Dari Redaksi
Tahun 2016 adalah tahun di mana kebijakan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diterapkan oleh pemerintah
negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Salah satu
dampak MEA disamping kemudahan dan keterbukaan
perdagangan barang dan jasa lintas negaranegara nggota
ASEAN tetapi juga keterbukaan pasar tenaga kerja
professional. Di dalam kesepakatan MEA, terdapat delapan
(8) profesi yang dibebaskan bekerja lintas negara di Asia
Tenggara yaitu Insinyur atau Sarjana Teknik, Arsitek, Tenaga
Pariwisata, Akuntan, Dokter Gigi, Tenaga Survey, Praktisi
Media, dan Perawat.
Jurnal IAFMI kali ini mengambil tema khusus Membangun Standar Keahlian dan Kompetensi
Nasional Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen IAFMI untuk mendorong percepatan kesiapan
para insinyur fasilitas produksi Migas Indonesia melalui penyiapan Standar Kompetensi Keahlian
Nasional Indonesia (SKKNI) yang akan bermuara pada Sertifikasi Tenaga Ahli Fasilitas Produksi Migas.
Dalam edisi ini team IAFMI akan menyajikan perbandingan proses sertifikasi insinyur di Negara-
Negara lain, dan pemaparan standar kompetensi yang dibutuhkan bagi lima (5) disiplin yang terlibat
dalam proyek dan operasi fasilitas produksi Migas, yaitu: Struktur, Process, Risk Base Inspection,
Pipeline, dan Planning. Di samping itu, terdapat juga artikel yang membahas proses penyusunan
SKKNI dan liputan artikel Expert Sharing IAFMI yang menghadirkan Lembaga Sertifikasi (LSP) Migas
dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Terima kasih kami sampaikan bagi para kontributor, mengingat tidaklah mudah menuangkan
ide-ide standar kompetensi untuk disiplin ilmu di atas dalam waktu singkat. Semoga ide-ide yang
terdapat dalam jurnal kali ini dapat segera direalisasikan menjadi Rancangan SKKNI. Seiring dengan
membaiknya harga minyak dunia, semangat dan optimisme harus selalu kita jaga untuk terus
meningkatkan kompetensi dan kualifikasi para insinyur Indonesia, khususnya yang bekerja di bidang
fasilitas produksi Migas.
Desi A. Mahdi
Pemimpin Redaksi
<< 5 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Kata Pengantar
Ketua Umum IAFMI
Tanpa terasa Jurnal IAFMI telah memasuki edisi yang ke-4.
Keberhasilan ini sepenuhnya tercapai berkat kontribusi yang
tulus dari seluruh pendukung IAFMI. Mereka adalah team Redaksi,
Kontributor Makalah, Anggota IAFMI yang secara konsisten
mendukung dan selalu menantikan kehadiran Jurnal IAFMI, serta
Mitra IAFMI yang telah mensponsori penerbitan Jurnal IAFMI ini.
Tahun 2016 merupakan tahun dimulainya era
internasionalisasi dan keterbukaan pasar Indonesia di bidang profesi yang menghadapkan
para engineer Indonesia untuk bersaing langsung dengan para enginer dari luar. Dengan
mengusung tema Membangun Kompetensi Nasional dan Standar Kompetensi Profesi ini
diharapkan akan membuka mata para ahli Indonesia bahwa Sertifikasi keahlian profesi
adalah sebuah kebutuhan, khususnya untuk menghadapi era pasar terbuka ini. Disisi lain,
kita pun harus sadar bahwa acuan Standar Kompetensi Profesi di Indonesia khususnya bidang
keahlian fasilitas produksi masih sangat terbatas. Tahun 2016 dan 2017, IAFMI berkomitmen
untuk mendukung dihasilkannya SKKNI dan proses Sertifikasi profesi ini dan mendorong
percepatan kesiapan tenaga engineer di bidang keahlian fasilitas produksi migas Keikut
sertaan para pelaku industri migas dalam penerbitan jurnal edisi 4 ini menjadi kontribusi
signifikan untuk program percepatan ini.
Akhir kata, pengurus IAFMI menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penerbitan jurnal ini.
Salam hangat IAFMI
Mau ikut
kongres?
IAFMI sebagai organisasi profesi dalam bidang Fasilitas Minyak dan Gas dapat
memberikan sumbang saran dan menjadi partner dalam pengambilan keputusan
pemerintah terkait Minyak dan Gas Nasional.
Meskipun berusia masih seumur jagung namun IAFMI sudah banyak melakukan
kegiatan untuk mendorong profesionalisme para stakeholder fasilitas produksi
migas. Kesinambungan kegiatan ini harus terus berlanjut dengan memperbesar
peran asosiasi ini terutama untuk pengakuan internasional para profesionalnya
dan memastikan keahlian mereka berkembang terus serta secara dominan
berperan di negeri sendiri.
Saya bergabung dengan IAFMI tahun 2014. Di organisasi ini saya menemukan
sahabat yang memiliki kesamaan pandangan terhadap perlunya industri
pendukung migas yang berjaya, kompetitif, berkualitas, serta memiliki
nasionalisme.
IAFMI? Wow keren!!! Sebagai wadah baru, iAFMI tampil beda dengan memberikan
knowledge dan wawasan baru bagi anggota melalui CEO Talk, Expert sharing dan
kunjungan industri.
IAFMI memberikan ruang yg luas dan energi yg berlimpah bagi para professional
dalam bidang pengembangan fasilitas produksi MIGAS dengan berbagai latar
belakang dari semua stake holder yg ada UNTUK berbagi pengetahuan dan
keahlian, bersinergi demi membangun kompetensi anak negri dan ikut berjuang
bersama seluruh komponen bangsa untuk mencapai tingkat kemandirian yang di
harapkan
4 Dari Redaksi
Facilities Engineer
Chief Editor:
Adjie Heryanto, S.T
Team Editor:
Risvan Dirza, S.T
Dwi Nuraini Siregar, S.T
Sponsorship:
Ahmad Diponegoro, ST.,MSc Wiwin lukman Febrianto
Distribusi:
Auliya Fahmi Syafri, S.T
Rosiska Alwin, SE
Project Sponsor:
Ir. Edwin Badrusomad
(Direktur Eksekutif IAFMI)
Penanggung Jawab:
Ir. Taufik Aditiyawarman, M.M., PMP
(Sekjen IAFMI)
bunga yang kompetitif. Selain itu restitusi VAT Umum IAFMI Rudianto Rimbono:
yang dipercepat dan pengenaan besaran pajak • Penerapan skema supply chain financing
final PPh yang lebih fleksibel dipandang sebagai pada industri retail dan downstream oleh
peluang untuk dapat membantu ‘cash flow’ BRI dipandang layak untuk diperluas
kontraktor nasional. Dengan cash flow yang penerapannya di industri hulu migas.
kuat, dana yang ada dapat dialokasikan untuk
• Perlu ditelaah lebih lanjut peluang dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
tatacara pemanfaatan dana ASR untuk industri
Pada akhirnya diharapkan kontraktor-kontraktor
hulu migas.
lokal dapat lebih fokus kepada lini bisnis intinya
• Perlu adanya pemahaman yang sama antara
dan bukan pada biaya-biaya terkait pendanaan
pihak Bank dan pelaku usaha migas mengenai
proyek.
resiko migas melalui edukasi manajemen
Adhi Pratama menyampaikan bahwa BRI
resiko yang meliputi seluruh rantai suplai.
sebagai salah satu bank BUMN yang ditunjuk
Diharapkan dengan pemahaman yang lebih
pemerintah telah melakukan pemberian cash
baik maka valuasi resiko pekerjaan proyek
loan dan non cash loan untuk KKKS, kontraktor,
migas oleh perbankan lebih tepat sehingga
dan vendor dalam bentuk pre-financing, post-
dihasilkan formulasi kerja sama yang lebih
financing, dan customized financing. Ditambahkan
menguntungkan para pihak.
bahwa dana ASR (Abandonement and Site
Restoration) yang terkumpul sampai dengan • SKKMIGAS dalam waktu dekat akan
saat ini di BRI adalah sebesar Rp. 3,5 Trilliun. menerapkan sistem CIVD (Centralized Integrated
Satu peluang yang disampaikan Oscar Hutagaol Vendor Database) untuk memungkinkan para
adalah jasa konversi mata uang asing ke Rupiah vendor melakukan pemutakhiran dokumen
dan sebaliknya tanpa biaya untuk semua administratif dari waktu ke waktu sehingga
transaksi migas apabila kedua belah pihak yang ketika hendak mengikuti lelang perusahaan
bertransaksi mempunyai rekening di BRI. cukup mengirimkan proposal teknis dan
commercial saja.
Berikut rangkuman pandangan peserta yang
disampaikan dalam catatan penutup oleh Ketua
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 16
Perbandingan Proses
Sertifikasi Profesi Insinyur
Indonesia dengan
Negara-Negara lain
Risvan Dirza, S.E, MSc – Project Engineer, PHE ONWJ
Desi A. Mahdi, S.T, PMP – Oil and Gas Professional, Consultant
Indonesia
Sertifikasi nasional dan internasional untuk
profesi insinyur membutuhkan proses yang Salah satu lembaga profesi keinsinyuran yang
tidak mudah. Pada artikel ini, penulis mencoba sudah cukup lama dikenal di Indonesia adalah PII
membandingkan berbagai proses sertifikasi (Persatuan Insinyur Indonesia). Lembaga profesi ini
keinsinyuran yang berlaku di Indonesia dan di sudah berdiri sejak 1952. Selain terbuka bagi para
beberapa negara lain. insinyur dari segala kalangan untuk masuk sebagai
anggota, PII juga memiliki program “Sertifikasi
Insinyur Profesional PII”. Untuk memperoleh
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 20
sertifikasi tersebut, ada beberapa persyaratan pengalaman kerja. PII juga mempersyaratkan
administratif yang harus dipenuhi, diantaranya ijazah sarjana (S1) bidang studi tertentu untuk
adalah pengalaman kerja minimal 3 tahun, mengisi dapat mengajukan aplikasi sebagai Insinyur
formulir aplikasi, melampirkan salinanijazah Profesional, mayoritas adalah Sarjana Teknik
sarjana teknik, pas foto dan membayar biaya (termasuk Arsitek dan Desain Interior).
proses sertifikasi. Khusus untuk biaya awal
Aplikasi dapat disampaikan dua kali dalam
proses sertifikasi, saat ini besarnya berada di
setahun yaitu pada akhir periode 1 (Juni) dan
kisaran 1 sampai 2.5 juta rupiah. Biaya tersebut
akhir periode 2 (Desember). Majelis penilai berhak
merepresentasikan jenis sertifikasi yang diperoleh
meminta keterangan tambahan secara tertulis
beserta aspek logistiknya. Jenis sertifikasi yang
atau melalui tatap muka sebelum menyetujui
saat ini ada di PII terdiri dari Insinyur Profesional
aplikasi pendaftar.
Pertama (IPP), Insinyur Profesional Madya (IPM)
dan Insinyur Profesional Utama (IPU).
Insinyur Profesional Pratama adalah para Kanada dan Amerika Serikat
insinyur yang sudah bekerja lebih dari tiga tahun Di luar Indonesia, secara umum, status
sejak mencapai gelar kesarjanaannya dan mampu profesional didefinisikan secara hukum dan
membuktikan kompetensi kepro-fesionalannya dilindungi oleh sebuah badan pemerintah
melalui data rekam jejak yang valid. ataupun lembaga swadaya. Yang membedakan
Insinyur Profesional Madya adalah para seorang insinyur profesional berlisensi adalah
pemegang sertifikat Insinyur Profesional kewenangan atau kewajiban mengambil
Pratama yang sudah bekerja dan membuktikan tanggung jawab hukum untuk pekerjaan rekayasa
kompetensinya selama paling sedikit lima (5) desain. Sebagai contoh, hasil pekerjaan seorang
tahun setelah yang bersangkutan memperoleh insinyur berlisensi mungkin bertanda, bercap atau
sertifikat Insinyur Profesional Pratama. berstempel dokumentasi teknis seperti laporan,
gambar, dan perhitungan, perkiraan desain studi,
Level terakhir adalah Insinyur Profesional
atau analisis.
Utama, yaitu para pemegang sertifikat Insinyur
Profesional Madya yang telah bekerja dan Sebagai contoh di Kkanada gelar Professional
membuktikan kompetensi-nya selama paling Engineering (P.Eng) hanya dapat digunakan
sedikit delapan tahun setelah ia memperoleh oleh para insinyur berlisensi dan dilindungi oleh
sertifikat Insinyur Profesional Madya, serta hukum di semua propinsi. Perijinan insinyur
mempunyai reputasi profesional dengan rekam dilakukan melalui asosiasi badan hukum yang
jejak berskala nasional. berkuasa, seperti contoh salah satunya Profesional
Engineering Ontario. Banyak dari lembaga asosiasi
Pendaftar yang ingin mendapat akreditas
ini yang bertanggung jawab mengatur profesi.
Insinyur Profesional PII harus menjadi anggota PII
Proses pendaftaran ummnya sebagai berikut:
terlebih dahulu. Proses penilaian dilakukan oleh
majelis penilai terhadap aplikasi pendaftar yang • Memiliki gelar dari program pendidikan
merupakan penilaian mandiri pendaftar terhadap di bidang teknik atau ilmu terapan, yang
4 unit kompetensi wajib dan 7 unit kompetensi terakreditasi oleh Badan Akreditasi Kanada
pilihan sesuai bidang dan sub bidang keahlian Engineering (CEAB).
yang dipilih oleh pendaftar. Selain itu pendaftar • Menyelesaikan pelatihan atau magang pada
juga melampirkan dokumentasi rekam jejak program dengan supervisi P. Eng.
<< 21 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
• Telah diperiksa rekam jejak pengalaman teknik yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi
kerjanya oleh Asosiasi terkait, untuk Engineering dan Teknologi (ABET)
• Lulus Ujian Profesional Praktisi (isi dan format • Menyelesaikan ujian tertulis dari asosiasi
yang berbeda menurut provinsi). untuk dasar-dasar Engineering (FE)
Insinyur yang tidak berlisensi berpotensi • Memiliki empat tahun pengalaman teknik (di
medapatkan sanksi hukun sesuai dengan undang- kebanyakan negara bagian). Untuk lulusan
undang yang berlaku jika melakukan kegiatan teknologi rekayasa, jumlah tahun yang
desain rekayasa tertentu. diperlukan mungkin lebih tinggi.
Di Amerika Serikat, registrasi atau sertifikasi • Menyelesaikan Prinsip ditulis dan Praktek
insinyur profesional dan praktek rekayasa diatur Teknik (PE) pemeriksaan, yang menguji
oleh masing-masing negara bagian. Setiap pengetahuan dan keterampilan pemohon
sertifikasi hanya berlaku di negara bagian di mana dalam disiplin yang mereka pilih teknik (sipil,
sertifikasi itu diberikan. Oleh karena itu, banyak listrik, industri, mekanik, dll), serta standar
insinyur profesional memiliki sertifikat di lebih kode etik rekayasa.
dari satu negara bagian. Akan tetapi, seorang
Untuk standardisasi, bahan serta hasil ujian FE
insinyur yang bersertifikasi atau terdaftar di salah
dan PE disusun dan diperiksa oleh organisasi pusat
satu negara bagian memungkinkan untuk diakui
yaitu Dewan Nasional Penguji untuk Rekayasa dan
di negara bagian lain tanpa memenuhi memenuhi
Survei (NCEES). Namun, dewan masing-masing
pengujian ulang.
negara bagian insinyur profesional individual
Persyaratan untuk sertifikasi bervariasi, tetapi menetapkan persyaratan untuk mengikuti ujian,
umumnya adalah sebagai berikut: serta nilai kelulusan. Misalnya sebagai contoh,
pelamar di beberapa negara bagian harus
• Lulusan perguruan tinggi atau universitas
memberikan referensi profesional.
program empat tahun dengan gelar di bidang
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 22
Inggris Raya (United Kingdom) diakui, interview personal, dan presentasi teknis
di depan Dewan Profesi. Kompetensi kandidat
Dewan Teknik (Engineering Council) adalah
kemudian diuji lebih lanjut pada penilaian akhir
badan pengawas seluruh Inggris Raya untuk
melalui wawancara peer review yang dilakukan
profesi insinyur. Badan ini memegang daftar
oleh dua Chartered Engineer dan seorang
235.000 insinyur terdaftar sebagai EngTech
chairperson.
(teknisi), ICTTech (informasi dan teknologi
komunikasi teknisi), I Eng (insinyur inkorporasi) Secara umum dibutuhkan minimum total
dan C Eng (insinyur terdaftar). Semua titel waktu 8 tahun untuk pendidikan di universitas dan
tersebut sepenuhnya dilindungi di bawah hukum pengalaman pelatihan dan kegiatan professional
yaitu Royal Charter Dewan Teknik dan Anggaran. semasa kerja sebelum seseorang dapat terdaftar
Dengan lebih dari 180,000 pendaftar dari berbagai sebagai Chartered Engineer. Chartered Engineer
negara, penunjukan sebagai UK Chartered juga diakui di Eropa sebagai profesi yang diregulasi
Engineer adalah salah satu kualifikasi teknik (memerlukan izin untuk berpraktek), dengan cara
internasional yang paling diakui dan dihormati. mendaftar di European Federation of National
Engineering Association sebagai European
Untuk mendapat gelar C Eng, seseorang harus
Engineer dan menggunakan title EUR ING.
menyelesaikan kuliah di bidang engineering,
science atau matematika dan mempunyai gelar
(MEng, BEng plus MSc atau Post Graduate Diploma
yang terakreditasi) serta mempunyai kompetensi
profesional yang didapat melalui pelatihan
dan minimum 4 tahun pengalaman praktek
profesional yang diawasi. Selain itu, kandidat juga
harus menunjukkan kemampuan kepemimpinan
dan manajemen kompetensi teknis dan komersial
yang signifikan. Hal ini dilakukan dengan cara
menunjukkan pelatihan profesional yang telah
<< 23 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Kompetensi Kerja
di Bidang Pipeline
Ahmad Taufik, M.Eng., Ph.D.
Bidang pipeline baik onshore maupun offshore merupakan salah satu bidang kunci dalam
suatu industri MIGAS. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap individu yang terlibat
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang mumpuni sehingga dapat
menghasilkan produk terbaik. Untuk mencapai itu maka diperlukan suatu batasan dan standar
yang jelas bagi pihak mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan bidang pipeline. Makalah
ini akan membahas mengenai peranan standar tersebut, termasuk latar belakang, tujuan dari
bidang keahlian pipeline yang biasa ditemui di Industri MIGAS serta klasifikasi kompetensi
untuk bidang pipeline tersebut, yang nantinya dapat dijadikan sebagai inisiasi disusunnya
Rencangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia untuk bidang Pipeline.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan tim pipeline akan memproduksi dokumen teknik
acuan: termasuk alignment sheet yang selanjutnya akan
digunakan sebagai acuan untuk fabrikasi dan
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
konstruksi pipeline di lapangan.
Minyak dan Gas Bumi
Lingkup pekerjaan dan kompetensi pekerjaan
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
desain pipeline onshore dan offshore pada
Ketenagakerjaan
makalah ini dibahas secara umum. Adapun
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tujuan tim pipeline engineering yang lebih spesifik
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional dijabarkan sebagai berikut ;
Indonesia
• Memproduksi Detail Gambar Teknik Pipeline
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun Onshore atau Offshore dalam bentuk alignment
2012 tentang Sistem Standar Kompetensi sheet, dari flange ke flange, dari kepala
Kerja Nasional Indonesia sumur (X-Mas Tree), atau fasilitas hulu menuju
ke piping di fasilitas atau stasiun penerima
berikutnya di hilir.
Definisi dan Tujuan
Pipeline merupakan salah satu fasilitas • Memproduksi Gambar Teknik untuk Fabrication
utama keberlangsungan produksi migas, Arrangement, Installation Arrangement, dan
baik di darat maupun di laut lepas. Pipeline Layout Produksi Pipeline.
dirancang untuk mengangkut fluida hidrokarbon • Memproduksi Material Take-off untuk estimasi
baik gas, kondensat, ataupun minyak, mulai kebutuhan material pipeline.
dari sumur (flowlines), ke processing plant,
• Memproduksi detail hitungan komponen
dan diteruskan menuju industri hilir melalui
pipeline onshore atau offshore.
transmission pipeline. Oleh karena memiliki
peran yang sangat penting, pipeline didesain Tim pipeline biasanya terdiri dari Drafter,
agar mampu mengalirkan fluida MIGAS selama Junior Engineer, Pipeline Engineer, Senior Pipeline
umur desain (misalnya t > 20 tahun) tanpa Engineer, dan Pipeline Specialist. Dalam pekerjaan
gagal atau mengalami loss of containment atau multidisiplin saat fase desain, tim pipeline akan
kebocoran. Selain itu karena pipeline akan bekerja sama dengan Process Facility Engineer,
mengalirkan material berbahaya (flammable, Production Engineer serta Construction Engineer.
reactive, ataupun toxic), dan dibangun serta
Para anggota tim pipeline seyogyanya sudah
dioperasikan di wilayah publik, maka analisa
tersertifikasi sesuai dengan SKKNI untuk baik
faktor keselamatan dan risiko terhadap manusia,
untuk drafter, engineer maupun specialist yang
asset, dan lingkungan pun harus diperhitungkan
bekerja untuk berbagai kontraktor yang terdiri
secara cermat.
dari perusahaan konsultan desain rekayasa,
Tahapan pembangunan pipeline biasanya perusahaan fabrikasi, perusahaan konstruksi dan
dimulai dari desain, fabrikasi, instalasi dan perusahaan operator produksi gas dan minyak.
selanjutnya operasi. Dimana pada tahapan desain,
Untuk menjadi bagian dari tim pipeline,
seorang pipeline engineer harus dengan cermat
seseorang harus memiliki latar belakang yang
memperhitungkan seluruh faktor yang akan
sesuai bidang kompetensi salah satu atau lebih
dilalui pipeline mulai tahap fabrikasi, instalasi
dari keahlian sebagai berikut:
sampai dengan saat produksi. Pada tahapan ini,
<< 25 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Melakukan Optimal-
isasi desain untuk Evaluasi terhadap desain Melaksanakan Evaluasi menyeluruh
mendapatkan desain analisa dan dokumen analisa terhadap desain analisa dan doku-
pipeline darat dan laut pipa darat dan laut men analisa pipa darat atau pipa laut
yang optimum
Tabel 1. Pemetaan Kompetensi PipelineTabel 2. Estimasi Kompetensi Pipeline dan Lama Bekerja
Unit Kompetensi dan KUK Kriteria Unjuk Kerja (KUK), yang harus dipenuhi,
• Standar Kompetensi Kerja Pipeline mengatur dimana penilaian oleh assessor terhadap masing-
unit-unit kompetensi yang harus dipenuhi oleh masing KUK dilakukan berdasarkan pengetahuan,
pekerja di bidang pipeline di Industri MIGAS pengalaman, dan sikap kerja (etika dan attitude).
sebagai berikut: Berikut akan dibahas unit kompetensi yang
penting di dalam pekerjaan pipeline secara lebih
• Melakukan Pemilihan Route Jalur Pipa
spesifik.
(Pipeline Route Selection)
• Elemen kompetensi melakukan pemilihan
• Membuat Perhitungan Hidrolika .
route pipline meliputi:
• Melakukan Pemilihan Material Grade.
• Mempersiapkan peta darat atau laut dan
• Menghitung Ketebalan Pipa yang Dibutuhkan semua informasi terkait dengan rencana
terhadap Tekanan Dalam dan Beban - Beban pemasangan jalur pipa dari laporan inspeksi
Operasi lainnya. geoteknik, geografi (untuk onshore pipeline),
• Melakukan Perhitungan Beban Statik dan side scan sonar, soil test, dsb.
Dinamik untuk Road Crossing dan Span Bridge • Mempelajari kondisi bathymetri, shipping
(untuk Pipa Darat). lane, lingkungan biota laut khususnya terkait
• Melakukan Perhitungan Stabilitas Pipa Dasar dengan garis pantai (jika applicable).
Laut (On-Bottom Stability). • Mengajukan berbagai alternatif rute
• Melakukan Perhitungan Bentang Bebas Menentukan rute akhir definitif jalur pipa laut atau
(Freespan). darat.
• Melakukan Perhitungan Lendutan Global • Elemen kompetensi membuat perhitungan
(Global Buckling) dan Ekspansi Thermal. pipeline hidrolika meliputi:
• Melakukan Perhitungan dan Desain Proteksi • Memilih metodologi persamaan hidrolika yang
Katodik. tepat digunakan untuk kasus yang dihadapi
• Melakukan Perhitungan Mendekati Garis (Panhandle, Weymoth, Darcy, Miller, etc).
Pantai (Nearshore Approach). Menentukan pressure drop dan diameter
• Melakukan Perhitungan Gelar Pipa (Pipeline dalam pipa yang diperlukan untuk transportasi
Laying). hidrokarbon.
• Membuat Material Take-off Pipeline lepas • Elemen kompetensi pemilihan material grade
pantai. untuk pipeline laut meliputi:
• Membuat Alligment Sheets dan Gambar Teknik • Menentukan adanya partial pressure CO2
Interface dengan Stasion dan Fasilitas Produksi dan H2S serta berbagai kemungkinan korosi
Lainnya. lainnya.
Menentukan secara lebih spesifik grade material bentang bebas (Freespan) meliputi:
API-5L atau CRA.
• Melakukan review kondisi metocean, statistik
• Elemen kompetensi menghitung ketebalan gelombang dan arus laut.
pipa yang dibutuhkan terhadap tekanan dalam
• Melakukan perhitungan bentang laut bebas
dan beban - beban operasi lainnya meliputi:
yang diijinkan dalam kondisi statik untuk
• Menghitung semua beban-beban operasi, kondisi: i) pipa kosong, ii) saat uji hidrostatik,
termasuk tekanan dalam, hidrostatik, dan dan iii) kondisi operasi berisi hidrokarbon (gas,
lainnya. kondensat atau minyak).
• Melakukan perhitungan plastics collaps, local • Menghitung frekuensi vortex dan frekuensi
buckling, dsb. natural pipa.
Menentukan tebal pipa final dikaitkan dengan • Melakukan perhitungan bentang laut bebas
pilihan material pipa sebelumya. yang diijinkan dalam kondisi dinamik (in-line
dan cross flow) untuk kondisi: i) pipa kosong,
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
ii) hidrostatik, dan iii) kondisi operasi berisi
beban statik dan dinamik untuk road crossing
hidrokarbon (gas, kondensat atau minyak).
dan span bridge (untuk pipa darat).
Menghitung umur desain fatigue dari pipeline.
• Melakukan review kondisi road crossing dan
span bridge. • Elemen kompetensi melakukan perhitungan
lendutan global (global buckling) dan ekspansi
• Menentukan jenis kendaraan yang melewati
thermal meliputi:
pipa diatas permukaan tanah (jenis, berat
beban dan frekuensi kendaraan). • Menghitung semua beban-beban operasi,
termasuk tekanan dalam, hidrostatik, suhu,
• Menghitung tengangan statik dan dinamik
dan lainnya.
berkaitan dengan kendaraan dan menentukan
tebal slab beton yang akan dipasang di atas • Melakukan perhitungan ekspansi thermal dan
pipa. global buckling.
Melakukan analisa beban statis dan dinamis • Menentukan tegangan axial dan displacement
yang jatuh pada struktur jembatan penopang. maximum yang diijinkan.
• Elemen kompetensi membuat perhitungan Menentukan metoda dan teknis pencegahan
stabilitas pipa di dasar laut (On-Bottom global buckling dengan berbagai pilihan teknologi
Stability) meliputi: yang tersedia.
• Melakukan review kondisi metocean, statistik • Elemen kompetensi melakukan perhitungan
gelombang dan arus laut. dan desain proteksi katodik meliputi:
• Melakukan perhitungan drag force, lift force • Menghitung kebutuhan arus proteksi katodik
dan inersia. yang diperlukan sesuai dengan luas permukaan
pipa total.
• Menentukan tebal beton yang diperlukan agar
terjadi kondisi negative buoyancy. • Menentukan besar tegangan dan arus tanding
yang diperlukan, serta spesifikasi teknis
Memastikan pipa aman dan stabil pada seabed.
rectifier (untuk pipa darat).
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
<< 29 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
• Menentukan jenis dan spesifikasi teknis anoda pompa, tekanan dan waktu).
korban yang diperlukan.
Melakukan perencanaan dan prosedur
Menentukan jumlah dan interval jarak commissioning termasuk cleaning pigging dan
pemasangan anoda korban yang yang diperlukan. caliper test untuk memastikan pipa handal dan
memiliki integritas yang tinggi untuk dioperasikan.
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
mendekati garis pantai (Nearshore Approach) • Elemen kompetensi membuat alligment
meliputi: sheets dan sistem pipeline serta gambar
teknik interface dengan stasiun dan fasilitas
• Menentukan kontur dan kedalam pipa yang
lainnya meliputi:
harus dipendam.
• Menggambar jalur pipa sebagai fungsi jarak
• Melakukan perancangan penggalian dan
dan profile seabed dan mencantumkan
penimbunan pipa serta metoda dan teknologi
berbagai spesifikasi teknis yang relevan.
perlindungan pipa lainnya (rock damp,
matress, dsb). Menggambar jalur pipa dan interface dengan
riser, flanges, valve, serta sambungan lain arah
Memberikan perancangan crossing,
downstream.
sambungan, valves, atau interface dengan piping
/flange downstream. • Elemen kompetensi melaksanakan evaluasi
menyeluruh terhadap desain analisa dan
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
dokumen teknik pipeline meliputi:
gelar pipa (pipeline laying) meliputi:
• Melakukan review dan sensitivity study untuk
• Melakukan perhitungan pembebanan dan
memperoleh desain yang optimum.
tengangan untuk penggelaran pipa (load and
stress analysis) dengan menggunakan finite Memberikan solusi dan rekomendasi
element modeling (FEM). berdasarkan hasil dari kajian dan riset mandiri
untuk mendapatkan desian optimum.
• Menentukan sudut jatuh yang diperlukan
pada stinger dan gaya tekan (tensioner) yang
diperlukan pada barge.
Penutup
Memastikan kondisi beban-beban statik dan i) Peran kompetensi pipeline engineer dalam
dinamik aman saat proses pemasangan pipa industri minyak dan gas dinilai sangat
dilakukan. penting untuk memastikan keberlangsungan
transportasi MIGAS baik berlokasi di onshore
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
maupun offshore. Walaupun jenis material
material take-off pipeline lepas pantai, yakni :
pipeline relatif mirip, namun desain setiap
Melakukan peritungan volume dan berat pipeline adalah unik karena:
total yang diperlukan untuk pipeline termasuk
ii) karakteristik sumur yang berbeda
komponen-komponennya, misalnya: T-junction,
tie-in, crossing, flanges, valves, dsb. iii) ii) kondisi geoteknik dan geografis/populasi
yang beragam
• Elemen kompetensi melakukan perencanaan
Hydrostest dan Commissioning meliputi: iii) serta lingkungan dan fasilitas yang heterogen
sepanjang jalur pipa (right of way – ROW
• Melakukan perhitungan hydrotest yang akan
pipeline).
dilakukan (kebutuhan volume air, kapasitas
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 30
Kompetensi Kerja
di Bidang Struktur
Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal MSE., Ph.D. Lurohman Mamin M ST., M.Sc.,
Syaka Prakarsa ST., Rizki Amarullah ST., Jessica Tawekal ST., M.Sc.
Bidang struktur merupakan salah satu bidang global, akan mendorong semakin banyak tenaga
yang ikut terlibat dalam industri migas. Dalam kerja yang akan tersedia untuk lapangan kerja yang
melaksanakan pekerjaannya, setiap personel tidak mengalami perubahan besar. Akibatnya,
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan batas standar yang digunakan untuk melakukan
kemampuan yang mumpuni sehingga dapat rekrutmen pun akan meningkat. Untuk menjawab
menghasilkan hasil yang baik. Oleh karena itu, tantangan tersebut, diperlukan personel (Sumber
diperlukan suatu batasan atau standar yang Daya Manusia) yang mumpuni dan andal sehingga
jelas bagi pihak mengerjakan pekerjaan yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) secara
terkait dengan bidang struktur. Makalah ini akan efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan
membahas mengenai peranan standar tersebut, hasil yang diperoleh akan maksimal sehingga
termasuk latar belakang, tujuan serta klasifikasi dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
kompetensi untuk bidang struktur, yang nantinya pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
dapat dijadikan sebagai inisiasi disusunnya
Dalam rangka peningkatan kompetensi kerja
Rencangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
untuk pihak-pihak yang terlibat dalam industri
Indonesia untuk bidang struktur.
minyak dan gas ini, diperlukan penyusunan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
khususnya untuk tenaga teknik di sektor
Latar belakang
industri MIGAS dengan bahasan pokok di
Indonesia, sebagai salah satu negara yang bidang struktur. SKKNI untuk bidang struktur
ikut bergerak dalam industri minyak dan gas, ini disusun menggunakan referensi Regional of
dituntut untuk mampu bersaing dengan negara Model Competency Standard (RMCS), sedangkan
lain disaat keadaan yang kurang baik. Hal tersebut prosedur pengembangannya sendiri mengacu
juga berimbas pada tuntutan agar semua pihak kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
yang terlibat dalam industri tersebut memiliki Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
kemampuan dan keterampilan yang mumpuni
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan
sehingga dapat bekerja sesuai dengan standar
acuan:
kerja yang diinginkan.
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Peningkatan kompetensi menjadi hal yang
Minyak dan Gas Bumi
penting dilakukan karena adanya tantangan yang
hadir akibat hadirnya kebijakan perdagangan 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
bebas. Pemberlakukan perdagangan bebas, baik Ketenagakerjaan
tingkat regional Asia Tenggara maupun secara
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 32
• Mempersiapkan input data untuk analisa in- Melakukan evaluasi terhadap gambar teknik
service dan kesesuaian dengan pemodelan analisa yang
dilakukan
• Mempersiapkan perhitungan yang diperlukan
untuk menunjang analisa • Elemen kompetensi melaksanakan evaluasi
menyeluruh terhadap design analysis dan
Memproduksi draft dokumen pre-service analysis
dokumen analisa anjungan lepas pantai:
• Elemen kompetensi melakukan analisa dan
• Mengevaluasi studi konsep basis desain
mempersiapkan draft dokumen analisa
struktur platform lepas pantai
struktur platform lepas pantai:
• Mengevaluasi analisa struktur platform lepas
• Membuat dan mengevaluasi model struktur
pantai untuk analisa in-service dan pre-service
platform lepas pantai
• Melakukan evaluasi dokumen analisa (in-
• Mengevaluasi analisa struktur platform lepas
service dan pre-service) dan dokumen gambar
pantai untuk kondisi pre-service
teknik struktur platform lepas pantai
• Mengevaluasi perhitungan yang diperlukan
• Melakukan studi sensitivity terhadap design
dalam menunjang analisa
analysis struktur platform lepas pantai
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 36
Usulan SKKNI
untuk Process
Facility Engineer
Witoyo, S.T, PMP.
5. Limbah buangan harus dikelola dan memenuhi Kompetensi Kerja yang sesuai dengan regulasi
peraturan yang berlaku, yang berlaku pada sistem standar kompetensi
nasional Indonesia. Prosedur pengembangan
sehingga diperlukan standard dan kompetensi
SKKNI tersebut mengacu kepada Peraturan
tertentu untuk bidang Process Production Facility.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5
Dengan memiliki kemampuan tersebut, sehingga
Tahun 2012.
peralatan-peralatan proses yang dipasang
dan digunakan di industri minyak dan gas Usulan draft rancangan SKKNI ini disusun dan
bumi dapat menghasilkan produk yang sesuai dirumuskan dengan menggunakan acuan :
dengan spesifikasi, pengoperasian memenuhi
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
standar keselamatan dan dapat dioperasikan
Minyak dan Gas Bumi
dengan aman dan dipergunakan sesuai dengan
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
kebutuhannya.
Ketenagakerjaan
Disamping hal tersebut di atas dan karena
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012
potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
faktor dominan dalam strategi pembangunan
Indonesia
bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun
menghadapi era globalisasi dan perdagangan
2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020, dan
Kerja Nasional Indonesia
untuk menghadapi persaingan MEA (Masyarakat
Ekonomi Asia), maka perlu mendorong dan 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun
merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
yang kompeten yang memiliki pengetahuan, Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
pemahaman dan keahlian dalam menghitung,
B. Tujuan
merancang, memilih peralatan proses untuk
fasilitas di industri minyak dan gas bumi. Untuk Tujuan bidang kompetensi untuk Process
mencapai tujuan tersebut harus dipersiapkan dan Production Facilities secara rinci adalah sebagi
dirancang secara sistematis beberapa hal antara berikut:
lain sistem pelatihan, pendidikan, pemahaman
stakeholders dan juga perangkat-perangkat - Menentukan proses yang sesuai dan yang
pendukungnya. dibutuhkan sehingga menghasilkan produk
yang memenuhi spesifikasi.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang
- Menghitung dan merancang peralatan
handal untuk mengelola kekayaan Sumber Daya
proses yang diperlukan dari christmas tree
Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan
di mulut sumur sampai dengan produk
SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
yang akan dihasilkan.
terstandar maka bangsa Indonesia akan mampu
bersaing dalam menghadapi era kompetisi dan - Memilih peralatan proses produksi yang
perdagangan bebas. sesuai kebutuhan.
- Membuat, merancang, menggunakan dan
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka
memperbaharui Piping and Instrumentation
SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
Diagram (P&ID), Process Flow Diagram
MIGAS bidang Process Production Facilities perlu
(PFD), Process Data Sheet untuk peralatan
disusun dengan menggunakan referensi Standar
proses produksi, dan Cause and Effect
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 40
• Memahami tipe dan peralatan yang ada pada casing sumur, rumah tubing,
komponen di chrismas tree dan valve yang ada di jaringan pipa termasuk
pada flowline.
Wellhead, Flow Con-
• Menghitung dan merancang ukuran jaringan pipa dan flowline, serta prosedur
trol dan Flowline.
pemasangan dan pengoperasian jaringan pipa dan flowline.
• Memahami desain dan kebutuhan asesoris yang diperlukan pada production
manifold.
• Memahami beberapa metoda dan prosedur untuk proses pemisahan minyak
dan peralatan yang diperlukan untuk memisahkan minyak bumi.
• Memahami cara kerja separator 2 fasa dan 3 fasa untuk dapat merancang,
menghitung dan menentukan jenis separator.
Proses Pemisahan
• Menghitung, merancang dan menentukan peralatan untuk stabilisasi minyak
dan Peralatan Pemi-
agar memenuhi spesifikasi.
sahan Minyak Bumi
• Menentukan, menghitung dan merancang diameter pipa, pressure drop, rat-
ing pipa dan memilih jenis material pipa.
• Merancang dan menentukan fasilitas penyimpanan yang dibutuhkan oleh
produk Minyak Bumi
• Menentukan design sistem fuel dan peralatan yang dibutuhkan untuk mengo-
lah fuel.
• Pemilihan dan penentuan fired heater dan aplikasinya.
• Metoda untuk perhitungan waste heat energy dan prosedur untuk merancang
sistem waste heat recovery.
Sistem Utility dan • Menentukan dan menghitung refrigeration dan heating system.
Beberapa Peralatan • Menentukan dan menghitung energy duty untuk evaporator, condenser, com-
Proses. pressor horsepower, fan horsepower.
• Menentukan dan menghitung kebutuhan pompa, baik untuk jenis centrifugal
atau reciprocating.
• Menentukan instrument air dan nitrogen generator.
• Menentukan proses pengolahan air.
• Menentukan sistem pembuangan panas proses.
Standar kompetensi di atas tentunya haruslah mengacu pada kode desain yang umum digunakan
para praktisi bidang migas seperti API, ASME, SNI ataupun SKKNI subbidang lainnya.
Tentang Penulis
Petrochemical Indonesia and until now
Witoyo, S.T, PMP.
working at one of oil and gas PSC company.
With 20 years of Starting 2007 he has assumed role as Project
experience mainly in Manager, with projects namely include LPG
Process Engineering Recovery Project, MGB CoC, Molsieve CoC
in oil and gas and and Eductor installation project. Witoyo
petrochemical plant in received his PMP accreditation in June
project and operation 2014 and currently is an active member of
phases. Witoyo spent IAFMI Expert Board.
his career in multiple
companies including Trans Pacific
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 44
DRAFT RSKKNI
RISK BASED INSPECTION (RBI)
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIAKATEGORI JASA PROFESIONAL,
ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI
TEKNIS PADA JABATAN RISK BASED INSPECTION (RBI)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang RBI di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015 dan WTO 2020, maka
perlu mendorong dan merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk tujuan
tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan Sumber Daya
Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan
perdagangan bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
MIGAS Bidang RBI disusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Kerja yang
menggunakan Regional of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi yang
berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan SKKNI
tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan
substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus
yang bekerja pada bidang RBI subsektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh dari SNI, MOSS,
<< 45 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
B. Pengertian
1. Risiko, adalah kombinasi dari probabilitas dari suatu peristiwa dan konsekuensinya yang
dapat disajikan dalam numerik. Dalam beberapa situasi, risiko adalah penyimpangan dari
suatu yang diharapkan.
2. Risk Based Inspection (RBI), adalah pembuatan strategi pemeliharaan dan perencanaan inspeksi
berdasarkan kemungkinan risiko yang terjadi. Dalam hal lain RBI adalah pempenilaian risiko
dan manajemen proses yang difokuskan pada hilangnya ketahanan peralatan bertekanan
pada fasilitas pengolahan karena kerusakan material.
3. Inspeksi, adalah kegiatan yang dilakukan untuk memverifikasi bahwa material, fabrikasi,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan, dll sesuai dengan Kode yang berlaku, atau persyaratan
prosedur tertulis pemilik.
4. Mekanisme kerusakan, adalah proses secara mikro ataupun makro yang menyebabkan
kerusakan material dari waktu ke waktu yang mempengaruhi kondisi sifat mekanik. Mekanisme
kerusakan termasuk korosi, serangan kimia, pemuluran (creep), erosi, kelelahan (fatigue),
fracture, dan thermal aging.
- Melihat profil risiko dari semua peralatan statis bertekanan (pressure vessels, tanki, boiler, heat
exchanger, PSV, dan piping).
- Membuat peringkat risiko dan menyusun skala prioritas perencanaan inspeksi.
- Merancang strategi maintenance dan repair yang tepat.
- Meminimalisasi kegagalan peralatan serta menghindari unplanned shutdown, dan
- Mengelola program inspeksi, maintenance dan repair (IMR) secara cost effective.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 46
6. Personel RBI
Anggota team RBI adalah seseorang yang telah berkualifikasi dan tersertifikasi sesuai dengan
SKKNI untuk Golongan Analisis dan Uji Teknis Sub Golongan Analisis dan Uji Teknis Kelompok
Jasa Inspeksi Area Kerja Inspeksi dan bekerja pada konsultan, perusahaan jasa inspeksi teknis
ataupun pengguna.
SKKNI berikut ini digunakan untuk melakukan uji kompetensi untuk KKNI/okupasi masing-
masing peran dalam anggota tim RBI, yang terdiri dari Engineer Utama (KKNI Fasilitator), Engineer
Madya (KKNI Senior Engineer), Engineer Muda (KKNI Engineer).
Sebaran tim RBI memiliki latar belakang salah satu atau lebih dari keahlian berikut ini:
- Metalurgi
- Proses kimia
- Mekanikal
- Material dan Korosi
- NDT
- Pengelasan
- Inspeksi
- Manajemen
- HSE (Health Safety and Environment)
C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing:
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kulifikasi
dan levelnya.
1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan RBI
Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor774.K/10/DJM.T/2015 tanggal 16
Oktober 2015, selaku Pengarah KomiteRancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional RBI,
Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
:
NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM
C. Unit-Unit Kompetensi
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku,mempelajari SOP yang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.2.2 Peraturan-peraturan K3
2.2.3 Buku petunjuk/lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 SOP keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
<< 53 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan
pekerjaan Risk Based Inspection (RBI) pada peralatan atau kilang pada perusahaan
minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.1.2 Laporan pemeriksaan
2.1.3 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed
Equipment in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction
<< 55 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap data peralatan dan dokumen desain
3.2 Keterampilam
3.2.1 Membaca gambar teknik/engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Pengumpulan dokumen as built PFD dan P&ID, Manufacture Data Record (MDR)
5.2 Pengumpulan dokumen maintenance record
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analsia data, penelaahan atau review terhadap dokumen-
dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan RBI pada peralatan atau
kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
1.2 Spesifik yang dimaksud diantaranya adalah jumlah fasa, cyclic condition, dan lain
sebagainya pada peralatan, seperti pada pressure vessel.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
<< 57 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen desain dan engineering
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen alat/material
3.1.3 Pengetahuan terhadap simbol – simbol gambar desain
3.2 Keterampilan
3.2.1 Membaca gambar teknik /engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 58
1. Mengembangkan kerangka dasar 1.1 Kerangka dasar RBI ditentukan berdasarkan acuan
RBI 1.2. Kerangka RBI yang dipilih diterapkan
2.1 Alat bantu dipilih sesuai kebutuhan
2. Melakukan instalasi alat bantu 2.2 Alat bantu divalidasi
2.3 Alat bantu diinstall sesuai dengan manual book
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan desain perencanaan RBI pada industri MIGAS.
Alat bantu yang dimaksud adalah perangkat lunak atau software
<< 59 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 60
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap konsep metode risiko
3.1.2 Pengetahuan terhadap data kualitatif, kuantitatif, dan semi kuantitatif
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu /software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pengoperasian alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam memilih kerangka RBI
5.2 Penyiapan data input teknis
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai kemungkinan kegagalan pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
1.2 Acuan adalah standar atau code, dan atau referensi yang berhubungan dengan
pekerjaan RBI. Referensi dapat berupa handbook, hasil penelitian, spesifikasi teknis milik
perusahaan, dan lain-lain.
1.3 Kondisi operasi adalah parameter-parameter yang digunakan dalam operasi seperti
tekanan, temperatur, kecepatan aliran, dll.
1.4 Data service adalah data yang berkaitan dengan jenis fluida yang dialirkan termasuk
data referensi dari standar ataupun cuan lainnya dalam menenentukan kemungkinan
kegagalan yang terjadi pada sistem peralatan.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4 Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 62
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data PoF
3.1.2 Pengetahuan terhadap kalkulasi PoF
3.1.3 Pengetahuan terhadap acuan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu/software
3.2.2 Terampil membaca dokumen hasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1. Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2. Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Pemilihan acuan yang digunakan dalam kalkulasi kemungkinan kegagalan
5.2 Pengumpulan mekanisme potensi kerusakan berdasarkan acuan
<< 63 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai konsekuensi kegagalan pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 64
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
<< 65 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
3.3 Pengetahuan
3.3.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data CoF
3.3.2 Pengetahuan terhadap kalkulasi CoF
3.4 Keterampilan
3.4.1 Terampil menggunakan alat bantu/software
3.4.2 Terampil membaca dokumen hasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5 Aspek kritis
5.3 Penentuan jenis konsekuensi kegagalan sesuai dengan P&ID dan PFD
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai akhir yang berupa tingkat risiko pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak
dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction
<< 67 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap perhitungan risiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam melakukan analisa risiko untuk menentukan program inspeksi
5.2 Cermat dalam menentukan tingkat risiko berdasarkan hasil kalkulasi risiko
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 68
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan perencanaan terhadap hasil perhitungan
risiko baik menggunakan alat bantu software ataupun secara manual. Sehingga
didapatkan output berupa interval inspeksi dan metode nya pada peralatan atau kilang
pada perusahaan minyak dan gas bumi berdasrkan masing-masing tingkat risiko yang
terjadi.
1.2 Confidence factor/confidence level/grade of inspection didapat berdasarkan inspection
record, operation record, historical record, dan maintenance record.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
<< 69 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 70
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan perencanaan terhadap hasil pelaksanaan
inspeksi inisial/pertama, setelah dilakukan penilaian RBI sebelumnya. Sehingga data
pekerjaan RBI dapat diupdate sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen hasil inspeksi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 72
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
2.7 M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (risk ranking)
2.8 M.7120310.008.01 Membuat Program Perencanaan Inspeksi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Pengkajian terhadap laporan hasil inspeksi implementasi awal
5.2 Ketelitian dalam membuat laporan hasil inspeksi implementasi awal serta rekomendasi
5.3 Cermat dalam membuat hasil integrity-review berdasarkan parameter terkini
<< 73 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan di 1.1 Data hasil pekerjaan RBI disiapkan.
dalam laporan 1.2 Data hasil pekerjaan RBI dikumpulkan.
2.1 Konsep laporan hasil pekerjaan RBI disiapkan.
2. Membuat konsep laporan
2.2 Konsep laporan hasil pekerjaan RBI dibuat.
3.1 Draft laporan dibuat.
3. Membuat laporan akhir
3.2 Laporan akhir dibuat.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan inspeksi, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan RBI pada peralatan atau
kilang perusahaan MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil inspeksi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 74
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
2.7 M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (risk ranking)
2.8 M.7120310.008.01 Membuat Program Perencanaan Inspeksi
2.9 M.7120310.009.01 Melakukan Evaluasi Implementasi Inisial RBI
<< 75 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
DRAFT RSKKNI
ANALISIS DAN UJI TEKNIS
BIDANG KOROSI DAN
PENCEGAHANNYA
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI
JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR
DAN TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA BIDANG KOROSI DAN
PENCEGAHANNYA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang korosi dan pencegahannya di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan minyak dan gas bumi masih
merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama
dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020,
maka perlu mendorong dan merealisasikan SDM (sumber daya manusia) yang kompeten. Untuk
tujuan tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem
diklat dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan SDA (sumber
daya alam) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan
bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia
(SKKNI) Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri MIGAS. Bidang korosi dan pencegahannya
disusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Kerja yang menggunakan Regional
of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi yang berlaku pada sistem standar
kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan SKKNI tersebut mengacu kepada
Permenakertrans Nomor 5 Tahun 2012.
<< 77 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan substansi
standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus yang
bekerja pada bidang korosi dan pencegahannya sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh
dari SNI, MOSS, Standar Internasional dan Workplaces bidang platform.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
B. Pengertian
1. Korosi adalah proses degradasi material logam yang disebabkan karena interaksi dengan
lingkungan. Yang dimaksud lingkungan antara lain larutan kimia, asam, basa atau garam,
air tawar atau air laut dan uap asam, atau gas amonia. Mekanisme korosi melalui peristiwa
elektrokimia antara logam dengan lingkungan, dan syaratnya ada anoda tempat terjadinya
reaksi oksidasi, ada katoda tempat terjadinya reaksi reduksi, ada elektrolit sebagai penghantar
arus listrik dan ada hubungan antara anoda dan katoda. Korosi dan pencegahannya
dilakukan pada saat engineering, operation dan maintenance. Metoda pencegahan dilakukan
dengan coating, rekayasa arus atau pemilihan material yang sesuai. Untuk mencapai target
proteksi yang diinginkan, dilakukan dengan membuat SOP (Standard Operating Procedure),
pengontrolan peralatan dan skema pemeliharaan berdasarkan desain dan rekomendasi
pemanufaktur peralatan.
2. Tahap pelaksanaan korosi dan pencegahannya. Prinsipnya dilakukan pengendalian dengan
meniadakan salah satu komponen yang menyebabkan korosi, dengan cara mengisolasi
komponen pencetus korosi, membuat lingkungan menjadi tidak korosif atau meniadakan
perbedaan potensial pada permukaan logam, agar terjadi proteksi katodik, yang mengeliminir
korosi pada metal.
3. Tujuan korosi dan pencegahannya. Pada prinsipnya pencegahan korosi dimaksudkan untuk
menghindari degradasi material, menghindari kerugian finansial, penghentian operasi
secara tiba-tiba, pemeliharaan yang tak terencana dan mencegah kerusakan lingkungan.
Implementasi pencegahan korosi dimulai dengan menentukan laju korosi, mengetahui
efektifitas usaha pengendalian korosi, menentukan daerah kritis dari unit peralatan yang
mempunyai laju korosi besar dan mengembangkan metoda pencegahan yang efektif.
4. Monitoring korosi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai apakah pencegahan korosi
yang dilakukan memenuhi ekspektasi desainnya, dengan cara mengambil data korosi di
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 78
C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga / institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :
1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi
2. Untuk dunia usaha / industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha / industri
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
<< 79 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
10. M.712037.010.01 Melakukan evaluasi hasil aktivitas monitoring dan kontrol korosi
3. Menyusun JSA (job safety 3.1 JSA yang sesuai dengan tempat kerja disusun.
analysis) sesuai dengan kondisi
tempat kerja 3.2 JSA yang sesuai dengan tempat kerja diterapkan.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan dan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan
dan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang
berlaku, mempelajari SOP yang berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku
di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 APD (alat pelindung diri)
2.2.2 Peraturan-peraturan K3
2.2.3 Buku petunjuk / lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja dibidang Pertambangan
3.4 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.5 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341
3.6 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.7 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
<< 85 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan di darat dan lepas pantai
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Mematuhi peraturan yang berlaku.
4.2 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.3 Disiplin menerapkan prosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.4 Disiplindalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.5 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Cermat dalam menelaah dokumen teknis.
5.2 Teliti dalam mengintepretasi dokumen
5.3 Kedisiplinan dalam mempelajari / memahami peraturan dan perundang-undangan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 86
keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan pada industri migas yang
berlaku di tempat kerja.
5.4 Ketepatan dalam menerapkan persyaratan K3 di tempat kerja sesuai peraturan dan
perundangan yang berlaku.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan
korosi pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
<< 87 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.3 M.712037. 001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.4 Pengetahuan
3.4.1 Pengetahuan terhadap data peralatan dan dokumen desain
3.5 Keterampilam
3.5.1 Membaca gambar teknik / engineering
3.5.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam membaca desain pencegahan korosi
5.2 Teliti dalam melakukan identifikasi data pencegahan korosi
5.3 Disiplin dalam melakukan verifikasi data aktual terhadap data desain
5.4 Pemahaman terhadap dokumen-dokumen drawing, desain, inspeksi, dan yang terkait
5.5 Kecermatan terhadap penerapan prosedur kerja
<< 89 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
JUDUL UNIT : Melakukan Analisa dan Evaluasi Kondisi Peralatan / Media Terkorosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan analisa dan evaluasi kondisi
peralatan / media terkorosi.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan evaluasi kondisi peralatan dan kondisi media
terkorosi yang dapat mengakibatkan risiko korosi pada peralatan atau kilang perusahaan
minyak dan gas bumi sehingga dapat diketahui tingkat / derajat kekritisan peralatan atau
kilang perusahaan minyak dan gas bumi tersebut
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat inspeksi
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 90
3.1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3. Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.\
3.4. Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Piipeline
By Galvanic Anode
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.002.01 Melakukan Identifikasi terhadap Dokumen Peralatan / Media
Terkorosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
<< 91 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan penelaahanserta menentukan
fasilitas monitoring dan kontrol korosi yang sesuaidengan mengedepankan aspek kebutuhan
terhadap ketahanan korosi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Standar / code acuan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
<< 93 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.002.01 Melakukan Identifikasi terhadap Dokumen Peralatan / Media Terkorosi
2.2 M.712037.003.01 Melakukan Analisa dan Evaluasi Kondisi Peralatan / Media Terkorosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap sifat-sifat material baik sifat mekanik, kimia, dan ketahanan
korosinya
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menginterpretasi international code
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menentukan aktifitas monitoring korosi
5.2 Disiplin dalam melakukan pencatatan data lapangan tentang aktifitas monitoring korosi.
5.3 Pemahaman terhadap sifat material terkorosi dan tahan korosi.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 94
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan penelaahan serta menentukan
fasilitas monitoring dan kontrol korosi yang sesuaidengan mengedepankan aspek kebutuhan
terhadap ketahanan korosi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
<< 95 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Standar / code acuan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.3 Project Standard Specification
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.3. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.4. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 96
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.004.01 Menentukan Fasilitas Monitoring dan Kontrol Korosi yang Sesuai
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap sifat-sifat material baik sifat mekanik, kimia, dan ketahanan
korosinya
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menginterpretasi international code
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menentukan aktifitas kontrol korosi
5.2 Disiplin dalam melakukan pencatatan data lapangan tentang aktifitas kontrol korosi.
5.3 Pemahaman terhadap metode kontrol korosi
1 Melakukan desain 1.2 Jenis inhibitor anodik, katodik, precipitation, vapour phase
kontrol korosi dengan inhibitor dan biocide dianalisa kesesuaiannya.
modifikasi lingkungan 1.3 Tipe inhibitor ditentukan berdasarkan desain.
(chemical treatment)
1.4 Dosis injeksi chemical / inhibitor dihitung berdasarkan acuan
desain dan standarnya.
<< 97 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan pengumpulan data penunjang desain, perhitungan,
pemilihan metoda dan penentuan metoda desain proteksi korosi yang tepat. Berbagai metode
proteksi dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan desain proteksi korosi pada
peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu / software
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 98
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
<< 99 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan penelitian, perhitungan, dan analisa terhadap desain kebutuhan
proteksi korosi. Berbagai metode proteksi dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan
desain proteksi korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu / software
2.2 Perlengkapan
1.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External
Corrosion On Underground Or Submerged Metallic Piping System
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems –Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.3 Project Standard Specification.
4.4 Standar ASTM
4.5 Standar API
<< 101 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.005.01 Menentukan Metode Pengendalian Korosi yang Sesuai
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain
3.1.2 Pengetahuan terhadap perhitungan desain kombinasi
1.1 Keterampilan
1.1.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Kemahiran menggunakan software korosi dan pencegahannya
5.2 Pemahaman terhadap pelaksanaan tahapan-tahapan desain
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring korosi. Berbagai
monitoring dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan kegiatan monitoring korosi
pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
<< 103 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.007.01
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1. Teliti dalam membaca standar
5.2. Pemahaman aktifitas monitoring korosi dan tahapan pencegahan korosi.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 104
BATASAN VARIABEL
1 Konteks variabel. Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring
korosi. Berbagai peralatan dan perlengkapan monitoring dapat digunakan sebagai langkah
untuk menentukan kegiatan monitoring korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak
dan gas bumi.
2 Peralatan
2.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.3 Dokumen kerja
3 Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 106
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi, simulasi
di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.008.01 Melakukan Aktivitas Kontrol Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan
1. Melakukan persiapan aktifitas 1.2 Persyaratan ijin kerja setempat dipenuhi berdasarkan
monitoring dan kontrol korosi peraturan perusahaan
1.3 Ketentuan HSE dilakukan berdasarkan peraturan
perusahaan
1.4 SOP yang sesuai disiapkan berdasarkan format desainnya.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring korosi. Berbagai
monitoring dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan kegiatan monitoring korosi
pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
1.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
<< 109 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
4.2.1 NACE
4.2.2 Standar ASTM
4.2.3 Standar API
4.2.4 Standar Norsok
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.009.01 Melakukan Aktivitas Monitoring Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / sofware
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam pengumpulan data monitoring aktifitas korosi
5.2. Disiplin dalam mencatat aktifitas korosi
5.3. Pemahaman terhadap pelaksanaan monitoring
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 110
3. Menghitung nilai 3.2 Probability of failure dihitung mengacu standar Risk Assesment.
consequence of failure, 3.3 Critically ranking dihitung dan prioritisasi dibuat berdasarkan
probability of failure, dan ketentuan standar dan owner requirement.
overall critically ranking
3.4 Strategi pengelolaan korosi (corrosion management) ditentukan
berdasarkan perhitungan, standar, evaluasi asset, kontrak dan
informasi perusahaan.
<< 111 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat bantu
software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat nilai akhir
yang berupa tingkat resiko pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE SP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.2.5 Project Standard Specification.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 112
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.010.01 Melakukan Evaluasi Aktivitas Monitoring dan Kontrol Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap perhitungan resiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software korosi dan pencegahnnya
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5 Aspek kritis
5.1 Kecermatan terhadap penerapan prosedur kerja
5.2 Pemahaman terhadap pekerjaan risk assessment
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan code dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk membuat proedur
pekerjaan korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma (Tidak ada.
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 114
3.1 Hasil kesimpulan data hasil monitoring korosi dan data hasil
aktifitas proteksi korosi dibuat rekomendasi perbaikan/
3. Memberikan peningkatan kinerja yang dapat diaplikasikan mengacu data
rekomendasi yang lapangan dan standar yang diacu
berbobot
3.2 Rekomendasi perbaikan/ peningkatan kinerja didokumentasikan
dan didistribusikan sesuai ketentuan perusahaan.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil kerja,
mendokumentasikan hasil pekerjaan inspeksi, dan membuat laporan akhir yang merupakan
bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan korosi pada peralatan atau kilang perusahaan
Migas.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 116
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
<< 117 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
DRAFT RSKKNI
UJI TEKNIS PADA
UJI TAK RUSAK (UTR)
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIAKATEGORI JASA
PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN
TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA JABATAN UJI TAK RUSAK (UTR)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan Pengawas Uji Tak Rusak (UTR) di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS)
dituntut untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang UTR di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020,
maka perlu dorongan untuk merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk
tujuan tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya, sehingga akan dihasilkan SDM yang handal untuk
mengelola kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi terstandar maka bangsa Indonesia dapat sukses dalam
menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia
(SKKNI) Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri MIGAS bidang UTR disusun dengan menggunakan
referensi Standar Kompetensi Kerja yang menggunakan Regional of Model Competency Standard
(RMCS) sesuai dengan regulasi yang berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia.
Prosedur pengembangan SKKNI tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
<< 119 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan substansi
standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus yang
bekerja pada bidang UTR sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh dari SNI, MOSS,
Standar Internasional dan Workplaces bidang UTR.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
B. Pengertian
1. Uji Tak Rusak:
Penerapan metode tertentu untuk menguji material dan atau komponen dengan tidak
merusak material tersebut dan untuk mendeteksi, mengukur, menginterpretasi, dan
mengevaluasi cacat di dalamnya
2. Metode UTR:
Aplikasi Uji Tak Rusak dengan jenis pengujian tertentu, seperti Uji Ultrasonik
3. Teknik UTR:
Cara spesifik dalam menerapkan metode UTR
4. Prosedur UTR:
Penjelasan tertulis tentang parameter penting, tindakan pencegahan yang harus
diterapkan pada UTR sesuai dengan standar, code, dan atau spesifikasi tertentu
C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :
1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan UTR Sektor
Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor : 774.K/10/DJM.T/2015 tanggal 16
Oktober 2015, selaku Pengarah KomiteRancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Uji Tak
Rusak, Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Susunan keanggotaan Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI) sebagai berikut :
FUNGSI
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI DASAR
UTAMA
Menerapkan peraturan dan
perundangan keselamatan,
Melakukan
kesehatan kerja dan lindungan
Persiapan Uji
lingkungan di tempat kerja
Tak Rusak
Melaksanakan persiapan UTR
Melaksanakan Uji Melakukan set up alat UTR
Tak Rusak Melaksanakan instruksi kerja UTR
Menentukan Melakukan kalibrasi alat
Melaksanakan
keberterimaan Melaksanakan UTR ditempat kerja
Metoda Uji Tak
material atau Memilih teknik UTR
Rusak
peralatan Membuat instruksi kerja sesuai
menggunakan Uji Tak spesifikasi dan prosedur
Rusak Melakukan verifikasi pelaksanaan
UTR
Melakukan Mengevaluasi Menginterpretasi hasil UTR
supervisi dan hasil Mengklasifikasi hasil uji sesuai
bimbingan pelaksanaan acceptance criteria
pekerjaa UTR UTR Membuat laporan akhir hasil uji
Mengembangkan Prosedur Uji Tak
Rusak
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku, mempelajari SOP yang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku di tempat kerja.
<< 125 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilanyang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan di darat dan lepas pantai
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja lepas pantai
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 126
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pemeriksaan, pada kegiatan UTRoperasi minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat UTR
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
<< 127 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengetahuan terhadap langkah-langkah kerja
2.2 Keterampilam
2.2.1 Memahami standar yang digunakan
3. Sikap kerja yang diperlukan
3.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 128
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan set up alat yang berkaitan
dengan UTR pada industriMIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
1.1 Peralatan
1.1.1 Alat UTR
1.2 Perlengkapan
1.2.1 Lembar perintah kerja
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.002.01 Melakukan Verifikasi Dokumen Basic Design
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
1.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen alat / material
3.2 Keterampilan
1.2.1 Terampil melakukan set up alat uji
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen – dokumen desain atau perencanaan
UTR
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam merangkai peralatan UTR
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pekerjaan UTRyang digunakan sesuai dengan dokumen
terkait. Serta melakukan pengujian secara sistimatis yang digunakan pada alat UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Peralatan UTR
2.2 Perlengkapan
2.2.1 APD
2.2.1 Dokumeninstruksi kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.003.01 Melakukan set-up alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
<< 131 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen desain dan sertifikat material
3.1.2 Pengetahuan teknik pemeriksaan dengan UTR (uji tak rusak).
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil membaca dokumen
3.2.2 Terampil membaca hasil visual dan hasil UTR
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen dan material pada UTR
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam uji fungsi alat UTR
1. Menyiapkan alat bantu 1.1 Metode kalibrasi ditetapkan sesuai dengan manu-
kalibrasi alalat.
1.2 Alat bantu kalibrasi, bahan consumable disiapkan ses-
uai denganprosedur.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melaksanakan kalibrasi alat UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Peralatan UTR
1.1.2 Alat pembanding untuk kalibrasi (blok)
2.2 Perlengkapan
1.2.1 APD
1.2.2 Dokumen UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas BumiNomor 84/K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan peralatan UTR
<< 133 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil membaca hasilUTR
3.2.3 Terampil mendokumentasikan hasil UTR
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam melaksanakan kalibrasi sesuai dengan prosedur
1. Menentukan area 1.1 Dokumen kerja disiapkan sesuai dengan instruksi kerja.
pemeriksaan UTR
1.2 Area pemeriksaandisiapkan sesuai dengan dokumen kerja.
2. Melaksanakan 2.1 UTR di lokasi kerja dilaksanakan sesuai dengan instruksi kerja.
UTR
2.2 Hasil UTR direkam sesuai dengan prosedur.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi, menelusuri, dan melakukan pemeriksaan uji tak
rusak di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 PeralatanUTR
2.2 Perlengkapan
2.1.2 APD
2.1.3 Dokumen UTR
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 134
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2.2 M.7120311.004.01 Melaksanakan Verifikasi Material
2.3 M.7120311.005.01 Melaksanakan Verifikasi Hasil Pengelasan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil memilih standar yang sesuai
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Mematuhi peraturan yang berlaku
4.4 Memiliki integritas
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam melaksanakan UTR di lokasi kerja sesuai dengan instruksi kerja
<< 135 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk memilih teknik uji tak rusak yang pada metode uji yang digunakan.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Peralatan UTR
1.1.2 Kamera
2.2 Perlengkapan
1.2.1 APD
1.2.2 Dokumen UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 136
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2.2 M.7120311.003.01 Melakukan Set-up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.7120311.004.01 Melaksanakan Verifikasi Material
2.4 M.7120311.005.01 Melaksanakan Verifikasi Hasil Pengelasan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan peralatanUTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil memilih standar yang sesuai
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Mematuhi peraturan yang berlaku
4.4 Memiliki integritas
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam pemilihan teknik UTR sesuai dengan SOP
<< 137 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 138
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melakukan Verifikasi Dokumen Basic Design
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set-up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan batasan batasan metode UTR
<< 139 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
1. Memverifikasi alat 1.1 Kesesuaian alat UTR yang digunakan diverifikasi sesuai prosedur.
UTR
1.2 Fungsi kerja alat UTR diverifikasi sesuai prosedur.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Alat tulis
1.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 140
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set- up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.2 Pengetahuan terhadap alatUTR
Keterampilan
4. Sikap kerja yang diperlukan
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan menginterpretasikan, hasil kerjaUTR pada industri
migas.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 142
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set- up Alat Uji Tak Rusak(UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mengklasifikasi indikasi.
<< 143 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
2. Membuat justifikasi hasil UTR 2.1 Hasil uji ditelaah dan diklasifikasi.
2.2 Hasil uji ditetapkan sesuai standar.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil kerja,
mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang merupakan
bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR pada UTR MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 144
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
1.1 Keterampilan
1.1.1 Terampil mengolah data hasil UTR
1.1.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menetapkan hasil uji sesuai standar.
<< 145 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 146
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mevalidasi laporan hasil uji.
5.2 Ketelitian dalam membuat laporan akhir sesuai prosedur.
<< 147 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengembangan Prosedur pekerjaan UTR pada industri
MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 148
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.1 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.2 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menyusun prosedur UTR sesuai standar
5.2 Ketelitian dalam mereview prosedur UTR sesuai standar
<< 149 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
DRAFT RSKKNI
Analisis dan Uji Teknis
Pada Jabatan Inspektur
Instalasi
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA
PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN
TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA JABATANINSPEKTUR INSTALASI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang Inspektur Instalasi di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020, maka
perlu mendorong dan merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk tujuan
tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan Sumber
Daya Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi
dan perdagangan bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
MIGAS. Bidang Inspektur Instalasidisusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi
Kerja yang menggunakan Regional of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi
yang berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan
SKKNI tersebut mengacu kepada Permenakertrans Nomor 5 Tahun 2012.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 150
Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan
substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus
yang bekerja pada bidang Inspektur Instalasi sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh
dari SNI, MOSS, Standar Internasional dan Workplaces bidang Inspektur Instalasi.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
B. Pengertian
1. SKPI (Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi) adalah ijin operasi atau penggunaan
Instalasi setelah Direktur Jenderalmelakukan pemeriksaan keselamatan kerja dan telah
mendapat persetujuan. Sertifikat kelayakan ini berlaku selama 5 tahun
2. Jenis-jenis instalasi terbagi menjadi 3 yaitu Instalasi pemurnian dan pengolahan; dan
Instalasi penimbunan dan pemasaran
C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :
<< 151 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Jabatan
No Nama Instansi
Dalam Tim
1 Direktur Jenderal Ditjen MIGAS Pengarah
Direktur Teknik dan Lingkun-
2 Ditjen MIGAS Ketua
gan MIGAS
Kepala Subdirektorat Stan-
3 Ditjen MIGAS Wakil Ketua
dardisasi
Kepala Seksi Penyiapan dan
4 Penerapan Standar Hilir Ditjen MIGAS Anggota
MIGAS
5 Budiantono Ditjen MIGAS Anggota
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 152
Jabatan
No Nama Instansi
Dalam Tim
6 Kusnandar Ditjen MIGAS Anggota
7 I.G. Suarnaya Sidemen Ditjen MIGAS Anggota
8 Ahmat Wahyu Wardono Ditjen MIGAS Anggota
9 Heri Nursito Ditjen MIGAS Anggota
10 Muhidin Ditjen MIGAS Anggota
11 Mirza Mahendra Ditjen MIGAS Anggota
12 Antoni Irianto Ditjen MIGAS Anggota
13 Muhammad Dulpi Ditjen MIGAS Anggota
14 Andri Surya Ditjen MIGAS Anggota
15 Ridho Pradana Ditjen MIGAS Anggota
16 Muchtar Azis Kemenaker Anggota
17 Aris Hermanto Kemenaker Anggota
18 Darmawansyah Kemenaker Anggota
19 Kamaluddin Hasyim Guspen MIGAS Anggota
20 Surono BNSP Anggota
21 Muhammad Najib BNSP Anggota
22 Syafril Anam Pusdiklat MIGAS Anggota
23 Ali Supriyadi Pusdiklat MIGAS Anggota
24 M. Yudi Masduki S Akademisi Anggota
25 Chrisnanto Pertamina Pengolahan Anggota
26 Krisna Rubowo APMI Anggota
27 Budi Prakosa APMI Anggota
28 Soelasno Lasmono APPI Anggota
29 Amran Anwar PT. Pertamina EP Cepu Anggota
30 Rudianto APITINDO Anggota
31 Muryono Hadi PT. ELNUSA Anggota
32 Ibadurrahman PT. ELNUSA Anggota
Tabel 1. Susunan Keanggotaan Komite RSSKNI
<< 153 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
A. Pemetaan Kompetensi
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA/DASAR
Menerapkan peraturan keselamatan,
Melakukan persiapan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan
pekerjaan inspeksi Menelaah perencanaan pemeriksaan teknis
instalasi
Menelaah datadan dokumen
perencanaanberdasarkanperaturan
perundangan, spesifikasi dan standar yang
berlaku.
Memeriksa kelengkapan mutu peralatan,
Menyatakan kelayakan teknik keselamatan kerja, dan lindungan
instalasi berdasarkan lingkungan
peraturan, spesifikasi Melakukan inspeksi atas Memeriksa kelengkapan sertifikat kelayakan
dan standar yang fasilitas instalasi dan ijin penggunaan peralatan
berlaku.
Melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk kerja
teknis pada pre-commisioning, commisioning,
testing, dan start-up untuk instalasi baru
Melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk
kerja teknis pada instalasi terpasang yang
diperbaiki, dimodifikasi, alterasi atau diganti.
Melaksanakan evaluasi
pekerjaan inspeksi atas Membuat laporan akhir hasil pemeriksaan
instalasi pabrik
Tabel 4. Pemetaan Kompetensi
<< 155 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
C. Unit-Unit Kompetensi
KODE UNIT : M.7120312.001.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan
Lingkungan di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menerapkan peraturan dan
perundangan K3 di tempat kerja pada industriMIGAS.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku,mempelajari SOPyang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkanSOPyang berlaku di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 APD (Alat Pelindung Diri)
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Peraturan-peraturan K3
2.2.2 Buku petunjuk/lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Mijn Politie Reglement 1930
3.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
33 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Prosedur keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
<< 157 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilanyang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.2 Disiplin menerapkanprosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.3 Disiplindalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.4 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Cermat dalam mengikuti prosedur keselamatan kerja yang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5.2 Penelaahan prosedur yang berlaku ditempat kerja.
5.3 Pemahaman terhadap proses kerja inspeksi.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan
pekerjaan Inspektur Instalasi pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 ATK
2.1.2 Laptop/Komputer
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.1.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
<< 159 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Datapekerjaan dan pembagian kerja
3.1.2 Penguasaan standar yang digunakan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan komunikasi kepada pihak-pihak terkait
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan perencanaan pemeriksaan yang sesuai dengan prosedur
5. Aspek kritis
4.1 Penyiapan rencana teknis pemeriksaan
4.2 Cermat dalam membuat perencanaan pemeriksaan instalasi
4.3 Pendokumentasian dokumen-dokumen perencanan yang telah disetujui
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analsia data, penelaahan atau review terhadap
dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan Instalasi pada
peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
1.2 Spesifik yang dimaksud diantaranya adalah jumlah fasa, cyclic condition, dlsb pada
peralatan, seperti pada pressure vessel.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
<< 161 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen desain dan engineering
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen alat/material
3.1.3 Pengetahuan terhadap simbol – simbol gambar desain
3.2 Keterampilan
3.2.1 Membaca gambar teknik/engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen–dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menelaah validasi perijinan peralatan
5.2 Penelaahan dokumen proses, utilitas, dan pengolahan limbah, dan peralatan lainnya
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 162
2. Memeriksa teknik 2.5. Teknik penerapan sistem kontrol dan penghentian daru-
keselamatan kerja dan rat (emergency shutdown system) diperiksa.
lindungan lingkungan 2.6. Teknik penerapan pemeriksaan tangga, lampu, borders,
pada peralatan dan handrail diperiksa.
2.7. Teknik penerapan alat flaring diperiksa.
2.8. Teknik penerapan rock muffler(silencer) diperiksa.
2.9. Teknik penerapan peralatan pencegahan dan penanggu-
langan pencemaran lingkungan diperiksa.
2.10. Teknik penerapan sistem untuk meniadakan bahaya
listrik dan arus listrik lainnya diperiksa.
<< 163 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan kelengkapan mutu dan penerapannya
pada alat-alat pengaman, pemadam kebakaran, pendeteksi api, sistem kontrol dan
penghentian darurat dan alat keselamatan lainnya pada peralatan atau kilang perusahaan
minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 alat inspeksi
2.1.2 Alat ukur
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen jaminan mutu peralatan terkait
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 164
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat inspeksi
3.2.2 Terampil membacahasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam membacaalat ukur/alat inspeksi
5. Aspek kritis
5.1 Pemeriksaan terhadap kelengkapan data safety device
5.2 Pemeriksaan terhadap teknik penerapan alat pemadam kebakaran
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan penelusuran dan pemeriksaan sertifikat kelayakan
operasi dan ijin penggunaan alat pada peralatan seperti katup pengaman, bejana
tekan, tanki timbun, pipa penyalur, boiler, pesawat angkat, alat penukar panas, dan alat
pendukung lainnya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 166
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap peralatan-peralatan yang bersertifikat
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil membaca sertifikat kelayakan operasi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi alat dan sertifikatnya
4.2 Ketelitian dalam membaca sertifikat
5. Aspek kritis
5.1 Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan peralatan
5.2 Teliti dalam validasi sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan peralatan
<< 167 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan unjuk kerja teknis pada pre-commisioning,
commisioning, dan testing dan start-upyang secara umum dilakukan dengan metode
visual. hal ini dilakukan untuk menjamin agar peralatan beroperasi sesuai dengan
ketentuannya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat ukur
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan berdasarkan Peraturan
Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap metode uji
3.2 Keterampilan
<< 169 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk kerja teknis pada
pekerjaan perbaikan, modifikasi, alterasi, rerating atau penggantian yang secara umum
dilakukan dengan metode visual. hal ini dilakukan untuk menjamin agar peralatan
beroperasi sesuai dengan ketentuannya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat ukur
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
<< 171 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan berdasarkan Peraturan
Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
2.3 M.7120312.004.01 Memeriksa Kelengkapan Mutu Peralatan, Teknik Keselamatan Kerja,
dan Lindungan Lingkungan
2.4 M.7120312.005.01 Memeriksa Kelengkapan Sertifikat Kelayakan
dan Ijin Penggunaan Peralatan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap metode uji
3.2 Keterampilan
3.1.2 Terampil membaca alat ukur dengan metode visual
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.2 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Kelengkapan instalasi sesuai desain diperiksa(visual)
5.2 Visual check persiapan keselamatan dan sistem kontrol
5.3 Visual check terhadap kelengkapan pencantuman kondisi desain dan set point peralatan
keamanan pada tiap komponen dilakukan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 172
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan evaluasi terhadap pemeriksaan instalasi dan membuat
laporan akhir hasil pemeriksaan. Laporan akhir dibuat berdasrkan hasil rangkaian pemeriksaan
yang telah dilakukan baik dari pemeriksaan dokumen, pemeriksaan teknis di lapangan,
maupun pemeriksaan hasil pengujian. Laporan akhir di tujukan kepada Ditjen MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
<< 173 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Lessons Learnt
Penyusunan SKKNI
Ir. Sapta Putra Yadi, MHRM, Konsultan SDM dan praktisi industri MIGAS
Kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia sejak dari awal sampai dengan ditandatangani
(SDM) suatu bangsa ditentukan oleh kompetensi oleh Menteri Ketenagakerjaan diharapkan dapat
individual bangsa tersebut. Hal serupa berlaku melancarkan dan mempercepat proses yang
untuk Indonesia. Peningkatan kompetensi menjadi bakal dilalui rencana SKKNI untuk ke enam bidang
agenda penting dan strategis dalam memenangkan tersebut.
Indonesia di tengah-tengah persaingan yang semakin
terbuka dan ketat. Untuk itu diperlukan standar Persiapan Penyusunan SKKNI
kompetensi di banyak bidang agar peningkatannya
Secara prosedural, penyusunan SKKNI haruslah
menjadi terukur dan obyektif. Sesuatu yang terukur
melalui proses pembahasan formal. Dimulai dengan
lebih mudah untuk dikelola dengan baik.
pengajuan surat permohonan dari asosiasi profesi
Tulisan ini disusun sebagai masukan untuk
kepada Kementerian / Lembaga Non Kementerian
IAFPMI yang berencana untuk mengembangkan
yang terkait dengan substansi SKKNI yang akan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
disusun untuk mendapatkan persetujuan dan
biasa disingkat dan disebut SKKNI. Bidang yang
dukungan. Surat tersebut menjelaskan latar
rencananya dibahas antara lain: Process Facilities,
belakang dan alasan pentingnya SKKNI terkait,
Structure, Pipeline, Contract, Planning, dan Project
termasuk cakupan implementasinya secara nasional.
Management. Pengalaman penulis menyusun SKKNI
Selain itu juga dilampiri dengan jadwal penyusunan,
Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) Indonesia,
daftar tim penyusun dan tim verifikasi, kementerian
teknis terkait, dan anggaran yang akan diperlukan.
Proses Tahapan
Proses penyusunan SKKNI dilakukan melalui beberapa tahapan seperti disampaikan berikut ini:
• Dihadiri pemangku
• Membahas RSKKNI.02 bersama
kepentingan wakil dari
Pra- semua pemangku kepentingan.
4 • RSKKNI.03 praktisi, pengusaha,
konvensi • Revisi hasil Pra-konvensi oleh
akademisi, pemerintahan,
Tim Penyusun
konsultan, dsbnya
• Dilakukan secara tersendiri
Verifikasi • Verifikasi RSKKNI.03 oleh Tim oleh Tim Stankom
Eksternal Stankom Kemnaker Kemnaker
5 • RSKKNI.04
hasil Pra- • Revisi hasil verifikasi oleh Tim • Tim Penyusun dapat
konvensi Penyusun bersama Tim Verifikasi
Internal
• Dihadiri pemangku
• Membahas RSKKNI.04 bersama
kepentingan wakil dari
semua pemangku kepentingan.
6 Konvensi • RSKKNI.05 praktisi, pengusaha,
• Revisi hasil Pra-konvensi oleh
akademisi, pemerintahaan,
Tim Perumus
konsultan, dsbnya
Dalam penyusunan SKKNI terdapat dua skenario 3. Skema KKNI, yang disusun sesuai dengan tingkat
tahapan yang utama, yaitu skenario penyusunan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki calon
dan skenario penerapan. Skenario penyusunan asesi.
merupakan format yang perlu diperhatikan dalam
Tantangan yang Dihadapi
menyusun SKKNI, terdiri dari: tujuan utama, fungsi
kunci, fungsi utama, fungsi dasar, dan kriteria unjuk Menyusun SKKNI membutuhkan banyak
kerja. Contoh sederhana adalah sebagai berikut: sumberdaya. Baik itu sumberdaya manusia
yang mengerjakannya, sumber daya dana untuk
• Tujuan utama berisi kegunaan SKKNI itu sendiri.
pembiayaannya, sumber daya manusia untuk
Merupakan rumusan tentang keadaan atau
sumber informasi dan pengetahuannya, dan
kondisi yang menjadi tujuan utama yang hendak
sumber daya waktu agar setiap proses dihadiri oleh
dicapai dari suatu bidang usaha;
pemangku kepentingan yang diharapkan. Berikut ini
• Fungsi kunci menggambarkan fungsi produktif beberapa tantangan utama yang dihadapi selama
hirarki pertama pada proses bisnis dalam proses penyusunan SKKNI MSDM Indonesia:
mencapai tujuan utama tersebut;
1. Komitmen Anggota
• Fungsi utama adalah fungsi produktif hirarki
Peran dan kehadiran anggota tim sangat penting
kedua yang merupakan jabaran lebih lanjut
untuk suksesnya penyusunan SKKNI. Karena
fungsi kunci;
itu sangat penting sejak awal memilih anggota
• Fungsi dasar adalah fungsi produktif hirarki tim yang tepat dan mempunyai komitmen yang
ketiga yang merupakan jabaran lebih lanjut dari kuat. Tepat dalam arti memiliki pengetahuan
fungsi utama yang kemudian menjadi judul unit dan pengalaman mengenai bidang yang akan
kompetensi; disusun. Komitmen yang kuat berarti selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk hadir dan
• Elemen kompetensi, berisi uraian tentang berpartisipasi aktif pada semua tahapan yang
langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dilalui.
dalam melaksanakan unit kompetensi; dan
2. Biaya Penyusunan
• Kriteria unjuk kerja yang menggambarkan
kinerja yang harus dicapai pada setiap elemen Proses penyusunan SKKNI membutuhkan
kompetensi. banyak biaya yang diperlukan untuk penyewaan
ruangan, peralatan penunjang pertemuan,
Untuk skenario penerapan, disusun menggunakan akomodasi peserta workshop, percetakan,
9 jenjang kualifikasi (level kompetensi) dengan dokumentasi, pengiriman undangan, spanduk,
menggunakan 3 macam skema, yaitu: honor pembicara, dan sebagainya. Kebutuhan
dana ini perlu diantisipasi sejak awal. Dapat
1. Skema Okupasi, yang disusun sesuai dengan
ditutupi dengan mendapatkan sponsor,
jabatan yang menggunakan standar terkait;
kontribusi anggota tim sendiri, pembebanan
2. Skema Klaster, yang disusun sesuai dengan biaya kehadiran pada workshop / prakonvensi /
potongan proses bisnis yaitu fungsi kunci pada konvensi terhadap masing-masing perusahaan
<< 177 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016
Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Salah satu tindak lanjut terbitnya SKKNI
Ketenagakerjaan terkait SKKNI bidang yang adalah adanya LSP yang menjadi pengelola
diiinginkan, tidak berarti pekerjaan telah selesai. pengambilan keputusan diberikannya sertifikat
Masih banyak tindak lanjut yang harus dilakukan kompeten kepada asesi sebelum diterbitkan
oleh Tim SKKNI. Berikut ini beberapa tindak lanjut oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
yang perlu diperhatikan: Lembaga ini yang bertanggung jawab antara lain
menyusun skema, materi uji komptensi, tempat
1. Penyusunan KKNI uji kompetensi, dan standar mutu sertifikasi.
Proses pembentukan LSP juga membutuhkan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
upaya tergantung kelas LSP yang diajukan: kelas
(KKNI) merupakan salah satu dari tiga bentuk
perusahaan, industri, atau nasional.
pemaketan SKKNI agar dapat diterapkan
dalam bentuk sertifikasi sebagai pengakuan
kompetensi seseorang. Penyusunan KKNI
membutuhkan aktifitas untuk pemaketan,
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 178
Rekening IAFMI
Bank Mandiri
No 101 000 721 8173
Untuk transfer DONASI,
harap angka ribuan ditulis 123
Informasi
Edi Marwanto 0812 1962 4107
Rosiska 0812 8390 767
Email: dukung@iafmi.or.id
NEXT EDITION
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 180
Tema
kalah:
Pengajuan ma N opember 201
6
te m b e r -1 5
20 Sep i.or.id
lu i e m a il ke : jurnal5@iafm
mela
Desaians Produksi
Fasilit asi Indonesia
Spesifik