Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

Identifikasi Pewarna Merah K10

(Rhodamin B, CI 45170) Dalam Pomade

Untuk memenuhi tugas

Matakuliah Analisis Sediaan Kosmetik

yang dibina oleh Bapak Lukky Jayadi, M.Farm, Apt

Oleh

Nailizzakiyyah (P17120181001)

Putri Eva Nur Kamila (P17120181002)

Muhammad Ainul Yaqin (P17120181003)

Firda Choirun Nissa’ (P17120181004)

Nur Farida Inas K. (P17120181005)

Arisanti Samanta N (P17120181006)

Laurentia Devina W (P17120181006)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN GIZI

D3 Analisis Farmasi Dan Makanan

Februari 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik merupakan kebutuhan yang telah lama dipergunakan


dan dikembangkan oleh manusia. Seiring dengan berkembangnya tingkat
ilmu pengetahuan tentang perawatan tubuh, budaya dan tingkat sosial
ekonomi, penggunaan kosmetik pun kian meningkat dan beragam. Apalagi
dengan perkembangan teknologi obat (farmasi), khususnya yang berkaitan
dengan kosmetik. Kebutuhan manusia akan kosmetika tentunya sangat
beralasan, mengingat keberadaan manusia itu sendiri sebagai makhluk
sosial, yang dalam berinteraksi dengan sesamanya memerlukan bekal
kepercayaan diri agar dapat diterima dengan baik. Untuk itu manusia
memerlukan perawatan diri yang dengan itu diharapkan dapat tampil
mempesona, menarik, dan penuh rasa percaya diri. Defenisi kosmetik
dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes/1998
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin
bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit


diperlukan jenis kosmetik tertentu bukan hanya obat. Selama kosmetik
tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis
aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan
dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh : preparat antiketombe, anti
prespirant, deodorant, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk
memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat anti jerawat, preparat
pengeriting rambut, dan lain-lain. Pemeriksaan Rhodamin B dapat
dilakukan dengan menggunakanbulu domba dan kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Identifikasi dengan buludomba dapat dilakukan jika zat yang akan
kita tentukan merupakan zattunggal. Identifikasi dengan KLT untuk
menentukan zat tunggal maupuncampuran, dimana suatu campuran yang
dipisahkan akan terdistribusisendiri diantara fase-fase gerak dan tetap
dalam perbandingan yangberbeda-beda dari suatu senyawa terhadap
senyawa lain. Rhodamin B akan memberikan flourosensi kuning jika
dilihatdibawah sinar UV 254 nm dan berwarna merah muda jika dilihat
secaravisual.Penentuan kadar Rhodamin B dapat dilakukan dengan
berbagaimetode antara lain dengan metode kromatografi preparatif,
kromatograficair kinerja tinggi, dan dengan spektrofotometri sinar tampak.
Dalampenelitian ini digunakan metode spektrofotometri sinar tampak
karenametode tersebut sederhana dan juga memiliki tingkat ketelitian yang
baik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum identifikasi pewarna K10 (Rhodamin B, CI


45170) dalam pomade, antara lain :

1. Untuk mengetahui adanya pewarna merah K1O (Rhodamin B) dalam gel


rambut.
BAB II
DASAR TEORI
Kosmetika berasal dari kata cosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-
bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan (Wasiaatmadja, 1997: 3). Pada tahun 1955 Lubowe menciptakan
istilah cosmedik yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya
dapat mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat (Iswari,2007: 6).
Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut kosmetologi yaitu ilmu yang
berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, dan efek
samping kosmetika (Wasiaatmadja, 1997: 5).

Menurut Wall dan Jellinek,1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-


abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian,
yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik
serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Iswari,
2007:4). Defenisi kosmetik dalam peraturan menteri kesehatan RI No.
445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: Kosmetik adalah sediaan
atau paduan bahan yang siap untuk digunakan padabagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (BPOM, 2003:2).

Pomade merupakan suatu sediaan kosmetik yang masuk dalam kategori


wax based cream yang sedang diminati para pria untuk dapat membuat
penampilan rambut yang rapi. Fenomena menggunakan pomade khususnya di
Indonesia, akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan
dikarenakan berbagai gaya atau penampilan rambut dunia yang digunakan oleh
orang-orang terkenal yang sangat mempengaruhi pemikiran para remaja bahkan
dewasa dalam penampilan. Selain itu efek tahan lama dan bersinar atau klimis dari
kosmetik yang pertama kali muncul pada awal abad ke 19 ini menjadi alasan
mengapa kini para lelaki kembali beralih produk pomade (Aminuloh, 2016). Dari
bentuknya, ada dua jenis macam pomade yaitu oil based dan water based untuk oil
based merupakan material mengandung minyak dan lapisan lilin, sedangkan water
based mengandung material cairan dan lilin. Keduanya hampir sama membuat
rambut terlihat lebih rapih, licin, dan mengkilap. Untuk membuat penampilan
rambut yang rapi, segar serta klimis yakni sedian pomade yang di buat dari bahan
organik yaitu minyak zaitun (Olea europaea) yang berkhasiat dapat menyuburkan
rambut serta membuat rambut lebih terlihat klimis (Yudhi susilo, 2012). Minyak
zaitun mengandung beberapa senyawa, seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen,
dan squalene. Minyak zaitun juga mengandung trigliserol yang sebagian besar
berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis asam oleat (omega-9) dan asam
lemak tak jenuh ganda yaitu jenis asam linoleat (omega-6) dan linolenat (omega-
3). Minyak ini pun kaya akan vitamin A, B1, B2, C, D, E, K.

Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang biasa digunakan untuk


pewarna kertas, tekstil atau tinta. Zat tersebut dapat menyebabkan iritasi pada
kulit dan saluran pernafasan serta merupakan zat yang bersifat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada hati (Nurheti, 2008:46).

Pemeriksaan Rhodamin B dapat dilakukan dengan menggunakan bulu


domba dan kromatografi Lapis Tipis (KLT). Identifikasi dengan bulu domba
dapat dilakukan jika zat yang akan kita tentukan merupakan zat tunggal.
Identifikasi dengan KLT untuk menentukan zat tunggal maupun campuran,
dimana suatu campuran yang dipisahkan akan terdistribusi sendiri diantara fase-
fase gerak dan tetap dalam perbandingan yang berbeda-beda dari suatu senyawa
terhadap senyawa lain (Hardjono,1985: 130). Rhodamin Bakan memberikan
flourosensi kuning jika dilihat dibawah sinar UV254 nm dan berwarna merah
mudajika dilihat secara visual (Ditjen POM, 1997). Penentuan kadar Rhodamin
Bdapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain dengan metode
kromatografi preparatif, kromatografi cair kinerja tinggi, dan dengan
spektrofotometri sinar tampak. Dalam penelitian ini digunakan metode
spektrofotometri sinar tampak karena metode tersebut sederhana dan juga
memiliki tingkat ketelitian yang baik.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
1. Neraca analitik
2. Spatula
3. Erlenmeyer
4. Pipet ukur
5. Pipet volume
6. Hot plate
7. Batang pengaduk
8. Corong pisah
9. Statif dan klem
10. Alat spektrofotometer uv-vis

3.2 Bahan
1. Larutan NaOH 2%
2. Larutan NaOH 0,5M
3. Larutan HCl 0,1M
4. Padatan baku pembanding K 10
5. Pomade

3.3 Prosedur

3.3.1 Larutan Uji (larutan A)

1. Ditimbang pomade sebanyak 5gram


2. Ditambah dengan larutan NaOh 2% 30 ml
3. Dimasukkan sampel ke dalam corong pisah, ditambah eter
4. Dilakukan ekstrasi dan NaOH dibuang
5. Lapisan eter dicuci 2 kali dengan NaOH 0,5%, tiap kali
pencucian 20ml NaOH 0,5M
6. Lapisan NaOH dibuang
7. Lapisan eter ditambah 10 ml HCl 0,1 M. lapisan asam akan
berwarna merah jika sampel mengandung Rhodamin B
3.3.2 Larutan Baku (Larutan B)

1. Ditimbang 10mg larutan pembanding merah K10 Rhodamin B


2. Dilarutkan dalam 25 ml HCl 0,1M
3. Diambil beberapa tetes larutan tersebut dan diencerkan dengan
HCl 0,1M hingga warna larut dan tidak terlalu pekat

3.3.3 Cara Identifikasi

1. Sejumlah larutan A dan B diukur pada panjang gelombang


maksimum lebih kurang 559nm menggunakan HCl sebagai
blanko
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan

NO. PERLAKUAN HASIL


1. Larutan Uji Berat sampel : 5,0132 gram
a. Menimbang sampel Volume NaOH 2% : 30 mL
pomade dan dilarutkan
dalam NaOH 2%
b. Memasukkan larutan Volume eter yang ditambahkan : 30
sampel dalam corong mL
pisah. Ditambahkan eter Setelah diekstraksi terlihat dua
dan dilakukan ekstraksi fase, fase organic dan air.
cair-cair. Fase organi (atas) berwarna putih
keruh, fase air (dibawah) berwarna
kuning.
c. Larutn eter dicucui Volume NaOh masing-masing 20
dengan NaOH 0,5% mL.
sebanya 2 kali Terbentuk dua fasa dengan lapisan
atas putih keruh,dan lapisan bawah
bening.
Pada pencucian kedua terbentuk 3
fasa, yaitu bening,putih keruh,
bening.
d. Diambil lapisan paling Volume HCl 10 ml, larutan bening
atas, lalu ditambahkan
dengan HCl 0,1 M.
2. Larutan Baku
a. Ditimbang baku Massa : 0,012 gram
rhodamine B
b. Dilarutkan dalam HCl 0,1 Volume HCl 25 ml, warna merah
M pekat
c. Diambil 10 tetes larutan, Warna larutan merah muda
dilarutkan dalam 20 ml keunguan.
HCl 0,1 M.
3. Identifikasi
a. Diukur Panjang -Diatur Panjang gelombang maks
gelombang larutan uji dan 559 nm.
baku pembanding dalam -Hasil Panjang gelombang larutan
spektrofotometer UV-Vis uji : -
-Hasil Panjang gelombang larutan
bakurhodamin B : 557 nm

4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum identifikasi pewarna merah K10 (Rhodamin


B) pada pomade. Langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat larutan uji dengan cara menimbang 5,013 gram pomade
dan dilarutkan dalam 30 ml NaOH 2% yang kemudian diekstrak di
dalam corong pisah dengan eter 30 ml. Fungsi penambahan NaOH
pada sampel yaitu untuk melarutkan sampel karena rhodamin B
larut dalam basa, sedangkan fungsi penambahan eter saat ekstraksi
yaitu untuk mengikat zat warna. Didapatkan 2 fasa pada ekstraksi
tersebut yaitu fasa air dan fasa eter. Fasa eter diambil dan di ekstrak
kembali dengan 20 ml NaOH 0,5% sebanyak 2x sehingga
didapatkan larutan menjadi 3 fasa yaitu lapisan berwarna bening,
putih keruh dan bening. Penambahan NaOH 0,5% dimaksudkan
untuk menghilangkan residu atau pengotor dimana residu itu akan
larut dalam fasa air. Lapisan paling atas diambil lalu ditambahkan
HCl 0,1 M 1 ml. Jika terdapat perubahan warna menjadi merah
maka larutan tersebut mengandung rhodamin B, tetapi pada saat
praktikum sampel tidak berubah warna menjadi merah. Tahap
selanjutnya yaitu dilakukan pembuatan larutan baku dengan
melarutkan 10 mg padatan baku pembanding (rhodamin B) dengan
25 ml HCl 0,1 M. Larutan tersebut berwarna merah pekat keunguan
setelah itu diambil 10 tetes larutan tersebut dan dilarutkan dalam 20
ml HCl 0,1 M. Selanjutnya dilakukan tahap identifikasi dengan
mengukur panjang gelombang maksimum 559 nm, untuk
mengkonfirmasi adanya Rhodamin B dalam sampel.

4.2.2 Analisa Hasil

Pada praktikum identifikasi pewarna merah Rhodamin B


pada sediaan pomade, Didapatkan 2 fasa pada ekstraksi sampel dan
eter yaitu, fasa air dan fasa eter. Rhodamin B lebih larut dalam eter
sehingga rhodamin B berada pada fasa organik, fasa air berwarna
kuning kecoklatan berada di bawah, sedangkan fasa organik berada
di atas dan bewarna putih keruh. Fasa eter diambil dan di ekstrak
kembali dengan 20 ml NaOH 0,5% sebanyak 2x sehingga
didapatkan larutan menjadi 3 fasa yaitu lapisan berwarna bening,
putih keruh dan bening. Lapisan paling atas diambil lalu
ditambahkan HCl 0,1 M 1 ml. larutan akan berubah warna menjadi
merah, tetapi pada saat praktikum sampel tidak berubah warna
menjadi merah. Setelah itu dilakukan analisis dengan
spektrofotometer Uv-Vis didapatkan panjang gelombang baku
pembanding sebesar 557 nm. Sedangkan pada larutan uji tidak
didapatkan peak atau panjang gelombang. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel tidak mengandung pewarna K10 (rhodamin B).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum identifikasi pewarna merah K10
(Rhodamin B) pada sampel pomade dapat disimpulkan bahwa sampel
pomade tidak mengandung pewarna merah K10 (Rhodamin B), sehingga
pomade tersebut aman untuk digunakan.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, apabila sampel
positif mengandung pewarna merah K10 (Rhodamin B) maka proses
analisis dilanjutkan dengan uji kuantitatif untuk mengetahui kadarnya.
Daftar Pustaka

Aminuloh, Faisal. pengembangan formulasi herbal cousmeceutical pomade dari


minyak kemiri sebagai penyubur rambut, Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung, 2016; 1-12p. 2.
Badan POM. 2003. Keputusan Kepala Badan POM RI No: HK.00.05.4.3870
tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang lain. Jakarta.
Dirjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat Jenderal POM
RI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hardjono Sastrohamidjojo. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Nurheti Yuliarti, 2008 Sehat, Cantik, Bugar dengan herbal dan obat tradisional,
Andi, Jakarta
Retno Iswari Tranggono. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta : PT. Gramedia. Pustaka Utama, Anggota IKAPI.
Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Kosmetik Medik, Universitas Indonesia, Jakarta.
Yudhi susilo, Tegar. Khasiat minyak zaitun (olive oil) dalam meningkatkan kadar
hdl (high density lipoprotein) darah tikus wistar jantan, Jember: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Jember, 2012; 15-19p.
Lampiran

Diekstaksi sampel yang sudah


Menimbang sampel pomade
dilarutkan dengan NaOH dengan
eter

Dikeluarkan lapisan bawah Dicuci dengan NaOH dan


diekstrasi kembali

Lapisan paling atas adalah larutan Rhodamine B yang sudah dilarutkan


uji (A) dengan HCl (larutan baku B)
Larutan Adan B diukur di Hasil larutan Baku Rhodamin B
spektrofotometer uv-vis
Jurusan Farmasi FKIK UIN MALANG 01/31/2020 02:52:23 PM

Data Set: KEL 1 2A BAKU - RawData

2.999

6
2.000
Abs.

1.000
12

11

10

8
7

1
5

2
4

3
0.000

-0.316
200.00 400.00 600.00 800.00
nm.
[Measurement Properties] No. P/V Wavelength Abs. Description
Wavelength Range (nm.): 200.00 to 800.00 1 753.50 0.076
Scan Speed: Fast
2 737.50 0.054
Sampling Interval: 0.5
Auto Sampling Interval: Enabled 3 726.00 -0.021
Scan Mode: Single 4 698.00 0.037
5 680.00 0.068
[Instrument Properties] 6 557.50 1.987
Instrument Type: UV-1800 Series 7 420.00 0.104
Measuring Mode: Absorbance 8 399.50 0.109
Slit Width: 1.0 nm
9 352.00 0.199
Light Source Change Wavelength: 340.0 nm
S/R Exchange: Normal 10 283.50 0.408
11 257.50 0.634
[Attachment Properties] 12 226.00 0.738
Attachment: None 13 759.50 0.002
14 749.00 0.024
[Operation] 15 728.00 -0.025
Threshold: 0.0010000 16 712.00 -0.039
Points: 4
InterPolate: Disabled 17 696.00 0.034
Average: Disabled 18 671.50 0.037
19 631.50 0.037
[Sample Preparation Properties] 20 443.50 0.088
Weight: 21 376.00 0.097
Volume: 22 329.00 0.136
Dilution: 23 275.00 0.387
Path Length:
24 245.50 0.531
Additional Information:

Page 1 / 2
Jurusan Farmasi FKIK UIN MALANG 01/31/2020 02:52:23 PM

Data Set: KEL 1 2A BAKU - RawData

2.999

6
2.000
Abs.

1.000
12

11

10

8
7

1
5

2
4

3
0.000

-0.316
200.00 400.00 600.00 800.00
nm.
[Measurement Properties] No. P/V Wavelength Abs. Description
Wavelength Range (nm.): 200.00 to 800.00 25 215.50 0.690
Scan Speed: Fast
Sampling Interval: 0.5
Auto Sampling Interval: Enabled
Scan Mode: Single

[Instrument Properties]
Instrument Type: UV-1800 Series
Measuring Mode: Absorbance
Slit Width: 1.0 nm
Light Source Change Wavelength: 340.0 nm
S/R Exchange: Normal

[Attachment Properties]
Attachment: None

[Operation]
Threshold: 0.0010000
Points: 4
InterPolate: Disabled
Average: Disabled

[Sample Preparation Properties]


Weight:
Volume:
Dilution:
Path Length:
Additional Information:

Page 2 / 2
Jurusan Farmasi FKIK UIN MALANG 01/31/2020 04:16:16 PM

Data Set: KEL 1 2A UJI - RawData

0.636
0.600

0.400
Abs.

0.200
1

0.000

-0.060
200.00 400.00 600.00 800.00
nm.
[Measurement Properties] No. P/V Wavelength Abs. Description
Wavelength Range (nm.): 200.00 to 800.00 1 334.50 0.101
Scan Speed: Fast
2 312.50 0.091
Sampling Interval: 0.5
Auto Sampling Interval: Enabled
Scan Mode: Single

[Instrument Properties]
Instrument Type: UV-1800 Series
Measuring Mode: Absorbance
Slit Width: 1.0 nm
Light Source Change Wavelength: 340.0 nm
S/R Exchange: Normal

[Attachment Properties]
Attachment: None

[Operation]
Threshold: 0.0010000
Points: 4
InterPolate: Disabled
Average: Disabled

[Sample Preparation Properties]


Weight:
Volume:
Dilution:
Path Length:
Additional Information:

Page 1 / 1

Anda mungkin juga menyukai