Anda di halaman 1dari 3

Fungsi Sistem Ginjal

1. Klirens Ginjal
Ketika filtrate bergerak di sepanjang nefron, filtrate mengandung produk akhir
metabolic dalam jumlah besar. Produk ini dibuang (dibersihkan) dari darah dan
keluar dari tubuh di dalam urin. Setiap 125 ml filtrate glomerulus dibentuk per
menit, sekitar separuhnya, atau 60 ml, kembali ke darah tanpa urea. Dengan kata
lain, 60 ml plasma “dibersihkan” dari urea setiap menitnya pada ginjal yang
berfungsi normal. Dengan cara yang sama, 126 ml plasma dibersihkan dari
kreatinin, 12 ml asam urat, 25 ml sulfat, 25 ml fosfat, dan sebagainya setiap
menitnya.
Mustahil untuk menghitung klirens ginjal dengan mengambil sampel urin dan
plasma secara bersamaan. Dengan membagi jumlah zat yang ditemukan di setiap
milliliter plasma menjadi jumlah yang ditemukan di urin, milliliter yng
dibersihkan per menit dapat dihitung. Metode ini digunaakn sebagai sebuah cara
pemeriksaan fungsi ginjal.
Metode lain pengkajian fungsi ginjal melibatkan zat kimia yang diketahui
hanya akan disaring, atau dapat di saring atau disekresi. Insulin, contohnya, hanya
disaring dan tidak diabsorbsi atau disekresi. Oleh karena itu, klirens insulin dapat
digunakan untuk mengukur filtrasi glomerulus. Manitol dapat digunakan untuk
hal yang sama. Natrium para-aminohipurat (PAH) atau iodopiraset adalah obat-
obatan yang disekresi selain disaring. Dengan demikian, klirensnya merupakan
indeks aliran plasma yang melalui ginjal. Selain itu juga dapat digunakan
bersamaan dengan obat yang hanya disaring dalam mengkaji sekresi tubulus dan
kemudian kesehatan sel tubulus.
Konsentrasi natrium dalam urin juga dapat berfungsi sebagai suatu indeks
kesehatan tubulus dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, pada gagal ginjal akut,
peningkatan klirens natrium dapat menandakan terjadinya nekrosis tubulus akut
(ATN, acute tubular necrosis). Berdasarkan hal itu, kadar zat yang disaring
(kreatinin dan produk sisa nitrogen lain) dalam darah di atas normal menandakan
penurunan filtrasi glomerulus dan kemudian kesehatan nefron.
2. Regulasi
Selain mensekresi sisa nitrogen sebagai urea dan produk sisa metabolisme
lainnya, ginjal membantu mengatur konsentrasi elektrolit dan pH CES (yi., darah
dan cairan interstisia tubuh).
a. Konsentrasi Elektrolit
Elektrolit adalah zat yang, jika berada di dalam air, mengalami penguraian
dan menjadi bermuatan. Ketika bermuatan, pelarut dapat membawa arus
listrik. Elektrolit bermuatan positif disebut kation; elektrolit bermuatan
negative disebut anion. Sebagian besar elektrolit larut dalam cairan tubuh,
meskipun sebagian terikat pada protein atau disimpan sebagai benda padat
guna membentuk tulang dan gigi.
Meskipun fisiologisnya kompleks terkait dengan elektrolit, elektrolit
mempunayai empat fungsi utama dalam homeostatis:
1) Metabolisme sel dan berperan pada struktur tubuh
2) Memfasilitasi perpindahan air antara dua kompartemen
3) Membantu memelihara keseimbangan asam-basa
4) Mempertahankan dan menghasilkan potensial membrane di sel saraf dan
otot

Guna mencapai fungsi normal, konsentrasi elektrolit harus dipertahankan


dengan cermat. Energy, biasanya dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP),
seringkali dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan ini. Selain hilang
dalam urin, elektrolit juga hilang dari saluran pencernaan dalam feses dan
melalui kulit dalam bentuk keringat.

a) Natrium
Muatan natrium pada orang dewasa normal adalah sekitar 142 mEq/L
CES. Sebagai elektrolit ekstraselular yang paling berlimpah, natrium
menimbulkan osmolalitas ekstraselular, dengan demikian mengatur
perpindahan cairan tubuh. Natrium berperan dalam impuls saraf melalui
transport aktif dan pompa natrium-kalium. Keseimbangan natrium dengan
cermat diatur oleh ginjal, dengan pengaruh hormone aldosteron dan ADH.
Pengaturan terjadi terutama melalui rebsorpsi (atau ekskresi) di tubulus
proksimal dibawah pengaruh aldosteron.

Anda mungkin juga menyukai