Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, kata terindah sebagai ungkapan rasa syukur penulis
atas petunjuk dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah ini.
Kesempurnaan hanyalah milik yang Maha Sempurna, Allah SWT. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis perlukan demi
kesempurnaan penulisan Makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai persyaratan standar kelulusan siswa. Penulis menyadari
pula bahwa dalam penyusunan Makalah tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
kepada yang terhormat :
1. Guru Pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan tema makalah ini.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan moral maupun materi kepada kami.
3. Teman-teman yang telah banyak memberikan masukan dalam menyusun Makalah ini, dan
4. Semua pihak yang bersedia kami wawancarai guna meminta pendapat dan sarannya dalam
menyusun karya ilmiah ini.
Dan akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon balasan yang berlipat ganda,
semoga Makalah ini dapat berguna dalam perkembangangan kreativitas dan peningkatan
aktivitas bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Definisi Pencak Silat.......................................................................................... 2
B2
C3
D. Tingkatan dalam Pencak Silat........................................................................... 3
E4
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 7
A. Kesimpulan......................................................................................................... 7
B. Saran.................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 8

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar isi...................................................................................................................... ii

BAB I
Pendahuluan................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II
Pembahasan................................................................................................................. 2
2.1. Pengertian Pencak Silat...................................................................................... 2
2.1.1. . Sejarah Pencak Silat..........................................................................................
2.1.2 . Teknik-Teknik Pencak Silat...............................................................................
2.1.3 Jenis dan aliran Pencak Silat……………………………………………… 2
2.1.2. Perguruan dan Pendekar Pencak Silat……………………………….….... 3
2.3. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat..................................................... 6
2.4. Tantangan terhadap Pencak Silat……………………………………………... 8

BAB III
Penutup....................................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan........................................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni
bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina
selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara.
Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat
yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara
adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada
pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap
daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat
terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan
di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri. Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan
pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga
dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak
penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.

Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi
salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi
identitas bangsa. Olahraga pencak silat sudah dipertandingkan di skala internasional. Di
Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini
menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada
didalamnya.
Saat ini kejahatan marak terjadi di kalangan masyarakat. Diperlukan benteng
pertahanan diri untuk mengantisipasi hal tersebut. Yaitu dengan mempelajari ilmu bela diri.
Beragam jenis cabang bela diri, baik dari dalam maupun dari luar negeri sudah banyak kita
temukan di sekitar kita. Salah satunya adalah Pencak Silat.
Pencak silat merupakan ilmu bela diri yang berasal dari Indonesia. Pencak Silat bukan
hanya mempelajari tentang ilmu pertahanan dan membela diri saja, melainkan menanamkan
sikap akhlaqul karimah dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu pencak silat?
2. Bagaimana sejarah pencak silat?
3. Bagaimana teknik-teknik dalam pencak silat
4. Mengapa kita perlu mempelajari pencak silat

5. Bagaimana perkembangan dan penyebaran pencak silat?


6. Apa yang menjadi tantangan terhadap perkembangan pencak silat?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka kami dapat mengambil tujuan sebagai berikut : sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pencak silat.
2. Untuk mengetahui sejarah pencak silat.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik pencak silat
4. Untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran pencak silat.
5. Untuk mengetahui tantangan yang terdapat dalam perkembangan pencak silat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pencak silat
Pencak Silat adalah kata majemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang
sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara (Asteng),
yakni kelompok masyarakat etnis yang merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan
Asteng (Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand dan Vietnam).
Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura dan Bali, sedangkan kata
Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia,
Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan) dan Filipina.
Penggabungan kata Pencak dan Silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan
pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dari perguruan Pencak dan perguruan Silat di
Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di
Surakarta.
Sejak saat itu Pencak Silat menjadi istilah resmi di Indonesia. Perguruan-perguruan yang
mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai negara kemudian juga
menggunakan istilah Pencak Silat.
Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Organisasi
Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa, disingkat
PERSILAT, di Jakarta pada. tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan, kata Pencak
dan Silat masih digunakan secara terpisah.
Dalam kamus bahasa Indonesia, pencak silat merupakan permainan (keahlian) dalam
mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri. Pencak
silat juga diartikan oleh menurut beberapa ahli sebagai berikut:
Pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan,
sehingga merupakan penguasaan gerak efektif dan terkendali serta sering dipergunakan
dalam latihan sabung atau pertandingan.
Pencak silat adalah sebagai fitrah manusia untuk membela diri dan sebagai unsur yang
menghubungkan gerakan, dan pikiran (olah gerak dan olah pikir).
Dari beberapa definisi tersebut, maka pencak silat dapat diartikan sebagai hasil
budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi dan integritas
terhadap lingkungan hidup, alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
peningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

2.2. Sejarah Pencak Silat


Masyarakat pribumi Asia tenggara pada umumnya merupakan masyarakat agraris yang
hubungan sosialnya dilaksanakan dengan sistem peguyuban. Warga masyarakat yang
demikian mempunyai dasar pandangan dan kebijaksanaan hidup yang sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai serta kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat. Dengan dasar itulah
sistem paguyuban yang diperlukan bagi kehidupan agrarisnya dapat dilaksanakan dan
ditegakkan.
Dalam perkembangan sosial dan budayanya, masyarakat pribumi Asia tenggara telah
menyerap pengaruh luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama maupun
moral yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan itu,falsafah dari luar yang selaras dengan
nilai-nilai dan kaidah-kaidah tersebut,telah diserap dan digunakan untuk mengemas
pandangan dan kebijaksanaan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara.
Dengan demikian jatidiri Pencak Silat ditentukan oleh tiga hal pokok sebagai satu kesatuan
yakni :
1. Budaya masyarakat pribumi Asia tenggara sebagai sumber dan coraknya.
2. Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya.
3. Substansi Pencak Silat itu sendiri yang mempunyai aspek mental spiritual
(pengendalian diri), beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.
Pencak Silat dengan jatidiri yang demikian baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah
adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup
masyarakat pribumi Asteng. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,kemudian Budha dan
terakhir Islam, Pencak Silat dikembangkan dan menyebar luas.
Pada waktu sebagian besar kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng berada di bawah
kekuasaan penjajah asing dari Eropa Barat, pendidikan Pencak Silat yang dipandang
menanamkan jiwa nasionalis, telah dibatasi dan kemudian dilarang.
Tetapi kegiatan pendidikan Pencak Silat berjalan terus secara tertutup. Pada jaman
pendudukan Jepang, Pemerintah yang berkuasa memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk
mengembangkan budayanya agar mendapat dukungan dalam perangnya melawan sekutu.
Pada jaman ini, pendidikan Pencak Silat dilaksanakan seperti semula dan lebih meluas.
Setelah kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng bebas dari kekuasaan asing dan lahir
negara-negara yang merdeka dikawasan tersebut, perkembangan dan penyebaran Pencak Silat
semakin pesat. Lebih-lebih setelah dibentuknya organisasi nasional Pencak Silat di sebagian
dari negara-negara tersebut, yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat
Kebangsaan Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat Singapura (PERSISI), Persekutuan Silat
Kebangsaan Brunei Darussalam (PERSIB), Pencak Silat Association of Thailand (PSAT) dan
Philippine Pencak Silat Association (PHILSILAT).
Di luar negara sumbernya, Pencak Silat juga berkembang dan menyebar, lebih-lebih etelah
dibentuknya Persekutuan Pencak Antarabangsa ( PERSILAT )

. Teknik-Teknik dalam Pencak Silat


- Teknik Dasar
- Kuda-kuda
- Sikap Pasang
- Gerak Langkah
- Jurus
- Teknik Serang
- Pukulan
- Tendangan
- Tangkisan
- Bantingan

2.1.1. Jenis dan aliran Pencak Silat


Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya, wujud fisikal dan visual atau
praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari
masing-masing jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan pada
tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek tertentu dengan tidak
meniadakan aspek-aspek yang lain.
Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :
1. Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri (karena wujud
fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian diri), yang praktek pelaksanaannya
bertujuan untuk memperkuat kemampuan mengendalikan diri dan karena itu lebih
menekankan pada aspek mental-spiritual.
2. Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan diri
secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada aspek beladiri
3. Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk mempertunjukkan
keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan pada aspek seni.
4. Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperoleh
kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan karena itu lebih menekankan pada aspek
olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat dengan kadar yang berbeda, ada
yang jelas dan ada yang samar-samar. Karena itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap
mempunyai 4 aspek sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai
etis (mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan sportif (olahraga) sebagai satu
kesatuan.
Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis Pencak Silat dilakukan dengan gaya
yang bermacam-macam. Gaya unik dengan ciri-cirinya yang menonjol dan mudah dibedakan
dari gaya lainnya, disebut "aliran" Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya
(aliran), nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat, yakni etis, teknis, estetis dan sportif sebagai
satu kesatuan tetap ada dan terlihat. Jika tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran
Pencak Silat. Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai "jurus" Pencak Silat. Perbedaan
aliran hanya menyangkut segi praktek fisikal dan tidak menyangkut segi mental-spiritual dan
falsafah.
Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau mazhab. Karena itu jenis dan aliran
Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah budi pekerti luhur dan mempunyai aspek mental-
spiritual sebagai aspek pengendalian diri.
Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang menggunakan "tenaga supernatural"
dalam gaya pelaksanaan "jurus"nya. Tenaga supranatural yang disebut "tenaga dalam",
"tenaga dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan penguat "jurus" atau kekebalan badan.
Adanya aliran yang menggunakan "tenaga supernatural" telah memperkaya Pencak Silat.

2.1.2. Perguruan dan pendekar Pencak Silat


Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan aliran Pencak Silat. Perguruan
Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat berguru Pencak Silat. Berguru mempunyai
konotasi belajar secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi secara
langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru diketahui dengan jelas
perkembangan kemampuannya, terutama kemampuan pengendalian dirinya atau budi
pekertinya. Sang guru tidak akan mendidik, meningkatkan atau memperluas pendidikannya
kepada seseorang yang mentalitasnya (kemampuan pengendalian diri atau budi pekertinya)
dinilai tidak atau kurang memadai. Dalam kaitan itu, di waktu yang lalu tidak mudah bagi
seseorang untuk menjadi murid atau anggota perguruan Pencak Silat. Ujian- ujian berat yang
menyangkut sikap mental harus ditempuh lebih dulu dan lulus. Ditinjau dari segi jenis Pencak
Silat yang diajarkan, maka terdapat 4 kategori perguruan Pencak Silat, yakni :
1. Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan pendidikannya secara
intensif pada aspek mental-spiritual Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk
kemampuan pengendalian diri yang tinggi kepada murid atau anggotanya.
2. Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya pada aspek
beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemahiran teknik beladiri yang tinggi
tanpa atau dengan menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau anggotanya.
3. Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada aspek. seni
Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk keterampilan mempertunjukkan keindahan
gerak Pencak Silat kepada murid atau anggotanya, tanpa atau dengan iringan musik
tradisional serta tanpa atau dengan menggunakan senjata, sesuai dengan ketentuan "wiraga"
(teknik gerak), "wirama" (irama gerak yang selaras, serasi dan seimbang) dan "wirasa"
(pelembutan dan penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan improvisasi
yang dilandasi rasa penghayatan).
4. Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya pada aspek
olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan mempraktekkan teknik-
teknik Pencak Silat yang bernilai olahraga bagi kepentingan memelihara kesegaran jasmani
atau pertandingan. Bagi kepentingan pertandingan, pendidikan disesuaikan dengan peraturan
pertandingan yang berlaku.
Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang terbanyak, diantaranya ada yang
mengajarkan "tenaga supernatural". Sejak tahun 1970-an, banyak perguruan Pencak Silat
Beladiri yang mengajarkan Pencak Silat Olahraga untuk kepentingan pertandingan dengan
tujuan agar murid atau anggotanya dapat mengikuti kejuaraan Pencak Silat Olahraga, karena
hanya jenis Pencak Silat ini yang dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat
Seni tidak dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan peragaan.
Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan Pencak Silat dapat dikategorikan
dalam 3 kelompok, yakni:
1. Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang menonjol antara lain:
· Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun.
· Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa percobaan yang ketat.
· Metoda pendidikan bersifat monologis.
· Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi pemecatan sebagai anggota.
· Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut
perguruan dan pendidikannya.
· Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya.
· Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan.
2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara lain :
· Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang
dipandang handal sebagai calon.
· Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid.
· Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan sebagai pemula.
· Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis.
· Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan argumen rasional.
· Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan
pendidikannya.
· Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber dana untuk
membiayai kegiatan perguruan.
3. Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri pokoknya antara lain:
· Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus perguruan dipilih dari antara
kader-kader perguruan yang handal sebagai calon.
· Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi Status sebagai
anggota sementara.
· Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak menyangkut hal-hal yang
prinsipiil.
· Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan.
· Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang menyangkut perguruan dan
pendidikannya secara terbatas.
· Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari anggotanya.
· Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana sumbangan.
Di Indonesia terdapat 10 perguruan Pencak Silat yang disebut perguruan historis. Kesepuluh
perguruan tersebut adalah :
Setia Hati (SH), Setia Hati Terate (SHT), Perisai Diri (PD), Perisai Putih, Phasadja
Mataram, PERPI Harimurti, Tapak Suci, Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI),
Nusantara dan Putra Betawi.
Yang termasuk perguruan besar di Indonesia antara lain: Merpati Putih, Bangau Putih,
Satria Muda Indonesia dan Kateda Indonesia.
Pimpinan perguruan Pencak Silat pada umumnya berkualifikasi pendekar, yakni suatu status
tertinggi yang berkaitan dengan kemampuan pengamalan ajaran falsafah Pencak Silat secara
konsisten dan konsekuen yang patut ditauladani sekaligus berkaitan juga dengan kemahiran
dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat menurut kaidahnya. Di lingkungan perguruan
modern, istilah pendekar telah digunakan sebagai gelar untuk tingkat penguasaan kemahiran
Pencak Silat, diantaranya ada yang sifatnya berjenjang.

2.3. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat


Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat dilakukan oleh perguruan-perguruan Pencak
Silat. Setelah Perang Dunia ke-2, kegiatan perguruan-perguruan tersebut di Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dikordinasikan oleh organisasi nasional Pencak
Silat, yakni IPSI yang dibentuk pada tahun 1948, PERSISI yang dibentuk pada tahun 1976,
PESAKA yang dibentuk pada tahun 1983 dan PERSIB yang dibentuk pada tahun 1987.
Organisasi nasional Pencak Silat juga dibentuk di negara- negara lain. Untuk mengarahkan
dan mengkordinasikan upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat secara
internasional, pada tanggal 11 Maret 1980 di Jakarta dibentuk Persekutuan Pencak Silat
Antarabangsa (PERSILAT). Menurut konstitusinya, PERSILAT mempunyai 3 macam
anggota, yakni :
1. Anggota Pendiri, yang terdiri dari IPSI, PESAKA, PERSISI dan PERSIB.
2. Anggota Gabungan, yang terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat lainnya
yang telah diakui oleh suatu badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah
Pencak Silat di negara yang bersangkutan dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
3. Anggota Bersekutu, yang terdiri dari organisasi Pencak Silat yang belum diakui
oleh badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah Pencak Silat tetapi dinilai
oleh PERSILAT dapat mewakili negaranya dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat diusahakan untuk dapat dilaksanakan secara
simultan, meliputi segi fisik dan non-fisik (mental- Spiritual dan falsafah). Tetapi hal ini
belum sepenuhnya terlaksana. Yang sudah terlaksana baru Pencak Silat olahraga. Ini pun segi
non-fisiknya belum mantap.
Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Olahraga dilaksanakan antara lain
dengan menyelenggarakan kejuaraan-kejuaraan. Di Indonesia setiap tahun diadakan
kejuaraan nasional Pencak Silat untuk pesilat dewasa dan remaja secara berselang- seling,
kecuali apabila dalam tahun yang bersangkutan diadakan PON (Pekan Olahraga Nasional) di
mana Pencak Silat Olahraga juga diikutsertakan. Sejak tahun 1987, Pencak Silat Olahraga
juga diikutsertakan dalam SEA Games. Dalam tahun- di mana Pencak Silat Olahraga
ikutserta dalam SEA Games, IPSI juga tidak menyelenggarakan kejuaraan nasional. Setiap
kejuaraan nasional selalu dimulai dari kejuaraan tingkat kecamatan. Upaya pengembangan
dan penyebaran Pencak Silat Seni dilaksanakan dengan menyelenggarakan festival atau
lomba. Di Indonesia IPSI baru melaksanakannya secara nasional pada tahun 1982. Untuk
mengefisienkan penyelenggaraan, festival atau lomba tersebut diintergrasikan dengan
kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Lomba Pencak Silat Beladiri sedang diusahakan untuk juga
dapat diselenggarakan, yang akan diintegrasikan juga dengan kejuaraan Pencak Silat
Olahraga. Pada setiap kesempatan kejuaraan nasional Pencak Silat Olahraga, di Indonesia
selalu diadakan pertemuan dan pernbicaraan dalam rangka peningkatan upaya pengembangan
dan penyebaran Pencak Silat. Pembicaraan serupa dalam tingkat kebijaksanaan, dilakukan
dalam Munas (Musyawarah Nasional) yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Upaya lainnya
yang telah dan akan dilakukan adalah Penataran Pelatih dan Wasit-Juri, penyempurnaan
peraturan pertandingan, merumuskan standar nasional Pencak Silat Olahraga, kriteria
penilaian lomba Pencak Silat Seni dan Pencak Silat Beladiri serta metoda pendidikan dan
latihan Pencak Silat. Kejuaraan Pencak Silat Olahraga yang berskala internasional telah 6 kali
dilaksanakan. Yang pertama dan kedua di Jakarta pada tahun 1982 dan 1984, yang ketiga di
Wina pada tahun 1986, yang keempat di Kuala Lumpur pada tahun 1987, yang kelima di
Singapura pada tahun 1988 dan yang keenam di Den Haag pada tahun 1990...**** Pada
kesempatan itu juga dilaksanakan festival dan lomba Pencak Silat Seni dan pertemuan.
Seminar Intemasional tentang Pencak Silat pernah diadakan, yakni pada kesempatan
kejuaraan Internasional yang ke-IV di Kuala Lumpur. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan informasi- informasi sekitar Pencak Silat di berbagai negara, antara lain
tentang pengembangan dan penyebarannya.
Pencak Silat sekarang ini terdapat dan berkembang di 20 negara, yakni di Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Austria, Jerman , Belgia, Denmark,
Swiss, Perancis, Yugoslavia, Spanyol, Inggris, Turki, Amerika Serikat, Suriname, Thailand,
Filipina dan Australia.
Di beberapa negara lain sedang dirintis pengembangannya, antara lain di Myanmar,
Kamboja, Laos dan Vietnam. Negara-negara ini berkeinginan untuk mengikuti pertandingan
Pencak Silat Olahraga dalam SEA Games, diantaranya ada yang meminta bantuan pelatih
dari Indonesia.
2.4. Tantangan terhadap Pencak Silat
Pencak Silat yang "terdapat di luar negara sumbernya belum seluruhnya berkualifikasi
sebagai Pencak Silat, dalam arti memenuhi kriteria jatidirinya maupun kaidah
pelaksanaannya yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan. Di
antara peminat Pencak Silat di luar negara sumbernya, ada yang berkecenderungan
mempelajari Pencak Silat hanya segi fisikalnya saja dan kurang berminat mengetahui apalagi
menghayati nilai-nilai falsafahnya yang menjiwainya dan nilai-nilai budaya yang mendasari
maupun mewarnainya. Selama ini penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat dan
kaidah Pencak Silat sebagai aturan dasar dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat yang
bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga sebagai satu kesatuan memang belum pernah
dilakukan secara khusus. Usaha kearah itu sedang dirintis oleh IPSI, yanq juga akan
dilakukan melalui PERSILAT. Sesuatu yang bernama Pencak Silat tetapi ujud prakteknya
tidak menurut kaidah Pencak Silat (yang dijiwai nilai-nilai jatidiri Pencak Silat), dengan
sendirinya tidak bernilai Pencak Silat menurut pengertian yang sebenarnya. Hal ini pada
gilirannya akan menjatuhkan citra Pencak Silat. Disinilah letak tantangannya. Tantangan
yang kedua berkaitan dengan mutu pertandingan Pencak Silat Olahraga yang masih belum
memadai, bahkan kadang-kadang diwarnai oleh kericuhan , Kritik tajam mengenai hal ini
sering terdengar. Hal itu akan dapat, bahkan mungkin telah menjatuhkan Citra Pencak Silat.
Faktor penyebab yang utama adalah karena kurang dihayati dan dilaksanakannya kaidah
Pencak Silat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pertandingan. Penghayatan kaidah Pencak
Silat harus dilandasi dengan pemahaman jatidiri Pencak Silat serta nilai- nilai-nilainya.
Selain itu, tujuan pertandingan juga belum dihayati. Diantara tujuan tersebut adalah
mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat, mempererat persaudaraan dan
persatuan serta meningkatkan citra Pencak Silat: dan menarik simpati (minat) masyarakat
(nasional dan internasional) terhadap Pencak Silat. Tujuan tersebut harus menjadi motivasi
dasar pihak-pihak yang terlibat dalam per-tandingan dalam melaksanakan fungsi dan
peranannya. Gagasan Ketua Umum PB IPSI di dalam meningkatkan mutu pertandingan
Pencak Silat: Olahraga adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelatih IPSI yang
berasal dari perguruan-perguruan yang kemudian dikembalikan ke perguruan-perguruan
untuk melatih anggotanya,-terutama mereka yang akan diikutsertakan dalam kejuaraan.
Hanya pesilat yang telah mendapat latihan dari pelatih IPSI inilah yang boleh mengikuti
kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI. Nantinya gagasan ini akan di internasionalkan
melalui PERSILAT. Gagasan lainnya adalah penciptaan Pertandingan Sistem Baru (PSB),
yang sekarang ini sedang diujicoba. Di samping tantangan yang bersifat umum, masih
terdapat tantangan yang bersifat khusus dalam kaitan dengan pengembangan dan penyebaran
Pencak Silat secara utuh maupun pemeliharaan dan peningkatan citra Pencak Silat.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan umum sebagai
berikut :
1. Pencak Silat berasal dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia
tenggara serta memiliki jatidiri tersendiri.
2. Berdasarkan pada nilai-nilai falsafahnya, Pencak Silat pada hakikatnya adalah substansi
dan sarana pendidikan rohani dan jasmani untuk membentuk manusia utuh yang berkualitas
tinggi baik mental maupun fisikal.
3. Tantangan-tantangan yang dapat menjatuhkan citra Pencak Silat perlu diatasi dengan
penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat, falsafah Pencak Silat dan kaidah
Pencak Silat serta meningkatkan jumlah pelatih Pencak Silat yang handal dan profesional.
3.2 Saran

Sebagai generasi muda, kita seharsunya mempelajari dan memahami pencak silat karena
pencak silat merupakan kebudayaan nasional yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.
B. Sejarah Pencak Silat
Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan
untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan
alam.Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam
sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di
nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia
dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya
seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan
tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar,
seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang
menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam
pembelaan diri dapat diandalkan.Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti
adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa
klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda
silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata
dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan
juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu
Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri
dari Cina dan Indiadalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat
pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan
mancanegara lainnya.
Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam
berbagai nama.Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama
alirannya yaitu gayongdan cekak.Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan
di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat.Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah
"silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari
Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara.

C
D. Tingkatan dalam Pencak Silat
1) Pemula
Mempelajari semua tahap dasar.
2) Menengah
Difokuskan pada semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan bakat pesilat mulai terlihat.

3) Pelatih
Hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula dan menengah.
4) Pendekar
Pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu
rahasia tingkat tinggi.

E.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencak silat merupakan warisan kebudayaan bangsa Indonesia yang harus dilestarikan.
Pencak silat bukan hanya sebagai pembelaan dan pertahanan diri, melainkan menanamkan
sikap akhlaqul karimah berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

B. Saran
1) Perlunya mempelajari ilmu silat sebagai kebugaran jasmani
2) Menggunakan ilmu pencak silat dalam kegiatan positif dan dalam keadaan terdesak
3) Mengamalkan nilai positif pencak silat dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

http://www.warnetgadis.com/2017/10/makalah-tentang-pencak-silat-lengkap.html
http://www.scribd.com/doc/25838778/Peraturan-Pertandingan.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=169967163022428.
http://www.scribd.com/doc/4784765/pencak-silat-1
Marzuki, 2008. Pedoman Pencak Silat. Banda Aceh.
Daftar isi:
http://makalahlengkap14.blogspot.com/2014/12/makalah-pencak-silat.html

latar belakang:

https://www.slideshare.net/RaniRahmawati12/makalah-pencak-silat

Anda mungkin juga menyukai