensi ikterus neonatorum sebesar 13,7% (Sastroasmoro,
2004)
Rencana Keperawatan
Kriteria Hasil : Bayi tidak sesak napas, leukosit dalam batas normal, menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
Intervensi Mandiri
Kriteria hasil : Turgor kulit baik, mukosa lembab, mata tidak cekung, tidak ada penurunan urine
out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam), penurunan BB dalam batas normal, tidak ada perubahan kadar
elektrolit tubuh.
Intervensi Mandiri
Kriteria hasil : Mempertahankan suhu tubuh normal 36 – 37 o C, akral hangat, tidak sianosis,
badan berwarna merah
Intervensi Mandiri
a. Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang.
Rasional : Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan
simpanan lemak coklat yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas
untuk meningaktkan kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia).
b. Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang,
bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik.
Rasional : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
c. Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan
penyebar hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang
lebih besar atau lebih tua
Rasional : Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
d. Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan
penutup plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh
bayi seperti stetoskop.
Rasional : Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/10006589/ASKEP_IKTERUS_NEONATORUM
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62001/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y
http://eprints.ums.ac.id/41639/3/BAB%20I.pdf