Sitinusriyah's Blog
sitinusriyah
Iklan
Ad
Yang mengatur tentang keberadaan warga negara Indonesia diatur dalam Pasal 26 UUD 1945. Penduduk
Indonesia dibedakan menjadi 2 golongan :
a. Golongan WNI
b. Golongan WNA
Dasar hukum yang mengatur warga negara adalah UU yang mengatur kewarganegaraan :
2. UU No. 2 Th 1958 tentang penyelesaian dwi kewarganegaraan antara Indonesia dengan RRC
4. UU No. 4 Th 1969 tentang pencabutan UU No. 2 Th 1958 dan dinyatakan tidak berlaku
1. ayat (1)
yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warga negara
2. ayat (2)
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang-orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
3. ayat (3)
4. Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui siapa orang tuanya
5. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak diakui secara sah
6. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang mempunyai kewarganegaraam
Indonesia meninggal dunia
7. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah berdomisili di Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut dan telah berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi WNI, ia boleh
menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara orang lain.
Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara lain :
1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan seseorang WNI (misalnya ayahnya
WNI)
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia adalah WNI
4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.62 Tahun 1958, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh seorang WNI, jika pengangkatan tersebut
disahkan oleh Pengadilan Negeri
b. Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI
2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan kewarganegaraan RI karena sebab-
sebab diluar kesalahannya, sebagai akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan
tidak dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh ketentuan tersebut dapat
memperoleh kembali kewarganegaraan RI :
a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada perwakilan RI di negara tempat
tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.
b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada perwakilan RI di negara terdekat
dari tempat tinggalnya dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini
c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan RI, maka orang yang
bersangkutan menunjukkan hal berikut:
d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh kembali kewarganegaraan RI dalam
waktu 1 tahun setelah melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata memenuhi syarat-
syarat tersebut dan mendapat keputusan dari menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang
mulai berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji serta di hadapan perwakilan RI.
Yang dimaksud dengan WNI menurut UU No. 12 Tahun 2006 (UU Kewarganegaraan) adalah :
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI tetapi ayahnya tidak mempunyai
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia , dari perkawinan
yang sah dan ayahnya WNI
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayahnya
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum
kawin
9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah
dan ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui
11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau
tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan
dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian
ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan janji setia.
b. Bipatride
c. Apatride
a. stelsel aktif
Untuk menjadi warga negara, seseorang harus menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi
warga negara
b. stelsel pasif
semua penduduk diakui sebagai warga negara kecuali ia menyatakan menolak menjadi warga negara /
hak repudiasi
1. Naturalisasi biasa
b. Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara sedikitnya 5 tahun
berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1 tahun atau lebih.
Naturalisasi istimewa di negara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang status
kewarganegaraannya dalam kondisi sebagai berikut:
a. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin diakui
secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
b. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun telah secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan
penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI
c. Perkawinan WNI dengan WNA, baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang WNI, atau
perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status kewarganegaraan orang tuanya tidak
jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
d. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat
dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam perundang-undangan.
e. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah
anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
f. Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataan sendiri (permohonan) untuk
menjadi warga negara RI, atau dapat di minta oleh negara RI, kemudian mereka mengucapkan janji setia
dan sumpah (tidak perlu memenuhi semua syarat sebagaimana dalam naturalisasi biasa). Cara ini
diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
b. Pemohon mengajukan permohonan pewarganegaraan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan
materai secukupnya kepada presiden melalui menteri disampaikan kepada pejabat.
c. Jika dikabulkan maka pemohon akan memperoleh keppres (keputusan Presiden) kemudian paling
lambat 3 bulan setelah dikeluarkan keppres, pemohon mengucapkan sumpah dan janji setia.
d. Jika pemohon tidak mengucapkan sumpah dan janji setia pada waktu yang ditentukan, keppres batal
demi hukum.
e. Pemohon wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya pada kantor
imigrasi dalam waktu 14 hari kerja.
Kehilangan Kewarganegaraan :
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonannya sendiri dan yang
bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, tidak
menghilangkan kewarganegaraan lainnya.
7. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Bertempat tinggal diluar wilayah RI selama 5 tahun berturut-turut bukan dalam rangka dinas negara,
dan setiap 5 tahun berikutnya tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara RI pada
perwakilan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan.
9. Punya paspor atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
D. Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Persamaan kedudukan warga negara Indonesia ditegaskan dalam UUD 1945 yang telah mengalami
empat kali perubahan, yaitu pasal 27 yang isinya berikut:
1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban warga negara Indonesia dan pelaksanaan hak asasi
manusia secara garis besar telah diatur dalam pasal-pasal UUD 1945 antara lain sebagai berikut:
1. Menyatakan diri sebagai penduduk dan warga negara Indonesia atau ingin menjadi warga negara
suatu negara (Pasal 26)
6. Memperoleh jaminan dan perlindungan dalam pelaksanaan berbagai bidang hak asasi manusia (Pasal
28A s.d 28J)
7. Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya masing-masing (Pasal 29 ayat
2)
12. Memperoleh jaminan pemeliharaan sebagai fakir miskin, fasilitas kesehatan, fasilitas umum serta
dari pemerintah.
1. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan (Alinea I, pembukaan UUD 1945).
3. Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara dan dasar negara (Alinia IV. Pembukaan UUD
1945)
5. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1)
6. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara asal (Pasal 27 ayat 3)
7. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28J ayat 2), dan
8. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30 ayat 1)
Contoh perilaku tentang persamaan kedudukan warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara:
1) memiliki hak yang sama dalam memilih agama.
Penerapan Prinsip persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang telah ditegaskan dalam UUD 1945, terutama mengajarkan antara lain bahwa:
1. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
5. Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Iklan
Kategori: pendidikan
Sitinusriyah's Blog
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Iklan
..
Membaca Bersama
LANGGANAN
TENTANG
REKOLANUS ROLI
160440000 15
FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini.
Dalam makalah ini penyusun membahas mengenai “DIASPORA INDONESIA BANGUN NUSANTARA”
dengan sangat terbatas. Namun, berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan juga.
Pada kesempatan ini,penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberi
arahan serta bimbingan kepada penyusun, serta pihak-pihak yang bersangkutan dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata,tiada gading yang tak retak,demikian pula dengan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun tetap penyusun nantikan demi kesempurnaan makalah ini untuk
kedepannnya.
Malang, OKTOBER 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
D. MANFAAT PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DIASPORA
2. ARCHANDRA TAHAR
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah tiga kali kongres yang digelar sejak 2012 kini saatnya diaspora Indonesia kian memantapkan
konsolidasi sambil menggencarkan peran mereka dalam berbagai agenda akselerasi pembangunan dan
perekonomian. Perlu dukungan penuh dari pemerintah. Dengan jumlah diaspora Indonesia yang
mencapai 7-8 juta jiwa merupakan nomor tiga terbesar di dunia. Sayangnya, Indonesia relatif tertinggal
dalam memahami dan memaksimalkan keberadaan diaspora dibandingkan dengan negara lain.
Di China, India, bahkan Vietnam potensi diaspora dikembangkan sejak 1995. Namun, Indonesia baru
memulai proses konsolidasi diaspora pada 2012. Padahal, jaringan diaspora di luar negeri berpotensi
besar untuk berkontribusi bagi negara, jika dikelola dengan baik. Ketua Dewan Diaspora Indonesia Dino
Patti Djalal menjelaskan, Indonesia memiliki banyak sekali tenaga-tenaga ahli dari berbagai bidang yang
berada di luar negeri. Kebanyakan diaspora Indonesia merupakan kelas menengah ke bawah meski
banyak pula anak negeri yang menjadi orang sukses di mancanegara. Mereka terdiri atas tenaga
profesional seperti dokter, pengacara, seniman, dan lain sebagainya. ”Potensi-potensi tersebut
seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mendukung pertumbuhan pembangunan dalam
negeri,” katanya Dia menambahkan, saat ini perkembangan diaspora terus sangat aktif dan positif.
Mereka juga berharap bisa terus bersinergi dengan Pemerintah Indonesia dalam mendukung
pertumbuhan pembangunan dalam negeri.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini mengakui kontribusi diaspora sangat nyata bagi
Indonesia. Dia mencontohkan, kontribusi remitansi atau pengiriman uang dari Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) ke Indonesia sudah sampai USD8 miliar. Belum lagi dalam bentuk lainnya seperti investasi,
perdagangan, beasiswa, filantropi, dan teknologi yang dilakukan oleh diaspora Indonesia. Dengan kondisi
saat ini Indonesia Diaspora Network (IDN) sedang menjembatani itu semua sekaligus mendata kontribusi
diaspora tersebut karena selama ini belum terkonsolidasikan dengan baik.
salah satu yang menjadi kebanggaan adalah banyaknya inovator Indonesia yang bekerja di Silicon valley,
Amerika Serikat. Hal ini seharusnya menjadi alasan bagi Pemerintah Indonesia untuk menghasilkan
kebijakan-kebijakan yang memberi insentif bagi diaspora. Cukup banyak kontribusi diaspora terutama
untuk daerah dalam berbagai bidang seperti kesehatan, pembangunan tata kota, perpustakaan, dan
lainnya. Harus dipikirkan insentif untuk mereka, tersebar di 35 negara, Malaysia merupakan wilayah yang
paling besar bermukimnya diaspora. Selain itu ada juga di Singapura, Taiwan, Australia, Afrika Selatan,
Belanda, dan negara-negara lainnya.
Salah satu pendiri Yayasan Diaspora Indonesia Nuning Hallet menegaskan, Indonesia mengalami
keterlambatan dalam mengenali potensi diaspora yang baru digagas pada tahun 2012 dan resmi menjadi
yayasan Diaspora semenjak 2013. Nuning Hallet yang pernah menjadi Executive Director Indonesia
Diaspora Network (IDN) pertama menjelaskan, saat awal IDN pertama kali terbentuk yang pertama
dilakukan adalah membangun data-data mengenai diaspora. Secara detail Nuning menjelaskan dan
memberi beberapa contoh mengenai beberapa diaspora Indonesia yang bergelut dan menagbdikan diri
diluar negeri. Salah satu contohnya adalah Fify Manan dan suaminya, Robert Manan, mereka memiliki
pabrik furnitur di Indonesia untuk perkantoran dan pasar di Amerika Serikat. Sejumlah institusi di AS
yang menggunakan produk furnitur kelas atas mereka adalah White House dan Pentagon. Robert dan
Fify juga getol mempromosikan aneka kuliner Indonesia di AS lewat ajang Luvinary.
Nuning berharap potensi-potensi seperti itu seharusnya dilirik oleh Pemerintah Indonesia dan
memberikan ruangan yang lebih kepada diaspora. Karena itu, perlu dilakukan sinergi antara pemerintah
dan diaspora dalam mendukung pembangunan nasional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tujuan dari diaspora?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
3. Mengajak mahasiswa mengenal dan mengetahui proses pembangunan bangsa melalui beberapa
tokoh diaspora.
6. Mempercepat upaya bersama dalam menggalakkan semangat, inovasi, dan menjaga dinamika di
Indonesia.
D. MANFAAT PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DIASPORA
Istilah diaspora berasal dari kata Yunani "diaspeiro" yang digunakan diabad ke 5 SM. Belakangan istilah
diaspora semakin popular ketika digunakan oleh para Jewish Diaspora dan Black/Africa Diaspora dimana
saat itu bangsa Yahudi tersebar di berbagai Negara lain begitu juga dengan bangsa Afrika yang berada di
Amerika serikat dan Inggris istilah diaspora itu sendiri terkait dengan kelompok suatu bangsa yang
bermukin di negara lain. Gabriel Sheffer dalam bukunya tahun 1986 yang berjudul ''a New Field of
Study : Modern Diaspora in International Politics'' memberrikan definisi Diaspora modern adalah
kelompok etnis minoritas migrant asal yang bertempat tinggal dan bertindak di Negara tuan rumah,
tetapi mempertahankan hubungan sentimental dan material yang kuat dengan tanah air / Negara asal
mererka. Berkaitan dengan diaspora Indonesia M. Iman Santoso Indonesia 4 (empat) kategori Diaspora,
Yaitu: (1) Orang Indonesia berpaspor Indonesia (2) orang Indonesia yang kemudian menjadi warga
Negara lain (3) orang-orang yang menjadi keturunan Indonesia (4) para pecinta/simpatisan Indonesia.
Lahirnya undang-undang No. 2 tahun 2006 tentang kewarganegaraan merupakan suatu lompatan besar
dari undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yaitu UU No. 62 tahun 1958. Walaupun pada
prinsipnya adalah sama yaitu kewarganegaraan Tunggal, tetapi dalam undang-undang ini diperkenalkan
prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran sampai berusia 21
(dua ouluh satu) tahun untuk memilih salah satu kewarganegaraan dan menjunjung persamaan gender
serta Hak Asasi Manusia. Walaupun demikian Politik Hukum Kewarganegaraan tunggal. Pengaruh
internasional dan globalisasi tentu saja dapat merubah Politik hukum satu Negara. Halini didasarkan
pada kepentingan Negara yang dilihat dari berbagai segi IPOLEKSOSBUDHANKAM. Walaupun demikian
apakah sudah tepat apabila saat ini diadakan perubahan politik hukum kewarganegaraan indonesia
dengan menerapkan Dwikewarganegaraan?
Isu Dwikewarganegaraan saat ini semakin hari semakin berkembang. Bagi mereka yang mendukung,
memiliki pandangan bahwa Dwikewarganegaraan bagi pemerintah adalah:
- Dapat meningkatkan hubungan ekonomi antara dua Negara, memperluas basis ekonomi, mendorong
perkembangan perdagangan, investasi yang membuka lapangan pekerjaan.
- Pemegang DK berpengaruh pada keputusan ekonomi dan politik di Negara dimana mereka berdomisili,
sedemikian rupa sehingga keputusan yang dibuat dapat menguntungkan Negara RI
- DK akan menjadi pengikat dan menghindari kehilangan para tenaga Ahli yang berbakat, berintelektual
dan berpendidikan tinggi.
Berdasakan beberapa alasan diatas tentu saja terlihat sangat logis dan dapat memberikan keuntungan
yang besar bagi bangsa indonesia. Adapun beberapa alasan bagi mereka yang menolak konsep DK
tersebut, anatara lain meliputi:
- Permasalahan Loyalitas
- Permasalahan nasionalisme
- Hak politik
Konstitusi indonesia yang membuat pengaturan mengenai kewarganegaraan dalam perspektif HAM yaitu
28D ayat (4) UUD 1945 menyatakan setiap orang berhak atas status kewarganegaraan, pasal 28F ayat (1)
UUD 1945 menyatakan setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan dan tanpa diskriminasi
berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraan serta wajib
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Penjelasan Umum UU No. 12 Tahun 2006 vide asas keenam dari delapan asas khuusus
menyatakan Asas yang dalam segala hal ihwal yang berbuhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi dan memulikan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.
Diaspora indonesia yaitu Komunitas yang berjejaringan dan menguat dengan potensi sumber daya
manusia yang, bukan saja besar, tapi ''the selected few'', Menuntut paradigma politik hukum dan HAM
kewarganegaraan baru bagi indonesia, Advokasi dwi kewarganegaraan meniscayakan langkah sebgai
bagian dari negara demokrasi terbesar di dunia, Lebih dari itu, perjuangan dwi kewarganegaraan
haruslah dimaknai sebagai perjuangan memastikan terealisasinya perlindungan HAM, Khususnya anak
dan perempun diaspora indonesia dan perlu sikap cerdas masyarakat indonesia dan para pengambil
kebijakan nasional dalam mengartikulasikan fenomena dan para pengambilan kebijakan nasional dalam
kebijakan yangkondusif bagi kesinambungan gagasan dan tujuan nasional indonesia. Langkah awal,
pemberian layanan keimgrasian yang bertumpu pada kategorisasi Diaspora indonesia dengan
pertimbangan yang lebih cermat atas 4 kategori Diaspora indonesia (Dino Pati Djalal), yaitu : (1) WNI di
LN yang berpaspor indonesia, (2) Ex WNI yang kemudian menjadi warga negara lain, (3) WN Asing yang
keturunan indonesia, dan (4) orang asing simpatisan indonesia.
Melihat potendi besar yang dimiliki oleh para Diaspora Indonesia, maka pembentukan aturan baru
tentang fasilitas keimigrasian bagi para Diaspora indonesia dapat menjadi penyejuk dan jalan tengah
untuk menjembatani antara kepentingan Negara dengan tetap mempertahankan prinsip
kewarganegaraan Tunggal dan keinginan para Diaspora Indonesia untuk memperoleh
dwikewarganegaraan. Indonesia tidak menganut dwikewarganegaraan sebagaimana ditegaskan pada
Pasal 23 Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006.
Kebanyakan diaspora Indonesia merupakan kelas menengah ke bawah meski banyak pula anak negeri
yang menjadi orang sukses di mancanegara. Mereka terdiri atas tenaga profesional seperti dokter,
pengacara, seniman, dan lain sebagainya.
Dalam pembangunan nusantara saya ambil dua tokoh diaspora seperti berikut:
Liem Tiang Gwan, putera Indonesia kelahiran Semarang, 20 Juni 1930, ini seorang ahli Radar (radio
detection and ranging)yang mendunia. Radar rancangannya banyak digunakan untuk memantau dan
memandu naik-turunnya pesawat di berbagai belahan dunia. Bahkan militer di banyak negara Eropa
menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya.
Liem Tiang-Gwan, sudah puluhan tahun bergelut dan malang melintang dalam dunia antena, radar, dan
kontrol lalu lintas udara. Namanya sudah mendunia dalam bidang radar, antena, dan berbagai seluk-
beluk sistem gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak, dan
membuat peta benda-benda, seperti pesawat, kendaraan bermotor, dan informasi cuaca.
"Sekolah saya dulu berpindah-pindah. Saya pernah di Jakarta, lalu di Taman Siswa Wakil Presiden
Republik Indonesia (1972-1978)
Yogyakarta, kemudian menyelesaikan HBS (Hoogere Burgerschool) di Semarang tahun 1949. Setelah itu,
saya masuk Institut Teknologi Bandung dan meraih sarjana muda tahun 1955. Saya melanjutkan studi di
Technische Universiteit (TU) Delft, lulus tahun 1958," ujar pria yang kini bermukim di kota Ulm, negara
bagian Bavaria, Jerman.
"Lalu saya ke Stuttgart dan bekerja sebagai Communication Engineer di Standard Elektrik Lorenz, yang
sekarang dikenal dengan nama Alcatel," kata Liem.
Meskipun sudah bekerja dan mendapatkan posisi yang lumayan, Liem muda masih berkeinginan untuk
kembali ke Tanah Air. Ia masih ingin mengabdikan diri di Tanah Air. Maka, tahun 1963 ia memutuskan
keluar dari tempatnya bekerja di Stuttgart dan kembali ke Indonesia. "Apa pun yang terjadi, saya harus
pulang," ujarnya mengenang.
Niat untuk kembali ke Tanah Air sudah bulat. Barang-barang pun dikemas. Seluruh dana yang ada juga
dia bawa serta. Liem muda menuju pelabuhan laut untuk "mengejar" kapal yang akan menuju Asia dan
mengantarnya kembali ke Tanah Air. Kapal, itulah sarana transportasi yang paling memungkinkan karena
pesawat masih amat terbatas dan elitis.
Namun, menjelang keberangkatan, Liem mendapat kabar bahwa Indonesia sedang membuka konfrontasi
dengan Malaysia. Karena itu, kapal yang akan ditumpangi tidak berani merapat di Tanjungpriok, Jakarta.
Kapal hanya akan berlabuh di Thailand dan Filipina. Maka, bila Liem masih mau kembali ke Indonesia, ia
harus turun di salah satu pelabuhan itu.
"Saat itu saya benar-benar bingung. Bagaimana ini? Ingin pulang, tetapi tidak bisa sampai rumah, malah
terdampar di negeri orang. Saya memutuskan untuk membatalkan kepulangan. Seluruh koper dan
barang bawaan diturunkan lagi, padahal saat itu uang sudah habis. Tetapi dari sinilah, seolah seluruh
hidup saya berubah. Saya kembali lagi bekerja di Stuttgart sebagai Radar System Engineer di AEG-
Telefunken. Perusahaan ini sekarang menjadi European Aeronautic Defence and Space (EADS)," katanya.
Sejak itu, karier Liem di bidang gelombang elektromagnetik dan dunia radar semakin berkibar. Setelah
bekerja di EADS, ia diminta menjadi Kepala Laboratorium Radarsystem-theory tahun 1969-1978, disusul
kemudian Kepala Seksi (bagian dari laboratorium), khusus menangani Systemtheory and Design, untuk
sistem radar, pertahanan udara, dan Sistem C3 (Command Control Communication). Sebelum pensiun
pada tahun 1995, Liem masih menjabat sebagai Kepala Departemen Radar Diversifications and Sensor
Concepts.
"Meski sudah pensiun, hingga tahun 2003 saya masih diminta menjadi consulting engineer EADS,"
tambahnya.
Perannya yang amat besar dalam bidang radar, sensor, dan gelombang elektromagnetik membawa Liem
untuk mematenkan sejumlah temuannya. Puluhan temuannya diakui berstandar internasional, kini
sudah dipatenkan.
"Yang membuat saya tergetar, ketika menyiapkan Fire Control and Battlefield Radars, Naval Fire Control
Radar dan sebagainya. Ini kan untuk perang dan perang selalu membawa kematian. Juga saat saya
merancang MSAM Systems: Hawk Successor; Airborne High Vision Radar dan sebagainya," kata Oom
Liem.
Dia menambahkan, "Saya sendiri sudah tidak ingat lagi berapa rancangan radar, antena, dan rancangan
sinyal radar yang sudah saya patenkan. Itu bisa dibuka di internet."
Secara sederhana, ilmu tentang elektro yang pernah ditekuni selama belajar, coba dikembangkan oleh
Om Liem. Dalam sistem gelombang radio atau sinyal, misalnya, ketika dipancarkan, ia dapat ditangkap
oleh radar, kemudian dianalisis untuk mengetahui lokasi bahkan jenis benda itu. Meski sinyal yang
diterima relatif lemah, radar dapat dengan mudah mendeteksi dan memperkuat sinyal itu.
"Itu sebabnya negeri sebesar Indonesia, yang terdiri dari banyak pulau, memerlukan radar yang banyak
dan canggih guna mendeteksi apa pun yang berseliweran di udara dan di laut. Mata telanjang mungkin
tidak bisa melihat, apalagi dengan teknologi yang semakin canggih, pesawat bisa melintas tanpa
meninggalkan suara. Semua itu bisa dideteksi agar Indonesia aman," tambah Liem.
Akan tetapi, berbicara mengenai Indonesia, Liem lebih banyak diingatkan dengan sejumlah kawan lama
yang sudah sekian puluh tahun berpisah. "Tiba-tiba saja saya teringat teman-teman lama, seperti
Soewarso Martosuwignyo, Krisno Sutji, dan lainnya. Saya tidak tahu, mungkinkah saya bertemu mereka
lagi?" ujarnya sambil menerawang jauh melalui jendela kaca di perpustakaan pribadinya.
2. ARCHANDRA TAHAR
Seorang penganut dwikewarganegaraan yang merupakan mantan Menteri ESDM Indonesia. Beliau
merupakan seorang diaspora Indonesia yang telah sukses membangun Indonesia dalam bidang ESDM.
Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan
Skill :
· Product Development,
· FPSO Analysis,
· Naval Architecture,
· Hydrodynamics,
· Software Development,
· Wave Energy,
· Offshore Drilling.
Dengan riwayar pendidikan, pekerjaan dan skill yang luar biasa tersebut, sangat membanggakan dan
tidak sulit buat seorang Archandra Tahar untuk membangun dan mengubah system ESDM di Indonesia
untuk lebih baik. Namun, masalah dwikewarganegaraan membuat Archandra diberhentikan secara
hormat oleh Presiden Joko Widodo.
Pengalaman China dan India itu bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia bila ingin menarik kaum diaspora
untuk berperan dalam membangun Tanah Air. Dalam hal ini, perlu perubahan pola pikir dan cara
pandang terhadap kaum diaspora Indonesia. Mereka yang tinggal dan berkarya di negeri orang adalah
aset yang dapat memberi manfaat besar bagi Tanah Air. Mereka tetap nasionalis jika tetap menjalin
silaturahim, kerja sama, dan sinergi untuk membangun negeri.
Pada era globalisasi dan informasi sekarang, migrasi kalangan terdidik dari negara berkembang ke
berbagai negara maju (brain drain) sudah menjadi tren. Laporan Pembangunan Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa pun menyebutkan bahwa pola migrasi manusia sudah menjadi tren demografi global
abad 21.
Kita tidak perlu menghambat migrasi warga Indonesia ke berbagai belahan dunia. Yang penting
bagaimana mengelola kaum diaspora Indonesia yang memiliki potensi besar itu agar memberi manfaat
optimal bagi pembangunan bangsa dan negara.Kita sebenarnya agak terlambat dalam melakukan
pengembangan diaspora Indonesia, karena cukup banyak negara yang sudah lama memanfaatkan
diaspora mereka untuk mengembangkan pemba-ngunan di negara mereka masing-masing.
Contoh kontribusi dan peran diaspora yang paling kentara adalah diaspora Israel, dimana mereka
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi parlemen AS. Diaspora negara-negara lain yang cukup
berhasil diantaranya adalah diaspora China, India dan Meksiko. Negara-negara tersebut memiliki
semacam lembaga setingkat kementerian yang khusus menangani masalah diaspora. Sedangkan di
Indonesia, pengembangan diaspora ini baru pada tahap pembentukan Desk Diaspora.
Tetapi sebagai embrio, Desk Diaspora sudah cukup memadai, dimana Desk Diaspora ini akan bertugas
memfasilitasi teman-teman yang berada di luar negeri, dimana saat ini mereka telah membentuk
Indonesia Diaspora Network (IDN), yaitu sebuah asosiasi komunikasi melalui jaringan internet.
Saat ini sudah ada beberapa IDN yang terbentuk, khususnya di AS, dimana strukturnya adalah yang
paling lengkap. IDN juga sudah mulai aktif di Belanda, dimana mereka bahkan memiliki tim khusus yang
secara teknis membantu didalam penataan tata kota dan penanggulangan banjir. Kebetulan bahwa ada
warga negara kita disana yang memang ahli di bidang tersebut dan mempunyai semacam proposal
mengenai bagaimana mengatasi banjir. Penanganan tata kota dan permasalahan banjir ini memang
menjadi salah satu fokus kita.
IDN juga sudah berdiri di Thailand, Qatar dan beberapa negara di Afrika, dan kita harapkan nantinya akan
berkembang menjadi sebuah jaringan global diaspora Indonesia.
Dalam waktu dekat, yang akan kita lakukan adalah menyelenggarakan Kongres Diaspora II, yaitu pada
tanggal 18-19 Agustus 2013 di Jakarta. Sekarang ini kita tengah mencari topik-topik yang akan
dibicarakan pada Kongres Diaspora II tersebut, dimana kita juga telah sepakat bahwa diaspora Indonesia
bukan lagi hanya menjadi semacam paguyuban, yang paling tinggi hanya sampai kepada kegiatan festival
dan sudah selesai. Kita sepakat bahwa diaspora Indonesia akan memberikan kontribusi secara nyata
pada pembangunan Indonesia.
Dalam hal ini sebenarnya diaspora memiliki dua sisi. Satu sisi adalah diaspora sebagai beneficiary dan sisi
lainnya adalah apa yang kita tawarkan kepada mereka. Jadi ini bersifat dua arah, dimana kita
mengharapkan suatu kontribusi dari mereka dan apa yang kita tawarkan kepada mereka. Jadi sama
halnya dengan yang dilakukan oleh negara-negara lain, dimana yang paling banyak mengemuka di media
adalah mengenai kewarganegaraan dan pemilihan di luar negeri.
Banyak sektor yang tentunya dapat dikontribusikan oleh diaspora Indonesia ini, misalnya dalam pe-
rekrutan dan pengembangan kapasitas tenaga kerja Indonesia di luar negeri, karena banyak dari mereka
yang berprofesi sebagai dosen dan pakar di universitas ternama, dan lain sebagainya.
Sekarang ini juga sudah ada organisasi yang mengatasnamakan diaspora Indonesia, misalnya Ikatan
Ilmuwan Internasional Indonesia, dan Indonesia Central Brain Network. Para anggota dari organisasi-
organisasi semacam ini adalah orang-orang yang memiliki kualifikasi keahlian yang luar biasa yang
selama ini belum diakomodir oleh kita.
Jadi memang banyak sekali kegiatan positif dan juga manfaat yang bisa kita ambil dari diaspora Indonesia
ini, dimana pada pelaksanaan kongres kedua nanti diharapkan sudah ada aksi positif dan juga investasi,
karena sudah cukup ba-nyak keinginan diaspora Indonesia untuk melakukan kegiatan bisnis dan
investasi.
Untuk itu kita harus membuat treatment khusus untuk bisa me ngadopsi potensi yang ada tersebut.
Dalam hal ini kita sudah meminta seluruh perwakilan untuk melakukan mapping database diaspora
Indonesia secara lebih rinci terkait dengan keahlian dan potensi yang mereka miliki. Dalam hal ini ada
berbagai cara yang dilakukan, karena perwakilan tentu akan menemui kesulitan dalam hal mendata
orang Indonesia yang sudah menjadi WNA, namun dengan perkembang-an internet sekarang ini, mereka
sudah bisa saling mengetahui.
Pemetaan potensi ini nantinya akan mengarah kepada berbagai sektor yang akan kita garap, namun kita
tidak ingin hal ini terkesan sebagai top down. Kita juga sudah memiliki matriks yang mengerucut kepada
topik-topik yang akan kita bahas bersama mereka, karena bagaimanapun yang lebih mengetahui
dilapangan dan bagaimana tingkat kemampuan dan keahlian yang dimiliki, tentunya adalah me-reka
sendiri.
Kita bisa melihat bahwa keberhasilan Vietnam dalam pembangun-an adalah berkat diaspora mereka,
yang dalam beberapa hal bahkan sudah mulai menyalib Indonesia. Kita juga bisa melihat bagaimana
peran dispora China, India dan Meksiko dalam mengembangkan ne-gara mereka.
Indonesia bisa lebih mengembangkan pembangunan jika kita mampu mengoptimalkan kontribusi
diaspora Indonesia, apalagi diaspora Indonesia dikenal memiliki nasionalisme yang tinggi, karena kita
sudah menggemakan Sumpah Pemuda untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa Indonesia pada
1928 atau 17 tahun sebelum negara ini merdeka
Arcandra Tahar dinilai memenuhi persyaratan ini, apalagi dengan pertimbangan bahwa ia adalah putra
Indonesia sendiri dan ia diundang oleh Presiden Jokowi pulang ke tanah air untuk mengabdikan diri
membangun bangsa dan negara (sebelum mendapat masalah karena memiliki paspor ganda). Namun,
pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti berpendapat bahwa proses naturalisasi Arcandra rumit lantaran
kasusnya penuh dengan muatan politik. Apalagi sejak semula Arcandra dinilai tidak berterus terang
kepada media soal kewarganegaraannya.
Jika dari awal dia mengaku sudah memiliki paspor Amerika, mungkin keadaannya akan jadi lain,
demikian Ikrar. Oleh karena itu, Ikrar memprediksikan bahwa jikapun proses naturalisasi Arcandra
diusulkan dan diproses oleh pemerintah, persetujuan DPR tentang hal itu mungkin memakan waktu
panjang. Proses naturalisasi Arcandra tidak semudah pemain sepakbola Ivan Bachdim. Apalagi, kandidat-
kandidat yang sudah disebut-sebut akan menduduki posisi Menteri ESDM yang ditinggalkan Arcandra
berasal dari legislatif pula m.jpnn.com-; diakses 20-08-2016).
Mementahkan proyek Pemerintah untuk menghimpun diaspora Indonesia? Dalam esai ini, saya ingin
mendiskusikan kasus Arcandra Tahar dalam kaitannya dengan upaya Pemerintah Indonesia
memanfaatkan diaspora Indonesia.
Sebagaimana telah sama kita ketahui, sejak lima tahun terakhir Pemerintah berupaya menghimpun
diaspora Indonesia di seluruh dunia dalam rangka memanfaatkan tenaga dan pengetahuan mereka
untuk membangun tanah air. Proyek ini dimulai pada tahun-tahun terakhir masa kepresidenan Soesilo
Bambang Yudhoyono (SBY) dan sekarang dilanjutkan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi.
Untuk tujuan ini, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Luar Negeri, bekerjasama dengan
berbagai instansi terkait dan pihak-pihak swasta, mencoba menghimpun diaspora Indonesia dan
mempertemukan mereka dalam forum kongres. Sampai sekarang sudah tiga kali Kongres Diaspora
Indonesia diadakan: Kongres Diaspora Indonesia I diselenggarakan di Long Angeles, Amerika Serikat,
pada 6-8 Juli 2012; Kongres Diaspora Indonesia II diselenggarakan di Jakarta pada 18-20 Agustus 2013;
dan Kongres Diaspora Indonesia III juga digelar di Jakarta pada 12-14 Agustus 2015. Iven ini akan
dilanjutkan secara periodik pada tahun-tahun mendatang. Kongres Diaspora Indonesia 1, Los Angeles, 6-
8 Juli 2012 (Sumber: http://kokiers.com) Kongres Diaspora Indonesia 1, Los Angeles, 6-8 Juli 2012
(Sumber: http://kokiers.com) Dalam sambutannya pada pembukaan Kongres Diaspora Indonesia I, Duta
Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal (sekarang menjadi Ketua Dewan Diaspora
Indonesia Global) mengatakan: “Kongres Diaspora Indonesia bertujuan untuk mendorong masyarakat
diaspora Indonesia dimanapun mereka berada agar dapat merapat untuk menjadi satu komunitas besar
dan membangun kekuatan yang riil” (beritasatu.com; dikunjungi 19-08-2016).
Kekuatan yang riil yang dimaksud di sini adalah memaksimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh
diaspora Indonesia (ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan) untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin
dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Diaspora Indonesia termasuk sepuluh besar di
dunia. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 8 juta orang, kurang lebih 3% dari total penduduk
Indonesia.
Pemerintah, sejak tahun-tahun terakhir masa pemerintahan Presiden SBY, mulai menyadari pentingnya
diaspora Indonesia untuk dimanfaatkan dan diajak bekerja sama membangun negara Indonesia. Hal ini
memang agak terlambat dibanding India, misalnya, yang sudah lama memanfaatkan para diasporanya
untuk membangun negara terbesar di Asia Selatan itu. Begitu juga dengan Cina, Vietnam, Korea Selatan,
dll. Kongres
Ada yang berkata: mereka tidak penting-penting amat, masih banyak tenaga dalam negeri yang lebih
hebat; nasionalisme mereka dipertanyakan; mereka hanya akan membawa masalah, menjadi orang-
orang pengeluh dan minta dilayani dengan fasilitas yang lebih baik jika sudah dipanggil pulang ke tanah
air; dan banyak lagi pendapat-pendapat negatif lainnya.
Pandangan seperti itu merefleksikan kecurigaan pihak-pihak tertentu di dalam negeri terhadap diaspora
Indonesia, yang boleh jadi disebabkan oleh ketertutupan dan kepicikan pikiran dalam memaknai hidup
berbangsa dan bernegara. Sudah lama pula muncul isu bahwa seringkali status quo di dalam negeri
merasa terganggu dengan kepulangan diaspora Indonesia lantaran mereka membawa inovasi-inovasi
dan efisiensi dalam administrasi, kebijakan, dan juga keuangan di lembaga-lembaga tempat mereka
dipekerjakan.
Dalam kaitannya dengan hal ini, kita juga telah membaca di media tentang pendongkelan Arcandra Tahar
dari jabatannya yang dihubung-hubungkan dengan gebrakannya selama minggu pertama dan kedua
menjabat sebagai menteri ESDM, yaitu mengefisiensikan nilai kontrak beberapa proyek di bidang migas,
yang konon membuat beberapa pihak yang selama ini diuntungkan merasa terancam. Kongres Diaspora
Indonesia 3, Jakarta, 12-14 Agustus 2015. (Sumber: http://www.merdeka.com) Kongres Diaspora
Indonesia 3, Jakarta, 12-14 Agustus 2015. (Sumber: http://www.merdeka.com) Terlepas dari
perbantahan yang terus berlanjut seputar Arcandra dan diaspora Indonesia, sebagaimana dapat dikesan
dari berita-berita yang berseliweran di media (sosial), Presiden Jokowi tampaknya tetap meneruskan
rencana beliau semula: memanfaatkan diaspora Indonesia untuk membangun bangsa dan negara.
Demikianlah umpamanya, Presiden Jokowi bermaksud memanggil pulang 74 profesor Indonesia yang
tinggal di Amerika Serikat. Presiden meminta bantuan mereka untuk memacu pembangunan di Papua.
Namun, segera pula muncul komentar-komentar yang bernada ketidaksetujuan. Guru Besar Hukum
Internasional UI, Hikmanto Juwana, misalnya, mengingatkan Presiden Jokowi untuk tidak buru-buru
memanggil pulang para profesor itu.
Menurutnya orang kampus yang hanya terbiasa dengan penelitian murni tidak selalu cocok dan bisa
bekerja dalam birokrasi pemerintahan (oke.zone.com; dikunjungi 20-08-2016). Kemarin, seorang teman
di Amsterdam menghubungi saya untuk meminta kesediaan saya dimasukkan dalam daftar diaspora
Indonesia di Belanda. Teman tersebut diminta bantuannya oleh KBRI Den Haag untuk mendata diaspora
Indonesia yang bergelar master dan doktor yang bekerja di Belanda. Permintaan KBRI ini tentu terkait
dengan program yang sudah dicanangkan oleh Presiden Jokowi untuk memanfaatkan dan mengajak
diaspora Indonesia membangun bangsa dan negara kita. Apa yang dilakukan oleh KBRI Den Haag, dan
tentunya juga KBRI-KBRI di negara-negara lain, merupakan realisasi dari salah satu rekomendasi dalam
Kongres Diaspora Indonesia I, yaitu membentuk Desk Diaspora di Kementerian Luar Negeri yang
eksekusinya dilakukan oleh kedutaan-kedutaan kita di luar negeri. Soal dwikewarganegaraan Kasus
Arcandra Tahar telah memunculkan lagi wacana seputar dwikewarganegaraan (kewarganegaraan ganda)
yang dulu sudah pernah sampai ke DPR tapi kemudian tak jelas kelanjutannya. Sebenarnya isu ini sudah
muncul pula sebagai salah satu rekomendasi dalam Kongres Diaspora Indonesia II, karena pertimbangan
bahwa di antara diaspora Indonesia yang tinggal di berbagai negara, banyak yang sudah berganti
kewarganegaraan, seperti Arcandra Tahar, selain mereka yang memegang green card. Dalam tahun-
tahun terakhir ini Pemerintah sudah mensosialisasikan kembali wacana mengenai dwikewarganegaraan
ini. Beberapa waktu yang lalu di Belanda, misalnya, diadakan diskusi mengenai hal ini yang difasilitasi
oleh KBRI Den Haag. Akan tetapi, dengan munculnya kasus Arcandra Tahar, tampaknya wacana ini
menjadi isu hangat yang menuai pro-kontra di tanah air. Dari seliweran diskusi dan pergunjingan di
media mengenai isu ini, dapat dikesan adanya semacam tuduhan bahwa kasus Arcandra dimunculkan
oleh Pemerintah untuk memancing reaksi publik mengenai kemungkinan bagi Indonesia membuat
perjanjian dwikewarganegaraan dengan negara-negara tertentu (dalam hal ini langsung dihubungkan
dengan Cina; lihat antara lain: http://www.pos-metro.com/2016/08/uu-dwi-kewarganegaan-disahkan-
china.html; dikunjungi 21-08-2016). Ini jelas berkaitan juga dengan kedatangan banyak pekerja ilegal asal
Cina di Indonesia akhir-akhir ini. Ada yang berpendapat bahwa jika sampai Pemerintah membuat
perjanjian dwikewarganegaraan dengan Cina (atau negara-negara lain), maka hal itu dapat mengancam
kedaulatan Indonesia. Mungkin disebabkan oleh faktor sejarah (karena lama dijajah oleh bangsa asing),
tampaknya Indonesia sulit membuka peluang untuk membuat perjanjian dwikewarganegaraan dengan
negara-negara tertentu, walau dengan negara-negara sahabat sekalipun. Orang Indonesia sangat sensitif
dan gampang curiga terhadap isu dwikewarganegaraan ini. Orang mungkin lupa bahwa sebenarnya
Pemerintah Indonesia pernah membuat perjanjian dwikewarganegaraan dengan dengan Republik Rakyat
Tiongkok (sekarang Republik Rakyat Cina) pada tahun 1955, di masa Pemerintahan Presiden Sukarno
(lihat: niadilova.wordpress.com; dikunjungi 19-08-2016). Jangan dianggap sebagai musuh Saya setuju
dengan pendapat Ketua Dewan Daspora Indonesia Global Dino Patti Djalal dalam artikelnya di Media
Indonesia (Sabtu, 20 Agustus 2016:6) bahwa diaspora Indonesia mengandung potensi ekonomi yang
besar. Sebagai gambaran, mengutip Dino: “Dari jumla [6 juta orang diaspora Indonesia yang memegang
paspor WNI], 2 juta adalah TKI yang secara konsisten menyumbang 130 trilyun rupiah lebih ke tanah air –
dan dikirim langsung ke desa dan keluarga mereka sehingga dampaknya sangat riil di lapangan.Jumlah
devisa TKI sendiri lebih besar dari seluruh jumlah investasi asing di Indonesia.” Kini Presiden Jokowi
menyadari bahwa di samping sumbangan ekonomi langsung diaspora Indonesia melalui kiriman para TKI
itu, juga ada potensi besar sumbangan pengetahuan yang berasal dari diasporan Indonesia yang terdidik
yang bekerja di berbagai negara asing yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah
Indonesia untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Oleh sebab itu, program Pemerintahan
Presiden Jokowi mengenai diaspora ini patut dudukung oleh semua pihak di dalam negeri. Kecurigaan-
kecurigaan yang tak berdasar mengenai diaspora Indonesia perlu dihindarkan. Seperti dikatakan oleh
Dino Patti Djalal dalam artikelnya yang sudah disebut di atas, nasionalisme diaspora Indonesia tidak usah
diragukan. Walau banyak di antara mereka yang sudah menjadi warga negara asing (WNA), tapi hal itu
tidak mengurangi kecintaan mereka kepada negara Indonesia, tanah air mereka yang sesungguhnya.
Mungkin banyak kalangan di tanah air belum pernah melihat dan merasakan betapa meriahnya perayaan
peringatan hari kemerdekaan Indonesia di kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri: para diaspora
Indonesia, dengan tidak memandang asal sukubangsa dan agama, baik mereka yang sudah menjadi WNI
atau yang memegang green card, termasuk pula orang asing yang menjadi suami/istri mereka,
berbondong-bondong datang ke kedutaan kita, lengkap dengan pakaian yang berciri Indonesia (seperti
batik), untuk merayakan peringatan hari kemerdakaan Republik Indonesia tercinta. Saya kira sudah
saatnya semua pihak membuang sikap curiga yang tidak beralasan terhadap diaspora Indonesia. Mari
kita bangun bangsa dan negara Indonesia dengan bergandeng tangan bersama, menghimpun semua
potensi dan kekuatan yang ada, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Meminjam ungkapan
Minangkabau, tempat saya secara etnisitas berasal dan dilahirkan, bagi diaspora Indonesia, “negara tak
dapat dijual, kebangsaan tak dapat dipindah”. Sekali terlahir sebagai bangsa Indonesia, selamanya tetap
Indonesia.
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah saya tuliskan sebelumnya peran diaspora Indonesia sangatlah penting bagi
pembangunan bangsa, dengan adanya diaspora Indonesia dapat kita ambil makna keteladanannya
melalui perjuangan dan kerja keras para diaspora dalam membangun bangsa Indonesia.
Dalam Proyek diaspora oleh pemerintah dapat membantu dan membangun NKRI yang merupakan harga
mati ini menuju pembangunan yang efisien dan efektif dalam mengelola dan mengatur serta
memanfaatkan peran diaspora untuk kemajuan bangsa.
3.2 SARAN
Dari langkah yang diambil pemerintah dalam mewujudkan proyek diaspora, masih belum stabil dalam
hal ini dapat dilihat dari diberhentikannya seorang Archandra Tahar yang merupakan menteri ESDM.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus bisa mengajari pemerin tah dengan dengan perlawanan,
dalam hal ini bukan berarti kita melawan system dan peraturan pemerintah tapi kita sebagai mahasiswa
harus bisa menyadari bahwa langkah pemerintah masih belum stabil dalam menerapkan kebijakan-
kebijakan tentang diaspora.
Suara diaspora dan kisah diaspora harus kita ambil sebagai motivasi dan inspirasi sebagai mahasiswa
untuk dapat membangun bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Mumtaz, Fairuz. 50 kisah sukses & Inspiratif Diaspora Indonesia: Lintas Negara, Lintas Bidang. Depok:
Diandra Pustaka Indonesia, 2015.
Marsudi, Lestari Retno P. Diaspora Indonesia – Bakti Untuk Negeriku. Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2015
Website:
www.kompasiana.com
www.tabloiddiplomasi.org
www.koran-sindo.com
Komentar
BACA SELENGKAPNYA
Gambar
BACA SELENGKAPNYA
Foto saya
REKOLANUS ROLI
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
Pengertian Warganegara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara atau
bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga
suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan
timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens.
Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu
negara.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus
DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan
nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan
mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai
bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA),
atau sebaliknya
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut
Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang
sah, dan ayahnya itu seorang WNI
Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya.
Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak
diketahui
Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia
selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan di kemudian hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau kaya bisa memiliki tambahan hak dan
pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan
Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-
masing yang dipercayai
Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari
serangan musuh
Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan
pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia
Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan
kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah (pemda)
Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Pengertian Warganegara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara atau
bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak
penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga
suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan
timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens.
Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu
negara.
Kewarganegaraan Republik Indonesia
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara Republik
Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus
DKI Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan
nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan
mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai
bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA),
atau sebaliknya
Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut
Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang
sah, dan ayahnya itu seorang WNI
Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya.
Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak
diketahui
Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia
selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai
permasalahan di kemudian hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau kaya bisa memiliki tambahan hak dan
pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam pemerintahan
Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan kepercayaan masing-
masing yang dipercayai
Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri dari
serangan musuh
Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul mengeluarkan
pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela, mempertahankan
kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
dan pemerintah daerah (pemda)
Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan pemerintahan
tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya.