Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air
yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Menurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 orang meninggal
dunia akibat bencana ini (lihat tabel di bawah).[1] Dilihat dari jumlah korban
tewasnya, gempa ini adalah satu dari sepuluh gempa terburuk sekaligus tsunami
terburuk sepanjang sejarah. Indonesia merupakan negara yang paling parah
terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas mencapai 170.000 orang.[52]
Laporan lainnya dari Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia,
memperkirakan jumlah korban tewas sebanyak 220.000 jiwa di Indonesia,
sehingga totalnya di seluruh dunia mencapai 280.000 jiwa.
Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan serius dan kematian sampai ke
pesisir timur Afrika.Kematian paling terpencil akibat tsunami 2004 terjadi di Rooi
Els, Afrika Selatan, 8.000 km (5,000 mil) dari episentrum.Totalnya, delapan orang
di Afrika Selatan meninggal dunia karena tingginya permukaan laut dan
gelombang.
Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut
dengan kedalaman7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam.
Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi
gelombangnya di tengah laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang
sedang berlayar diatasnya jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan
gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara dua
puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak
gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang
dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun
tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tsunami?
2. Apa penyebab dari bencana tsunami?
3. Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
4. Bagaimana poses terjadinya tsunami?
5. Apa akibat dari bencana tsunami?
6. Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
7. Bagaimana manajemen darurat pada bencana tsunami ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tsunami
2. Untuk mengetahui penyebab dari bencana tsunami
3.Untuk mengetahui gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi
4. Untuk mengetahui bagaimana poses terjadinya tsunami
5. Untuk mengetahui apa akibat dari bencana tsunami
6.Untuk mengetahui bagaimana upaya untuk pencegahan serta
penanggulangan tsunami
7. Untuk mengetahui bagaimana manajemen darurat pada bencana tsunami
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Tsunami (bahasa Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang. Secara harfiah
berarti "ombak besar di pelabuhan" adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Tanda-tanda akan terjadinya tsunami adalah gempa tektonik/vulkanik terlebih
dahulu kemudian diikuti dengan keadaan air laut surut secara tiba-tiba.
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang
pasang.Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi,
terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada
hubungannya dengan tsunami.Persepsi ini dahulu populer karena penampakan
tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.Tsunami dan gelombang
pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun
dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama,
sehingga memberikan kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi.
Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi
"kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang,
pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada
pelabuhan.Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

2.2 Penyebab Terjadinya Tsunami


Perubahan permukaan laut saat tsunami bisa disebabkan oleh gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah
laut, atau hantaman meteor di laut.
1. Gempa bumi yang berpusat di bawah laut.
Meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi
menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab
terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut:
a. Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
b. Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
c. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
d. Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat
memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi,
letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga,
penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan
laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor
di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untukmembangkitkan
tsunami. Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk
secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya
pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah
pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini
biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng
samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan
subduksi.
2. Letusan gunung berapi.
Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik
(gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883
adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda.
Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April
1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk
berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
3. Longsor bawah laut.
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut
dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama
tsunamic submarine landslide.
4. Hantaman meteor di laut.
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya
tsunami. Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan
gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya
beberapa meter di atas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan,
bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan
tsunami.Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya.Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan
500-1000 km perjam, setara dengan kecepatan pesawat terbang.Ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.Dengan demikian, laju gelombang
tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.Ketika mendekati pantai,
kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km perjam, namun
ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir
pantai.Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami.

2.3 Proses Terjadinya Tsunami


Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik
atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya.Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang
ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami.Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer/jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50
km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar.Gempa
bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi.Akibatnya, dasar laut naik-
turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari
atas.Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.

2.4 Dampak Tsunami


1. Dampak positif dari bencana tsunami.
a. Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan
menjadi terbuka luas bagi yang masih hidup
b. Kegunaan secara Psikologis: Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk
menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu
saling membutuhkan satu sama lain.
c. Kita bisa mengetahui samapai dimanakah konstruksi bangunan kita serta
kelemahannya, dan kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan
apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih
baik.
2. Dampak negatif dari bencana tsunami.
a. Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan
mengakibatkan korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, air bersih serta penyebaran
penyakit seperti kolera, dipteria, disenteri, tipoid, dan hepatitis A dan B.
b. Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi
tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaannya.
c. Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana,
karena faktor dana yang besar.
d. Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang
kehilangan harta benda.
e. Pada hari-hari pasca tsunami, upaya besar-besaran dikerahkan untuk
mengubur cepat-cepat jasad korban demi mencegah penyebaran penyakit.

2.5 Mitigasi Bencana Tsunami


Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang
tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat.
Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan
resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan
harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala
pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat
diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan
menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam
untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut.
Ketiga langkah penting tersebut:
1. Penilaian bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk
setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of
risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber
tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi
dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang
pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk
komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model
numerik tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya
menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi
dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
2. Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem
peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya
tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data
gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka airlaut untuk
konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan
berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka
airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat
peringatan (warning center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat
mungkin setelah pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan
pesan tentang tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru,
dan 3) dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka
disampaikan dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
3. Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan.
Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan
pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi
tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan
harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tanpa
kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya
tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga
sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan
pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha
keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi
bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.

2.6 Sistem Peringatan Dini


Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii,
mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani
kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi
seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat
dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang
terknoneksi dengan satelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang
mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang
tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana
yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya
tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang
lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1
April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning
Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan
internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST
Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS,
NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan
seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun
proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari
sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat
dihitung.Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa
besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan
waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh
rendaman yang mungkin terjadi di daratan.Walaupun begitu, karena faktor
alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya
corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu
kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa
dimodelkan secara akurat.
1. Sistem peringatan dini di Indonesia.
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami
Early Warning System - InaTEWS).Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan
BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi
mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan.
Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai
dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision
Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak
pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional,
lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian
Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan
bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika).Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami
dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
a. Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
b. Peramalan,
c. Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut),
d. Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
2.9 Cara Kerja.
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian
sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional,
regional, nasional, daerah dan bermuara di masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat
Seismograf (pencatat gempa).Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian)
dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan
mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara
simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah
gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.Perhitungan dilakukan
berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih
dahulu.Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI.
Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem
peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan
konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini
juga diteruskan oleh BMKG.BMKG menyampaikan info peringatan tsunami
melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan
Media).Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke
pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian
Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon,
Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas
RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun
banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga
saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO.Oleh sebab itu,
kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu
siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini
Tsunami.Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar
Penduduk.Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk
Indonesia). Mengapa Radio ?jawabannya sederhana, karena ketika gempa
seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan
baterai.Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile).Radius
komunikasinyapun relatif cukup memadai.

2.10 Manajemen Darurat


Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai
dan lautan.
1. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat
pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju
ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
4. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air
laut dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah
lari menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
5. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut.
6. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
7. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara
harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau atau hantaman meteor di laut.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang
pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad
ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian
masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.Teks-teks geologi,
geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut
seismik".
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah
dan dapat dimengerti sehinga penyakit hipotiroidisme ini dapat dicegah, jika pun
sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat
serta penatalaksaan, asuhan keperawatan dapat membantu pembaca dan
mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan
saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai