Anda di halaman 1dari 7

Macam-macam akad (kontrak) transaksi berdasarkan Fiqh Muamalah yang biasa diterapkan

dalam lembaga keuangan syariah, yang antara lain:


Mudharabah
adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal.
Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal
dan keahlian dari pengelola. Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul
maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati
dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal
untuk usaha halal. Sedangkan, shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara
tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.
Pengertian Mudharabah Menurut 4 Imam
 Mudharabah menurut Imam Hanafi, mudharabah adalah “Akad syirkah dalam keuntungan,
satu pihak pemilik modal dan satu pihak lagi pemilik jasa.”
 Mudharabah menurut Imam Maliki, mudharabah adalah “Akad perwakilan, dimana pemilik
harta mengeluarkan sebagian hartanya untuk dijadikan modal kepada orang lain agar modal
tersebut diperdagangkan dengan pembayaran yang telah ditentukan (mas dan perak).
 Mudharabah menurut Mazhab Hanabilah, mudharabah adalah “Pemilik harta mengeluarkan
sebagian hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang lain untuk diperdagangkan dengan
bagian dari keuntungan yang telah diketahui.”
 Mudharabah menurut Mazhab Syafi’i, mudharabah adalah “Akad yang menentukan
seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain untuk diperdagangkan.
Musyarakah
syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil di
mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dalam melakukan usaha, dengan
proporsi pembagian profit bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara
para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah
dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang
mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Pengertian secara bahasa
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam hal ini
mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il mudhari’)
syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); ertinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus al
Munawar) Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah bererti mencampurkan dua bagian atau lebih
sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya, (An-Nabhani)
Pengertian dalam prespektif fiqh muamalah
Adapun menurut makna syara’, syirkah adalah suatu akad antara 2 pihak atau lebih yang sepakat
untuk melakukan kerja dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani)

1
Ijarah
Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi ekonomi yang sangat melekat dalam kehidupan
manusia .
Sebelum memahami semakin dalam tentang ijarah , mula – mula kita harus mengerti terlebih
dahulu pengertian ijarah . Berikut pengertuian dari beberapa pendapat tentang ijarah :
 Secara bahasa , ijarah berasal dari bahasa arab yang memiliki makna imbalan atau upah ,
sewa , jasa .
 Secara istilah , ijarah adalah transaksi pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang
atau jasa melalui sewa / upah dalam waktu tertentu ,tanpa adanya pemindah hak atas barang
tersebut .
 Menurut Imam syafi’i ijarah adalah transaksaksi tertentu terhadap suatu manfaat yang dituju
, bersifat mubah dengan imbalan tertentu.
 Menurut imam hanafi , ijarah yaitu akad atas kemanfaatan tertentu dengan pengganti ( upah
).
 Menurut jumhur ulama fiqh, ijarah yaitu menjual suatu manfaat yang boleh disewakan,serta
hanya manfaatnya bukan bendanya yang disewakan .
Prinsip ijarah sama halnya dengan prinsip jual beli , cuma yang membedakan hanya objeknya .
Dalam jual beli objeknya adalah barang . Namun dalam ijarah objeknya adalah barang maupun
jasa .
AKAD TIJAROH (PERDAGANGAN)
Makna Tijaroh (Perdagangan) Tijaroh sebagaimana yang telah didefinisikan oleh pada fuqaha
ialah pengusahaan harta benda dengan penggantian harta benda yang lain. (Raddul Mukhtar,
18:2). Akad tijaroh digunakan dalam transaksi yang sifatnya komersial/profit motif, sehingga
boleh mengambil keuntungan. Contoh transaksi seperti ini adalah jual beli, sewa-menyewa,
upah-mengupah kerjasama usaha atau bagi hasil.
ISTISHNA’
Istishna’ (‫ )استصناع‬adalah bentuk ism mashdar dari kata dasaristashna’a-yastashni’u ( – ‫اتصنع‬
‫)يستصنع‬. Artinya meminta orang lain untuk membuatkan sesuatu untuknya. Dikatakan
: istashna’a fulan baitan, meminta seseorang untuk membuatkan rumah untuknya
Sedangkan menurut sebagian kalangan ulama dari mazhab Hanafi, istishna’ adalah ( ‫عقد على مبيع‬
‫)في الذمة شرط فيه العمل‬. Artinya,sebuah akad untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat
mengerjakaannya. Sehingga bila seseorang berkata kepada orang lain yang punya keahlian dalam
membuat sesuatu,”Buatkan untuk aku sesuatu dengan harga sekian dirham”, dan orang itu
menerimanya, maka akad istishna’ telah terjadi dalam pandangan mazhab ini.
Senada dengan definisi di atas, kalangan ulama mazhab Hambali menyebutkan ( ‫بيع سلعة ليست عنده‬
‫)على وجه غير السلم‬. Maknanya adalah jual-beli barang yang tidak (belum) dimilikinya yang tidak
termasuk akad salam. Dalam hal ini akad istishna’ mereka samakan dengan jual-beli dengan
pembuatan (‫)بيع بالصنعة‬.

2
Namun kalangan Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah mengaitkan akad istishna’ ini dengan akad
salam. Sehingga definisinya juga terkait, yaitu (‫)الشيء المسلم للغير من الصناعات‬, yaitu suatu barang
yang diserahkan kepada orang lain dengan cara membuatnya.
Jadi secara sederhana, istishna’ boleh disebut sebagai akad yang terjalin antara pemesan sebagai
pihak 1 dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa sebagai pihak ke-2, agar pihak
ke-2 membuatkan suatu barang sesuai yang diinginkan oleh pihak 1 dengan harga yang
disepakati antara keduanya.
Salam
Kata salam berasal dari kata at-taslîm (‫)التَّ ْس ِليْم‬. Kata ini semakna dengan as-salaf (‫سلَف‬
َّ ‫ )ال‬yang
bermakna memberikan sesuatu dengan mengharapkan hasil dikemudian hari. Pengertian ini
terkandung dalam firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
‫ُكلُوا َوا ْش َربُوا َهنِيئًا بِ َما أَ ْسلَ ْفت ُ ْم فِي ْاْلَي َِّام ْالخَا ِليَ ِة‬
(kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah
kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”.[al-Hâqqah/69:24]
Menurut para Ulama, definisi bai’us salam yaitu jual beli barang yang disifati (dengan kriteria
tertentu/spek tertentu) dalam tanggungan (penjual) dengan pembayaran kontan dimajlis akad.
Dengan istilah lain, bai’us salam adalah akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah
disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad berlangsung.
Wadiah
Dalam bidang ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab
atas pengembalian titipan tersebut.
Wadiah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Wadiah Yad Dhamanah – wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang
titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan
tersebut secara utuh setiap saat kala si pemilik menghendakinya.
2. Wadiah Yad Amanah – wadiah di mana si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari
kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang seseorang
tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang
yang sanggup menjaga1. Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari
satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Ada dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqh, yaitu :
1.Ulama madzhab hanafi mendefinisikan :
‫تسليط الغير على حفظ ماله صارحا أو داللة‬

3
“ mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas
maupun isyarat”
Umpamanya ada seseorang menitipkan sesuatu pada seseorang dan si penerima titipan menjawab
ia atau mengangguk atau dengan diam yang berarti setuju, maka akad tersebut sah hukumnya.
2.Madzhab Hambali, Syafi’I dan Maliki ( jumhur ulama ) mendefinisikan wadhi’ah sebagai
berikut :
‫توكيل في حفظ مملوك على وجه مخصوص‬
“ mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu “ menurut
HASBI-ASHIDIQIE al-wadi’ah ialah :
“akad yang inrinya minta pertolongan pada seseorang dalam memelihara harta penitip.”
menurut SYAIKH SYIHAB al-DIN al-QALYUBI wa SYAIKH Umairah al-wadi’ah ialah :
“benda yang diletakan pda orang lain untuk dipeliharanya
menurut IBRAHIM al-BAJURI berpendapat bahwa yang dimaksud al-wadi’ah ialah
“akad yang dilakukan untuk penjagaan”
menurut ADDRIS AHMAD bahwa titipan adalah barang yang diserahkan (diamanahkan) kepada
seseorang supaya barang itu dijaga baik-baik.
Tokoh – tokoh ekonomi perbankan berpendapat bahwa wadhi’ah adalah akad penitipan barang
atau uang kepada pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan,
keamanan dan keutuhan barang atau uang tersebut
Wakalah
Pengertian dan Hukum Wakalah
Wakalah menurut bahasa berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian madat. Wakalah
menurut istilah para ulama berbeda-beda antara lain sebagai berikut.
Malikiyyah berpendapat bahwa wakalah adalah :
َ َ‫فى َح ّق لَهُ َيت‬
‫ص َّر ِفي ِه‬ ٌ ‫ُضيْم( ش َْخ‬
ِ ‫ص َغي َْره‬ ِ ‫ا َ ْن َي ِنيْب )ي‬
Artinya:
Seseoarang menggantikan (menepati) tempat yang lain dalam hak (kewajiban), dia yang
mengelola pada posisi itu.
Hanafiyyah berpendapat bahwa wakalah adalah :
َ َ‫ض ِس ِه فِى ت‬
‫ص َّر ق‬ ْ َ‫ام ن‬ ٌ ‫يم ش َْخ‬
َ َ‫ص َغي َْرهُ َمق‬ ِ ‫ا َ ْن ي‬
َ ‫ُض‬
Artinya:
Seseorang menempati diri orang lain dalam tasarruf (pengelolaan).
Iman Taqy ad-Din Abi Bakar Ibn Muhammad al-husaini bahwa wakalah adalah
ُ ‫فى َحا ِل َحيَا تَ ِه تَ ْف ِوي‬
‫ْض‬ َ َ‫ماَلَهُ فِ ْعلُهُ ِم َما ّ يَ ْقبَ ُل النّيَا َبةَ اِلُى َغي ِْر ِه ِليَحْ ف‬
ِ ُ ‫ظه‬
Artinya:

4
Seorang yang menyerahkan harta untuk dikelolanya yang ada penggantinya kepada yang lain
supaya menjaganya ketika hidupnya.
1. Idris Ahmad berpendapat bahwa wakalah adalah seseorang yang menyerahkan suatu urusan
kepada orang lain yang dibolehkan oleh syarak, supaya yang diwakilkan dapat mengerjakan
apa yang harus dilakukan.dan berlaku selama yang mewakilkan masih hidup.
Dan beberapa defenisi diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa wakalah adalah menyerah diri
seseorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Perwakilan berlaku selama yang
mewakilkan masih hidup. Adapun dijadikan dasar hukum wakalah adalah firman Allah swt. Dan
sunnah Rasulullah saw.
Firman Allah swt
۟ ُ ‫فَٱ ْبعَث‬
‫وا َح َك ًًۭما ِّم ْن أَ ْه ِلِۦه َو َح َك ًًۭما ِ ّم ْن أَ ْه ِل َهآ‬
Artinya :
Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan.
Sunnah Rasulullah saw.
‫ع ْنهُ قا َ َل أ َ َردْتُ ا ُخ ُر ْو َج ِإلَى َخ ْي َب َر َفاَتَيْتُ النّ ِبي‬ ِ ‫سلم َفقَا َل اِذَا أَتَيْتَ و ِكي‬
َ ُ‫ْلى ِب َخ ْي َب َر فَ ُخذُ ِم ْنهُ ا َ ْن َخا ِب ٍر َر ِض َي ا هلل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صَلى هللا‬
‫س ًقا‬ َ ‫س َة‬
ْ ‫عش ََر َو‬ َ ‫َخ ْم‬
Artinya:
Dari Jabir r.a berkata: aku keluar pergi ke Khaibar, lalu aku datang kepada Rasulullah
saw.maka beliau bersabda, “apabila engkau datang pada wakilku di Khaibar maka ambillah
darinya 15 wasaq. “(H.R. Abu Daud: 3148
Hiwalah
Hiwalah diambil dari kata tahawwul (berpindah) atau tahwil (pemindahan). Hiwalah maksudnya
adalah memindahkan utang dari tanggungan muhiil (pengutang pertama) kepada
tanggungan muhaal ‘alaih (pengutang kedua). Dalam hiwalah ada istilah muhiil, muhaal, dan
muhaal ‘alaih. Muhiil artinya orang yang berutang, sedangkan muhaal artinya pemberi utang,
adapun muhaal ‘alaih adalah orang yang yang akan membayar utang.
Hiwalah merupakan salah satu tindakan yang tidak membutuhkan ijab dan qabul, dan dipandang
sah dengan kata-kata apa saja yang menunjukkan demikian, seperti “Ahaltuka” (saya akan
menghiwalahkan), Atba’tuka bidainika ‘alaa fulaan” (saya akan pindahkan utangmu kepada si
fulan) dsb.
Kafalah
Pengertian Kafalah. Kafalah menurut bahasa berarti menanggung. Firman Allah Swt. : ‫َو َكفَّلَ َها زَ ك َِريَّا‬
“Dan Dia (Allah) menjadikan Zakarya sebagai penjamin (Maryam)” (QS. Ali Imran :37)
Menurut istilah arti kafalah adalah menanggung atau menjamin seseorang untuk dapat
dihadirkan dalam suatu tuntutan hukum di Pengadilan pada saat dan tempat yang ditentukan.
Akan tetapi 10 akad diatas belum lengkap. Pembagian akad dari segi ada tidaknya kompensasi
ada 2 macam:

5
1. Pengertian Akad Tabarru’ dan JenisnyaAkad Tabarru’ (gratuitous contract) adalah
perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi
nirlaba). Tujuan dari transaksi ini adalah tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan
(tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad
Tabarru’ pihak yang berbuat kebaikan tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada
pihak lainnya karena ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Namun, tidak
mengapa jika pihak yang berbuat kebaikan meminta sekadar menutupi biaya yang
ditanggungnya untuk melakukan akad tabarru’ tersebut, sepanjang tidak mengambil laba dari
akad tersebut.
Ada 3 bentuk akad Tabarru’, yaitu:
Meminjamkan Uang
Meminjamkan uang termasuk akad Tabarru’ karena tidak boleh melebihkan pembayaran atas
pinjaman yang diberikan, karena setiap kelebihan tanpa ‘iwad adalah riba. Ada 3 jenis
pinjaman, yaitu:
1. Qardh: merupakan pinjaman yang diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain
mengembalikan pinjaman tersebut setelaah jangka waktu tertentu.
2. Rahn: merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam bentuk atau jumlah
tertentu.
3. Hiwalah: bentuk pinjaman dengan cara mengambil alih piutang dari pihak lain.
Meminjamkan Jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlian atau ketrampilan termasuk akad Tabarru’. Ada 3 jenis
pinjaman jasa, yaitu:
4. Wakalah: memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat ini untuk melakukan
sesuatu atas nama orang lain.
5. Wadi’ah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini telah dirinci
tentang jenis penitipan dan pemeliharaan. Sehingga selama pemberian jasa tersebut kita
juga bertindak sebagai wakil dari pemilik barang.
6. Kafalah: merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada akad ini terjadi atas
wakalah bersyarat.
7. Memberikan Sesuatu
Dalam akad ini, pelaku memberikan sesuatu kepada orang lain. Ada 3 bentuk akad ini, yaitu:
8. Waqaf: merupakan pemberian dan penggunaan pemberian yang dilakukan untuk
kepentingan umum dan agama, serta pemberian itu tidak dapat dipindahtangankan.
9. Hibah, Shadaqah: merupakan pemberian sesuatu secara sukarela kepada orang lain.
2. Pengertian Akad Tijarah dan Jenisnya Akad Tijarah (compensational contract)
merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Dari sisi kepastian hasil
yang diperoleh, akad Tijarah sapat dibagi menjadi dua, yaitu natural uncertainty

6
contract dan natural certainty contract. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing hal
tersebut dan jenis-jenisnya.
Natural Uncertainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pencampuran dimana pihak yang bertransaksi
saling mencampurkan asset yang mereka miliki menjadi satu, kemudian menanggung risiko
bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itu, kontrak jenis ini tidak
memberikan imbal hasil yang pasti, baik nilai imbal hasil maupun waktu. Jenis-jenis natural
uncertainty contract antara lain:
1. Mudharabah: yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana pemilik modal
(shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) untuk
melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh
menurut kesepakatan dimuka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya ditanggung
pemilik dana sepanjang tidak ada unsure kesengajaan atau kelalaian oleh mudharib.
2. Musyarakah: akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra musyarakah)
untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu
kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
3. Sukuk (obligasi syariah): merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.
4. Saham syariah yang produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya: a) perusahaan
tersebut memiliki piutang dagang yang relative lebih kecil dibandingkan total asetnya, b)
perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil dibandingkan nilai kapitalisasi pasar, c)
perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil.
Natural Certainty Contract
Merupakan kontrak yang diturunkan dari teori pertukaran, dimana kedua belah pihak saling
mempertukarkan asset yang dimilikinya, sehingga objek pertukarannya pun harus ditetapkan
di awal akad dengan pasti tentang jumlah, mutu, harga, dan waktu penyerahan. Dalam
kondisi ini secara tidak langsung kontrak jenis ini akan memberikan imbal hasil yang tetap
dan pasti karena sudah diketahui ketika akad. Jenis dari kontrak ini ada beberapa, antara lain:
5. Murabahah: transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli.
6. Salam: transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang
diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.
7. Istishna’: memiliki system yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’ pembayaran
dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa kali (termin) atau ditangguhkan selama
jangka waktu tertentu.
8. Ijarah: akad sewa-menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
manfaat atas objek sewa yang disewakan.

Anda mungkin juga menyukai