Anda di halaman 1dari 180

<< 1 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

ISSN 2442 8515


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 2
<< 3 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Membangun knowledge database yang


kedepannya diharapkan dapat menjadi
referensi utama ilmu dan teknologi
dibidang fasilitas produksi migas di
Indonesia, serta referensi kondisi lokal
untuk International Codes.

Mendorong para professional dan


akademisi dibidang fasilitas produksi
migas untuk menerbitkan karya dan
pemikirannya sehingga kompetensi dan
Misi JURNAL IAFMI
keahliannya terangkat ke permukaan
dunia industri migas.

Menjalin jaringan keilmuan dan


teknologi untuk mengembangkan
industri nasional dibidang fasilitas
produksi migas.

Mengangkat aktifitas sumberdaya


pendukung industri infrastruktur migas
ke permukaan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 4

Dari Redaksi
Tahun 2016 adalah tahun di mana kebijakan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diterapkan oleh pemerintah
negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Salah satu
dampak MEA disamping kemudahan dan keterbukaan
perdagangan barang dan jasa lintas negaranegara nggota
ASEAN tetapi juga keterbukaan pasar tenaga kerja
professional. Di dalam kesepakatan MEA, terdapat delapan
(8) profesi yang dibebaskan bekerja lintas negara di Asia
Tenggara yaitu Insinyur atau Sarjana Teknik, Arsitek, Tenaga
Pariwisata, Akuntan, Dokter Gigi, Tenaga Survey, Praktisi
Media, dan Perawat.

Dari kedelapan profesi tersebut, baru sektor pariwisata


yang sudah dibuka sepenuhnya dan diakui oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan untuk
profesi lain, masih harus dirumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi Tenaga Kerja Asing terkait
Kualifikasi dan Kompetensi oleh Kementrian terkait.

Jurnal IAFMI kali ini mengambil tema khusus Membangun Standar Keahlian dan Kompetensi
Nasional Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen IAFMI untuk mendorong percepatan kesiapan
para insinyur fasilitas produksi Migas Indonesia melalui penyiapan Standar Kompetensi Keahlian
Nasional Indonesia (SKKNI) yang akan bermuara pada Sertifikasi Tenaga Ahli Fasilitas Produksi Migas.

Dalam edisi ini team IAFMI akan menyajikan perbandingan proses sertifikasi insinyur di Negara-
Negara lain, dan pemaparan standar kompetensi yang dibutuhkan bagi lima (5) disiplin yang terlibat
dalam proyek dan operasi fasilitas produksi Migas, yaitu: Struktur, Process, Risk Base Inspection,
Pipeline, dan Planning. Di samping itu, terdapat juga artikel yang membahas proses penyusunan
SKKNI dan liputan artikel Expert Sharing IAFMI yang menghadirkan Lembaga Sertifikasi (LSP) Migas
dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Terima kasih kami sampaikan bagi para kontributor, mengingat tidaklah mudah menuangkan
ide-ide standar kompetensi untuk disiplin ilmu di atas dalam waktu singkat. Semoga ide-ide yang
terdapat dalam jurnal kali ini dapat segera direalisasikan menjadi Rancangan SKKNI. Seiring dengan
membaiknya harga minyak dunia, semangat dan optimisme harus selalu kita jaga untuk terus
meningkatkan kompetensi dan kualifikasi para insinyur Indonesia, khususnya yang bekerja di bidang
fasilitas produksi Migas.

Desi A. Mahdi
Pemimpin Redaksi
<< 5 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Kata Pengantar
Ketua Umum IAFMI
Tanpa terasa Jurnal IAFMI telah memasuki edisi yang ke-4.
Keberhasilan ini sepenuhnya tercapai berkat kontribusi yang
tulus dari seluruh pendukung IAFMI. Mereka adalah team Redaksi,
Kontributor Makalah, Anggota IAFMI yang secara konsisten
mendukung dan selalu menantikan kehadiran Jurnal IAFMI, serta
Mitra IAFMI yang telah mensponsori penerbitan Jurnal IAFMI ini.
Tahun 2016 merupakan tahun dimulainya era
internasionalisasi dan keterbukaan pasar Indonesia di bidang profesi yang menghadapkan
para engineer Indonesia untuk bersaing langsung dengan para enginer dari luar. Dengan
mengusung tema Membangun Kompetensi Nasional dan Standar Kompetensi Profesi ini
diharapkan akan membuka mata para ahli Indonesia bahwa Sertifikasi keahlian profesi
adalah sebuah kebutuhan, khususnya untuk menghadapi era pasar terbuka ini. Disisi lain,
kita pun harus sadar bahwa acuan Standar Kompetensi Profesi di Indonesia khususnya bidang
keahlian fasilitas produksi masih sangat terbatas. Tahun 2016 dan 2017, IAFMI berkomitmen
untuk mendukung dihasilkannya SKKNI dan proses Sertifikasi profesi ini dan mendorong
percepatan kesiapan tenaga engineer di bidang keahlian fasilitas produksi migas Keikut
sertaan para pelaku industri migas dalam penerbitan jurnal edisi 4 ini menjadi kontribusi
signifikan untuk program percepatan ini.
Akhir kata, pengurus IAFMI menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penerbitan jurnal ini.
Salam hangat IAFMI

Ir. Rudianto Rimbono, MSc.


Ketua Umum IAFMI
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 6

Mau ikut
kongres?

Daftar dulu jadi anggota.....


Daftar anggota IAFMI online di www.iafmi.or.id
LIPUTAN KHUSUS
<< 7 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Expert Sharing IAFMI


Sertifikasi Profesi
Team Redaksi
Jakarta, 13 Februari 2016 – Ikatan Ahli Fasilitas 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Beliau
Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) mengutip hasil survey The Boston Consulting
kembali mengadakan acara Expert Sharing Group, 45 % masyarakat Indonesia menganggap
dengan tema “Sertifikasi Profesi” pada hari integrasi ASEAN adalah peluang sedangkan 42%
Sabtu, 13 Februari 2016 bertempat di Hotel Amos masih menganggap integrasi ASEAN sebagai
Cozy, Jakarta. Turut hadir sebagai pembicara ancaman. Sertifikasi profesi merupakan peluang
Ketua Komisi Perencanaan dan Harmonisasi bagi tenaga kerja Indonesia, karena diproyeksikan
Kelembagaan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi pada tahun 2021 di negara-negara maju akan
Profesi), Ir. Surono M.Phil. dan Ketua LSP-Hulu kekurangan tenaga kerja sedangkan Indonesia
Migas, Muliana Sukardi. mempunyai penduduk usia produktif yang sangat
Acara dibuka oleh Ir. Rudianto Rimbono MSc., banyak. Dengan adanya sertifikasi, maka tenaga
sebagai Ketua IAFMI. Dalam pembukaannya kerja Indonesia bisa diakui keahliannya di luar
Ir. Rudianto Rimbono MSc. menyampaikan negeri.
kaleidoskop kegiatan IAFMI selama tahun 2015 Pada umumnya terdapat tiga macam jenis
meliputi CEO Talk, Expert Sharing, Charity Golf sertifikasi, yaitu:
Gathering, Joint Conference Balikpapan (JCB) 1. Pendidikan dan pelatihan berbasis
2015 bersama HAGI, IAGI dan IATMI, Pelatihan dan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan
Sertifikasi Welder. kompetensi, dari semula tidak mampu menjadi
Pada sesi pertama, Ir. Surono M.Phil., mampu, dilaksanakan oleh berbagai lembaga
membawakan materi “Sertifikasi Profesi Bidang pendidikan.
Fasilitas Produksi Migas”. Sertifikasi profesi adalah 2. Sertifikasi kompetensi bertujuan untuk
hak bagi setiap WNI yang kompeten (UU Nomor memastikan individu tersebut masih kompeten
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 8

dengan jenjang pendidikan


tertentu (misal setara S1), maka
dia dapat memperoleh pengakuan
setara S1 melalui uji kompetensi.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam
Kompetensi Keahlian Nasional
Indonesia (KKNI), tingkatan “Ahli”
berada pada level 7 ke atas. Untuk
dapat dinyatakan sebagai Ahli
Fasilitas Produksi Migas misalnya,
harus dipadankan kemampuan
dibidangnya, dilaksanakan oleh Lembaga
dan keahliannya dengan standar yang ada di
Sertifikasi Profesi (LSP)
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Keahlian
3. Registrasi / Lisensi Profesi bertujuan Nasional Indonesia) .
memastikan kesesuaian untuk penerapan
Dalam pemaparannya, Ir. Surono menjelaskan
wajib, dilaksanakan oleh otoritas kompeten.
contoh tata waktu untuk percepatan sertifikasi
Saat ini BNSP sedang melakukan pembahasan profesi Tenaga Ahli bidang Fasilitas Produksi
ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement), Migas seperti di tunjukkan dalam Tabel-1 di atas.
yaitu kesepakatan diantara dua negara atau
Setelah rehat kopi, diskusi memasuki sesi
lebih di wilayah ASEAN untuk saling mengakui
kedua. Di dalam sesi kedua ini dibahas materi
atau menerima beberapa kualifikasi nasional
tentang “Lembaga Sertifikasi Hulu Migas”
atau keseluruhan. Tujuan MRA adalah untuk
yang dibawakan oleh Muliana Sukardi. Di awal
memfasilitasi perdagangan atau menstimulir
pemaparannya Muliana langsung menyinggung
aktifitas ekonomi antar berbagai pihak melalui
tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
proses penerimaan kompetensi SDM dalam
tataran satu standar, satu pengujian dan satu Kata kunci dalam menghadapi kerjasama
sertifikasi yang diakui bersama. antar negara mitra bisnis dalam perdagangan
jasa khususnya di ASEAN adalah harmonisasi,
Langkah pertama untuk menuju implementasi
yang merupakan pengaturan antara negara-
ASEAN MRA adalah perlu disepakatinya AQRF
negara ASEAN yang dirancang untuk memfasilitasi
(ASEAN Qualification Reference Framework)
pergerakan bebas tenaga kerja kompeten,
untuk harmonisasi kualifikasi di negara negara
berkualifikasi dan bersertifikat antara negara-
ASEAN, kemudian diikuti dengan penyusunan
negara anggota ASEAN. Tujuan dari harmonisasi
National Qualification Framework (NQF)
tersebut adalah:
untuk mengembangkan kualifikasi di Negara
bersangkutan. Hal ini diperlukan mengingat 1. Untuk memudahkan mobilitas profesional
setiap negara mempunyai tahapan kualifikasi dibidang pekerjaannya.
yang berbeda. 2. Untuk bertukar informasi tentang praktek-
praktek terbaik dalam pendidikan dan
Sertifikasi kualifikasi dapat diperoleh dari
pelatihan berbasis kompetensi untuk tenaga
pendidikan atau dari pengalaman kerja yang
profesional.
disetarakan. Semisal seorang pekerja tidak
3. Memberikan kesempatan untuk kerjasama
mempunyai ijazah sekolah/pendidikan formal
dan pembangunan kapasitas di negara-negara
namun mempunyai pengalaman kerja ekuivalen
ASEAN.
<< 9 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi


kerja terhadap sumber daya manusia lembaga
induknya.
2. LSP Pihak Kedua : LSP yang didirikan oleh
industri atau instansi dengan tujuan utama
untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi
kerja terhadap sumber daya manusia,
pemasoknya dan/atau sumber daya manusia
dari jejaring kerjanya, sesuai ruang lingkup
yang diberikan oleh BNSP.
3. LSP Pihak Ketiga : LSP yang didirikan oleh
asosiasi industri dan atau asosiasi profesi
dengan tujuan melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja untuk sektor dan atau profesi
tertentu sesuai ruang lingkup yang diberikan
oleh BNSP.
Untuk bisa mendapatkan lisensi, LSP
harus memenuhi persyaratan dari BNSP yaitu
berbentuk badan hukum, memiliki kantor dan
4. Kesepakatan harmonisasi tentang kesetaraan domisili, memiliki organisasi, memiliki tempat uji
produser sertifikasi dan kualifikasi di ASEAN. kompetensi (TUK), Memiliki materi uji kompetensi
5. Untuk mengidentifikasi posisi kita, pemetaan (MUK), memiliki acuan SKKNI, memiliki dokumen
standar dan kualifikasi harus kita lakukan prosedur operasional dan memiliki tenaga asesor
sesuai dengan peta yang disepakati melalui yang memenuhi standar kompetensi nasional.
RMCS (Regional Model Competency Standard). LSP Hulu Migas adalah sebuah LSP Pihak
6. Merupakan bagian dari kebijakan Kesatu yang didirikan berdasarkan akta notaris
meningkatkan sumber daya manusia dalam nomor 41 tanggal 28 Juli 2015 di hadapan notaris
bingkai memberdayakan dan meningkatkan Ny. Ira Soedjono, SH. Mhum. MKn. MM. Msi. dan
kapasitas nasional di industri minyak dan gas telah mendapatkan lisensi dari pemerintah /
bumi. Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dengan
nomor BNSP-LSP-185-ID Tgl. 31 Agustus 2015
Kegiatan sertifikasi profesi dilaksanakan oleh serta berdasarkan Surat Keputusan Kepala SKK
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Untuk dapat Migas Nomor : 001/SK-PEL-LSP-HULU-MIGAS/
melakukan sertifikasi, LSP harus memiliki Lisensi VIII/2015 Tentang Pengangkatan Pengurus Organ
dari BNSP. Lisensi merupakan bentuk pengakuan Pelaksana LSP-Hulu Migas Periode 2015-2019.
dan pemberian izin dari BNSP kepada LSP untuk Setelah pemaparan dari Bapak Muliana
dapat melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja Sukardi, diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya
atas nama BNSP. Jawab untuk mendiskusikan materi yang telah
dijelaskan secara lebih dalam. Banyak pertanyaan
Ada tiga klasifikasi LSP sesuai perannya, yaitu: dari para peserta diskusi yang berasal dari
1. LSP Pihak Kesatu : LSP yang didirikan oleh berbagai stake holder di industri hulu Migas.
Industri atau Instansi dengan tujuan utama
Testimoni IAFMI 2013-2016
IAFMI merupakan organisasi profesi yang bisa dikatakan masih belia, namun
dengan ditangani oleh pengurus yang kompeten juga berpengalaman, akhirnya bisa
membawa IAFMI sejajar seperti organisasi lain yang ada sebelumnya.
Semoga kedepan IAFMI menjadi lebih baik dan bersama sama organisasi profesi di
oil & gas lainnya bisa membuat kebaikan buat Negara Republik Indonesia.
Selamat beraktiftas dan semoga semakin sukses buat pengurus IAFMI
Yudhi Herlambang - Sekjen IATMI

IAFMI sebagai organisasi profesi dalam bidang Fasilitas Minyak dan Gas dapat
memberikan sumbang saran dan menjadi partner dalam pengambilan keputusan
pemerintah terkait Minyak dan Gas Nasional.

Qomaruzzaman - Direktur Rekayasa Industri

Meskipun berusia masih seumur jagung namun IAFMI sudah banyak melakukan
kegiatan untuk mendorong profesionalisme para stakeholder fasilitas produksi
migas. Kesinambungan kegiatan ini harus terus berlanjut dengan memperbesar
peran asosiasi ini terutama untuk pengakuan internasional para profesionalnya
dan memastikan keahlian  mereka berkembang terus serta secara dominan
berperan di negeri sendiri.

Sapta Putra Yadi - Konsultan

Saya bergabung dengan IAFMI tahun 2014. Di organisasi ini saya menemukan
sahabat yang memiliki kesamaan pandangan terhadap perlunya industri
pendukung migas yang berjaya, kompetitif, berkualitas, serta memiliki
nasionalisme.

Mas Wigrantoro - Direktur Utama Bakrie Pipe Industries

IAFMI? Wow keren!!! Sebagai wadah baru, iAFMI tampil beda dengan memberikan
knowledge dan wawasan baru bagi anggota melalui CEO Talk, Expert sharing dan
kunjungan industri.

Joseph Pangalila  -  Direktur Utama Tripatra

IAFMI memberikan ruang yg luas dan energi yg berlimpah bagi para professional
dalam bidang pengembangan fasilitas produksi MIGAS dengan berbagai latar
belakang dari semua stake holder yg ada UNTUK berbagi pengetahuan dan
keahlian, bersinergi demi membangun kompetensi anak negri dan ikut berjuang
bersama seluruh komponen bangsa untuk mencapai tingkat kemandirian yang di
harapkan

Mudhito Prakosa - Country Manager McDermott


IAFMI sebagai wadah professional Pendirian IAFMI adalah langkah yang
fasilitas produksi minyak indonesia sangat bagus, karena menurut pengamatan
yang baru memasuki usia 3 tahun harus saya ikatan atau asosiasi ahli yang sudah
Kita pupuk Dan jaga bersama supaya ada menitik beratkan pada “perut bumi”
dapat tumbuh Dan berkembang sesuai seperti IATMI, IAGI, dll. Fasilitas produksi
cita2 para penggagasnya Dan Kita atau pengolahan migas adalah bagian
semua. yang sangat penting dari mata rantai
Tentu belum banyak Karya nyata yang produksi migas, terlebih untuk daerah laut
dapat Kita rasakan, namun dengan dalam dan terpencil, komponen biaya dari
dukungan para pemangku kepentingan pembangunan fasilitas menjadi bagian
Insya Allah ia akan turut andil memajukan industri minyak yang terbesar dari biaya pengembangan
dan gas di Indonesia. Banyak hal yg patut kita upayakan lapangan migas.
Ke depan bersama dengan mitra seperti KKKS, Services
contractor ,SKKMigas dan Ditjen Migas . IAFMI dapat Pembangunan fasilitas migas juga bisa
berkontribusi memberikan masukkan kpd pemerintah dikatakan domain utama perusahaan
tentang proyek Masela Apakah OLNG atau FLNG, proyek penunjang migas, sedangkan titik berat/
Indonesia Deepwater Development (IDD), proyek East fokus area dari perusahaan minyak (KKKS)
Natuna dengan high CO2 content dll. Kita mempunyai adalah di kegiatan eksplorasi, dengan
para ahlinya di Indonesia yang dapat IAFMI tampung Dan demikian pembangunan fasilitas migas
berikan kesempatan untuk mengutarakan ide2 brilliant Nya. mempunyai ruang yang lebih luas untuk
Dari sisi regulasi IAFMI nya juga dapat memberi masukkan meningkatkan tingkat kandungan lokal.
agar pemerintah tidak membuat kebijakan yg sulit di Maju terus IAFMI, semoga sukses menjadi
implementasikan di lapangan seperti kebijakan Cabotage wadah para ahli fasilitas migas Indonesia.
dll. Semoga IAFMI akan tumbuh Dan berkembang seiring
dengan kemajuan zaman. Djarot Nugroho
Direktur Saipem Indonesia.
Selamat ulang tahun IAFMI Ke 3 Semoga dapat
berkontribusi untuk memajukan industri minyak Dan gas
sesuai kapasitasnya.
Sudjono - Direktur Utama Technip Dengan adanya IAFMI insan surface
facilities migas mempunyai wadah untuk
sharing expert dan knowledge, saling
Tiga tahun, waktu yang cukup mengenal dan bisa sebagai tempat
pendek bagi IAFMI untuk berada pada untuk bertanya, diskusi, menyalurkan
posisi seperti saat ini. Penerbitan kemampuan, dll terkait dengan surface
jurnal berkala, expert sharing dan facilities migas. Khusus untuk pengurus
kunjungan industri berkala, CEO Talk, IAFMI periode ini, saya memberikan
pencetakan welder, dll merupakan appresiate dan ucapan terima kasih
milestones kegiatan yang telah karena cukup banyak kegiatan yg sudah
dilakukan secara marathon dalam tiga dilaksanakan baik itu sharing knowledge,
tahun. Saya melihat pencapaian tsb experience dan info maupun kegiatan
sangat signifikan dan sekaligus merupakan pondasi bagi positif dan pembinaan untuk masyarakat
perjalanan IAFMI selanjutnya dalam mengemban misinya yg berada di sekitar beroperasinya industri
dibidang fasilitas produksi migas untuk membangun migas. Congratulation IAFMI.
profesionalisme tenaga ahli, memfasilitasi kemajuan
teknologi, memberdayakan potensi sumberdaya Andy Martha - Pertamina EP
pendukung, membangun pusat ilmu dan pengetahuan,
serta memberi masukan kepada para pemangku
kepentingan.
Keberadaan IAFMI yang relatif muda
Montty Giriana - Deputy Kemenko Perekonomian ini, telah dapat memberikan manfaat
bidang ESDM dan Lingkungan Hidup bagi Para profesional Fasilitas Produksi
Migas diantaranya dapat saling bertukar
pendapat, berargumentasi, berbagi
Lebih dari 50 tahun operasi migas di pengalaman dan juga berkontribusi
Indonesia nyaris tidak melahirkan memberikan masukan kepada para
industri penunjang yang mumpuni. pemangku kepentingan. Hal seperti ini
IAFMI dibentuk untuk membangun dapat mendorong terciptanya peralatan
keyakinan bahwa eksplorasi dan infrastruktur Migas yang lebih Aman,
eksploitasi migas di Indonesia harus Efficient dan Tepat Guna.
memberikan nilai tambah dengan Steve Adrianto - Project Director Santos
lahirnya SDM yang tangguh.
Gde Pradnyana - skkmigas
daftar isi
September 2016
3 Visi Misi Jurnal Iafmi

4 Dari Redaksi

5 Kata Pengantar Ketua Umum Iafmi

7-9 Liputan - Expert Sharing

10-11 Tertimoni IAFMI 2013-2016

12-13 Susunan Redaksi

14-18 Kegiatan Iafmi

19-22 Perbandingan Proses Sertifikasi Profesi Insinyur


Indonesia Dengan Negara-Negara Lain

23-30 Kompetensi Kerja Di Bidang Pipeline

31-37 Kompetensi Kerja Di Bidang Struktur

38-43 Usulan RSkkni Untuk Process

Facilities Engineer

44-75 Draft RSKKNI Risk Based Inspection (Rbi)

76-117 Draft RSKKNI Analisis Dan Uji Teknis Bidang


Korosi Dan Pencegahannya

118-148 Draft RskKni Pada Uji Tak Rusak (Utr)

149- 173 Draft RskKni Analisis Dan Uji Teknis Pada


Jabatan Inspektur Instalasi

174-178 Lessons Learnt Penyusunan SKKNI


i Susunan Redaksi
Pimpinan Redaksi:
Desi A. Mahdi, S.T.,PMP
<< 13 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Chief Editor:
Adjie Heryanto, S.T

Team Editor:
Risvan Dirza, S.T
Dwi Nuraini Siregar, S.T

Sponsorship:
Ahmad Diponegoro, ST.,MSc Wiwin lukman Febrianto

Mokhamad Nasyih Aminulloh, S.T

Andre Widhiananto Ariono, ST. MT.

Distribusi:
Auliya Fahmi Syafri, S.T

Rosiska Alwin, SE

Project Sponsor:
Ir. Edwin Badrusomad
(Direktur Eksekutif IAFMI)
Penanggung Jawab:
Ir. Taufik Aditiyawarman, M.M., PMP
(Sekjen IAFMI)

Ketua Dewan Pakar: Anggota Dewan Pakar:


Ir. Bob Djanegara Ir. Steve Adrianto, Prof. Ir. Ricky L Tawekal, MSE.,PhD.
Ahmad Taufik, M.Eng., PhD., Ir. Iwan Jatmika,
Ir. Witoyo, Ir. Sandry Pasambuna,
Juanto Sitorus, MT, CPM, PMP, CSEP,
Adjie Heryanto, ST.

Foto: Koleksi EdwinB | Foto Cover oleh EdwinB


Desain lay out : Dedi The EPM
Sekretariat: Gandaria 8 Office Tower, Lt.5,
Jalan Sultan Iskandar Muda, Jakarta 12240, Telp. +62 21 2903 6664
e-mail : jurnal@iafmi.or.id, website: www.iafmi.or.id
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 14

IAFMI Sukses Selenggarakan CEO Talk 3


“Sinergi Perbankan
dengan Industri Migas”
6 SEPTEMBER 2016 – Ikatan Ahli Fasilitas dibandingkan bank asing. Diantaranya fasilitas
Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) ‘cash loan’ dengan suku bunga yang lebih tinggi
sukses menggelar acara CEO Talk 3 dengan topik antara 2%-3% dibandingkan bank asing dengan
“Sinergi Perbankan dengan Industri Migas” pada ‘collateral guarantee’ yang tinggi sebesar 25%-
hari Selasa, 6 September 2016 di Hotel Crowne 30%. Diperlukan terobosan dari sistem perbankan
Plaza, Jakarta. Montty Girianna (Deputi Bidang nasional dalam bentuk skema sinergi komersial
ESDM Kemenko Perkonomian) menjadi ‘Keynote untuk menjawab tantangan ini. Di sisi lain, sejak
Speaker’ didampingi oleh Raymond Naldi Rasfuldi tahun 2008 semua transaksi migas diwajibkan
(Direktur Business Development TRIPATRA), dilakukan melalui bank BUMN selain itu terdapat
Adhi Pratama (Group Head Oil-Gas Energy dana ASR (Abandonment dan Site Restoration)
Corporate Banking BRI), dan Oscar Hutagaol (Vice yang telah terakumulasi di Bank Nasional. Hal
President Divisi Hubungan Lembaga BRI) sebagai ini dipandang sebagai fondasi untuk dapat
pembicara. Sesi tanya jawab dimoderatori oleh mewujudkan skema sinergi komersial dimaksud.
Kania Sutisnawinata dari BRI. Ini adalah kali Dalam paparannya pembicara utama Montty
ketiga acara CEO Talk setelah CEO Talk 1 dan 2 Giriana menyatakan bahwa selain hal di atas,
yang masing-masing diselenggarakan pada 11 perlu dilihat peluang pengaplikasian skema
Maret dan 12 November 2015. Dari industri migas, KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha)
turut hadir SKK Migas dan para profesional yang yang telah digunakan dalam proyek-proyek
menjadi pimpinan beragam perusahaan dan infrastruktur seperti pembangkit listrik, jalan
KKKS (Kontraktor Kerja Sama), kontraktor EPCI, tol, dan pelabuhan. Skema ini mengalokasikan
vendor dan konsultan. risiko antara badan usaha (commercial risk) dan
Di tengah lesunya harga minyak sejak tahun pemerintah (regulatory risk) dengan lebih tepat,
lalu, para penyedia barang dan jasa industri migas sehingga komersialisasi proyek dapat dicapai.
menyuarakan tantangan-tantangan yang mereka Raymond N. Rasfuldi menyampaikan
hadapi terutama terkait fasilitas pendanaan dari usulan terobosan permodalan dari bank seperti
bank nasional yang dirasa kurang kompetitif pemberian ‘short term bridging financing’ dengan
<< 15 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

bunga yang kompetitif. Selain itu restitusi VAT Umum IAFMI Rudianto Rimbono:
yang dipercepat dan pengenaan besaran pajak • Penerapan skema supply chain financing
final PPh yang lebih fleksibel dipandang sebagai pada industri retail dan downstream oleh
peluang untuk dapat membantu ‘cash flow’ BRI dipandang layak untuk diperluas
kontraktor nasional. Dengan cash flow yang penerapannya di industri hulu migas.
kuat, dana yang ada dapat dialokasikan untuk
• Perlu ditelaah lebih lanjut peluang dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
tatacara pemanfaatan dana ASR untuk industri
Pada akhirnya diharapkan kontraktor-kontraktor
hulu migas.
lokal dapat lebih fokus kepada lini bisnis intinya
• Perlu adanya pemahaman yang sama antara
dan bukan pada biaya-biaya terkait pendanaan
pihak Bank dan pelaku usaha migas mengenai
proyek.
resiko migas melalui edukasi manajemen
Adhi Pratama menyampaikan bahwa BRI
resiko yang meliputi seluruh rantai suplai.
sebagai salah satu bank BUMN yang ditunjuk
Diharapkan dengan pemahaman yang lebih
pemerintah telah melakukan pemberian cash
baik maka valuasi resiko pekerjaan proyek
loan dan non cash loan untuk KKKS, kontraktor,
migas oleh perbankan lebih tepat sehingga
dan vendor dalam bentuk pre-financing, post-
dihasilkan formulasi kerja sama yang lebih
financing, dan customized financing. Ditambahkan
menguntungkan para pihak.
bahwa dana ASR (Abandonement and Site
Restoration) yang terkumpul sampai dengan • SKKMIGAS dalam waktu dekat akan
saat ini di BRI adalah sebesar Rp. 3,5 Trilliun. menerapkan sistem CIVD (Centralized Integrated
Satu peluang yang disampaikan Oscar Hutagaol Vendor Database) untuk memungkinkan para
adalah jasa konversi mata uang asing ke Rupiah vendor melakukan pemutakhiran dokumen
dan sebaliknya tanpa biaya untuk semua administratif dari waktu ke waktu sehingga
transaksi migas apabila kedua belah pihak yang ketika hendak mengikuti lelang perusahaan
bertransaksi mempunyai rekening di BRI. cukup mengirimkan proposal teknis dan
commercial saja.
Berikut rangkuman pandangan peserta yang
disampaikan dalam catatan penutup oleh Ketua
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 16

kilas iafmi semester I -2016


Raker IAFMI, 20 Februari 2016 Engineering, Contract, Planning, dan
Project Manager.
Bertempat di Sentul, hari Sabtu 20 Februari
2016, pengurus inti dan layer kedua IAFMI 2. Komisi 2 Pengembangan Industri Nasional.
mengadakan Rapat Kerja - RAKER 2016 -  untuk Bahasan utama grup ini diantaranya Expert
membahas program kerja Pengurus tahun 2016. sharing dengan kunjungan ke lokasi Industri
Dihadiri 18 orang peserta, RAKER berlangsung Nasional, Workshop terkait pengembangan
meriah selama dua hari karena disisipi dengan industri nasional, standarisasi AML/PML
team Building yang dikomandani oleh DIREKS dan CEO Talk & Golf.
IAFMI. Semua peserta larut dalam kegiatan 3. Komisi 3  Pengembangan Sumber daya
Team Building, lepas, semangat dan penuh Pendukung. Bahasan utama grup ini
canda. Sementara dalam diskusi kelompok, diantaranya pengembangan sumberdaya
semua peserta menunjukkan atensinya yang pendukung dengan pendekatan social
sangat besar terhadap bahasan program yang engineering yang secara cermat harus
cukup padat untuk memajukan IAFMI. disiapkan. Bahasan kedua adalah
Masing-masing bidang memiliki grup melanjutkan program pelatihan welder
bahasan sendiri ditambah satu grup agar mendaatkan sertifikasi BNSP dan
untuk membahas persiapan pergantian ‘on the job’ training untuk nantinya dapat
kepengurusan. Grup diskusi tersebut adalah: diteruskan dengan penempatan kerja.
1. Komisi 1  Pengembangan Profesi. 4. Komisi 4 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Bahasan utamanya diantaranya adalah Komisi ini membahas empat program
program penyusunan RSKKNI. Grup ini utama yaitu Penerbitan Jurnal edisi 4 dan
mencanangkan enam bidang keahlian 5,  Workshop Desain dan Instalasi Struktur
utama untuk segera dimulai penyusunan Platform dan Pipeline Indonesia serta
RSKKNI-nya, yaitu Process Engineering, penerbitan News Letter berakala bulanan.
Structural Engineering, Pipeline

Pelatihan Welder di Wilayah


Expert Sharing Kompetensi Operasi Migas, Sulawesi Tengah
Profesi, Sabtu 13 Februari 2016
Ikatan Ahli Fasilitas produksi Minyak dan
Dihadiri sekitar 40 anggota IAFMI, Expert
Gas Bumi  Indonesia  (IAFMI) menggelar acara
sharing IAFMI pertama di tahun 2016 ini di-
pelatihan  keahlian  welder  (juru las)  untuk
gelar di Hotel Amos Cozy pada hari Sabtu
tingkat pemula. Pelatihan ini terbagi menjadi
tanggal 13 Februari 2016. Expert sharing
2 batch, yang setiap batchnya terdiri dari 20
kali ini mengusung tema Sertifikasi Profesi.
peserta. Pelatihan ini dilaksanakan di daerah
IAFMI menghadirkan dua orang pembicara,
pengembangan gas milik  Pertamina  EP,
yaitu Bapak Surono dari BNSP dan Bapak
yaitu  CPP  Matindok Batui  dan CPP Donggi,
Mulyana dari LSP Hulu Migas.
Sulawesi Tengah.
Penyelenggaraan Batch I dilakukan di lapa-
ngan Matindok yang telah diselenggarakan
dari tanggal 7 hingga 31 Januari 2016. Selan-
<< 17 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Implementasi MoU IAFMI


jutnya, untuk Batch II dimulai tanggal 9 Februari dengan WIKA, April 2016
hingga 3 Maret 2016 di lapangan Donggi. Kegiatan
pelatihan ini merupakan  salah satu  misi IAFMI IAFMI meneruskan program pelatihan
dalam membangun kapasitas dan kompetensi welder di Luwuk dengan melakukan
SDM Nasional di wilayah kerja MIGAS.  Program Sertifikasi BNSP. 30 peserta mengikuti
ini dikoordinasikan oleh  IAFMI, melibatkan  PT refreshment kelas teori dan praktek
Gunanusa Utama Fabricators dan PT. Titis Sam- dengan para trainer dari INLASTEK
purna  serta  didukung penuh  dengan program UP45. Para peserta mengikuti ujian
CSR Pertamina EP, PT. Wijaya Karya (WIKA) dan PT. sertifikasi selama dua hari penuh pada
Rekayasa Industri (Rekind). 25 dan 26 April dengan assessor Bapak
Sopar Napitupulu dan Bapak Susilo
Prawirohartono dari LSP Las BNSP.
Duapuluh peserta berhasil mendapatkan
kualifikasi 2G dan 10 peserta melampaui
Wisuda pelatihan welder di Luwuk target dengan mendapatkan sertifikat
8 Maret 2016 kualifikasi 3G.
Sukses diselenggarakan di hotel Luwuk Kab
Program ini merupakan salah satu
Banggai. Wisuda dihadiri oleh para pimpinan
misi IAFMI untuk mengembangkan
kontributor, juga hadir Kepala SKK Migas, presiden
sumberdaya pendukung di daerah operasi
direktur Pertamina EP Rony Gunawan, Direktur
MIGAS. Walaupun situasi industri MIGAS
Pengembangan PT. Herutama, Direktur Utama PT.
sedang melambat, namun IAFMI tetap
Rekayasa Industri Firdaus Syahril, Direktur Operasi
bertekad mendukung industri ini dengan
Wilayah 2 PT. Wijaya Karya Bambang Pramudjo,
terus mengembangkan kompetensi
Manager Busines Development PT. Titis Sampurna,
sumberdaya pendukung migas, khususnya
dan perwakilan PT Gunanusa Utama Fabricators.
di daerah operasi MIGAS.
Wisuda dibuka dengan sambutan dari
ketua Umum IAFMI Rudianto Rimbono yang
Expert Sharing
menyampaikan bahwa program pelatihan
Sabtu 9 April 2016
welder ini berhasil memenuhi misi IAFMI, selain
meningkatkan kompetensi sumberdaya lokal, juga Expert Sharing IAFMI kembali
berhasil menjadi pemicu bagi perusahaan migas dilaksanakan dengan kunjungan ke pabrik
untuk secara bersama-sama menyelenggarakan FRP di Cikarang milik perusahaan Nasional
program. Peluang ini disambut PT. Wijaya Karya Ori Polytec Composites. Dihadiri oleh 25
untuk meneruskan kompetensi ke 40 orang peserta, expert sharing juga menampilkan
wisudawan ini untuk ditingkatkan agar dapat bapak Hanto Yananto dari PHE ONWJ dan
disertifikasi BNSP. Sambutan Ketua Umum IAFMI Bapak Abraham Filantrofi dari RPE sebagai
dilanjutkan dengan penandatanganan MoU antara pembicara. Expert Sharing dibuka oleh
IAFMI, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, dan Bapak Soentoro, Senior Manager Sales PT
PT. Wijaya Karya terkait pengembangan program Ori Polytec Composites, diikuti sambutan
pelatihan welder ini. dari Ketua IAFMI Bapak Rudianto Rimbono.
Setelah presentasi dari dua pembicara,
acara dilanjutkan dengan kunjungan ke
dua pabrik FRP yang berlokasi di Cakarang
ini. 
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 18

Expert Sharing Sabtu 28 Mei 2016 SERTIFIKASI WELDER BNSP -


Di Yard PT Gunanusa Utama Fabricators di
Luwuk, Kamis 2 Juni 2016
Grenyang dan Pabrik Baja PT Krakatau Steel dan Disaksikan para orangtua dan
PT. Krakatau Posco terasa berbeda dari biasanya. keluarga peserta  pelatihan dan
Selain menempuh perjalanan cukup jauh, juga sertifikasi BNSP welder, 30 orang peserta
diselenggarakan sehari penuh dari pagi hingga menerima sertifikat welder BNSP dan
sore di tiga lokasi ‘Fabrication Yard’ dan Pabrik Inlastek UP45. 20 orang lulus dengan
Baja yang sudah cukup tua dalam kancah industri level 2G, dan 10 orang level 3G. Sertifikat
di Indonesia. diserahkan oleh Ketua Bidang 1 IAFMI,
Bapak Herry Putranto, dan Wakil Rektor
Diikuti sekitar 40 orang peserta, expert
UP45 Bapak Syafiie Maarif.
sharing kali ini juga menampilkan ‘knowledge
sharing’ dari Santos yang diwakili Hercules Setelah menunggu selama
Sitanggang membawakan ‘Learning Management empat  minggu sejak berakhirnya
of Construction’, serta dari Technip yang diwakili refreshment dan ujian sertifikasi welder
Structural Engineer Arrianto Suwandi yang tanggal 26 April 2016, akhirnya Kamis,
membahas  ‘Offshore Platform Design’. Selain 2 Juni 2016 bertempat di Gedung
itu, PT Gunanusa Utama Fabricators juga KONI Luwuk, diselenggarakakn acara
memaparkan sejarah, fasilitas ‘yard’, dan prestasi penyerahan sertifikat BNSP dan
proyek-proyek yang pernah dikerjakannya, Inlastek UP45 kepada para peserta.
baik dalam negeri maupun luar negeri. Paparan Sesungguhnya sertifikat telah diterima
disampaikan langsung oleh pak Eddy Rijanto, IAFMI pada pertengahan April 2016,
pimpinan Gunanusa Fabricators. namun pelaksanaan penyerahan
sertifikat baru bisa dilaksanakan
Setelah paparan, rombongan dibawa
tanggal 2 Juni 2016. Setelah penyerahan
berkeliling yard, meninjau beberapa workshop
sertifikat, acara dilanjutkan dengan
dan fasilitas fabrikasi yard Gunanusa. Saat
tanya jawab dan makan siang.
berkeliling, nampak beberapa platform milik PHE
WMO sedang difabrikasi, memasuki tahap akhir
konstruksi.
Siang hari, rombongan langsung menuju ke
Pabrik Baja tertua di Indonesia, PT. Krakatau Steel, Review Rencana
disambut oleh Direktur Operasional PT. Krakatau Pengembangan Wilayah
Steel dan Corporate Secretary PT Krakatau Natuna Bagian Timur (NBT)
Posco. Manager R&D PT. Krakatau Steel, pak
Zainal mempresentasikan proses produksi baja Sejak April 2016, memenuhi
produksi Krakatau Steel. Paparan ditutup dengan undangan KEN (Komisi Eksplorasi
presentasi produksi baja PT. Krakatau Posco yang Nasional), IAFMI melakukan beberapa
memiliki kapasitas dan teknologi lebih baik. Acara kali pertemuan dan presentasi untuk
dilanjutkan dengan meninjau langsung proses membahas Rencana Pengembangan
produksi baja PT. Krakatau Steel yang saat itu Wilayah Natuna Bagian Timur (NBT)
sedang memproduksi pelat. bersama sama dengan KEN dan
beberapa asosiasi keahlian lain.
<< 19 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Perbandingan Proses
Sertifikasi Profesi Insinyur
Indonesia dengan
Negara-Negara lain
Risvan Dirza, S.E, MSc – Project Engineer, PHE ONWJ
Desi A. Mahdi, S.T, PMP – Oil and Gas Professional, Consultant

Indonesia
Sertifikasi nasional dan internasional untuk
profesi insinyur membutuhkan proses yang Salah satu lembaga profesi keinsinyuran yang
tidak mudah. Pada artikel ini, penulis mencoba sudah cukup lama dikenal di Indonesia adalah PII
membandingkan berbagai proses sertifikasi (Persatuan Insinyur Indonesia). Lembaga profesi ini
keinsinyuran yang berlaku di Indonesia dan di sudah berdiri sejak 1952. Selain terbuka bagi para
beberapa negara lain. insinyur dari segala kalangan untuk masuk sebagai
anggota, PII juga memiliki program “Sertifikasi
Insinyur Profesional PII”. Untuk memperoleh
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 20

sertifikasi tersebut, ada beberapa persyaratan pengalaman kerja. PII juga mempersyaratkan
administratif yang harus dipenuhi, diantaranya ijazah sarjana (S1) bidang studi tertentu untuk
adalah pengalaman kerja minimal 3 tahun, mengisi dapat mengajukan aplikasi sebagai Insinyur
formulir aplikasi, melampirkan salinanijazah Profesional, mayoritas adalah Sarjana Teknik
sarjana teknik, pas foto dan membayar biaya (termasuk Arsitek dan Desain Interior).
proses sertifikasi. Khusus untuk biaya awal
Aplikasi dapat disampaikan dua kali dalam
proses sertifikasi, saat ini besarnya berada di
setahun yaitu pada akhir periode 1 (Juni) dan
kisaran 1 sampai 2.5 juta rupiah. Biaya tersebut
akhir periode 2 (Desember). Majelis penilai berhak
merepresentasikan jenis sertifikasi yang diperoleh
meminta keterangan tambahan secara tertulis
beserta aspek logistiknya. Jenis sertifikasi yang
atau melalui tatap muka sebelum menyetujui
saat ini ada di PII terdiri dari Insinyur Profesional
aplikasi pendaftar.
Pertama (IPP), Insinyur Profesional Madya (IPM)
dan Insinyur Profesional Utama (IPU).
Insinyur Profesional Pratama adalah para Kanada dan Amerika Serikat
insinyur yang sudah bekerja lebih dari tiga tahun Di luar Indonesia, secara umum, status
sejak mencapai gelar kesarjanaannya dan mampu profesional didefinisikan secara hukum dan
membuktikan kompetensi kepro-fesionalannya dilindungi oleh sebuah badan pemerintah
melalui data rekam jejak yang valid. ataupun lembaga swadaya. Yang membedakan
Insinyur Profesional Madya adalah para seorang insinyur profesional berlisensi adalah
pemegang sertifikat Insinyur Profesional kewenangan atau kewajiban mengambil
Pratama yang sudah bekerja dan membuktikan tanggung jawab hukum untuk pekerjaan rekayasa
kompetensinya selama paling sedikit lima (5) desain. Sebagai contoh, hasil pekerjaan seorang
tahun setelah yang bersangkutan memperoleh insinyur berlisensi mungkin bertanda, bercap atau
sertifikat Insinyur Profesional Pratama. berstempel dokumentasi teknis seperti laporan,
gambar, dan perhitungan, perkiraan desain studi,
Level terakhir adalah Insinyur Profesional
atau analisis.
Utama, yaitu para pemegang sertifikat Insinyur
Profesional Madya yang telah bekerja dan Sebagai contoh di Kkanada gelar Professional
membuktikan kompetensi-nya selama paling Engineering (P.Eng) hanya dapat digunakan
sedikit delapan tahun setelah ia memperoleh oleh para insinyur berlisensi dan dilindungi oleh
sertifikat Insinyur Profesional Madya, serta hukum di semua propinsi. Perijinan insinyur
mempunyai reputasi profesional dengan rekam dilakukan melalui asosiasi badan hukum yang
jejak berskala nasional. berkuasa, seperti contoh salah satunya Profesional
Engineering Ontario. Banyak dari lembaga asosiasi
Pendaftar yang ingin mendapat akreditas
ini yang bertanggung jawab mengatur profesi.
Insinyur Profesional PII harus menjadi anggota PII
Proses pendaftaran ummnya sebagai berikut:
terlebih dahulu. Proses penilaian dilakukan oleh
majelis penilai terhadap aplikasi pendaftar yang • Memiliki gelar dari program pendidikan
merupakan penilaian mandiri pendaftar terhadap di bidang teknik atau ilmu terapan, yang
4 unit kompetensi wajib dan 7 unit kompetensi terakreditasi oleh Badan Akreditasi Kanada
pilihan sesuai bidang dan sub bidang keahlian Engineering (CEAB).
yang dipilih oleh pendaftar. Selain itu pendaftar • Menyelesaikan pelatihan atau magang pada
juga melampirkan dokumentasi rekam jejak program dengan supervisi P. Eng.
<< 21 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• Telah diperiksa rekam jejak pengalaman teknik yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi
kerjanya oleh Asosiasi terkait, untuk Engineering dan Teknologi (ABET)
• Lulus Ujian Profesional Praktisi (isi dan format • Menyelesaikan ujian tertulis dari asosiasi
yang berbeda menurut provinsi). untuk dasar-dasar Engineering (FE)
Insinyur yang tidak berlisensi berpotensi • Memiliki empat tahun pengalaman teknik (di
medapatkan sanksi hukun sesuai dengan undang- kebanyakan negara bagian). Untuk lulusan
undang yang berlaku jika melakukan kegiatan teknologi rekayasa, jumlah tahun yang
desain rekayasa tertentu. diperlukan mungkin lebih tinggi.
Di Amerika Serikat, registrasi atau sertifikasi • Menyelesaikan Prinsip ditulis dan Praktek
insinyur profesional dan praktek rekayasa diatur Teknik (PE) pemeriksaan, yang menguji
oleh masing-masing negara bagian. Setiap pengetahuan dan keterampilan pemohon
sertifikasi hanya berlaku di negara bagian di mana dalam disiplin yang mereka pilih teknik (sipil,
sertifikasi itu diberikan. Oleh karena itu, banyak listrik, industri, mekanik, dll), serta standar
insinyur profesional memiliki sertifikat di lebih kode etik rekayasa.
dari satu negara bagian. Akan tetapi, seorang
Untuk standardisasi, bahan serta hasil ujian FE
insinyur yang bersertifikasi atau terdaftar di salah
dan PE disusun dan diperiksa oleh organisasi pusat
satu negara bagian memungkinkan untuk diakui
yaitu Dewan Nasional Penguji untuk Rekayasa dan
di negara bagian lain tanpa memenuhi memenuhi
Survei (NCEES). Namun, dewan masing-masing
pengujian ulang.
negara bagian insinyur profesional individual
Persyaratan untuk sertifikasi bervariasi, tetapi menetapkan persyaratan untuk mengikuti ujian,
umumnya adalah sebagai berikut: serta nilai kelulusan. Misalnya sebagai contoh,
pelamar di beberapa negara bagian harus
• Lulusan perguruan tinggi atau universitas
memberikan referensi profesional.
program empat tahun dengan gelar di bidang
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 22

Inggris Raya (United Kingdom) diakui, interview personal, dan presentasi teknis
di depan Dewan Profesi. Kompetensi kandidat
Dewan Teknik (Engineering Council) adalah
kemudian diuji lebih lanjut pada penilaian akhir
badan pengawas seluruh Inggris Raya untuk
melalui wawancara peer review yang dilakukan
profesi insinyur. Badan ini memegang daftar
oleh dua Chartered Engineer dan seorang
235.000 insinyur terdaftar sebagai EngTech
chairperson.
(teknisi), ICTTech (informasi dan teknologi
komunikasi teknisi), I Eng (insinyur inkorporasi) Secara umum dibutuhkan minimum total
dan C Eng (insinyur terdaftar). Semua titel waktu 8 tahun untuk pendidikan di universitas dan
tersebut sepenuhnya dilindungi di bawah hukum pengalaman pelatihan dan kegiatan professional
yaitu Royal Charter Dewan Teknik dan Anggaran. semasa kerja sebelum seseorang dapat terdaftar
Dengan lebih dari 180,000 pendaftar dari berbagai sebagai Chartered Engineer. Chartered Engineer
negara, penunjukan sebagai UK Chartered juga diakui di Eropa sebagai profesi yang diregulasi
Engineer adalah salah satu kualifikasi teknik (memerlukan izin untuk berpraktek), dengan cara
internasional yang paling diakui dan dihormati. mendaftar di European Federation of National
Engineering Association sebagai European
Untuk mendapat gelar C Eng, seseorang harus
Engineer dan menggunakan title EUR ING.
menyelesaikan kuliah di bidang engineering,
science atau matematika dan mempunyai gelar
(MEng, BEng plus MSc atau Post Graduate Diploma
yang terakreditasi) serta mempunyai kompetensi
profesional yang didapat melalui pelatihan
dan minimum 4 tahun pengalaman praktek
profesional yang diawasi. Selain itu, kandidat juga
harus menunjukkan kemampuan kepemimpinan
dan manajemen kompetensi teknis dan komersial
yang signifikan. Hal ini dilakukan dengan cara
menunjukkan pelatihan profesional yang telah
<< 23 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Kompetensi Kerja
di Bidang Pipeline
Ahmad Taufik, M.Eng., Ph.D.

Bidang pipeline baik onshore maupun offshore merupakan salah satu bidang kunci dalam
suatu industri MIGAS. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap individu yang terlibat
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang mumpuni sehingga dapat
menghasilkan produk terbaik. Untuk mencapai itu maka diperlukan suatu batasan dan standar
yang jelas bagi pihak mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan bidang pipeline. Makalah
ini akan membahas mengenai peranan standar tersebut, termasuk latar belakang, tujuan dari
bidang keahlian pipeline yang biasa ditemui di Industri MIGAS serta klasifikasi kompetensi
untuk bidang pipeline tersebut, yang nantinya dapat dijadikan sebagai inisiasi disusunnya
Rencangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia untuk bidang Pipeline.

Latar Belakang akan meningkat. Untuk menjawab tantangan


Indonesia, sebagai salah satu negara yang tersebut, diperlukan personel (Sumber Daya
ikut bergerak dalam industri minyak dan gas, Manusia) yang mumpuni dan andal sehingga
dituntut untuk mampu bersaing dengan negara dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) secara
lain dakam kondisi ekonomi dan industri apapun. efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan
Hal tersebut juga berimbas pada tuntutan agar hasil yang diperoleh akan maksimal sehingga
semua pihak yang terlibat dalam industri tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
memiliki kemampuan dan keterampilan yang pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
mumpuni sehingga dapat bekerja sesuai dengan Dalam rangka peningkatan kompetensi kerja
standar kerja yang diinginkan. untuk pihak-pihak yang terlibat dalam industri
Peningkatan kompetensi menjadi hal yang minyak dan gas ini, diperlukan penyusunan
penting dilakukan karena adanya tantangan yang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
hadir akibat hadirnya era perdagangan bebas. khususnya untuk tenaga teknik di sektor MIGAS
Pemberlakuan perdagangan bebas, baik tingkat dengan bahasan pokok di bidang struktur. SKKNI
regional Asia Tenggara dan tingkat Internasional, untuk bidang pipeline ini disusun menggunakan
akan mendorong semakin banyak tenaga kerja referensi Regional of Model Competency Standard
sementara di lain pihak lapangan pekerjaan yang (RMCS), sedangkan prosedur pengembangannya
tidak mengalami penurunan atau paling tidak sendiri mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga
perubahan besar. Akibatnya, batas standar yang Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
digunakan untuk melakukan rekrutmen pun
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 24

Standar ini dirumuskan dengan menggunakan tim pipeline akan memproduksi dokumen teknik
acuan: termasuk alignment sheet yang selanjutnya akan
digunakan sebagai acuan untuk fabrikasi dan
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
konstruksi pipeline di lapangan.
Minyak dan Gas Bumi
Lingkup pekerjaan dan kompetensi pekerjaan
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
desain pipeline onshore dan offshore pada
Ketenagakerjaan
makalah ini dibahas secara umum. Adapun
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tujuan tim pipeline engineering yang lebih spesifik
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional dijabarkan sebagai berikut ;
Indonesia
• Memproduksi Detail Gambar Teknik Pipeline
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun Onshore atau Offshore dalam bentuk alignment
2012 tentang Sistem Standar Kompetensi sheet, dari flange ke flange, dari kepala
Kerja Nasional Indonesia sumur (X-Mas Tree), atau fasilitas hulu menuju
ke piping di fasilitas atau stasiun penerima
berikutnya di hilir.
Definisi dan Tujuan
Pipeline merupakan salah satu fasilitas • Memproduksi Gambar Teknik untuk Fabrication
utama keberlangsungan produksi migas, Arrangement, Installation Arrangement, dan
baik di darat maupun di laut lepas. Pipeline Layout Produksi Pipeline.
dirancang untuk mengangkut fluida hidrokarbon • Memproduksi Material Take-off untuk estimasi
baik gas, kondensat, ataupun minyak, mulai kebutuhan material pipeline.
dari sumur (flowlines), ke processing plant,
• Memproduksi detail hitungan komponen
dan diteruskan menuju industri hilir melalui
pipeline onshore atau offshore.
transmission pipeline. Oleh karena memiliki
peran yang sangat penting, pipeline didesain Tim pipeline biasanya terdiri dari Drafter,
agar mampu mengalirkan fluida MIGAS selama Junior Engineer, Pipeline Engineer, Senior Pipeline
umur desain (misalnya t > 20 tahun) tanpa Engineer, dan Pipeline Specialist. Dalam pekerjaan
gagal atau mengalami loss of containment atau multidisiplin saat fase desain, tim pipeline akan
kebocoran. Selain itu karena pipeline akan bekerja sama dengan Process Facility Engineer,
mengalirkan material berbahaya (flammable, Production Engineer serta Construction Engineer.
reactive, ataupun toxic), dan dibangun serta
Para anggota tim pipeline seyogyanya sudah
dioperasikan di wilayah publik, maka analisa
tersertifikasi sesuai dengan SKKNI untuk baik
faktor keselamatan dan risiko terhadap manusia,
untuk drafter, engineer maupun specialist yang
asset, dan lingkungan pun harus diperhitungkan
bekerja untuk berbagai kontraktor yang terdiri
secara cermat.
dari perusahaan konsultan desain rekayasa,
Tahapan pembangunan pipeline biasanya perusahaan fabrikasi, perusahaan konstruksi dan
dimulai dari desain, fabrikasi, instalasi dan perusahaan operator produksi gas dan minyak.
selanjutnya operasi. Dimana pada tahapan desain,
Untuk menjadi bagian dari tim pipeline,
seorang pipeline engineer harus dengan cermat
seseorang harus memiliki latar belakang yang
memperhitungkan seluruh faktor yang akan
sesuai bidang kompetensi salah satu atau lebih
dilalui pipeline mulai tahap fabrikasi, instalasi
dari keahlian sebagai berikut:
sampai dengan saat produksi. Pada tahapan ini,
<< 25 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• STM (untuk Drafter) • Analisa Mekanika Fluida (Gas and Oil


Hydraulics)
• D3 Teknik (syarat minimal untuk junior pipeline
engineer) . • Material Grade Pipa
• Sarjana Teknik dan Sains, namun diutamakan • Sifat Tanah dan Mekanika Gelombang Air
Teknik Mesin, Teknik Metalurgi/Material,
• Penentuan Ketebalan Pipa
Teknik Sipil, Teknik Kelautan, Teknik Fisika,
Teknik Kimia, dan Fisika Umum. Ini kualifikasi • Hidrodinamika dan On Bottom Stability
yang umum mulai dari junior engineer sampai • Analisa Bentang Bebas (Freespan Analysis)
dengan tingkat specialist).
• Analisa Buckling dan Ekspansi Thermal.
Sementara kompetensi yang diperlukan
• Perhitungan dan Desain Proteksi Katodik
adalah dalam bidang-bidang :
• Analisa Pipeline Laying
• Menggambar Teknik
• Perencanaan Hydrotest dan Commissioning

PT. MEINDO ELANG INDAH PROVIDES AN INTERNATIONAL STANDARD OF ENGINEERING,


PROCUREMENT AND CONSTRUCTION SERVICES FOR PETROCHEMICAL, OIL AND GAS INDUSTRY.
AS WE STRIVE FOR THE CLIENT SATISFACTION, WE VALUE THE QUALITY, TIME, BUDGET AND SAFE
OPERATION UNDER STRICT IMPLEMENTATION OF INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM OF ISO
9001, ISO 14001 AND OHSAS 18001

HEAD OFFICE – JAKARTA HANDIL FACILITIES BINTAN FACILITIES


Wisma Aneka Kimia Raya, 4th Floor – suite 406 Handil I Muara Jawa Ulu, Kutai Desa Korindo, Gn. Kijang
Jl. Panjang # 5, Jakarta 11530, Indonesia Kertanegara Kec. Gn Kijang, Kab. Bintan
Telephone: 62-021-5311088 East Kalimantan - Indonesia Kep. Riau - Indonesia
Facsimile: 62-021-5311089 Telephone: 62-0541-692333 Telephone: 62-021-5311088
Email: mei@meindo.com Facsimile: 62-0541-692088 Facsimile : 62-021-5311089
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 26

TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA FUNGSI DASAR

Mempersiapkan Draft Align-


ment Sheet Pipa Darat dan Membuat gambar teknik
Mempersiapkan Laut
Gambar Teknik dan
Alignment Sheets Membuat desain alignment sheet
Desain Alignment Sheet Lepas
Pipa Darat dan Laut Membuat material take-off sistem
pipeline

Membuat draft analisa pembebanan


dan tegangan pada pipeline
Mempersiapkan Analisa dan
Draft Dokumen Analisa Pipa Melakukan analisa dan memper-
Mendesain Pipe-
Mempersiapkan Darat dan Pipa Laut siapkan draft dokumen analisa pem-
line Onshore dan
Dokumen Analisa Pipa bebanan dan tegangan pada pipeline
Offshore.
Darat dan Pipa Laut
Evaluasi terhadap Analisa dan
Melakukan evaluasi terhadap analisa
Mempersiapkan Dokumen
dan mempersiapkan dokumen anali-
Analisa Pipa Darat dan Pipa
sa pipeline
Laut

Melakukan Optimal-
isasi desain untuk Evaluasi terhadap desain Melaksanakan Evaluasi menyeluruh
mendapatkan desain analisa dan dokumen analisa terhadap desain analisa dan doku-
pipeline darat dan laut pipa darat dan laut men analisa pipa darat atau pipa laut
yang optimum

Tabel 1. Pemetaan Kompetensi PipelineTabel 2. Estimasi Kompetensi Pipeline dan Lama Bekerja

Latar Belakang Yunior Pipeline Pipeline Senior Pipeline Pipeline


Drafter
Pendidikan Engineer Engineer Engineer Specialist
STM >1 Tahun NA NA NA NA

D3 (Sains/Teknik) >1 Tahun 1 – 7 Tahun 7 – 15 Tahun 15 – 20 Tahun NA

S1 (Sains/Teknik) NA 1 – 5 Tahun 5 – 10 Tahun 10 – 20 Tahun >20 Tahun

S2 (Sains/Teknik) NA 1 – 3 Tahun 3 – 7 Tahun 7 – 15 Tahun >15 Tahun

Tabel 2. Estimasi Kompetensi Pipeline dan Lama Bekerja


<< 27 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Unit Kompetensi dan KUK Kriteria Unjuk Kerja (KUK), yang harus dipenuhi,
• Standar Kompetensi Kerja Pipeline mengatur dimana penilaian oleh assessor terhadap masing-
unit-unit kompetensi yang harus dipenuhi oleh masing KUK dilakukan berdasarkan pengetahuan,
pekerja di bidang pipeline di Industri MIGAS pengalaman, dan sikap kerja (etika dan attitude).
sebagai berikut: Berikut akan dibahas unit kompetensi yang
penting di dalam pekerjaan pipeline secara lebih
• Melakukan Pemilihan Route Jalur Pipa
spesifik.
(Pipeline Route Selection)
• Elemen kompetensi melakukan pemilihan
• Membuat Perhitungan Hidrolika .
route pipline meliputi:
• Melakukan Pemilihan Material Grade.
• Mempersiapkan peta darat atau laut dan
• Menghitung Ketebalan Pipa yang Dibutuhkan semua informasi terkait dengan rencana
terhadap Tekanan Dalam dan Beban - Beban pemasangan jalur pipa dari laporan inspeksi
Operasi lainnya. geoteknik, geografi (untuk onshore pipeline),
• Melakukan Perhitungan Beban Statik dan side scan sonar, soil test, dsb.
Dinamik untuk Road Crossing dan Span Bridge • Mempelajari kondisi bathymetri, shipping
(untuk Pipa Darat). lane, lingkungan biota laut khususnya terkait
• Melakukan Perhitungan Stabilitas Pipa Dasar dengan garis pantai (jika applicable).
Laut (On-Bottom Stability). • Mengajukan berbagai alternatif rute
• Melakukan Perhitungan Bentang Bebas Menentukan rute akhir definitif jalur pipa laut atau
(Freespan). darat.
• Melakukan Perhitungan Lendutan Global • Elemen kompetensi membuat perhitungan
(Global Buckling) dan Ekspansi Thermal. pipeline hidrolika meliputi:
• Melakukan Perhitungan dan Desain Proteksi • Memilih metodologi persamaan hidrolika yang
Katodik. tepat digunakan untuk kasus yang dihadapi
• Melakukan Perhitungan Mendekati Garis (Panhandle, Weymoth, Darcy, Miller, etc).
Pantai (Nearshore Approach). Menentukan pressure drop dan diameter
• Melakukan Perhitungan Gelar Pipa (Pipeline dalam pipa yang diperlukan untuk transportasi
Laying). hidrokarbon.

• Membuat Material Take-off Pipeline lepas • Elemen kompetensi pemilihan material grade
pantai. untuk pipeline laut meliputi:

• Membuat Perencanaan Hydrostest dan • Mempelajari korosivitas fluida hidrokarbon


Commissioning. yang akan dialirkan

• Membuat Alligment Sheets dan Gambar Teknik • Menentukan adanya partial pressure CO2
Interface dengan Stasion dan Fasilitas Produksi dan H2S serta berbagai kemungkinan korosi
Lainnya. lainnya.

Melaksanakan Evaluasi Menyeluruh terhadap • Menentukan jika diperlukan grade karbon


Desain Analisa dan Dokumen Analisa Pipeline. biasa atau kelas corrosion resistance alloys
(CRA).
Masing-masing unit kompetensi ini memiliki
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 28

Menentukan secara lebih spesifik grade material bentang bebas (Freespan) meliputi:
API-5L atau CRA.
• Melakukan review kondisi metocean, statistik
• Elemen kompetensi menghitung ketebalan gelombang dan arus laut.
pipa yang dibutuhkan terhadap tekanan dalam
• Melakukan perhitungan bentang laut bebas
dan beban - beban operasi lainnya meliputi:
yang diijinkan dalam kondisi statik untuk
• Menghitung semua beban-beban operasi, kondisi: i) pipa kosong, ii) saat uji hidrostatik,
termasuk tekanan dalam, hidrostatik, dan dan iii) kondisi operasi berisi hidrokarbon (gas,
lainnya. kondensat atau minyak).
• Melakukan perhitungan plastics collaps, local • Menghitung frekuensi vortex dan frekuensi
buckling, dsb. natural pipa.
Menentukan tebal pipa final dikaitkan dengan • Melakukan perhitungan bentang laut bebas
pilihan material pipa sebelumya. yang diijinkan dalam kondisi dinamik (in-line
dan cross flow) untuk kondisi: i) pipa kosong,
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
ii) hidrostatik, dan iii) kondisi operasi berisi
beban statik dan dinamik untuk road crossing
hidrokarbon (gas, kondensat atau minyak).
dan span bridge (untuk pipa darat).
Menghitung umur desain fatigue dari pipeline.
• Melakukan review kondisi road crossing dan
span bridge. • Elemen kompetensi melakukan perhitungan
lendutan global (global buckling) dan ekspansi
• Menentukan jenis kendaraan yang melewati
thermal meliputi:
pipa diatas permukaan tanah (jenis, berat
beban dan frekuensi kendaraan). • Menghitung semua beban-beban operasi,
termasuk tekanan dalam, hidrostatik, suhu,
• Menghitung tengangan statik dan dinamik
dan lainnya.
berkaitan dengan kendaraan dan menentukan
tebal slab beton yang akan dipasang di atas • Melakukan perhitungan ekspansi thermal dan
pipa. global buckling.
Melakukan analisa beban statis dan dinamis • Menentukan tegangan axial dan displacement
yang jatuh pada struktur jembatan penopang. maximum yang diijinkan.
• Elemen kompetensi membuat perhitungan Menentukan metoda dan teknis pencegahan
stabilitas pipa di dasar laut (On-Bottom global buckling dengan berbagai pilihan teknologi
Stability) meliputi: yang tersedia.
• Melakukan review kondisi metocean, statistik • Elemen kompetensi melakukan perhitungan
gelombang dan arus laut. dan desain proteksi katodik meliputi:
• Melakukan perhitungan drag force, lift force • Menghitung kebutuhan arus proteksi katodik
dan inersia. yang diperlukan sesuai dengan luas permukaan
pipa total.
• Menentukan tebal beton yang diperlukan agar
terjadi kondisi negative buoyancy. • Menentukan besar tegangan dan arus tanding
yang diperlukan, serta spesifikasi teknis
Memastikan pipa aman dan stabil pada seabed.
rectifier (untuk pipa darat).
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
<< 29 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• Menentukan jenis dan spesifikasi teknis anoda pompa, tekanan dan waktu).
korban yang diperlukan.
Melakukan perencanaan dan prosedur
Menentukan jumlah dan interval jarak commissioning termasuk cleaning pigging dan
pemasangan anoda korban yang yang diperlukan. caliper test untuk memastikan pipa handal dan
memiliki integritas yang tinggi untuk dioperasikan.
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
mendekati garis pantai (Nearshore Approach) • Elemen kompetensi membuat alligment
meliputi: sheets dan sistem pipeline serta gambar
teknik interface dengan stasiun dan fasilitas
• Menentukan kontur dan kedalam pipa yang
lainnya meliputi:
harus dipendam.
• Menggambar jalur pipa sebagai fungsi jarak
• Melakukan perancangan penggalian dan
dan profile seabed dan mencantumkan
penimbunan pipa serta metoda dan teknologi
berbagai spesifikasi teknis yang relevan.
perlindungan pipa lainnya (rock damp,
matress, dsb). Menggambar jalur pipa dan interface dengan
riser, flanges, valve, serta sambungan lain arah
Memberikan perancangan crossing,
downstream.
sambungan, valves, atau interface dengan piping
/flange downstream. • Elemen kompetensi melaksanakan evaluasi
menyeluruh terhadap desain analisa dan
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
dokumen teknik pipeline meliputi:
gelar pipa (pipeline laying) meliputi:
• Melakukan review dan sensitivity study untuk
• Melakukan perhitungan pembebanan dan
memperoleh desain yang optimum.
tengangan untuk penggelaran pipa (load and
stress analysis) dengan menggunakan finite Memberikan solusi dan rekomendasi
element modeling (FEM). berdasarkan hasil dari kajian dan riset mandiri
untuk mendapatkan desian optimum.
• Menentukan sudut jatuh yang diperlukan
pada stinger dan gaya tekan (tensioner) yang
diperlukan pada barge.
Penutup
Memastikan kondisi beban-beban statik dan i) Peran kompetensi pipeline engineer dalam
dinamik aman saat proses pemasangan pipa industri minyak dan gas dinilai sangat
dilakukan. penting untuk memastikan keberlangsungan
transportasi MIGAS baik berlokasi di onshore
• Elemen kompetensi melakukan perhitungan
maupun offshore. Walaupun jenis material
material take-off pipeline lepas pantai, yakni :
pipeline relatif mirip, namun desain setiap
Melakukan peritungan volume dan berat pipeline adalah unik karena:
total yang diperlukan untuk pipeline termasuk
ii) karakteristik sumur yang berbeda
komponen-komponennya, misalnya: T-junction,
tie-in, crossing, flanges, valves, dsb. iii) ii) kondisi geoteknik dan geografis/populasi
yang beragam
• Elemen kompetensi melakukan perencanaan
Hydrostest dan Commissioning meliputi: iii) serta lingkungan dan fasilitas yang heterogen
sepanjang jalur pipa (right of way – ROW
• Melakukan perhitungan hydrotest yang akan
pipeline).
dilakukan (kebutuhan volume air, kapasitas
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 30

Saat ini teknologi di Industri MIGAS dan gas terus


berkembang, khususnya kondisi laut dalam, at Georgia Institute of Technology, Atlanta, USA
sehingga memerlukan kompetensi pipeline yang and he received Ph.D degree in 1996 in the field
cakap dalam mendesain pipeline offshore yang of mechanical metallurgy. Taufik is a lecturer at
optimal dan efisien sesuai dengan kebutuhan Graduate Study Program teaching pipeline design,
industri. and co-founder of Pipeline Integrity Research
(PIR) group in ITB, Bandung. He also member of
ASME and professional community. He also teach
reliability engieering and risk based inspection.
• For the past 17 years Taufik has provided
Tentang Penulis consulting for many major Oil and Gas
Companies,
Ahmad Taufik, M.Eng., Ph.D.
• Surveyor Companies, and other companies in
Ahmad Taufik is an asset risk
energy industries. Taufik enjoys
and integrity specialist. He is a
• off-road driving, and reading military history.
member of Komunitas Migas
He is also big fans for hot & spicy foods.
Indonesia (KMI) as Reliability
Moderator. He studied
Mechanical and Material
Engineering Department
<< 31 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Kompetensi Kerja
di Bidang Struktur
Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal MSE., Ph.D. Lurohman Mamin M ST., M.Sc.,
Syaka Prakarsa ST., Rizki Amarullah ST., Jessica Tawekal ST., M.Sc.

Bidang struktur merupakan salah satu bidang global, akan mendorong semakin banyak tenaga
yang ikut terlibat dalam industri migas. Dalam kerja yang akan tersedia untuk lapangan kerja yang
melaksanakan pekerjaannya, setiap personel tidak mengalami perubahan besar. Akibatnya,
harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan batas standar yang digunakan untuk melakukan
kemampuan yang mumpuni sehingga dapat rekrutmen pun akan meningkat. Untuk menjawab
menghasilkan hasil yang baik. Oleh karena itu, tantangan tersebut, diperlukan personel (Sumber
diperlukan suatu batasan atau standar yang Daya Manusia) yang mumpuni dan andal sehingga
jelas bagi pihak mengerjakan pekerjaan yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) secara
terkait dengan bidang struktur. Makalah ini akan efektif dan efisien. Dengan demikian, diharapkan
membahas mengenai peranan standar tersebut, hasil yang diperoleh akan maksimal sehingga
termasuk latar belakang, tujuan serta klasifikasi dapat memberikan kontribusi yang besar dalam
kompetensi untuk bidang struktur, yang nantinya pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
dapat dijadikan sebagai inisiasi disusunnya
Dalam rangka peningkatan kompetensi kerja
Rencangan Standar Kompetensi Kerja Nasional
untuk pihak-pihak yang terlibat dalam industri
Indonesia untuk bidang struktur.
minyak dan gas ini, diperlukan penyusunan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
khususnya untuk tenaga teknik di sektor
Latar belakang
industri MIGAS dengan bahasan pokok di
Indonesia, sebagai salah satu negara yang bidang struktur. SKKNI untuk bidang struktur
ikut bergerak dalam industri minyak dan gas, ini disusun menggunakan referensi Regional of
dituntut untuk mampu bersaing dengan negara Model Competency Standard (RMCS), sedangkan
lain disaat keadaan yang kurang baik. Hal tersebut prosedur pengembangannya sendiri mengacu
juga berimbas pada tuntutan agar semua pihak kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
yang terlibat dalam industri tersebut memiliki Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
kemampuan dan keterampilan yang mumpuni
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan
sehingga dapat bekerja sesuai dengan standar
acuan:
kerja yang diinginkan.
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Peningkatan kompetensi menjadi hal yang
Minyak dan Gas Bumi
penting dilakukan karena adanya tantangan yang
hadir akibat hadirnya kebijakan perdagangan 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
bebas. Pemberlakukan perdagangan bebas, baik Ketenagakerjaan
tingkat regional Asia Tenggara maupun secara
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 32

3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012


platform lepas pantai
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia • Memproduksi detail gambar teknik struktur
platform lepas pantai
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun
2012 tentang Sistem Standar Kompetensi • Memproduksi berbagai model dan gambar
Kerja Nasional Indonesia teknik berdasarkan desain untuk fabrication
arrangement dan production layout untuk
struktur platform lepas pantai.
Definisi dan tujuan
• Memproduksi material take-off untuk estimasi
Struktur platform di lepas pantai merupakan kebutuhan material struktur platform lepas
salah satu fasilitas penunjang keberlangsungan pantai.
produksi migas di laut lepas. Struktur platform
lepas pantai di desain untuk menciptakan • Memproduksi dokumen analisa pra-layan
landasan produksi migas di laut lepas sehingga struktur platform lepas pantai
para pekerja dapat bekerja dengan aman, efektif • Memproduksi dokumen analisa In-Service
dan efisien. Seperti halnya struktur yang berada struktur platform Lepas Pantai
di darat, struktur platform lepas pantai harus
• Memproduksi detail perhitungan komponen
didesain mampu menahan segala beban produksi
struktur platform lepas pantai.
yang direncanakan dan beban lingkungan selama
masa layan struktur anjungan tersebut. • Memproduksi dokumen analisa untuk
mendukung keberhasilan fabrikasi struktur
Tahapan pembangunan struktur anjungan
platform lepas pantai.
biasanya dimulai dari tahapan desain struktur,
fabrikasi, instalasi dan selanjutnya produksi. Dalam satu tim struktur, biasanya terdapat
Dimana pada tahapan desain struktur, seorang dua tim utama, dimana yang pertama bertugas
structure engineer harus dengan cermat untuk mempersiapkan dokumen gambar teknik,
memperhitungkan seluruh faktor yang akan dilalui model dan material take-off yang beranggotakan:
desain struktur pada saat fabrikasi, instalasi dan junior drafter, drafter, designer dan senior designer.
tentunya pada saat produksi. Pada tahapan ini, Sedangkan tim kedua adalah yang mempersiapkan
tim struktur akan memproduksi dokumen teknik dokumen basis desain serta analisa dan membantu
yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuan designer untuk mempersiapkan material take-off
untuk memfabrikasi struktur anjungan. yang beranggotakan: Junior Engineer, Engineer,
Senior Engineer, Lead Engineer, dan Specialist.
Untuk membatasi lingkup kompetensi struktur,
Para anggota tim struktur tentu selayaknya sudah
pekerjaan struktur yang dibahas di makalah
tersertifikasi sesuai dengan SKKNI baik untuk
ini adalah mendesain struktur anjungan lepas
posisi drafter, designer, engineer dan specialist
pantai dan memproduksi dokumen teknik yang
baik yang bekerja untuk perusahaan konsultan
diperlukan untuk memfabrikasi anjungan lepas
rekayasa dan desain, perusahaan fabrikasi
pantai. Adapun tujuan tim struktur yang lebih
maupun perusahaan produsen minyak dan gas.
spesifik dijabarkan sebagai berikut:
Untuk menjadi bagian dari Tim Struktur,
• Memproduksi basis desain dari konsep struktur
seseorang harus memiliki latar belakang yang
platform lepas pantai
sesuai bidang kompetensi salah satu atau lebih
• Memproduksi gambar teknik umum struktur dari keahlian sebagai berikut:
<< 33 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• Menggambar teknik • Metode numerik

• Desain dan pemodelan struktur • Hidrodinamika

• Analisa rekayasa • Gelombang acak

• Mekanika fluida • Dinamika struktur

• Geoteknik • Struktur baja

• Mekanika gelombang air • Konstruksi bangunan laut

• Mekanika bahan • Analisa struktur platform lepas pantai

TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA FUNGSI DASAR

Mempersiapkan draft Membuat gambar teknik dasar


gambar teknik struktur
Membuat gambar teknik
Mempersiapkan platform lepas pantai
gambar teknik
Membuat desain struktur platform
struktur platform
Desain gambar teknik lepas pantai
lepas pantai
struktur platform lepas
pantai Membuat material take-off struktur
platform lepas pantai
Membuat draft analisa struktur
Mempersiapkan analisa platform lepas pantai
dan draft dokumen anali-
Melakukan analisa dan memper-
Mempersiapkan sa struktur platform lepas
siapkan draft dokumen analisa
Mendisain struk- Dokumen Analisa pantai
struktur platform lepas pantai
tur platform lepas struktur platform
pantai. Lepas Pantai Evaluasi terhadap anal-
Melakukan evaluasi terhadap anal-
isa dan mempersiapkan
isis dan mempersiapkan dokumen
dokumen analisa struktur
analisis anjungan lepas pantai
platform lepas pantai

Evaluasi terhadap design Melaksanakan evaluasi


analisis dan dokumen menyeluruh terhadap design anal-
Melakukan Opti-
analisi anjungan lepas isa dan dokumen analisa struktur
masi design untuk
pantai platform lepas pantai
mendapatkan
design anjungan
Riset mandiri untuk mem- Melakukan riset mandiri untuk
lepas pantai yang
peroleh dessain yang memperoleh desain yang optimal
optimum
optimal struktur platform untuk struktur platform lepas
lepas pantai pantai

Tabel 1. Pemetaan Kompetensi Struktur


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 34

Unit Kompetensi dan KUK • Elemen kompetensi membuat gambar teknik


dasar meliputi:
Standar Kompetensi Kerja Struktur mengatur
unit-unit kompetensi yang harus dipenuhi oleh • Mempersiapkan draft gambar teknik dasar
pekerja bidang struktur di industri Migas sebagai struktur platform lepas pantai
berikut: • Mengidentifikasi spesifikasi material yang
• Membuat gambar teknik dasar digunakan sesuai basis desain untuk struktur
platform lepas pantai
• Membuat gambar teknik
Mengidentifikasi berat setiap komponen struktur
• Membuat desain struktur lepas pantai
platform lepas pantai sesuai dokumen analisa.
• Membuat material take-off desain struktur
• Elemen kompetensi membuat gambar teknik
platform lepas pantai
meliputi:
• Melakukan studi dan riset untuk
• Menerjemahkan dokumen basis desain
mempersiapkan draft dokumen analisa
struktur platform lepas pantai yang disusun
struktur platform lepas pantai
oleh engineer
• Melakukan evaluasi terhadap analisa dan
• Mempersiapkan draft gambar teknik desain
mempersiapkan dokumen analisa struktur
struktur platform lepas pantai
platform lepas pantai
• Menerjemahkan spesifikasi material yang
• Melaksanakan evaluasi menyeluruh terhadap
digunakan untuk struktur platform lepas pantai
analisa desain dan dokumen analisa struktur
platform lepas pantai Mengidentifikasi berat komponen struktur
platform lepas pantai
Melakukan riset mandiri untuk mendapatkan
desain yang optimal struktur platform lepas pantai • Elemen kompetensi membuat desain struktur
Masing-masing unit kompetensi ini memiliki platform lepas pantai meliputi:
Kriteria Unjuk Kerja (KUK), yang harus dipenuhi, • Merencanakan desain struktur platform lepas
di mana penilaian oleh assessor terhadap masing- pantai sesuai dengan basis desain yang dibuat
masing KUK dilakukan berdasarkan pengetahuan, engineer
keterampilan, dan sikap kerja (etika).
• Mempersiapkan desain gambar teknik dan
Berikut akan dibahas unit kompetensi yang model struktur platform lepas pantai secara
penting di dalam pekerjaan struktur diantaranya umum
membuat gambar teknik dasar, membuat gambar
teknik, mendesain struktur platform lepas pantai, • Menentukan spesifikasi material struktur yang
membuat material take-off, Membuat draft analisa digunakan dalam desain struktur platform
struktur platform lepas pantai, melakukan analisa lepas pantai
dan mempersiapkan draft analisa struktur platform • Memberikan arahan kepada drafter dalam
lepas pantai, melakukan evaluasi menyeluruh menyusun detail gambar teknik struktur
terhadap analisa dan dokumen analisa struktur platform lepas pantai
platform lepas pantai serta melakukan riset
Melakukan evaluasi terhadap gambar teknik
mandiri untuk memperoleh desain yang optimal
dari desain struktur platform lepas pantai
struktur platform lepas pantai.
<< 35 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• Mempersiapkan draft analisa struktur platform


• Elemen kompetensi membuat material take-
lepas pantai untuk analisa in-service, seperti in-
off struktur platform lepas pantai:
place, seismic, fatigue dan push-over analysis
• Melakukan evaluasi terhadap identifikasi
• Mempersiapkan perhitungan manual desain
untuk setiap spesifikasi material digunakan
komponen struktur platform lepas pantai
dalam desain anjungan lepas pantai
Memproduksi draft dokumen analisa in-service
• Melakukan evaluasi berat komponen struktur
anjungan lepas pantai • Elemen kompetensi melakukan evaluasi
terhadap analisa dan mempersiapkan
• Menyusun jenis-jenis material yang dibutuhkan
dokumen analisa struktur platform lepas
untuk desain anjungan lepas pantai
pantai:
• Menentukan jumlah material (bill of material)
• Melakukan studi untuk membuat konsep awal
untuk setiap komponen yang diperlukan
desain struktur platform lepas pantai
untuk desain anjungan lepas pantai
• Mengevaluasi pemodelan struktur platform
Menentukan berat setiap komponen dan juga
lepas pantai untuk analisa in-service dan pre-
berat kesuluruhan struktur anjungan lepas pantai
service
• Elemen kompetensi memproduksi draft
• Mengevaluasi analisa struktur platform lepas
analisa struktur platform lepas pantai:
pantai untuk kondisi pre-service dan in-service
• Melakukan pemodelan dan analisa struktur
• Mengevaluasi dokumen analisa in-service
platform lepas pantai
• Mengevaluasi dokumen analisa pre-service
• Mempersiapkan draft analisis anjungan lepas
pantai untuk kondisi pre-service, seperti: load- • Melakukan evaluasi terhadap perhitungan
out, lifting, seafastening, transportasi, on- manual desain komponen anjungan lepas
bottom analysis, upending analysis, dll. pantai

• Mempersiapkan input data untuk analisa in- Melakukan evaluasi terhadap gambar teknik
service dan kesesuaian dengan pemodelan analisa yang
dilakukan
• Mempersiapkan perhitungan yang diperlukan
untuk menunjang analisa • Elemen kompetensi melaksanakan evaluasi
menyeluruh terhadap design analysis dan
Memproduksi draft dokumen pre-service analysis
dokumen analisa anjungan lepas pantai:
• Elemen kompetensi melakukan analisa dan
• Mengevaluasi studi konsep basis desain
mempersiapkan draft dokumen analisa
struktur platform lepas pantai
struktur platform lepas pantai:
• Mengevaluasi analisa struktur platform lepas
• Membuat dan mengevaluasi model struktur
pantai untuk analisa in-service dan pre-service
platform lepas pantai
• Melakukan evaluasi dokumen analisa (in-
• Mengevaluasi analisa struktur platform lepas
service dan pre-service) dan dokumen gambar
pantai untuk kondisi pre-service
teknik struktur platform lepas pantai
• Mengevaluasi perhitungan yang diperlukan
• Melakukan studi sensitivity terhadap design
dalam menunjang analisa
analysis struktur platform lepas pantai
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 36

Memberikan rekomendasi untuk memperoleh Penutup


desain struktur platform lepas pantai yang optimal Peran kompetensi struktur dalam industri
• Elemen kompetensi melakukan research minyak dan gas dinilai sangat penting untuk
mandiri untuk memperoleh design optimum: memastikan keberlangsungan produksi minyak
dan gas di lepas pantai. Walaupun jenis struktur
• Melakukan sensitivity study untuk memperoleh anjungan tipe tetap relatif terbatas, namun setiap
design yang optimum. struktur anjungan lepas pantai tidak sama satu
Memberikan solusi dan rekomendasi berdasarkan dengan yang lainya, dikarenakan setiap struktur
hasil dari riset mandiri untuk mendapatkan desain difabrikasi sesuai dengan karakteristik sumur,
yang optimal selama masa operasi lingkungan dan fasilitas yang terdapat pada
anjungan tersebut. Saat ini teknologi di industri
minyak dan gas terus berkembang, sehingga
Tentang Penulis memerlukan kompetensi struktur yang cakap
dalam memproduksi anjungan lepas pantai yang
Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, optimal dan efisien sesuai kebutuhan industri.
MSE, Ph.D.
Prof. Ir. Ricky Lukman
Tawekal, MSE, Ph.D. Tentang Penulis
is a Professor in
Offshore Engineering Lurohman Mamin M, ST, M.Sc.
from Faculty of Civil Lurohman Mamin M, ST, M.Sc. has more
and Environmental than 8-year of working
Engineering, Institut experiences in the
Teknologi Bandung. offshore structural
He was Vice President design as an engineer
of PT PAL (1995-1998), President Director for various consultants
of PT. PALAMEC Indonesia (1998-2000), and EPCI International
Director of PT LAPI ITB (2006-2010), and companies. He holds a
also founder of PT Bina Rekacipta Utama master degree (M.Sc.)
(2000). He holds BSc degree in the field of in Offshore Technology at University of
Civil Engineering from Institut Teknologi Stavanger (UiS), Norway with specialization
Bandung, Indonesia, a master degree from in Subsea Technology and Bachelor
University of Michigan, USA in the field of Engineering (B.Eng.) He works in Offshore
Naval Architecture & Marine Engineering Technology Research Group, Institut
and Aerospace Engineering. He obtained Teknologi Bandung (ITB) as academic
PhD degree from the same university in assistance and currently works in PT. Bina
the field of Naval Architecture and Marine Rekacipta Utama as a structural engineering
Engineering. Now he is a Head of Offshore supervisor.
Engineering Research Group and Member
of Academic Senate in Institut Teknologi
Bandung.
<< 37 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Syaka Ingga Prakarsa, ST. Jessica Rikanti T, ST, M.Sc.


Syaka Ingga Jessica Rikanti T,
Prakarsa, ST. is a ST, M.Sc. received
structural engineer her bachelor degree
with more than 6-year in ocean engineering
working experiences from Bandung Institute
in the offshore Technology, Indonesia,
structural field. He in 2012. She received
holds bachelor degree her master degree in marine and subsea
in Ocean Engineering technology from University of Stavanger,
from Institute Technology of Bandung Norway, in 2015. She has been involved in
(ITB). He worked in oil and gas industry as various projects such as conceptual study
structural engineer at PT Bina Rekacipta for offshore platform and pipeline, risk
Utama since 2010 and involved on various based underwater inspection planning for
project, including structural assessment, exisiting offshore platforms in Indonesia,
conceptual study, FEED and DED for the last and FEED for pipeline project since 2012.
6 (six) years.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 38

Usulan SKKNI
untuk Process
Facility Engineer
Witoyo, S.T, PMP.

BAB I PENDAHULUAN sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja


Nasional Indonesia (SKKNI).
Hal tersebut diperlukan karena karakter
A. Latar Belakang
industri minyak dan gas bumi merupakan industri
Untuk keperluan menempatkan orang yang yang mempunyai:
tepat pada posisi yang sesuai, mendukung 1. Biaya yang besar, seperti
pengembangan profesionalisme, meningkatkan
a. Biaya investasi yang besar,
kemampuan dan kinerja di bidang minyak dan gas
bumi, maka diperlukan sertifikasi tertentu sesuai b. Biaya operasional besar.
dengan posisi, jabatan dan pekerjaan tersebut. 2. Resiko berbahaya:
Kompetensi kerja personil di Indonesia yang a. Ada kandungan gas beracun,
bekerja di industri minyak dan gas bumi, yang b. Mengandung fluida korosif,
menduduki jabatan dan posisi di bawah ini
c. Fluida yang mudah terbakar
harus memiliki persyaratan minimal bersertifikat
Process Production Facilities: d. Dan fluida yang mudah meledak

1. Process Engineer 3. Kondisi operasi yang bisa berbeda dan


berubah, seperti:
2. Facility Engineer
3. Senior Process Engineer a. Kondisi tekanan yang berubah,

4. Senior Facility Engineer b. Temperature yang bisa berubah


5. Lead Process Engineer c. Laju alir yang berubah,
6. Lead Facility Engineer d. Komposisi fluida yang bisa berubah dari
7. Process Technical Advisor reservoir bumi
8. Engineering Manager 4. Produk yang dihasilkan harus memenuhi
standar internasional.
<< 39 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

5. Limbah buangan harus dikelola dan memenuhi Kompetensi Kerja yang sesuai dengan regulasi
peraturan yang berlaku, yang berlaku pada sistem standar kompetensi
nasional Indonesia. Prosedur pengembangan
sehingga diperlukan standard dan kompetensi
SKKNI tersebut mengacu kepada Peraturan
tertentu untuk bidang Process Production Facility.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5
Dengan memiliki kemampuan tersebut, sehingga
Tahun 2012.
peralatan-peralatan proses yang dipasang
dan digunakan di industri minyak dan gas Usulan draft rancangan SKKNI ini disusun dan
bumi dapat menghasilkan produk yang sesuai dirumuskan dengan menggunakan acuan :
dengan spesifikasi, pengoperasian memenuhi
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
standar keselamatan dan dapat dioperasikan
Minyak dan Gas Bumi
dengan aman dan dipergunakan sesuai dengan
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
kebutuhannya.
Ketenagakerjaan
Disamping hal tersebut di atas dan karena
3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012
potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
faktor dominan dalam strategi pembangunan
Indonesia
bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun
menghadapi era globalisasi dan perdagangan
2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020, dan
Kerja Nasional Indonesia
untuk menghadapi persaingan MEA (Masyarakat
Ekonomi Asia), maka perlu mendorong dan 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun
merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
yang kompeten yang memiliki pengetahuan, Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
pemahaman dan keahlian dalam menghitung,
B. Tujuan
merancang, memilih peralatan proses untuk
fasilitas di industri minyak dan gas bumi. Untuk Tujuan bidang kompetensi untuk Process
mencapai tujuan tersebut harus dipersiapkan dan Production Facilities secara rinci adalah sebagi
dirancang secara sistematis beberapa hal antara berikut:
lain sistem pelatihan, pendidikan, pemahaman
stakeholders dan juga perangkat-perangkat - Menentukan proses yang sesuai dan yang
pendukungnya. dibutuhkan sehingga menghasilkan produk
yang memenuhi spesifikasi.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang
- Menghitung dan merancang peralatan
handal untuk mengelola kekayaan Sumber Daya
proses yang diperlukan dari christmas tree
Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan
di mulut sumur sampai dengan produk
SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
yang akan dihasilkan.
terstandar maka bangsa Indonesia akan mampu
bersaing dalam menghadapi era kompetisi dan - Memilih peralatan proses produksi yang
perdagangan bebas. sesuai kebutuhan.
- Membuat, merancang, menggunakan dan
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka
memperbaharui Piping and Instrumentation
SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
Diagram (P&ID), Process Flow Diagram
MIGAS bidang Process Production Facilities perlu
(PFD), Process Data Sheet untuk peralatan
disusun dengan menggunakan referensi Standar
proses produksi, dan Cause and Effect
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 40

Diagram. komputer dengan program yang umum


- Bekerja sama dengan Process Safety digunakan
Engineer dalam menghitung, merancang
dan memilih peralatan keamanan yang C. Ketentuan terkait Personel untuk bidang
diperlukan. Process Production Facilities
- Menentukan material yang diperlukan Personel bersertifikat Process Production
untuk peralatan proses dan fasilitas. Jika Facilities adalah seseorang yang telah
perlu, bekerja sama dengan Corrosion berkualifikasi dan tersertifikasi sesuai SKKNI,
Engineer. setelah dinyatakan lulus dalam ujian Computer
- Menentukan kondisi operasi yang Based Test.
diperlukan dan menentukan batas kondisi
Sesudah lulus ujian Process Production
operasi yang aman termasuk: tekanan
Facilities certification, maka yang bersangkutan
operasi batas paling rendah dan paling
berhak mendapatkan gelar “Migas PFE”
tinggi, temperature operasi batas paling
(Minyak dan Gas Bumi Production Facilities
rendah dan paling tinggi dan batas laju alir
Engineer).
serta kecepatan fluida.
Sehari-hari yang bersangkutan
- Menentukan jenis dan kuantitas fasilitas
diperbolehkan menggunakan gelar “Migas
utilities dan sarana tambahan yang
PFE” selama masa berlaku Minyak dan Gas
diperlukan untuk menunjang produksi di
Bumi Production Facilities Engineer certification
bidang industri minyak dan gas bumi.
masih berlaku atau masih aktif.
- Memastikan peralatan proses yang
diperlukan dan yang dirancang dapat Tentu saja pemegang gelar atau sertifikat
bekerja dan menghasilkan produk sesuai “Migas PFE” wajib memegang teguh kode etik
dengan spesifikasi. keinsinyuran dan professional conduct.
- Memastikan fluida yang dibuang ke Persyaratan yang diperlukan untuk
lingkungan memenuhi peraturan peme- personel yang bisa mengajukan untuk
rintah baik tingkat pusat maupun daerah. mendaftar sebagai peserta ujian sertifikasi
- Melakukan simulasi perhitungan dan Process Production Facilities adalah sebagai
analisa dengan alat bantu software berikut:

Pendidikan Pengalaman kerja di industri Minyak dan Gas Production Facilities


Bumi Formal Education
Lulusan D-3 (Teknik memiliki pengalaman kerja minimal 5 (lima) ta- 35 jam pertemuan
Kimia, Teknik Mesin, hun di industri minyak dan gas bumi untuk fungsi
Teknik Industri) kerja terkait desain/operasi Process Production
Facilities
Lulusan S-1 (Teknik memiliki pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun 35 jam pertemuan
Kimia, Teknik Mesin, di industri minyak dan gas bumi untuk fungsi
Teknik Industri). kerja terkait desain/operasi Process Production
Facilities
Tabel 1. Persyaratan Pengalaman Process Facilities Engineer.
<< 41 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

D. Penggunaan SKKNI mengeluarkan sertifikasi dan penilaian untuk


Process Production Facilities.
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh
beberapa lembaga/institusi yang berkaitan Lembaga penyelenggara pengujian dan
dengan pengembangan sumber daya manusia, sertifikasi harus independen yang hanya bisa
sesuai dengan kebutuhan masing-masing: melakukan penilaian, melaksanakan ujian dengan
cara Computer Based Test (CBT) dan berhak untuk
1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan mengeluarkan sertifikasi Process Production
a. Memberikan informasi untuk Facilities.
pengembangan program dan kurikulum Lembaga penyelenggara pengujian dan
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan sertifikasi tidak bisa melakukan pendidikan dan
pelatihan. pelatihan untuk Process Production Facilites.
2. Untuk dunia usaha/industri dan
penggunaan tenaga kerja bersertifikat
Process Production Facilities:
a. Membantu dalam proses rekruitmen
tenaga kerja.
b. Membantu penilaian unjuk kerja.
c. Membantu dalam menyusun uraian
jabatan.
d. Untuk mengembangkan program pelatihan
yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha/industri.
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan
sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan
program sertifikasi.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan
penilaian dan sertifikasi.
c. Menentukan metode pengujian melalui
computer based test (CBT).
d. Memverifikasi hasil metode pengujian CBT.
Lembaga pendidikan dan pelatihan tidak bisa
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 42

BAB II USULAN STANDAR KOMPETENSI KERJA


NASIONAL INDONESIA UNTUK SUB-BIDANG
PROCESS FACILITIES ENGINEER
Materi Ko mpetensi Standar Kompetensi dan Penilaian

• Memahami tipe dan peralatan yang ada pada casing sumur, rumah tubing,
komponen di chrismas tree dan valve yang ada di jaringan pipa termasuk
pada flowline.
Wellhead, Flow Con-
• Menghitung dan merancang ukuran jaringan pipa dan flowline, serta prosedur
trol dan Flowline.
pemasangan dan pengoperasian jaringan pipa dan flowline.
• Memahami desain dan kebutuhan asesoris yang diperlukan pada production
manifold.
• Memahami beberapa metoda dan prosedur untuk proses pemisahan minyak
dan peralatan yang diperlukan untuk memisahkan minyak bumi.
• Memahami cara kerja separator 2 fasa dan 3 fasa untuk dapat merancang,
menghitung dan menentukan jenis separator.
Proses Pemisahan
• Menghitung, merancang dan menentukan peralatan untuk stabilisasi minyak
dan Peralatan Pemi-
agar memenuhi spesifikasi.
sahan Minyak Bumi
• Menentukan, menghitung dan merancang diameter pipa, pressure drop, rat-
ing pipa dan memilih jenis material pipa.
• Merancang dan menentukan fasilitas penyimpanan yang dibutuhkan oleh
produk Minyak Bumi

• Mengetahui batasan Gas Bumi yang akan dikomersialisasikan dan spesifi-


kasinya.
• Menentukan proses pemisahan gas asam dari Gas Bumi.
• Menentukan proses dan peralatan untuk pemisahan uap air dari Gas Bumi.
• Menentukan proses dan peralatan pada proses temperatur rendah untuk
Proses pengolahan
mendapatkan Hydrocarbon Dew Point sesuai spesifikasi.
Gas Bumi dan Pera-
• Menghitung dan menentukan kompresor, menghitung dan menentukan
latan untuk Pengo-
penggerak kompresor beserta kebutuhan power dan menghitung menentu-
lahan Gas Bumi.
kan perlengkapan pipa pada kompresor.
• Menentukan, menghitung dan merancang diameter pipa, pressure drop, rat-
ing pipa dan pemilihan material pipa.
• Merancang dan menentukan fasilitas penyimpanan yang dibutuhkan oleh
produk Gas Bumi

• Menentukan proses dan peralatan untuk mengolah, menampung waste water


atau produced water yang dipisahkan dari minyak bumi dan selanjutnya dib-
uang dengan metode yang aman dan sesuai dengan ketentuan perundangan
Sistem Produced yang berlaku.
Water dan Pera- • Menghitung dan merancang peralatan proses untuk pemisahan minyak dari
latannya. produced water, pemisahan padatan terlarut dari produced water dan pemisa-
han gas terlarut dari produced water.
• Menghitung dan merancang peralatan serta asesorisnya yang dibutuhkan un-
tuk pembuangan waste water /produced water sesuai desain sistem produksi.
<< 43 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

• Menentukan design sistem fuel dan peralatan yang dibutuhkan untuk mengo-
lah fuel.
• Pemilihan dan penentuan fired heater dan aplikasinya.
• Metoda untuk perhitungan waste heat energy dan prosedur untuk merancang
sistem waste heat recovery.
Sistem Utility dan • Menentukan dan menghitung refrigeration dan heating system.
Beberapa Peralatan • Menentukan dan menghitung energy duty untuk evaporator, condenser, com-
Proses. pressor horsepower, fan horsepower.
• Menentukan dan menghitung kebutuhan pompa, baik untuk jenis centrifugal
atau reciprocating.
• Menentukan instrument air dan nitrogen generator.
• Menentukan proses pengolahan air.
• Menentukan sistem pembuangan panas proses.

• Memahami prinsip prinsip teori kontrol proses dan implementasinya.


• Pemilihan alat ukur tekanan, temperatur, dan laju alir.
Instrumentasi • Memahami berbagai alat instrumen untuk pengukuran level.
• Pemilihan jenis, material dan perhitungan ukuran control valve.
• Memahami spesifikasi safety shutdown dan wellhead control system.
Flare, Relief and • Menentukan dan memilih Flare dan KO drum system.
Venting System • Menghitung, memilih dan menentukan Relief dan Venting System.

Tabel 2. Kompetensi Proces Facilities Engineer

Standar kompetensi di atas tentunya haruslah mengacu pada kode desain yang umum digunakan
para praktisi bidang migas seperti API, ASME, SNI ataupun SKKNI subbidang lainnya.

Tentang Penulis
Petrochemical Indonesia and until now
Witoyo, S.T, PMP.
working at one of oil and gas PSC company.
With 20 years of Starting 2007 he has assumed role as Project
experience mainly in Manager, with projects namely include LPG
Process Engineering Recovery Project, MGB CoC, Molsieve CoC
in oil and gas and and Eductor installation project. Witoyo
petrochemical plant in received his PMP accreditation in June
project and operation 2014 and currently is an active member of
phases. Witoyo spent IAFMI Expert Board.
his career in multiple
companies including Trans Pacific
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 44

DRAFT RSKKNI
RISK BASED INSPECTION (RBI)
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIAKATEGORI JASA PROFESIONAL,
ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI
TEKNIS PADA JABATAN RISK BASED INSPECTION (RBI)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang RBI di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015 dan WTO 2020, maka
perlu mendorong dan merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk tujuan
tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan Sumber Daya
Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan
perdagangan bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
MIGAS Bidang RBI disusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Kerja yang
menggunakan Regional of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi yang
berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan SKKNI
tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan
substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus
yang bekerja pada bidang RBI subsektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh dari SNI, MOSS,
<< 45 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Standar Internasional dan Workplaces bidang RBI.


Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

B. Pengertian
1. Risiko, adalah kombinasi dari probabilitas dari suatu peristiwa dan konsekuensinya yang
dapat disajikan dalam numerik. Dalam beberapa situasi, risiko adalah penyimpangan dari
suatu yang diharapkan.

2. Risk Based Inspection (RBI), adalah pembuatan strategi pemeliharaan dan perencanaan inspeksi
berdasarkan kemungkinan risiko yang terjadi. Dalam hal lain RBI adalah pempenilaian risiko
dan manajemen proses yang difokuskan pada hilangnya ketahanan peralatan bertekanan
pada fasilitas pengolahan karena kerusakan material.

3. Inspeksi, adalah kegiatan yang dilakukan untuk memverifikasi bahwa material, fabrikasi,
pemeriksaan, pengujian, perbaikan, dll sesuai dengan Kode yang berlaku, atau persyaratan
prosedur tertulis pemilik.

4. Mekanisme kerusakan, adalah proses secara mikro ataupun makro yang menyebabkan
kerusakan material dari waktu ke waktu yang mempengaruhi kondisi sifat mekanik. Mekanisme
kerusakan termasuk korosi, serangan kimia, pemuluran (creep), erosi, kelelahan (fatigue),
fracture, dan thermal aging.

5. Tujuan RBI secara rinci adalah sebagi berikut:

- Melihat profil risiko dari semua peralatan statis bertekanan (pressure vessels, tanki, boiler, heat
exchanger, PSV, dan piping).
- Membuat peringkat risiko dan menyusun skala prioritas perencanaan inspeksi.
- Merancang strategi maintenance dan repair yang tepat.
- Meminimalisasi kegagalan peralatan serta menghindari unplanned shutdown, dan
- Mengelola program inspeksi, maintenance dan repair (IMR) secara cost effective.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 46

6. Personel RBI

Anggota team RBI adalah seseorang yang telah berkualifikasi dan tersertifikasi sesuai dengan
SKKNI untuk Golongan Analisis dan Uji Teknis Sub Golongan Analisis dan Uji Teknis Kelompok
Jasa Inspeksi Area Kerja Inspeksi dan bekerja pada konsultan, perusahaan jasa inspeksi teknis
ataupun pengguna.

SKKNI berikut ini digunakan untuk melakukan uji kompetensi untuk KKNI/okupasi masing-
masing peran dalam anggota tim RBI, yang terdiri dari Engineer Utama (KKNI Fasilitator), Engineer
Madya (KKNI Senior Engineer), Engineer Muda (KKNI Engineer).

Sebaran tim RBI memiliki latar belakang salah satu atau lebih dari keahlian berikut ini:

- Metalurgi
- Proses kimia
- Mekanikal
- Material dan Korosi
- NDT
- Pengelasan
- Inspeksi
- Manajemen
- HSE (Health Safety and Environment)

C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing:

1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan

a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum

b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi

2. Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja

a. Membantu dalam rekruitmen


b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha/industri
<< 47 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi

a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kulifikasi
dan levelnya.

b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.

D. Komite Standar Kompetensi

1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan RBI
Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor774.K/10/DJM.T/2015 tanggal 16
Oktober 2015, selaku Pengarah KomiteRancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional RBI,
Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.

Susunan keanggotaan Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia


(RSKKNI) sebagai berikut:

:
NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM

1 Direktur Jenderal Ditjen MIGAS Pengarah


Direktur Teknik dan Lingkungan
2 Ditjen MIGAS Ketua
MIGAS
Kepala Subdirektorat Standard-
3 Ditjen MIGAS Wakil Ketua
isasi
Kepala Seksi Penyiapan dan
4 Ditjen MIGAS Anggota
Penerapan Standar Hilir MIGAS
5 Budiantono Ditjen MIGAS Anggota

6 Kusnandar Ditjen MIGAS Anggota

7 I.G. Suarnaya Sidemen Ditjen MIGAS Anggota

8 Ahmat Wahyu Wardono Ditjen MIGAS Anggota

9 Heri Nursito Ditjen MIGAS Anggota

10 Muhidin Ditjen MIGAS Anggota

11 Mirza Mahendra Ditjen MIGAS Anggota

12 Antoni Irianto Ditjen MIGAS Anggota

13 Muhammad Dulpi Ditjen MIGAS Anggota


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 48

NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM

14 Andri Surya Ditjen MIGAS Anggota

15 Ridho Pradana Ditjen MIGAS Anggota

16 Muchtar Azis Kemenaker Anggota

17 Aris Hermanto Kemenaker Anggota

18 Darmawansyah Kemenaker Anggota

19 Kamaluddin Hasyim Guspen MIGAS Anggota

20 Surono BNSP Anggota

21 Muhammad Najib BNSP Anggota

22 Syafril Anam Pusdiklat MIGAS Anggota

23 Ali Supriyadi Pusdiklat MIGAS Anggota

24 M. Yudi Masduki S Akademisi Anggota

25 Chrisnanto Pertamina Pengolahan Anggota

26 Krisna Rubowo APMI Anggota

27 Budi Prakosa APMI Anggota

28 Soelasno Lasmono APPI Anggota

29 Amran Anwar PT. Pertamina EP Cepu Anggota

30 Rudianto APITINDO Anggota

31 Muryono Hadi PT. ELNUSA Anggota

32 Ibadurrahman PT. ELNUSA Anggota

Tabel 1. Susunan Keanggotan Komite RSKKNI

2. Tim Perumus SKKNI


Susunan Tim Perumus dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan
Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015
selaku Ketua Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri
Minyak dan Gas Bumi Bidang RBI.
<< 49 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

NO TIM PERUMUS DRAFT RSKKNI MIGAS INSTANSI/PERUSAHAAN

1 M. Yudi MasdukyS Universitas Indonesia

2 Muhammad A. Hasib LSP MIGAS

3 Feriswanto PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

4 Syambas H.R. PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

5 Dwi Aji Djoko Ariono PT. Trihasco Utama

6 Rudi PT. Woodgroup Indonesia

7 Kusmaryanto Vico Indonesia

8 Romi Kristian Vico Indonesia

9 Alim Sa’adi PT BKI (Persero)

10 R. Dodi Haryadi PT Pertamina Hulu EnergiWMO

11 Nurjaman PT. Mafhindo Utama

12 Agus Wardjito R BNSP

Tabel 2. Tim Perumus SKKNI

3. Tim Verifikasi SKKNI


Susunan Tim verifikasi dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015, selaku Ketua
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaSektor Industri Minyak dan
Gas Bumi Bidang RBI.

NO Tim Verifikasi Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan

1 Muhammad Dulpi Ditjen MIGAS

2 Fanny Dimasruhin Ditjen MIGAS

3 Heri Pramono LSP MIGAS

4 Wahyu Haryadi LSP MIGAS

Tabel 3. Tim Verifikasi SKKNI


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 50

BAB II STANDAR KOMPETENSI


KERJA NASIONAL INDONESIA

A. Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi


TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA/DASAR

Menerapkan peraturan keselamatan,


kesehatan kesehatan kerja, dan lindungan
lingkungan

Melaksanakan persiapan Melakukan pengumpulan data


pekerjaan RBI
Melakukan analisa data

Menentukan metodekajian risiko (risk


assessment method)
Membuat strategi pemeli- Menentukan faktor–faktor kemungkinan
haraan dan perencanaan kegagalan
inspeksi berdasarkan risiko
Menentukan faktor-faktor konsekuensike-
Melaksanakan analisa RBI
gagalan

Menentukan tingkat risiko peralatan (risk


ranking)

Membuat program perencanaan inspeksi

Melakukan evaluasi terhadap Melakukan evaluasi implementasi awal


hasil analisis RBI RBI

Membuat laporan hasil pekerjaan RBI

Tabel 4. Pemetaan Kompetensi


<< 51 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

B. Daftar Unit Kompetensi

NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi

Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan


1. M.7120310.001.01
Kerja Lingkungan

2. M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data

3. M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data

4. M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (Risk Assessment Method)

5. M.7120310.005.01 Menentukan Faktor–Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)

6. M.7120310.006.01 Menentukan Faktor–Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)

7. M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (Risk Ranking)

8. M.7120310.008.01 Membuat Program Perencanaan Inspeksi

9. M.7120310.009.01 Melakukan Evaluasi Implementasi Inisial RBI

10. M.7120310.009.01 Membuat Laporan Hasil Pekerjaan RBI

Tabel 5. Daftar Unit Kompetensi

C. Unit-Unit Kompetensi

KODE UNIT : M.7120310.001.01


JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menerapkan peraturan dan
perundangan K3 di tempat kerja pada industriMIGAS.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Mengidentifikasi peraturan K3 1.1 Peraturan K3 yang berlaku di industri MIGAS diidentifikasi.
yang berlaku pada industri MI-
1.1 Peraturan K3 yang berlaku di industri MIGAS ditentukan.
GAS
2. Menerapkan ketentuan-keten- 2.1 Persyaratan tempat kerja sesuai dengan peraturan K3 yang
tuan peraturan K3 yang berlaku berlaku pada industri MIGAS diterapkan.
pada industri MIGAS
2.2 SOP yang berlaku ditempat kerja diterapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2.3 Job Safety Analysis (JSA) yang sesuai dengan tempat kerja
disusun sesuai dengan kondisi pekerjaan.
2.4 JSA yang sesuai dengan tempat kerja diterapkan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 52

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku,mempelajari SOP yang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Alat Pelindung Diri (APD)
2.2.2 Peraturan-peraturan K3
2.2.3 Buku petunjuk/lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 SOP keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
<< 53 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Pengetahuan dan keterampilanyang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.2 Disiplin menerapkanprosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.3 Disiplindalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.4 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Penerapan keselamatan kerja pada tempat kerja sesuai dengan peraturan K3 yang
berlaku pada industri MIGAS

KODE UNIT : M.7120310.002.01


JUDUL UNIT : Melakukan Pengumpulan Data
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan pengumpulan data.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Dokumen as built PFD danP&ID, Manufacture Data Record
(MDR) dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan.
1. Melaksanakan pengumpulan
1.2 Dokumen Standar Operating Prosedure (SOP) peralatan
data desain
terkait dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan.
1.3 Dokumen managemen perubahan dikumpulkan.
2.1 Dokumen maintenance record/historical data dikumpulkan
2. Melaksanakan pengumpulan sesuai dengan kebutuhan.
data lapangan
2.2 Dokumen hasil inspeksi dikumpulkan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 54

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan
pekerjaan Risk Based Inspection (RBI) pada peralatan atau kilang pada perusahaan
minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.1.2 Laporan pemeriksaan
2.1.3 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed
Equipment in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service

4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction
<< 55 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap data peralatan dan dokumen desain
3.2 Keterampilam
3.2.1 Membaca gambar teknik/engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Pengumpulan dokumen as built PFD dan P&ID, Manufacture Data Record (MDR)
5.2 Pengumpulan dokumen maintenance record

KODE UNIT : M.7120310.003.01


JUDUL UNIT : Melakukan Analisa Data
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan analisa data.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Thickness design diverifikasi kesesuaiannya dengan standar.


1.2 Material diverifikasi kesesuaiannya dengan standar.
1. Melaksanakan analisa data de- 1.3 Fluid content diverifikasi sesuai dengan PFD dan P&ID.
sain
1.4 Pressure dan temperature design diverifikasi kesesuaiannya
dengan spesifikasi desain.
1.5 Dokumen manajemen perubahan diverifikasi.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 56

2.1 Pressure dan temperatur operasional diverifikasi sesuai den-


gan kondisi aktual.
2.2 Dokumen actual fluid content ditelaah kesesuaiannya dengan
data desain.
2.3 Sisa umur pakai diverifikasi berdasarkan perhitungan kehil-
angan ketebalan (wall loss).
2. Melaksanakan analisa data lapa-
2.4 Mekanisme kerusakan material lainnya diverifikasi sesuai
ngan
dengan acuan.
2.5 Menentukan confidence factor sesuai dengan historical data.
2.6 Keterangan-keterangan spesifik peralatan diverifikasi kese-
suaiannya dengan SOP atau standar.
2.7 Keterangan-keterangan yang tertulis pada name plate diveri-
fikasi kesesuaiannya dengan data desain.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analsia data, penelaahan atau review terhadap dokumen-
dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan RBI pada peralatan atau
kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
1.2 Spesifik yang dimaksud diantaranya adalah jumlah fasa, cyclic condition, dan lain
sebagainya pada peralatan, seperti pada pressure vessel.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
<< 57 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen desain dan engineering
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen alat/material
3.1.3 Pengetahuan terhadap simbol – simbol gambar desain
3.2 Keterampilan
3.2.1 Membaca gambar teknik /engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 58

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen – dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti terhadap hasil verifikasi thickness design
5.2 Cermati hasil verifikasi perhitungan sisa umur pakai berdasarkan perhitungan kehilangan
ketebalan (wall loss)

KODE UNIT : M.7120310.004.01


JUDUL UNIT : Menentukan Metode Kajian Risiko (Risk Assessment Method)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk menentukan metode analisis RBI.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengembangkan kerangka dasar 1.1 Kerangka dasar RBI ditentukan berdasarkan acuan
RBI 1.2. Kerangka RBI yang dipilih diterapkan
2.1 Alat bantu dipilih sesuai kebutuhan
2. Melakukan instalasi alat bantu 2.2 Alat bantu divalidasi
2.3 Alat bantu diinstall sesuai dengan manual book

3.1 Data input teknis disiapkan sesuai kebutuhan input


3. Melakukan pengolahan data 3.2 Set-up database dan detail konfigurasi sesuai alat bantu
yang digunakan disiapkan
3.3 Pengolahan data awaldivalidasi

4.1 Organisasi tim RBI (hierarki) dalam mengelola alat bantu


4. Melakukan pengaturan sistem ditentukan berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan
RBI
4.2 Pengelompokan dan corrosion circuit peralatan ditentukan

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan desain perencanaan RBI pada industri MIGAS.
Alat bantu yang dimaksud adalah perangkat lunak atau software
<< 59 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1. Peralatan
2.1.1. Alat tulis
2.1.2. Komputer
2.2. Perlengkapan
2.2.1. Lembar perintah kerja
2.2.2. Laporan pemeriksaan
2.2.3. Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry

4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service

4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 60

1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap konsep metode risiko
3.1.2 Pengetahuan terhadap data kualitatif, kuantitatif, dan semi kuantitatif
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu /software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pengoperasian alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam memilih kerangka RBI
5.2 Penyiapan data input teknis

KODE UNIT : M.7120310.005.01


JUDUL UNIT : Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor kemungkinan
kegagalan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Mekanisme potensi kerusakan dikumpulkan berdasarkan
1. Menentukan mekanisme keru- acuan.
sakan 1.2 Mekanisme kerusakan sesuai dengan proses yang ada diten-
tukan berdasarkan data historis operasi.

2.1 Evaluasi terhadap data failure berdasarkan data service


dilakukan.
2. Menentukan kemungkinan
2.2 Evaluasi terhadap data failure berdasarkan kondisi operasi
kegagalan peralatan dalam satu
dilakukan.
circuit
2.3 Evaluasi terhadap data failure berdasarkan kondisi desain
dilakukan.
<< 61 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.1 Kalkulasi kemungkinan kegagalandilakukan berdasarkan


3. Menentukan rating kemungkinan acuan.
kegagalan 3.2 Rating kemungkinan kegagalan dilakukan berdasarkan
acuan.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai kemungkinan kegagalan pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
1.2 Acuan adalah standar atau code, dan atau referensi yang berhubungan dengan
pekerjaan RBI. Referensi dapat berupa handbook, hasil penelitian, spesifikasi teknis milik
perusahaan, dan lain-lain.
1.3 Kondisi operasi adalah parameter-parameter yang digunakan dalam operasi seperti
tekanan, temperatur, kecepatan aliran, dll.
1.4 Data service adalah data yang berkaitan dengan jenis fluida yang dialirkan termasuk
data referensi dari standar ataupun cuan lainnya dalam menenentukan kemungkinan
kegagalan yang terjadi pada sistem peralatan.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4 Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 62

4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology


4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data PoF
3.1.2 Pengetahuan terhadap kalkulasi PoF
3.1.3 Pengetahuan terhadap acuan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu/software
3.2.2 Terampil membaca dokumen hasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1. Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2. Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Pemilihan acuan yang digunakan dalam kalkulasi kemungkinan kegagalan
5.2 Pengumpulan mekanisme potensi kerusakan berdasarkan acuan
<< 63 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M.7120310.006.01


JUDUL UNIT : Menentukan Faktor-Faktor Konsekuensi Kegagalan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk menentukan faktor-faktor konsekuensi
kegagalan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1. Data pendukung untuk menenentukan konsekuensi dikum-


pulkan.
1. Menentukan jenis konsekuensi 1.2. Kriteria konsekuensi kegagalan peralatan pada alat bantu
kegagalan ditentukan.
1.3. Jenis konsekuensi kegagalan sesuai dengan P&ID dan PFD
ditentukan.
2.1. Evaluasi terhadap dampak bahaya operasi dilakukan.
2.2. Evaluasi terhadap dampak bahaya safety dilakukan.
2. Menentukan konsekuensi ke-
gagalan berdasarkan evaluasi 2.3. Evaluasi terhadap dampak bahaya bisnis/finansial dilakukan.
dampak bahaya (hazard)
2.4. Evaluasi terhadap dampak bahaya lingkungan dilakukan.
2.5. Evaluasi terhadap dampak bahaya reputasi dilakukan.

3. Menentukan tingkat konsekuensi 3.1. Kalkulasi konsekuensi kegagalan dilakukan.


kegagalan 3.2. Rating konsekuensi kegagalan ditentukan.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai konsekuensi kegagalan pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 64

Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS


3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
<< 65 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.3 Pengetahuan
3.3.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data CoF
3.3.2 Pengetahuan terhadap kalkulasi CoF
3.4 Keterampilan
3.4.1 Terampil menggunakan alat bantu/software
3.4.2 Terampil membaca dokumen hasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5 Aspek kritis
5.3 Penentuan jenis konsekuensi kegagalan sesuai dengan P&ID dan PFD

KODE UNIT : M.7120310.007.01


JUDUL UNIT : Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (Risk Ranking)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko dari
peralatan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1. Data untuk masukan perhitungan tingkat risiko disiapkan.


1.2. Matrik risiko (risk matrix) pengguna pada alat bantu diten-
tukan.
1.3. Data untuk masukan perhitungan tingkat risiko dimasuk-
1. Menentukan tingkat risiko kan.
1.4. Kalkulasi kemungkinan kegagalan terhadap konsekuensi
kegagalandilakukan.
1.5. Tingkat risiko berdasarkan hasil kalkulasi risiko ditentu-
kan.

2.1. Analisa terhadap risiko untuk menentukan program


inspeksi dilakukan berdasarkan confidence factor/confi-
2. Menganalisa risiko dence level/grade of inspection.
2.2. Urutan klasifikasi risiko dibuat berdasarkan hasil per-
hitungan tingkat risiko.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 66

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat
bantu software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat
nilai akhir yang berupa tingkat risiko pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak
dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction
<< 67 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap perhitungan risiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam melakukan analisa risiko untuk menentukan program inspeksi
5.2 Cermat dalam menentukan tingkat risiko berdasarkan hasil kalkulasi risiko
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 68

KODE UNIT : M.7120310.008.01


JUDUL UNIT : Membuat Program Perencanaan Inspeksi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk membuat program perencanaan
inspeksi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Nilai tingkat risiko ditentukan
1. Menentukan area (scope) inspeksi 1.2 Konsekuensi kegagalan ditentukan berdsarkan acuan
pada masing-masing peralatan
1.3 Cakupan area inspeksi ditetapkan berdasarkan hasil kon-
sekuensi kegagalan
2.1 Kemungkinan kegagalan ditentukan
2. Menentukan metode inspeksi 2.2 Mekanisme kerusakan ditentukan berdsarkan acuan
pada masing-masing peralatan 2.3 Metode inspeksi ditetapkan berdsarkan hasil kemungkinan
kegagalan
3.1 Nilai tingkat risiko ditentukan
3. Menentukan interval inspeksi 3.2 Inspection effectiveness ditentukan berdasarkan confidence
pada masing-masing peralatan factor/confidence level/grade of inspection
3.3 Interval inspeksi ditentukan

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan perencanaan terhadap hasil perhitungan
risiko baik menggunakan alat bantu software ataupun secara manual. Sehingga
didapatkan output berupa interval inspeksi dan metode nya pada peralatan atau kilang
pada perusahaan minyak dan gas bumi berdasrkan masing-masing tingkat risiko yang
terjadi.
1.2 Confidence factor/confidence level/grade of inspection didapat berdasarkan inspection
record, operation record, historical record, dan maintenance record.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
<< 69 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 70

2.7 M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (risk ranking)


3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap perhitungan risiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan analisa
5. Aspek kritis
5.1 Penetapan cakupan area inspeksi
5.2 Penentuan interval inspeksi
5.3 Penentapan metode inspeksi

KODE UNIT : M.7120310.009.01


JUDUL UNIT : Melakukan Evaluasi Implementasi Awal RBI
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan evaluasi data hasil inspeksi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Laporan hasil inspeksi sebelumnya disiapkan.


1. Menelaah laporan hasil inspeksi
1.2 Laporan hasil inspeksi terakhir disiapkan.
setelah implementasi awal
1.3 Laporan hasil inspeksi implementasi awal ditelaah.

2.1 Laporan hasil inspeksi sebelumnya disiapkan.


2. Menganalisa data hasil inspeksi 2.2 Laporan hasil inspeksi terakhir disiapkan.
2.3 Laporan hasil inspeksi implementasi awal dianalisa.

3.1 Laporan hasil inspeksi sebelumnya disiapkan.


3. Membuat rekomendasi hasil anal- 3.2 Laporan hasil inspeksi terakhir disiapkan.
isa data inspeksi
3.3 Laporan hasil inspeksi implementasi awal sertarekomendasi
dibuat.
<< 71 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4.1 Laporan hasil inspeksi sebelumnya disiapkan.


4.2 Laporan hasil inspeksi terakhir disiapkan.
4. Melakukan data input ulang hasil 4.3 Hasil integrity-review berdasarkan parameter terkini dilaku-
inspeksi dan integrity review kan.
4.4 Hasil inspeksi implementasi awal dan hasil integrity-review
diinput ulang.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan perencanaan terhadap hasil pelaksanaan
inspeksi inisial/pertama, setelah dilakukan penilaian RBI sebelumnya. Sehingga data
pekerjaan RBI dapat diupdate sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu/software
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen hasil inspeksi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 72

4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service


4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
2.7 M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (risk ranking)
2.8 M.7120310.008.01 Membuat Program Perencanaan Inspeksi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Pengkajian terhadap laporan hasil inspeksi implementasi awal
5.2 Ketelitian dalam membuat laporan hasil inspeksi implementasi awal serta rekomendasi
5.3 Cermat dalam membuat hasil integrity-review berdasarkan parameter terkini
<< 73 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M.7120310.010.01


JUDUL UNIT : Membuat Laporan Hasil Pekerjaan RBI
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan untuk membuat laporan hasil pekerjaan RBI.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan di 1.1 Data hasil pekerjaan RBI disiapkan.
dalam laporan 1.2 Data hasil pekerjaan RBI dikumpulkan.
2.1 Konsep laporan hasil pekerjaan RBI disiapkan.
2. Membuat konsep laporan
2.2 Konsep laporan hasil pekerjaan RBI dibuat.
3.1 Draft laporan dibuat.
3. Membuat laporan akhir
3.2 Laporan akhir dibuat.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan inspeksi, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan RBI pada peralatan atau
kilang perusahaan MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil inspeksi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan MIGAS
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 74

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 API RP 580 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Professional
4.2.2 API RP 581 Recommended Practice for Risk-Based Inspection Methodology
4.2.3 API 510 Pressure Vessel Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating
4.2.4 API 570 Piping Inspection Code – Inspection, Repair, Alteration, and Rerating of
Inservice Piping System
4.2.5 API RP 571 Recommended Practice for Damage Mechanism Affecting Fixed Equipment
in the Refining Industry
4.2.6 API RP 579 Recommended Practice for Fitness For Service
4.2.7 API STD 653 Standard for Tank Inspection, Repair, Alteration, and Reconstruction

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120310.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja Lingkungan
2.2 M.7120310.002.01 Melakukan Pengumpulan Data
2.3 M.7120310.003.01 Melakukan Analisa Data
2.4 M.7120310.004.01 Menentukan Metode Risiko (risk assessment method)
2.5 M.7120310.005.01 Menentukan Faktor –Faktor Kemungkinan Kegagalan (PoF)
2.6 M.7120310.006.01 Menentukan Faktor –Faktor Konsekuensi Kegagalan (CoF)
2.7 M.7120310.007.01 Menentukan Tingkat Risiko Peralatan (risk ranking)
2.8 M.7120310.008.01 Membuat Program Perencanaan Inspeksi
2.9 M.7120310.009.01 Melakukan Evaluasi Implementasi Inisial RBI
<< 75 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar/code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil inspeksi
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil inspeksi
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Penyiapan data hasil pekerjaan RBI yang akan dibuat laporan
5.2 Pembuatan laporan akhir pekerjaan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 76

DRAFT RSKKNI
ANALISIS DAN UJI TEKNIS
BIDANG KOROSI DAN
PENCEGAHANNYA
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI
JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR
DAN TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA BIDANG KOROSI DAN
PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang korosi dan pencegahannya di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan minyak dan gas bumi masih
merupakan faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama
dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020,
maka perlu mendorong dan merealisasikan SDM (sumber daya manusia) yang kompeten. Untuk
tujuan tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem
diklat dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan SDA (sumber
daya alam) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi dan perdagangan
bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia
(SKKNI) Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri MIGAS. Bidang korosi dan pencegahannya
disusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi Kerja yang menggunakan Regional
of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi yang berlaku pada sistem standar
kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan SKKNI tersebut mengacu kepada
Permenakertrans Nomor 5 Tahun 2012.
<< 77 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan substansi
standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus yang
bekerja pada bidang korosi dan pencegahannya sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh
dari SNI, MOSS, Standar Internasional dan Workplaces bidang platform.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

B. Pengertian
1. Korosi adalah proses degradasi material logam yang disebabkan karena interaksi dengan
lingkungan. Yang dimaksud lingkungan antara lain larutan kimia, asam, basa atau garam,
air tawar atau air laut dan uap asam, atau gas amonia. Mekanisme korosi melalui peristiwa
elektrokimia antara logam dengan lingkungan, dan syaratnya ada anoda tempat terjadinya
reaksi oksidasi, ada katoda tempat terjadinya reaksi reduksi, ada elektrolit sebagai penghantar
arus listrik dan ada hubungan antara anoda dan katoda. Korosi dan pencegahannya
dilakukan pada saat engineering, operation dan maintenance. Metoda pencegahan dilakukan
dengan coating, rekayasa arus atau pemilihan material yang sesuai. Untuk mencapai target
proteksi yang diinginkan, dilakukan dengan membuat SOP (Standard Operating Procedure),
pengontrolan peralatan dan skema pemeliharaan berdasarkan desain dan rekomendasi
pemanufaktur peralatan.
2. Tahap pelaksanaan korosi dan pencegahannya. Prinsipnya dilakukan pengendalian dengan
meniadakan salah satu komponen yang menyebabkan korosi, dengan cara mengisolasi
komponen pencetus korosi, membuat lingkungan menjadi tidak korosif atau meniadakan
perbedaan potensial pada permukaan logam, agar terjadi proteksi katodik, yang mengeliminir
korosi pada metal.
3. Tujuan korosi dan pencegahannya. Pada prinsipnya pencegahan korosi dimaksudkan untuk
menghindari degradasi material, menghindari kerugian finansial, penghentian operasi
secara tiba-tiba, pemeliharaan yang tak terencana dan mencegah kerusakan lingkungan.
Implementasi pencegahan korosi dimulai dengan menentukan laju korosi, mengetahui
efektifitas usaha pengendalian korosi, menentukan daerah kritis dari unit peralatan yang
mempunyai laju korosi besar dan mengembangkan metoda pencegahan yang efektif.
4. Monitoring korosi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai apakah pencegahan korosi
yang dilakukan memenuhi ekspektasi desainnya, dengan cara mengambil data korosi di
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 78

lapangan, survey dan pemantauan peralatan.


5. Kontrol / pencegahan korosi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan agar tidak
terjadi korosi pada peralatan dengan cara mengisolasi salah satu komponen penyebab korosi.
6. Personel tim “Korosi dan Pencegahannya”
Anggota tim “Korosi dan Pencegahannya” adalah seseorang yang telah berkualifikasi dan
tersertifikasi sesuai dengan SKKNI untuk Golongan Analisis dan Uji Teknis Sub Golongan
Analisis dan Uji Teknis Kelompok Jasa Inspeksi Area Kerja Inspeksi dan bekerja pada konsultan,
perusahaan jasa inspeksi teknis ataupun pengguna.
SKKNI berikut ini digunakan untuk melakukan uji kompetensi untuk KKNI / okupasi masing-
masing peran dalam anggota team “Korosi dan Pencegahannya”, yang terdiri dari Ahli Korosi
Utama, Ahli Korosi Madya, Ahli Korosi Muda.
Sebaran personel tim “Korosi dan Pencegahannya” memiliki latar belakang salah satu atau
lebih dari keahlian berikut ini:
- Metalurgi & Material
- Proses kimia
- Mekanikal
- NDT
- Pengelasan
- Inspeksi

C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga / institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :
1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi
2. Untuk dunia usaha / industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha / industri
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
<< 79 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan


kulifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.

D. Komite Standar Kompetensi


1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan Korosi
dan Pencegahannya Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor : 774.K/10/DJM.T/2015
tanggal 10 September 2015, selaku Pengarah Komite Rancangan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Korosi dan Pencegahannya, Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Susunan keanggotaan Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI) sebagai berikut :

No Nama Instansi Jabatan Dalam Tim

Direktur Jenderal Ditjen Migas Pengarah

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Ditjen Migas Ketua

Kepala Subdirektorat Standardisasi Ditjen Migas Wakil Ketua


Kepala Seksi Penyiapan dan Penerapan Standar
Ditjen Migas Anggota
Hilir Migas
Budiantono Ditjen Migas Anggota

Kusnandar Ditjen Migas Anggota

I.G. Suarnaya Sidemen Ditjen Migas Anggota

Ahmat Wahyu Wardono Ditjen Migas Anggota

Heri Nursito Ditjen Migas Anggota

Muhidin Ditjen Migas Anggota

Mirza Mahendra Ditjen Migas Anggota

Antoni Irianto Ditjen Migas Anggota

Muhammad Dulphi Ditjen Migas Anggota

Andri Surya Ditjen Migas Anggota

Ridho Pradana Ditjen Migas Anggota


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 80

No Nama Instansi Jabatan Dalam Tim

Muchtar Aziz Kemenaker Anggota

Aris Hermanto Kemenaker Anggota

Darmawansyah Kemenaker Anggota

Kamaluddin Hasyim Guspen Migas Anggota

Surono BNSP Anggota

Muhammad Najib BNSP Anggota

Syafril Anam Pusdiklat Migas Anggota

Ali Supriyadi Pusdiklat Migas Anggota

M. Yudi Masduki S Akademisi Anggota


Pertamina
Chrisnanto Anggota
Pengolahan
Krisna Rubowo APMI Anggota

Budi Prakosa APMI Anggota

Soelasno Lasmono APPI Anggota


PT. Pertamina EP
Amran Anwar Anggota
Cepu
Rudianto Apitindo Anggota

Muryono Hadi PT. Elnusa Anggota

Ibadurrahman PT. Elnusa Anggota

Tabel 1. Susunan Keanggotaan Komite RSSKNI


2. Tim Perumus SKKNI
Susunan Tim Perumus dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015selaku Ketua Komite
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Bidang
Korosi dan Pencegahannya.

No. Tim Perumus Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan

Alim Saadi PT. BKI (Persero)


Feriswanto PT. Radiant Utama Interinsco Tbk.
Syambas H.R. PT. Radiant Utama Interinsco Tbk.
Rudi PT. Wood Group Indonesia
<< 81 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

No. Tim Perumus Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan

R. Dodi Haryadi PT. Pertamina Hulu Energi WMO


Ahmad Muntohar Praktisi Korosi /konsultan
Soni Kusumah PT. Radiant Utama Interinsco Tbk
Bayu Rahardaya APITINDO / PT. Sucofindo
Kusmaryanto VICO Indonesia
Nurjaman LSP MIGAS
Tabel 2. Tim Perumus SKKNI

3. Tim Verifikasi SKKNI


Susunan Tim verifikasi dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015, selaku Ketua
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas
Bumi Bidang Korosi dan pencegahannya.

No. Tim Verifikasi Draft RSKKNI MIGAS Instansi / Perusahaan

Ridho Pradana Ditjen Migas

Christine A. Samosir Ditjen Migas

Muhammad A. Hasib LSP Migas

Wahyu Haryadi LSP Migas

M Yudi M Sholihin Akademisi / Praktisi Korosi

Tabel 3. Tim Verifikasi SKKNI


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 82

BAB II STANDAR KOMPETENSI


KERJA NASIONAL INDONESIA
A. Pemetaan Kompetensi
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA FUNGSI DASAR

Menerapkan peraturan dan


perundangan keselamatan,
Melakukan kesehatan dan lindungan
penelaahan Melakukan lingkungan di tempat kerja
Melakukan identifikasi terhadap
desain persiapan pekerjaan
dokumen peralatan / media
pengendalian pengendalian korosi
terkorosi
korosi
Melakukan analisa dan evaluasi
kondisi peralatan / media terkorosi

Menentukan fasilitas object


Mengidentifikasi monitoring korosi
peralatan terkorosi Menentukan kontrol korosi yang
sesuai
Melakukan Menentukan metode pengendalian
Menyatakan
pengendalian korosi yang sesuai
kelayakan sistem
korosi
pencegahan korosi Memastikan metode Menentukan korosi dengan metode
instalasi migas pencegahan kombinasi

Merencanakan aktivitas monitoring


dan kontrol korosi

Melakukan evaluasi hasil Aktivitas


monitoring korosi
Melaksanakan evaluasi
Melakukan Melakukan evaluasi aktivitas kontrol
aktivitas korosi
penilaian korosi
Menerapkan metode Corrosion Risk
pencegahan
Assessment
korosi
Menyiapkan resume aktivitas
Membuat kesimpulan
pencegahan korosi
kelayakan aktivitas
pencegahan korosi Membuat dokumen dan laporan

Tabel 4. Pemetaan Kompetensi


<< 83 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

B. Daftar Unit Kompetensi

NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi

Menerapkan peraturan dan perundangan keselamatan, kesehatan


1. M.712037. 001.01
dan lindungan lingkungan di tempat kerja

Melakukan identifikasi terhadap dokumen peralatan / media


2. M.712037.002.01
terkorosi

3. M.712037.003.01 Melakukan analisa dan evaluasi kondisi peralatan / media terkorosi

4. M.712037.004.01 Menentukan fasilitas object monitoring korosi

5. M.712037.005.01 Menentukan kontrol korosi yang sesuai

6. M.712037.006.01 Menentukan metode pengendalian korosi yang sesuai

7. M.712037.007.01 Menentukan korosi dengan metode kombinasi

8. M.712037.008.01 Merencanakan aktivitas monitoring korosi

9. M.712037.009.01 Melakukan aktivitas kontrol korosi

10. M.712037.010.01 Melakukan evaluasi hasil aktivitas monitoring dan kontrol korosi

11 M.712037.011.01 Menerapkan metode Corrosion Risk Assessment

12 M.712037.012.01 Menyiapkan resume aktivitas pencegahan korosi

13 M.712037.013.01 Membuat dokumen dan laporan akhir

Tabel 5. Daftar Unit Kompetensi


C. Unit - Unit Kompetensi
KODE UNIT : M.712037.001.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menerapkan peraturan dan
perundangan K3 di tempat kerja pada industri Migas.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3.2 Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan


1. Menerapkan peraturan dan lindungan lingkungan pada industri migas diterapkan
perundang - undangan K3 & mengacu pada ketentuan perusahaan.
LL pada industri migas yang
berlaku di tempat kerja 3.3 Prosedur keselamatan kerja yang terkait diikuti sesuai
dengan ketentuan di perusahaan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 84

2.1 SOP yang berlaku di tempat kerja diidentifikasi mengacu


2. Menerapkan SOP (standard kepada ketentuan perusahaan.
operating procedure) yang
berlaku di tempat kerja 2.2 SOP untuk pengendalian korosi yang berlaku ditempat
kerja diterapkan sesuai dengan ketentuan perusahaan.

3. Menyusun JSA (job safety 3.1 JSA yang sesuai dengan tempat kerja disusun.
analysis) sesuai dengan kondisi
tempat kerja 3.2 JSA yang sesuai dengan tempat kerja diterapkan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan dan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan
dan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang
berlaku, mempelajari SOP yang berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku
di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 APD (alat pelindung diri)
2.2.2 Peraturan-peraturan K3
2.2.3 Buku petunjuk / lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja dibidang Pertambangan
3.4 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.5 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341
3.6 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.7 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
<< 85 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 SOP keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan di darat dan lepas pantai
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Mematuhi peraturan yang berlaku.
4.2 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.3 Disiplin menerapkan prosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.4 Disiplindalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.5 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Cermat dalam menelaah dokumen teknis.
5.2 Teliti dalam mengintepretasi dokumen
5.3 Kedisiplinan dalam mempelajari / memahami peraturan dan perundang-undangan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 86

keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan pada industri migas yang
berlaku di tempat kerja.
5.4 Ketepatan dalam menerapkan persyaratan K3 di tempat kerja sesuai peraturan dan
perundangan yang berlaku.

KODE UNIT : M.712037.002.01


JUDUL UNIT : Melakukan Identifikasi terhadap Dokumen Peralatan / Media Terkorosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk melakukan identifikasi dokumen
peralatan / media terkorosi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Dokumen operasi peralatan diidentifikasi berdasarkan


1. Mengidentifikasi desainnya.
dokumen operasi 1.2 Hasil identifikasi dokumen operasi dicatat mengacu dokumen
desain.
2.1 Dokumen spesifikasi material peralatan diidentifikasi
2. Mengidentifikasi material berdasarkan standar.
specification 2.2 Hasil identifikasi dokumen spesifikasi material diverifikasi
berdasarkan dokumen desain.
3.1 Dokumen disain, aplikasi dan perawatan sistem proteksi korosi
3. Mengidentifkasi sistem yang ada diidentifikasi.
proteksi korosi yang telah
ada 3.2 Hasil identifikasi dokumen desain, aplikasi dan perawatan
sistem proteksi korosi dicocokkan dengan dokumen desain.

4.1 Dokumen laporan / data media terkorosi yang ada di


4. Mengidentifikasi ancaman identifikasi.
korosi dari media terkorosi
yang ada 4.2 Hasil identifikasi dokumen laporan/ data media terkorosi yang
ada dibandingkan dengan ketentuan desainnya.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan
korosi pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
<< 87 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2.1.1 Alat tulis


2.2 Perlengkapan
2.1.2 Laporan pemeriksaan
2.1.3 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.4 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341
3.5 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.
3.6 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems.
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Piipeline
By Galvanic Anodes.
4.2.5 Project Standard Specification.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 88

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.3 M.712037. 001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.4 Pengetahuan
3.4.1 Pengetahuan terhadap data peralatan dan dokumen desain
3.5 Keterampilam
3.5.1 Membaca gambar teknik / engineering
3.5.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam membaca desain pencegahan korosi
5.2 Teliti dalam melakukan identifikasi data pencegahan korosi
5.3 Disiplin dalam melakukan verifikasi data aktual terhadap data desain
5.4 Pemahaman terhadap dokumen-dokumen drawing, desain, inspeksi, dan yang terkait
5.5 Kecermatan terhadap penerapan prosedur kerja
<< 89 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M.712037.003.01

JUDUL UNIT : Melakukan Analisa dan Evaluasi Kondisi Peralatan / Media Terkorosi

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan analisa dan evaluasi kondisi
peralatan / media terkorosi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Kondisi lingkungan (atmosfer, bawah tanah, media,


temperatur dan kondisi operasi) peralatan dianalisa dan
1. Menganalisa dan mengevaluasi dievaluasi
kondisi media terkorosi
1.2 Hasil analisa dan evaluasi kondisi lingkungan dan kondisi
operasi peralatan dicatat mengacu ketentuan desain.

2.1 Produk korosi yang terbentuk dianalisa dan dievaluasi.


2. Menganalisa dan mengevaluasi
produk korosi yang terbentuk 2.2 Hasil analisa dan dievaluasi produk korosi di identifikasi
berdasarkan kondisi aktual dilapangan.

3.1 Software simulasi korosi ditentukan berdasarkan ketentuan


3. Melakukan simulasi perusahaan atau standard acuan.
perhitungan laju korosi.
3.2 Laju korosi dihitung berdasarkan acuan standar.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan analisa dan evaluasi kondisi peralatan dan kondisi media
terkorosi yang dapat mengakibatkan risiko korosi pada peralatan atau kilang perusahaan
minyak dan gas bumi sehingga dapat diketahui tingkat / derajat kekritisan peralatan atau
kilang perusahaan minyak dan gas bumi tersebut
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat inspeksi
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 90

3.1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3. Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.\
3.4. Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Piipeline
By Galvanic Anode
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.002.01 Melakukan Identifikasi terhadap Dokumen Peralatan / Media
Terkorosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
<< 91 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.1.1 Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya korosi


3.1.2 Pengetahuan terhadap standar yang diacu
3.1.3 Pengetahuan terhadap metodologi penilaian risiko korosi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan alat inspeksi
3.2.2 Menggunakan software korosi yang sesuai
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen – dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam melaksanakan evaluasi desain peralatan
5.2 Memahami standar pencegahan korosi, perangkat lunak yang dipakai dan perhitungan
korosi
5.3 Teliti dalam melakukan perhitungan produk korosi

KODE UNIT : M.712037.004.01


JUDUL UNIT : Menentukan Fasilitas Obyek Monitoring Korosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk menentukan fasilitas monitoring dan
kontrol korosi yang sesuai.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1. Jenis fasilitas / peralatan monitoring dan inspeksi korosi
ditentukan berdasarkan acuan standar dan desain awalnya.
1. Menentukan fasilitas 1.2. Lokasi fasilitas/ peralatan monitoring dan inspeksi korosi
monitoring dan inspeksi korosi ditentukan berdasarkan kondisi aktual atau ketentuan
yang sesuai desain.
1.3. Jenis fasilitas / peralatan monitoring dan inspeksi korosi
dicatat berdasarkan dokumen desainnya.
2.1. Jenis fasilitas/ peralatan kontrol korosi ditentukan mengacu
ketentuan desain atau standar.
2. Menentukan fasilitas kontrol 2.2. Lokasi fasilitas/ peralatan kontrol korosi ditentukan
korosi yang sesuai berdasarkan kondisi aktual atau desain awal.
2.3. Jenis fasilitas/ peralatan kontrol korosi dicatat mengacu
kondisi lapangan atau ketentuan desain.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 92

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan penelaahanserta menentukan
fasilitas monitoring dan kontrol korosi yang sesuaidengan mengedepankan aspek kebutuhan
terhadap ketahanan korosi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Standar / code acuan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
<< 93 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline


By Galvanic Anode
4.3 Project Standard Specification
4.4 ASME
4.5 API

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.002.01 Melakukan Identifikasi terhadap Dokumen Peralatan / Media Terkorosi
2.2 M.712037.003.01 Melakukan Analisa dan Evaluasi Kondisi Peralatan / Media Terkorosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap sifat-sifat material baik sifat mekanik, kimia, dan ketahanan
korosinya
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menginterpretasi international code
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menentukan aktifitas monitoring korosi
5.2 Disiplin dalam melakukan pencatatan data lapangan tentang aktifitas monitoring korosi.
5.3 Pemahaman terhadap sifat material terkorosi dan tahan korosi.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 94

KODE UNIT : M.712037.005.01


JUDUL UNIT : Menentukan Kontrol Korosi yang Sesuai
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk menentukan fasilitas monitoring dan
kontrol korosi yang sesuai.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1. Jenis fasilitas / peralatan kontrol / inspeksi korosi ditentukan


berdasarkan acuan standar atau desain awalnya.
1. Mengidentifikasi fasilitas 1.2. Lokasi fasilitas/peralatan kontrol korosi ditentukan
kontrol korosi berdasarkan kondisi aktual atau ketentuan desain.
1.3. Jenis fasilitas / peralatan kontrol korosi dicatat berdasarkan
dokumen desainnya.

2.1. Data fasilitas kontrol korosi dikumpulkan berdasarkan


informasi desainnya.
2.2. Jenis fasilitas/peralatan kontrol korosi direview mengacu
2. Mengidentifikasi fasilitas ketentuan desain atau standar.
kontrol korosi yang
memungkinkan 2.3. Lokasi kontrol korosi diidentifikasi berdasarkan kondisi
aktual atau desain awal.
2.4. Peralatan kontrol korosi dicatat mengacu kondisi lapangan
atau ketentuan desain.

3.1. Data berbagai fasilitas / peralatan kontrol korosi dikumpulkan


berdasarkan data lapangan.
3.2. Kontrol korosi diverifikasi berdasarkan acuan standar.
3. Menentukan kontrol korosi 3.3. Kontrol korosi dipilih yang sesuai, berdasarkan perhitungan
efisiensi dan efektifitas desain.
3.4. Kontrol korosi yang sesuai ditetapkan berdasarkan hasil
perhitungan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan penelaahan serta menentukan
fasilitas monitoring dan kontrol korosi yang sesuaidengan mengedepankan aspek kebutuhan
terhadap ketahanan korosi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
<< 95 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Standar / code acuan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries – Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.3 Project Standard Specification

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.3. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.4. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 96

2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.004.01 Menentukan Fasilitas Monitoring dan Kontrol Korosi yang Sesuai
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap sifat-sifat material baik sifat mekanik, kimia, dan ketahanan
korosinya
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menginterpretasi international code
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menentukan aktifitas kontrol korosi
5.2 Disiplin dalam melakukan pencatatan data lapangan tentang aktifitas kontrol korosi.
5.3 Pemahaman terhadap metode kontrol korosi

KODE UNIT : M.712037.006.01


JUDUL UNIT : Menentukan Metode Pengendalian Korosi yang Sesuai
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk menentukan metode pengendalian
korosi yang sesuai.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Dokumen pendukung perhitungan desain dikumpulkan


berdasarkan acuan desain atau standar.
1. Melakukan
1.2 Data kondisi media terkorosi dan data kondisi peralatan dihitung
pengumpulan dan
berdasarkan ketentuan standar.
perhitungan data untuk
desain 1.3 Perhitungan komponen pendukung, data kondisi media
terkorosi, dan data kondisi peralatan diverifikasi berdasarkan
acuan standar atau ketentuan desainnya.
1.1 Jenis-jenis inhibitor atau chemical treatment diidentifikasi.

1 Melakukan desain 1.2 Jenis inhibitor anodik, katodik, precipitation, vapour phase
kontrol korosi dengan inhibitor dan biocide dianalisa kesesuaiannya.
modifikasi lingkungan 1.3 Tipe inhibitor ditentukan berdasarkan desain.
(chemical treatment)
1.4 Dosis injeksi chemical / inhibitor dihitung berdasarkan acuan
desain dan standarnya.
<< 97 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2.1 Pemilihan sistim proteksi katodik (sacrificial anode - SACP/


impress current - ICCP) dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
desain.
2 Melakukan desain
2.2 Tipe proteksi korosi (SACP / ICCP) yang terbaik ditentukan
kontrol korosi dengan
berdasarkan acuan standar, ketentuan perusahaan, dan hasil
proteksi katodik
perhitungannya.
2.3 Desain proteksi katodik dihitung berdasarkan data peralatan,
acuan standar dan ketentuan perusahaan.

3.1 Kondisi material dan lingkungan dianalisa berdasarkan acuan


standar dan kondisi lingkungan.
3.2 Jenis material coating ditetapkan kesesuaiannya berdasarkan
hasil perhitungan.
3.3 Jenis material coating ditentukan mengacu desain awalnya.
3 Melakukan pemberian
3.4 Desain ketebalan coating dihitung sesuai kebutuhan mengacu
lapisan pelindung
standarnya
(coating)
3.5 Metode persiapan permukaan ditetapkan berdasarkan standar.
3.6 Teknik aplikasi coating ditetapkan mengacu ketentuan
pemanufaktur.
3.7 Metode pengujian coating ditetapkan berdasarkan acuan
standar.

4.1 Studi pemilihan material dilakukan berdasarkan kondisi operasi,


acuan standar dan desain perusahaan.
4 Melakukan desain
kontrol korosi dengan 4.2 Jenis material yang sesuai dengan desain operasi ditentukan
pemilihan material yang berdasarkan standar material.
sesuai
4.3 Hasil pemilihan material ditetapkan berdasarkan kajian standar
yang diacu.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan pengumpulan data penunjang desain, perhitungan,
pemilihan metoda dan penentuan metoda desain proteksi korosi yang tepat. Berbagai metode
proteksi dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan desain proteksi korosi pada
peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu / software
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 98

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.2.5 Project Standard Specification.
4.3 Standar ASTM
4.4 Standar API

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
<< 99 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2.1 M.712037.005.01 Menentukan Metode Pengendalian Korosi yang Sesuai


3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data
3.1.2 Pengetahuan terhadap kalkulasi desain
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
3.2.2 Terampil membacadata yang dibutuhkan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Pemahaman tentang jenis korosi dan perlindungannya
5.2 Pemahaman material anti korosi
5.3 Pemahaman metode pencegahan korosi berdasarkan standar

KODE UNIT : M.712037.007.01


JUDUL UNIT : Menentukan Kontrol Korosi dengan Metode Kombinasi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan kontrol korosi dengan metode
kombinasi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Kontrol korosi dengan modifikasi lingkungan / perlakukan kimia
(inhibitor) dianalisa.
1.2 Kontrol korosi dengan proteksi katodik / anodik (SACP / ICCP)
1. Menentukan metode dianalisa
kontrol korosi yang
tepat 1.3 Kontrol korosi dengan pemberian lapisan pelindung (coating)
dianalisa.
1.4 Hasil analisa kesesuaian metoda pengontrolan korosi dicatat di
dalam laporan.

2.1 Kesesuaian diantara metoda pengontrolan korosi (modifikasi


2. Menentukan metode lingkungan/ perlakukan kimia, proteksi katodik SACP, proteksi
kontrol korosi secara katodik ICCP dan pemberian coating) dianalisa.
kombinasi 2.2 Metode kombinasi atau gabungan dua atau lebih metode kontrol
korosi ditetapkan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 100

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan penelitian, perhitungan, dan analisa terhadap desain kebutuhan
proteksi korosi. Berbagai metode proteksi dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan
desain proteksi korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat bantu / software
2.2 Perlengkapan
1.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External
Corrosion On Underground Or Submerged Metallic Piping System
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems –Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.3 Project Standard Specification.
4.4 Standar ASTM
4.5 Standar API
<< 101 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.005.01 Menentukan Metode Pengendalian Korosi yang Sesuai
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain
3.1.2 Pengetahuan terhadap perhitungan desain kombinasi
1.1 Keterampilan
1.1.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Kemahiran menggunakan software korosi dan pencegahannya
5.2 Pemahaman terhadap pelaksanaan tahapan-tahapan desain

KODE UNIT : M.712037.008.01


JUDUL UNIT : Merencanakan Aktifitas Monitoring Korosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk merencanakan aktifitas
monitoring korosi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Teori tentang monitoring dan inspeksi korosi diidentifikasi


mengacu desain awal atau standar.
1.2 Jenis probe meliputi (coupon / probe, jenis coupon – strip / flush
1. Menentukan metode / tangga, jenis probe LPR/ER/H2 probe / SRB probe) diidentifikasi
monitoring dan inspeksi mengacu kesesuaian penggunaan.
korosi 1.3 Letak dan orientasi dari peralatan monitoring korosi ditentukan
berdasarkan dokumen desain.
1.4 Jadwal monitoring dan inspeksi korosi ditentukan berdasarkan
perhitungan desainnya.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 102

1.1 Teori tentang metode kontrol korosi (continuous injection,


batching / di antara 2 pig) diidentifikasi berdasarkan parameter
2. Menentukan metode desain, perhitungan dan standarnya.
monitoring korosi yang
1.2 Jadwal kontrol korosi ditentukan berdasarkan hasil perhitungan.
sesuai
1.3 Persyaratan peralatan kontrol (pompa injeksi, volt meter) harus
explosion proof dipenuhi berdasarkan desain dan standarnya.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring korosi. Berbagai
monitoring dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan kegiatan monitoring korosi
pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
<< 103 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On


Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems –Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.2.5 Project Standard Specification.
4.2.6 Standar ASTM
4.2.7 Standar API

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.007.01
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1. Teliti dalam membaca standar
5.2. Pemahaman aktifitas monitoring korosi dan tahapan pencegahan korosi.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 104

KODE UNIT : M.712037.009.01


JUDUL UNIT : Melakukan Aktifitas Kontrol Korosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang digunakan untuk melakukan aktifitas kontrol korosi.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Persyaratan peralatan kontrol korosi dengan modifikasi


lingkungan (chemical treatment) diverifikasi berdasarkan
standar.
1.2 Peralatan pompa injeksi, sprayer pig, diidentifikasi
berdasarkan hasil perhitungan desain.
1.3 Persyaratan ijin kerja setempat dipenuhi berdasarkan
peraturan perusahaan.
1.4 Ketentuan HSE (Health Safety and Environment) dilaksanakan
1. Melakukan aktifitas kontrol berdasarkan peraturan perusahaan.
korosi dengan modifikasi 1.5 SOP yang sesuai disiapkan berdasarkan dokumen desain dan
lingkungan (chemical ketentuan perusahaan.
treatment) 1.6 Tenaga kerja yang kompeten untuk monitoring korosi
ditetapkan berdasarkan standar.
1.7 Lokasi kerja diverifikasi berdasarkan ketentuan desain dan
persyaratan di perusahaan.
1.8 Dosis chemical / inhibitor ditetapkan berdasarkan acuan
perhitungan desain.
1.9 Product Residual Content (PRC) diukur mengacu SOP.
1.10 Hasil aktifitas kontrol korosi dengan modifikasi lingkungan
(chemical treatment) dicatat berdasarkan format standarnya.

2.1 Persyaratan peralatan kontrol korosi dengan pemberian


lapisan pelindung (coating) diverifikasi dan dipenuhi
(compressor, sand pot, hose, paint pot,) berdasarkan desain
dan standarnya.
2.2 Persyaratan material coating dipenuhi (jenis coating, abrasive)
berdasarkan acuan standar dan persyaratan manufaktur.
2.3 Persyaratan ijin kerja setempat dipenuhi berdasarkan
ketentuan perusahaan.
2.4 Persyaratan HSE ilakukan berdasarkan peraturan perusahaan.
2. Melakukan kontrol korosi 2.5 SOP disiapkan berdasarkan kesesuaian dengan obyek dan
dengan pemberian lapisan ketentuan perusahaan.
pelindung (coating) 2.6 Tenaga kerja yang kompeten untuk monitoring korosi
ditetapkan berdasarkan standar dan peraturan perusahaan.
2.7 Lokasi kerja diverifikasi berdasarkan standar dan peraturan
keselamatan kerja.
2.8 Persyaratan persiapan permukaan dipenuhi berdasarkan
standar dan ketentuan pemanufaktur.
2.9 Sistem coating yang diaplikasikan diverifikasi berdasarkan
desain, acuan standar dan persyaratan pemanufaktur.
2.10 Hasil aktifitas kontrol korosi dengan pemberian lapisan
pelindung (coating) diidentifikasi berdasarkan standar.
<< 105 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.1 Persyaratan peralatan kontrol korosi dengan dengan proteksi


katodik diverifikasi berdasarkan standar.
3.2 Persyaratan material proteksi katodik diverifikasi dan
dipenuhi (jenis anoda, kabel, coke breeze) berdasarkan
desain, standar dan persyaratan pemanufakturnya.
3.3 Persyaratan ijin kerja setempat dipenuhi berdasarkan
ketentuan perusahaan.
3.4 Tenaga kerja yang kompeten untuk monitoring korosi
3. Melakukan kontrol korosi ditetapkan berdasarkan acuan desain, standar dan
dengan proteksi katodik persyaratan perusahaan.
3.5 Lokasi kerja diverifikasi berdasarkan peraturan atau standar.
3.6 Persyaratan sambungan listrik (electrical connection) dipenuhi
berdasarkan standar.
3.7 Pengujian awal (commissioning) diverifikasi berdasarkan
acuan desainnya. Dilakukan.
3.8 Hasil aktifitas kontrol korosi dengan proteksi katodik direkam
mengacu format yang disyaratkan dalam desainnya.

BATASAN VARIABEL
1 Konteks variabel. Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring
korosi. Berbagai peralatan dan perlengkapan monitoring dapat digunakan sebagai langkah
untuk menentukan kegiatan monitoring korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak
dan gas bumi.
2 Peralatan
2.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.3 Dokumen kerja
3 Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 106

4. Norma dan standar


4.3 Norma (Tidak ada.)
4.4 Standar
4.4.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.4.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.4.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.4.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.4.5 Project Standard Specification.
4.5 Standar ASTM
4.6 Standar API

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi, simulasi
di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.008.01 Melakukan Aktivitas Kontrol Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / software
4. Sikap kerja yang diperlukan

4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja


4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam penerapan standar, peraturan dan desain proteksi korosi
5.2. Disiplin dalam penerapan pencegahan korosi
5.3. Mematuhi keselamat kerja dalam aplikasi pencegahan korosi.
<< 107 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M.712037.010.01


JUDUL UNIT : Melakukan Evaluasi Hasil Aktifitas Monitoring dan Kontrol Korosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk Evaluasi Aktifitas Monitoring
dan Kontrol Korosi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Persyaratan peralatan monitoring diverifikasi dan dipenuhi


(retriever, service valve, UT tool, sampling tool, volt meter /
multi meter, dll)

1. Melakukan persiapan aktifitas 1.2 Persyaratan ijin kerja setempat dipenuhi berdasarkan
monitoring dan kontrol korosi peraturan perusahaan
1.3 Ketentuan HSE dilakukan berdasarkan peraturan
perusahaan
1.4 SOP yang sesuai disiapkan berdasarkan format desainnya.

2.1 Tenaga kerja yang kompeten untuk monitoring dan kontrol


korosi ditetapkan berdasarkan standar
2.2 Lokasi kerja aktifitas monitoring diverifikasi berdasrkan
2. Melaksanakan pengumpulan ketentuan desainnya
data aktifitas monitoring dan
kontrol korosi 2.3 Lokasi aktifitas kontrol korosi diverifikasi berdasrkan
ketentuan desainnya
2.4 Hasil monitoring dan kontrol korosi dikumpulkan
berdasarkan data aktual dilapangan

3.1 Hasil monitoring dan kontrol korosi diverifikasi berdasarkan


kriteria desain dan standar yang diacu
3. Melakukan evaluasi aktifitas 3.2 Monitoring dan kontrol korosi dievaluasi berdasarkan
monitoring dan kontrol korosi kriteria desain dan efektifitasnya
3.3 Aktifitas monitoring dan kontrol yang sesuai ditetapkan
berdasarkan perhitungan efisiensi dan efektifitasnya

3.1 Program aplikasi inhibitor dikumpulkan mengacu


ketentuan standar dan desainnya.
3.2 Laporan / data / catatan hasil aktifitas kontrol korosi
3. Melakukan evaluasi terhadap
dengan perlakuan kimia / inhibitor dievaluasi dan
aktifitas kontrol korosi
disimpulkan.
dengan modifikasi lingkungan
(perlakuan kimia) 3.3 Efektivitas perlakukan kimia / inhibitor dievaluasi dan
dilakukan penyesuaian (jenis chemical, dosis, jadwal
penggantian, PRC dibagian aktifitas) berdasarkan
standar dan ketentuan desainnya.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 108

3.1 Disain sistim proteksi katodik ditetapkan beradasarkan


standar dan perhitungannya.
3.2 Laporan / data / catatan hasil aktifitas kontrol korosi
dengan proteksi katodik ditentukan mengacu
4. Melakukan evaluasi terhadap
persyaratan desainnya.
proteksi katodik
3.3 Efektivitas sistim proteksi katodik dievaluasi
dan dilakukan penyesuaian (penggantian sistim,
penambahan anoda, penyesuaian arus, penambahan
koneksi).

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk membuat perencanaan terhadap aktivitas monitoring korosi. Berbagai
monitoring dapat digunakan sebagai langkah untuk menentukan kegiatan monitoring korosi
pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
1.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
<< 109 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

4.2.1 NACE
4.2.2 Standar ASTM
4.2.3 Standar API
4.2.4 Standar Norsok

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.009.01 Melakukan Aktivitas Monitoring Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen yang berkaitan dengan data desain dan hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat bantu / sofware
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam menggunakan alat bantu
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam pengumpulan data monitoring aktifitas korosi
5.2. Disiplin dalam mencatat aktifitas korosi
5.3. Pemahaman terhadap pelaksanaan monitoring
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 110

KODE UNIT : M.712037.011.01


JUDUL UNIT : Menerapkan Metode Corrosion Risk Assessment
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang digunakan untuk melakukan evaluasi dengan
menggunakan risk assessment.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Standar ditentukan berdasarkan equipment yang di inspeksi.


1.2 Standar yang diacu diverifikasi berdasarkan kontrak, peraturan
1. Menggunakan standar
perusahaan dan peraturan pemerintah.
tertentu sebagai acuan
1.3 Standar yang ada dipakai sebagai acuan berdasarkan kontrak
dan dokumen desainnya.
3.2 Data mechanical design diverifikasi berdasarkan ketentuan
desainnya, standar acuan atau ketentuan perusahaan.
3.3 Data operasi diverifikasi berdasarkan kondisi aktual.
3.4 Data history peralatan diverifikasi berdasarkan rekaman
2. Menggunakan sumber
pemeliharaan dan catatan maintenance kilang.
data inspeksi sebagai
masukan assessment 3.5 Data P & ID pada proses alir diverifikasi berdasarkan desain
awal dan ketentuan standar.
3.6 Data korosi dan ketebalan material secara periodik diverifikasi
berdasarkan hasil lapangan, perhitungan desain dan ketentuan
standar.
3.1 Metoda risk assessment dianalisa kesesuaiannya (Qualitative /
Quantitative) berdasarkan parameter desain dan standarnya.
3.2 Metoda risk assessment ditentukan (Qualitative / Quantitative)
mengacu ketentuan perusahaan.
3. Menentukan metoda risk 3.3 Parameter consequence of failure, (CoF) dan probability of
assesment failure (PoF) ditentukan berdasarkan standar dan ketentuan
perusahaan.
3.4 Weight Breakdown (WB) consequence of failure, (CoF) dan
probability of failure (PoF) ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan, ketentuan standar dan data-data perusahaan.

3.1 Consequence of failure dihitung berdasarkan standar Risk


Assesment

3. Menghitung nilai 3.2 Probability of failure dihitung mengacu standar Risk Assesment.
consequence of failure, 3.3 Critically ranking dihitung dan prioritisasi dibuat berdasarkan
probability of failure, dan ketentuan standar dan owner requirement.
overall critically ranking
3.4 Strategi pengelolaan korosi (corrosion management) ditentukan
berdasarkan perhitungan, standar, evaluasi asset, kontrak dan
informasi perusahaan.
<< 111 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan pengolahan data dan penginputan data pada alat bantu
software serta melakukan kalkulasi-kalkulasi yang dibutuhkan untuk mendapat nilai akhir
yang berupa tingkat resiko pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE SP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.2.5 Project Standard Specification.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 112

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.010.01 Melakukan Evaluasi Aktivitas Monitoring dan Kontrol Korosi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap perhitungan resiko
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan software korosi dan pencegahnnya
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5 Aspek kritis
5.1 Kecermatan terhadap penerapan prosedur kerja
5.2 Pemahaman terhadap pekerjaan risk assessment

KODE UNIT : M.712037.012.01


JUDUL UNIT : Menyiapkan Resume Aktivitas Pencegahan Korosi
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan untuk membuat standar operasi prosedur pada industri MIGAS.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Data mengenai proteksi korosi disiapkan berdasarkan kondisi aktual
dan dokumen desainnya.
1.2 Format Data disiapkan berdasarkan peryaratan perusahaan.
1.3 Standar yang diacu diidentifikasi berdasarkan ketentuan desainnya
1. Menyiapkan Data 1.4 Peralatan yang diproteksi diidentifikasi berdasarkan desainnya
Aktivitas Kontrol
1.5 Resume dibuat berdasarkan langkah-langkah yang disyaratkan
Korosi.
dalam desainnya
1.6 Format Resume divalidasi dengan aplikasi dilapangan berdasarkan
rekaman sebelumnya.
1.7 Resume mengenai proteksi korosi didokumentasikan sesuai format
perusahaan
<< 113 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2.1 Data-data tentang aktifitas korosi diidentifikasi berdasarkan


dokumen desain dan acuan standarnya.
2.2 Data peralatan yang dikontrol dan dimonitor diidentifikasi
berdasarkan dokumen desain dan kondisi aktual dilapangan
2. Membuat SOP kontrol
2.3 Langkah-langkah SOP monitoring korosi disiapkan berdasarkan
dan monitoring korosi.
acuan desain dan standarnya.
2.4 SOP dibuat berdasarkan format perusahaan.
2.5 SOP monitoring divalidasi berdasarkan standar dan data
sebelumnya.

3.1 Data aktivitas korosi dikumpulkan berdasarkan data rekaman dan


data lapangan
3. Resume aktivitas
3.2 Data Aktivitas diverifikasi berdasarkan perhitungan efektifitas dan
Kontrol korosi
standarnya
ditetapkan
3.3 Aktifitas pencegahan korosi disimpulkan berdasarkan hasil analisa
data lapangan dan acuan standar

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan code dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk membuat proedur
pekerjaan korosi pada peralatan atau kilang perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma (Tidak ada.
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 114

Underground Or Submerged Metallic Piping Systems


4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anode
4.2.5 Project Standard Specification.
4.2.2 Standar ASTM
4.2.3 Standar API
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi, simulasi
di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.011.01 Menerapkan Metode Corrosion Risk Assessment
3. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap korosi dan pencegahannya
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan standar acuan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Pemahaman terhadap dokumen-dokumen prosedur
5.2 Kecermatan terhadap penerapan international code tentang korosi dan pencegahnnya
<< 115 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT ; M.712037.013.01


JUDUL UNIT : Membuat Laporan Akhir
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang dibutuhkan untuk membuat laporan hasil pekerjaan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Data untuk laporan disiapkan berdasarkan kondisi lapangan,


acuan standar dan peraturan perusahaan.
1.2 Format Laporan ditentukan berdasarkan ketentuan perusahaan.
1.3 Latar Belakang dan tujuan melakukan aktifitas korosi ditentukan
1. Merencanakan berdasarkan standar dan ketentuan perusahaan.
Pembuatan Laporan
1.4 Data/dokumen operasi, spesifikasi material, sistim proteksi
korosi, media terkorosi dan sejarah perawatan dikumpulkan
berdasarkan data aktual dilapangan
1.5 Referensi ditentukan berdasarkan dokumen desian dan
standarnya.

1.1 Data/dokumen disain proteksi korosi diverifikasi berdasarkan


standar
2.2 Data hasil monitoring korosi dan data hasil aktifitas proteksi
korosi diolah, dianalisa dan dievaluasi berdasarkan standar
2. Melakukan pengolahan
data aktifitas korosi 2.3 Hasil pengolahan, analisa dan evaluasi data hasil monitoring
korosi dan data hasil aktifitas proteksi korosi diresumekan/
diringkas )
2.4 Hasil pengolahan, analisa dan evaluasi data hasil monitoring
korosi dan data hasil aktifitas proteksi korosi disimpulkan

3.1 Hasil kesimpulan data hasil monitoring korosi dan data hasil
aktifitas proteksi korosi dibuat rekomendasi perbaikan/
3. Memberikan peningkatan kinerja yang dapat diaplikasikan mengacu data
rekomendasi yang lapangan dan standar yang diacu
berbobot
3.2 Rekomendasi perbaikan/ peningkatan kinerja didokumentasikan
dan didistribusikan sesuai ketentuan perusahaan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil kerja,
mendokumentasikan hasil pekerjaan inspeksi, dan membuat laporan akhir yang merupakan
bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan korosi pada peralatan atau kilang perusahaan
Migas.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 116

1.1.1 Alat tulis


1.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
1.2.1 Dokumen prosedur
1.2.2 Dokumen hasil inspeksi
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1979 tentang Pengaturan dan Pengawasan
Keselamatan Kerja Dibidang Pertambangan Migas
3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
3.3 Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, Lembaran Negara 1930. No. 341.
3.4 Peraturan Menteri Pertambangan No. 06.P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
3.5 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumberdaya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 NACE RP-0169 : Standard Recommended Practice : Control Of External Corrosion On
Underground Or Submerged Metallic Piping Systems
4.2.2 BS 7361, Part 1 : Cathodic Protection Code Of Practice For Land And Marine Application.
4.2.3 ISO 15589-2 : Petroleum And Natural Gas Industries –Cathodic Protection Of Pipeline
Transportation Systems – Part 2: Offshore Pipelines.
4.2.4 DNV RP-F-103 : Recommended Practice Cathodic Protection Of Submarine Pipeline
By Galvanic Anodes
4.2.5 Project Standard Specification.

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
<< 117 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

simulasi di workshop / bengkel kerja dan atau di tempat kerja.


2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.0012.01 Menyiapkan resume aktivitas pencegahan koros.
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil inspeksi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil inspeksi
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil inspeksi
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam pengumpulan data untuk membuat laporan
5.2 Pemahaman mengenai format laporan
5.3 Terampil dalam membuat kesimpulan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 118

DRAFT RSKKNI
UJI TEKNIS PADA
UJI TAK RUSAK (UTR)
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIAKATEGORI JASA
PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN
TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA JABATAN UJI TAK RUSAK (UTR)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini jabatan Pengawas Uji Tak Rusak (UTR) di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS)
dituntut untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang UTR di Indonesia.

Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020,
maka perlu dorongan untuk merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk
tujuan tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya, sehingga akan dihasilkan SDM yang handal untuk
mengelola kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi terstandar maka bangsa Indonesia dapat sukses dalam
menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas.

Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonsia
(SKKNI) Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri MIGAS bidang UTR disusun dengan menggunakan
referensi Standar Kompetensi Kerja yang menggunakan Regional of Model Competency Standard
(RMCS) sesuai dengan regulasi yang berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia.
Prosedur pengembangan SKKNI tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012.
<< 119 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan substansi
standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus yang
bekerja pada bidang UTR sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh dari SNI, MOSS,
Standar Internasional dan Workplaces bidang UTR.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

B. Pengertian
1. Uji Tak Rusak:
Penerapan metode tertentu untuk menguji material dan atau komponen dengan tidak
merusak material tersebut dan untuk mendeteksi, mengukur, menginterpretasi, dan
mengevaluasi cacat di dalamnya
2. Metode UTR:
Aplikasi Uji Tak Rusak dengan jenis pengujian tertentu, seperti Uji Ultrasonik
3. Teknik UTR:
Cara spesifik dalam menerapkan metode UTR
4. Prosedur UTR:
Penjelasan tertulis tentang parameter penting, tindakan pencegahan yang harus
diterapkan pada UTR sesuai dengan standar, code, dan atau spesifikasi tertentu

C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :

1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan


a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 120

b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi


2. Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha/industri
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan
kulifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.

D. Komite Standar Kompetensi

1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan UTR Sektor
Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor : 774.K/10/DJM.T/2015 tanggal 16
Oktober 2015, selaku Pengarah KomiteRancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Uji Tak
Rusak, Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Susunan keanggotaan Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI) sebagai berikut :

NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM


1 Direktur Jenderal Ditjen MIGAS Pengarah
Direktur Teknik dan Lingkun-
2 Ditjen MIGAS Ketua
gan MIGAS
Kepala Subdirektorat Standard-
3 Ditjen MIGAS Wakil Ketua
isasi
Kepala Seksi Penyiapan dan
4 Ditjen MIGAS Anggota
Penerapan Standar Hilir MIGAS
5 Budiantono Ditjen MIGAS Anggota

6 Kusnandar Ditjen MIGAS Anggota

7 I.G. Suarnaya Sidemen Ditjen MIGAS Anggota

8 Ahmat Wahyu Wardono Ditjen MIGAS Anggota


<< 121 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

NO NAMA INSTANSI JABATAN DALAM TIM


9 Heri Nursito Ditjen MIGAS Anggota

10 Muhidin Ditjen MIGAS Anggota

11 Mirza Mahendra Ditjen MIGAS Anggota

12 Antoni Irianto Ditjen MIGAS Anggota

13 Muhammad Dulpi Ditjen MIGAS Anggota

14 Andri Surya Ditjen MIGAS Anggota

15 Ridho Pradana Ditjen MIGAS Anggota

16 Muchtar Azis Kemenaker Anggota

17 Aris Hermanto Kemenaker Anggota

18 Darmawansyah Kemenaker Anggota

19 Kamaluddin Hasyim Guspen MIGAS Anggota

20 Surono BNSP Anggota

21 Muhammad Najib BNSP Anggota

22 Syafril Anam Pusdiklat MIGAS Anggota

23 Ali Supriyadi Pusdiklat MIGAS Anggota

24 M. Yudi Masduki S Akademisi Anggota

25 Chrisnanto Pertamina Pengolahan Anggota

26 Krisna Rubowo APMI Anggota

27 Budi Prakosa APMI Anggota

28 Soelasno Lasmono APPI Anggota

29 Amran Anwar PT. Pertamina EP Cepu Anggota

30 Rudianto APITINDO Anggota

31 Muryono Hadi PT. ELNUSA Anggota

32 Ibadurrahman PT. ELNUSA Anggota

Tabel 1. Susunan Keanggotaan Komite RSSKNI


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 122

2. Tim Perumus SKKNI


Susunan Tim Perumus dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015 selaku Ketua Komite
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi
Bidang UTR.

NO TIM PERUMUS DRAFT RSKKNI MIGAS INSTANSI/PERUSAHAAN

1 Agus Wardjito BNSP

2 Muhammad A. Hasib                           LSP Migas

3 Marji Widada                           PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

4 Soni Kusumah                    PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

5 Bayu Rahardaya                     APITINDO/PT Sucoffindo (Persero)  

6 M. Yudi Masduky S Universitas Indonesia

7 Kusmaryanto Dewanto Vico Indonesia

8 Rahman Vico Indonesia

9 Bonnie E Fajrie PT Shahib Sejati

Tabel 2. Tim Perumus RSSKNI


3. Tim Verifikasi SKKNI
Susunan Tim verifikasi dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan Lingkungan
Minyak dan Gas Bumi Nomor: 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015, selaku Ketua
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaSektor Industri Minyak dan Gas
Bumi Bidang UTR.

NO Tim Verifikasi Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan

1 Sulteng Bunga Ditjen Migas

2 Sujarna Pelana PT Radiant Utama Interinsco Tbk

3 Kristiono PT. Marindotek

Tabel 3. Tim Verifikasi SKKNI


<< 123 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA


NASIONAL INDONESIA
A. Pemetaan Kompetensi

FUNGSI
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI DASAR
UTAMA
Menerapkan peraturan dan
perundangan keselamatan,
Melakukan
kesehatan kerja dan lindungan
Persiapan Uji
lingkungan di tempat kerja
Tak Rusak
Melaksanakan persiapan UTR
Melaksanakan Uji Melakukan set up alat UTR
Tak Rusak Melaksanakan instruksi kerja UTR
Menentukan Melakukan kalibrasi alat
Melaksanakan
keberterimaan Melaksanakan UTR ditempat kerja
Metoda Uji Tak
material atau Memilih teknik UTR
Rusak
peralatan Membuat instruksi kerja sesuai
menggunakan Uji Tak spesifikasi dan prosedur
Rusak Melakukan verifikasi pelaksanaan
UTR
Melakukan Mengevaluasi Menginterpretasi hasil UTR
supervisi dan hasil Mengklasifikasi hasil uji sesuai
bimbingan pelaksanaan acceptance criteria
pekerjaa UTR UTR Membuat laporan akhir hasil uji
Mengembangkan Prosedur Uji Tak
Rusak

Tabel 4. Pemetaan Kompetensi

C. Daftar Unit Kompetensi


NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi
Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kese-
1. M.7120311.001.01
hatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2. M.7120311.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR

3. M.7120311.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR

4. M.7120311.004.01 Melaksanakan Instruksi Kerja UTR


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 124

NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi

5. M.7120311.005.01 Melakukan Kalibrasi Alat

6. M.7120311.006.01 Melaksanakan UTR Ditempat Kerja

7. M.7120311.007.01 Memilih Teknik UTR

8. M.7120311.008.01 Membuat Instruksi Kerja Sesuai Spesifikasi dan Prosedur

9. M.7120311.09.01 Melakukan Verifikasi Pelaksanaan UTR

10. M.7120311.010.01 Menginterpretasi Hasil UTR

11. M.7120311.011.01 Mengklasifikasi Hasil Uji sesuai Acceptance Criteria

12. M.7120311.012.01 Membuat Laporan Akhir Hasil Uji

13. M.7120311.013.01 Mengembangkan Prosedur UTR

Tabel 5. Daftar Unit Kompetensi

D. Unit - Unit Kompetensi


KODE UNIT : M.7120311.001.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menerapkan peraturan dan
perundangan K3 di tempat kerja pada industriMIGAS.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Peraturan K3 yang berlaku diindustri Migas
1. Mengidentifikasi peraturan K3 diidentifikasi.
yang berlaku pada industri Migas 1.2 Peraturan perundangan K3 yang berlaku diindustri
Migas ditentukan.
2.1 Persyaratan tempat kerja sesuai dengan peraturan K3
2. Menerapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada industri migas diterapkan.
peraturan K3 yang berlaku pada
industri migas 2.2 Hak dan kewajiban pekerja sesuai dengan peraturan
K3 yang berlaku pada industri migas diterapkan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku, mempelajari SOP yang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkan SOP yang berlaku di tempat kerja.
<< 125 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2. Peralatan dan perlengkapan


2.1 Peralatan
1.1.1 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 APD (alat pelindung diri)
2.2.2 Peraturan-peraturan K3
2.2.3 Buku petunjuk / lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
3.2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 SOP keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilanyang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan di darat dan lepas pantai
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja lepas pantai
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 126

4. Sikap kerja yang diperlukan


4.1 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.2 Disiplin menerapkanprosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.3 Disiplin dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.4 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mengidentifikasi peraturan K3 yang berlaku diindustri Migas.
5.2 Ketepatan dalam menerapkan persyaratan K3 di tempat kerja sesuai peraturan yang
berlaku.

KODE UNIT : M.7120311.002.01


JUDUL UNIT : Melaksanakan Persiapan Uji Tak Rusak (UTR)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerjayang digunakan untuk Melaksanakan persiapanUTR.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1 Tahapan persiapan benda uji dijelaskan.


1. Menyiapkan benda uji 1.2 Spesifikasi benda uji di identifikasi.
1.3 Area pemeriksaandipersiapkan sesuai prosedur.

1.1 Peralatan diidentifikasi sesuai prosedur.


2. Menyiapkan Peralatan sesuai
1.2 Dokumen peralatan disiapkan sesuai prosedur.
prosedur
1.3 Alat dan kelengkapan dipastikan berfungsi.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel

1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pemeriksaan, pada kegiatan UTRoperasi minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat UTR
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
<< 127 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination
4.2.3 ASTM E 543
4.2.4 EN 1330
4.2.5 ASNT

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengetahuan terhadap langkah-langkah kerja
2.2 Keterampilam
2.2.1 Memahami standar yang digunakan
3. Sikap kerja yang diperlukan
3.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 128

KODE UNIT : M. 7120311.003.01


JUDUL UNIT : Melakukan Set-up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk melakukan set-up alat UTR

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Kelengkapan peralatan UTR diperiksa sesuai dengan
1. Memverifikasi peralatan manual.
UTR yang digunakan 1.2 Kondisi dan peralatan UTR diperiksa sesuai dengan
manual.

2. Merangkai bagian-bagian 2.1 Rangkaian peralatan UTR yang telah terpasang


peralatan UTR yang digu- diperiksa sesuai denganmanual.
nakan 2.2 Peralatan UTR dirangkai sesuai dengan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengetahui, menelusuri, dan melakukan set up alat yang berkaitan
dengan UTR pada industriMIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
1.1 Peralatan
1.1.1 Alat UTR
1.2 Perlengkapan
1.2.1 Lembar perintah kerja

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.3 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT Personnel
4.4 ASME V Nondestructive Examination
<< 129 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.002.01 Melakukan Verifikasi Dokumen Basic Design
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
1.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen alat / material
3.2 Keterampilan
1.2.1 Terampil melakukan set up alat uji
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen – dokumen desain atau perencanaan
UTR
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam merangkai peralatan UTR

KODE UNIT : M. 7120311.004.01


JUDUL UNIT : Melaksanakan Instruksi Kerja Uji Tak Rusak (UTR)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan instruksi kerja UTR yang
digunakan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Menyiapkan benda uji 1.1 Spesifikasi benda uji diidentifikasi.

1.2 Lokasi UTR dipersiapkan sesuai prosedur.


2. Menyiapkan Peralatan 2.1 Dokumen peralatan disiapkan sesuai alat yang digunakan.
sesuai metoda
2.2 Alat UTR diverifikasi sesuai prosedur.

2.3 Uji fungsi alat UTR dilakukan.


jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 130

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pekerjaan UTRyang digunakan sesuai dengan dokumen
terkait. Serta melakukan pengujian secara sistimatis yang digunakan pada alat UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Peralatan UTR
2.2 Perlengkapan
2.2.1 APD
2.2.1 Dokumeninstruksi kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.003.01 Melakukan set-up alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
<< 131 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen desain dan sertifikat material
3.1.2 Pengetahuan teknik pemeriksaan dengan UTR (uji tak rusak).
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil membaca dokumen
3.2.2 Terampil membaca hasil visual dan hasil UTR
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen dan material pada UTR
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam uji fungsi alat UTR

KODE UNIT : M. 7120311.005.01


JUDUL UNIT : Melakukan Kalibrasi dan Verifikasi Alat
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kalibrasi alat.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan alat bantu 1.1 Metode kalibrasi ditetapkan sesuai dengan manu-
kalibrasi alalat.
1.2 Alat bantu kalibrasi, bahan consumable disiapkan ses-
uai denganprosedur.

2. Merangkai bagian-bagian 2.1 Peralatan dan kelengkapan UTR dirangkai.


peralatan UTR yang digu-
2.2 Rangkaian peralatan UTR yang telah terpasang diperik-
nakan
sa sesuai dengan manualalat.
3. Melakukan kalibrasi dan 3.1 Kalibrasi dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
verifikasiperalatan UTR
3.2 Hasilkalibrasididokumentasikan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 132

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melaksanakan kalibrasi alat UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Peralatan UTR
1.1.2 Alat pembanding untuk kalibrasi (blok)
2.2 Perlengkapan
1.2.1 APD
1.2.2 Dokumen UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas BumiNomor 84/K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan peralatan UTR
<< 133 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil membaca hasilUTR
3.2.3 Terampil mendokumentasikan hasil UTR
4. Sikap kerja yang diperlukan

4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam melaksanakan kalibrasi sesuai dengan prosedur

KODE UNIT : M. 7120311.006.01


JUDUL UNIT : Melaksanakan Uji Tak Rusak (UTR)di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan UTRdi tempat kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menentukan area 1.1 Dokumen kerja disiapkan sesuai dengan instruksi kerja.
pemeriksaan UTR
1.2 Area pemeriksaandisiapkan sesuai dengan dokumen kerja.

2. Melaksanakan 2.1 UTR di lokasi kerja dilaksanakan sesuai dengan instruksi kerja.
UTR
2.2 Hasil UTR direkam sesuai dengan prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi, menelusuri, dan melakukan pemeriksaan uji tak
rusak di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 PeralatanUTR
2.2 Perlengkapan
2.1.2 APD
2.1.3 Dokumen UTR
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 134

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.2 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2.2 M.7120311.004.01 Melaksanakan Verifikasi Material
2.3 M.7120311.005.01 Melaksanakan Verifikasi Hasil Pengelasan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil memilih standar yang sesuai
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Mematuhi peraturan yang berlaku
4.4 Memiliki integritas
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam melaksanakan UTR di lokasi kerja sesuai dengan instruksi kerja
<< 135 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.007.01


JUDUL UNIT : Memilih Teknik Uji Tak Rusak (UTR)pada Metode Uji yang Digunakan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk Memilih teknik UTR untuk metode uji
yang digunakan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

Mengidentifikasi jenis 1.1 Material uji diidentifikasi.


1.
material uji
1.2 Batasan batasan teknik UTR
diidentifikasi.
Mengidentifikasi Teknik
2. 1.1 Teknik UTR dipilih sesuai dengan SOP.
Teknik UTR
2.2 Teknik UTR digunakan sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk memilih teknik uji tak rusak yang pada metode uji yang digunakan.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Peralatan UTR
1.1.2 Kamera
2.2 Perlengkapan
1.2.1 APD
1.2.2 Dokumen UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 136

4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120311.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
2.2 M.7120311.003.01 Melakukan Set-up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.7120311.004.01 Melaksanakan Verifikasi Material
2.4 M.7120311.005.01 Melaksanakan Verifikasi Hasil Pengelasan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan teknik dan peralatanUTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil memeriksa secara visual
3.2.2 Terampil memilih standar yang sesuai
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.3 Mematuhi peraturan yang berlaku
4.4 Memiliki integritas
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam pemilihan teknik UTR sesuai dengan SOP
<< 137 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.008.01


JUDUL UNIT : Membuat Intruksi Kerja Sesuai Spesifikasi dan Prosedur
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk Membuat Intruksi Kerja sesuai dengan
spesifikasi dan prosedur.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Mententukan metode 1.1 Metode dan teknik UTRdianalisa.


dan teknik UTR yang
akan dipakai 1.2 Metode dan teknik UTR ditentukan sesuai kebutuhan.

2. 2.1 Batasan batasan metode UTR ditentukan sesuai dengan


Menyusun format prosedur.
Instruksi Kerja 2.2 Instruksi Kerja disusun sesuaimetode dan parameter yang
dipilih.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 138

4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)


4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian

1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melakukan Verifikasi Dokumen Basic Design
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set-up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menentukan batasan batasan metode UTR
<< 139 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.009.01


JUDUL UNIT : Melakukan Verifikasi Pelaksanaan Uji Tak Rusak
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk Melakukan review pelaksanaan uji tak
rusak.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Memverifikasi alat 1.1 Kesesuaian alat UTR yang digunakan diverifikasi sesuai prosedur.
UTR
1.2 Fungsi kerja alat UTR diverifikasi sesuai prosedur.

2. Memverifikasi pelak- 2.1 Pemasangan alat UTR diverifikasi sesuai prosedur.


sanaan UTR
2.2Kesesuaian hasil UTR diverifikasi sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
1.1.1 Alat tulis
1.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 140

4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)


4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN

1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set- up Alat Uji Tak Rusak (UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.2 Pengetahuan terhadap alatUTR
Keterampilan
4. Sikap kerja yang diperlukan

4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR


4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam meverifikasi fungsi kerja alat UTR sesuai prosedur
<< 141 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.010.01


JUDUL UNIT : Menginterpretasi Hasil Uji Tak Rusak
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk menginterpretasi hasil UTR.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. 1.1 Indikasi diidentifikasi.


Mengidentifikasi hasil indikasi UTR 1.2 Jenis jenis indikasi ditentukan sesuai dengan
standar.

2. Menetapkan indikasi hasil UTR 2.1 Klasifikasi indikasi dilaksanakan sesuai


prosedur.
2.2 Klasifikasi indikasi ditetapkan sesuai accep-
tance criteria.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan menginterpretasikan, hasil kerjaUTR pada industri
migas.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 142

4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)


4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan Uji Tak Rusak (UTR)
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set- up Alat Uji Tak Rusak(UTR)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mengklasifikasi indikasi.
<< 143 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.011.01


JUDUL UNIT : Mengklasifikasi Hasil Uji Sesuai Acceptance Criteria
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk Mengklasifikasi hasil ujisesuai
Accetence Criteria.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menetapkan acceptance criteria 1.1 Acceptance criteriadiidentifikasi.


1.2 Acceptance criteria sesuai prosedur ditetapkan.

2. Membuat justifikasi hasil UTR 2.1 Hasil uji ditelaah dan diklasifikasi.
2.2 Hasil uji ditetapkan sesuai standar.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil kerja,
mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang merupakan
bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR pada UTR MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 144

4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
1.1 Keterampilan
1.1.1 Terampil mengolah data hasil UTR
1.1.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menetapkan hasil uji sesuai standar.
<< 145 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.012.01


JUDUL UNIT : Membuat Laporan Akhir Hasil Uji
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk membuat laporan akhir hasil uji.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Merangkum rekaman 1.1 Semua rekaman pelaksanaan UTR dikumpulkan sesuai


hasil UTR prosedur.
1.2 Rekaman pelaksanaan UTR didokumentasikan sesuai
prosedur.
2. Membuat laporan hasil 2.1 Laporan hasil uji divalidasi.
uji
2.2 Laporan akhir dibuat sesuai prosedur.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengumpulan data, penelusuran dokumen hasil
kerja, mendokumentasikan hasil pekerjaan UTR, dan membuat laporan akhir yang
merupakan bentuk dokumentasi dari hasil seluruh pekerjaan UTR.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 146

4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.2 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.3 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam mevalidasi laporan hasil uji.
5.2 Ketelitian dalam membuat laporan akhir sesuai prosedur.
<< 147 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M. 7120311.013.01


JUDUL UNIT : Mengembangkan Prosedur Uji Tak Rusak (UTR)
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk mengembangkan prosedur uji tak
rusak

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1.1Prosedur UTR yang akan disusun dipilih.


1 Menyusun prosedur UTR
1.2Prosedur UTR disusun sesuai standar.

2.1 Prosedur UTR yang akan direview dipilih.

2. Mereview prosedur UTR 2.2Prosedur UTR direview sesuai standar.

2.3Prosedur UTR yang telah direview didokumentasikan.

3.1Prosedur UTR yang akan setujui dipilih.


3. Menyetujui prosedur UTR
3.3Prosedur UTR yang telah disetujui didokumentasikan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
Unit ini berhubungan dengan kegiatan pengembangan Prosedur pekerjaan UTR pada industri
MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 komputer
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen prosedur
2.2.2 Dokumen hasil UTR
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 21.K/38/DJM/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatacara Pemeriksaan Teknis atas Industri yang Dipergunakan
dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 148

4. Norma dan standar


4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standard Operating Procedure (SOP)
4.2.2 ISO 9712:2012 Non Destructive Testing Qualification and Certification of NDT
Personnel
4.2.3 ASME V Nondestructive Examination

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.712037.001.01 Menerapkan Peraturan dan Perundangan Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lindungan Lingkungan di Tempat Kerja
2.1 M.712037.002.01 Melaksanakan Persiapan UTR
2.2 M.712037.003.01 Melakukan Set Up Alat UTR
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap penyusunan dan format laporan
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen standar / code dan prosedur kerja
3.1.3 Pengetahuan terhadap dokumen hasil UTR
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil mengolah data hasil UTR
3.2.2 Kemampuan membuat laporan akhir sesuai dengan format yang ditentukan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Integritas dalam membuat laporan berdasarkan data hasil UTR
4.2 Ketelitian dalam membuat dan menyusun laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menyusun prosedur UTR sesuai standar
5.2 Ketelitian dalam mereview prosedur UTR sesuai standar
<< 149 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

DRAFT RSKKNI
Analisis dan Uji Teknis
Pada Jabatan Inspektur
Instalasi
PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI JASA
PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK JASA ARSITEKTUR DAN
TEKNIK SIPIL, ANALISIS DAN UJI TEKNIS PADA JABATANINSPEKTUR INSTALASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini jabatan inspeksi teknik di sektor industri minyak dan gas bumi (MIGAS) dituntut
untuk memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Kompetensi kerja personil ini merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh
pemegang jabatan tenaga teknik khusus sektor industri MIGAS, sub sektor industri MIGAS antara
lain untuk bidang Inspektur Instalasi di Indonesia.
Disamping hal tersebut di atas dan karena potensi pertambangan MIGAS masih merupakan
faktor dominan dalam strategi pembangunan bangsa dan negara Indonesia terutama dalam
menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas tingkat AFTA, AEC 2015, dan WTO 2020, maka
perlu mendorong dan merealisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten. Untuk tujuan
tersebut harus dipersiapkan dan dirancang secara sistematis antara lain dalam hal sistem diklat
dan perangkat-perangkat pendukungnya.
Dengan demikian akan dihasilkan SDM yang handal untuk mengelola kekayaan Sumber
Daya Alam (SDA) secara profesional. Melalui penyiapan SDM yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi terstandar maka bangsa Indonesia akan survive dalam menghadapi era kompetisi
dan perdagangan bebas.
Mengingat kebutuhan yang mendesak, maka SKKNI Sektor Industri MIGAS Sub Sektor Industri
MIGAS. Bidang Inspektur Instalasidisusun dengan menggunakan referensi Standar Kompetensi
Kerja yang menggunakan Regional of Model Competency Standard (RMCS) sesuai dengan regulasi
yang berlaku pada sistem standar kompetensi nasional Indonesia. Prosedur pengembangan
SKKNI tersebut mengacu kepada Permenakertrans Nomor 5 Tahun 2012.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 150

Perumusan SKKNI ini disusun dengan melibatkan stakeholder yang berkaitan dengan
substansi standar dan dilaksanakan oleh Panitia Perumusan SKKNI untuk Tenaga Teknik Khusus
yang bekerja pada bidang Inspektur Instalasi sub sektor industri MIGAS. Sumber data diperoleh
dari SNI, MOSS, Standar Internasional dan Workplaces bidang Inspektur Instalasi.
Standar ini dirumuskan dengan menggunakan acuan :
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pesiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

B. Pengertian
1. SKPI (Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi) adalah ijin operasi atau penggunaan
Instalasi setelah Direktur Jenderalmelakukan pemeriksaan keselamatan kerja dan telah
mendapat persetujuan. Sertifikat kelayakan ini berlaku selama 5 tahun

2. Jenis-jenis instalasi terbagi menjadi 3 yaitu Instalasi pemurnian dan pengolahan; dan
Instalasi penimbunan dan pemasaran

3. Pemeriksaan keselamatan kerja instalasi meliputi penilaian perencanaan dengan


melaksanakan penelaahan terhadap data seluruh peralatan yang berpotensi bahaya
dan dapat mengganggu jalannya operasi suatu instalasi, melakukan pemeriksaan
fisik peralatan-peralatan tersebut, memeriksa kelengkapan mutu peralatan teknik
keselamatan kerja dan lindungan lingkungan, pemeriksaan instalasi untuk memastikan
sesuai tidaknya intalasi dengan perencanaan, spesifikasi, prosedur pembuatan dan
pemasangan, memeriksa kelengkapan sertifikat kelayakan penggunaan peralatan,
sertifikat kelayakan konstruksi, akte ijin serta ijin penggunaan dari instansi teknis terkait
serta pemeriksaan precommissioning, commissioning dan pengujian.

4. Khusus Instalasi pemboran wajib dilakukan pemeriksaan berkala sesuai dengan


Pedoman Pelaksanaan Pemboran Darat dan Lepas Pantai yang Aman di Indonesia (KK01-
DJM).

C. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga/institusi yang berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing :
<< 151 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan


a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi
2. Untuk dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia
usaha/industri
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan
kualifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi.

D. Komite Standar Kompetensi


1. Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Pada Kegiatan Instalasi
Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dibentuk berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor : 774.K/10/DJM.T/2015
tanggal 16 Oktober 2015, selaku Pengarah KomiteRancangan Standar Kompetensi Kerja
Nasional Inspektur Instalasi, Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi.
Susunan keanggotaan Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(RSKKNI) sebagai berikut :

Jabatan
No Nama Instansi
Dalam Tim
1 Direktur Jenderal Ditjen MIGAS Pengarah
Direktur Teknik dan Lingkun-
2 Ditjen MIGAS Ketua
gan MIGAS
Kepala Subdirektorat Stan-
3 Ditjen MIGAS Wakil Ketua
dardisasi
Kepala Seksi Penyiapan dan
4 Penerapan Standar Hilir Ditjen MIGAS Anggota
MIGAS
5 Budiantono Ditjen MIGAS Anggota
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 152

Jabatan
No Nama Instansi
Dalam Tim
6 Kusnandar Ditjen MIGAS Anggota
7 I.G. Suarnaya Sidemen Ditjen MIGAS Anggota
8 Ahmat Wahyu Wardono Ditjen MIGAS Anggota
9 Heri Nursito Ditjen MIGAS Anggota
10 Muhidin Ditjen MIGAS Anggota
11 Mirza Mahendra Ditjen MIGAS Anggota
12 Antoni Irianto Ditjen MIGAS Anggota
13 Muhammad Dulpi Ditjen MIGAS Anggota
14 Andri Surya Ditjen MIGAS Anggota
15 Ridho Pradana Ditjen MIGAS Anggota
16 Muchtar Azis Kemenaker Anggota
17 Aris Hermanto Kemenaker Anggota
18 Darmawansyah Kemenaker Anggota
19 Kamaluddin Hasyim Guspen MIGAS Anggota
20 Surono BNSP Anggota
21 Muhammad Najib BNSP Anggota
22 Syafril Anam Pusdiklat MIGAS Anggota
23 Ali Supriyadi Pusdiklat MIGAS Anggota
24 M. Yudi Masduki S Akademisi Anggota
25 Chrisnanto Pertamina Pengolahan Anggota
26 Krisna Rubowo APMI Anggota
27 Budi Prakosa APMI Anggota
28 Soelasno Lasmono APPI Anggota
29 Amran Anwar PT. Pertamina EP Cepu Anggota
30 Rudianto APITINDO Anggota
31 Muryono Hadi PT. ELNUSA Anggota
32 Ibadurrahman PT. ELNUSA Anggota
Tabel 1. Susunan Keanggotaan Komite RSSKNI
<< 153 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

2. Tim Perumus SKKNI


Susunan Tim Perumus dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan
Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015
selaku Ketua Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Industri Minyak dan Gas Bumi Bidang Inspektur Instalasi.

NO Tim Perumus Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan

1 M. Yudi MasdukyS Universitas Indonesia

2 Rahman Vico Indonesia

3 M.Feriswanto PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

4 Syambas H.R. PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

5 Dwi Aji Djoko Ariono PT Trihasco Utama

6 Djamaluddin LSP MIGAS

7 Cahyo PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

8 Alim Sa’adi PT BKI (Persero)

9 Romi Kristian Vico Indonesia

10 Bayu Rahardaya PT Sucofindo/APITINDO

11 R. Dodi Haryadi PT Pertamina Hulu Energi WMO

12 R Nurjaman B Pertamina EP Cepu

13 Agus Wardjito R BNSP

Tabel 2. Tim Perumus SSKNI

3. Tim Verifikasi SKKNI


Susunan Tim verifikasi dibentuk berdasarkan surat keputusan Direktur Teknik dan
Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Nomor 14.SK/10.12/DMT/2015 tanggal 16 Oktober 2015
, selaku Ketua Komite Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaSektor
Industri Minyak dan Gas Bumi Bidang Inspektur Instalasi.

NO Tim Verifikasi Draft RSKKNI MIGAS Instansi/Perusahaan


1 Erwan Subagio Ditjen MIGAS

2 Muhammad A Hasib LSP MIGAS

3 Wahyu Haryadi LSP MIGAS


Tabel 3. Tim Verifikasi SKKNI
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 154

BAB II STANDAR KOMPETENSI KERJA


NASIONAL INDONESIA

A. Pemetaan Kompetensi
TUJUAN UTAMA FUNGSI KUNCI FUNGSI UTAMA/DASAR
Menerapkan peraturan keselamatan,
Melakukan persiapan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan
pekerjaan inspeksi Menelaah perencanaan pemeriksaan teknis
instalasi
Menelaah datadan dokumen
perencanaanberdasarkanperaturan
perundangan, spesifikasi dan standar yang
berlaku.
Memeriksa kelengkapan mutu peralatan,
Menyatakan kelayakan teknik keselamatan kerja, dan lindungan
instalasi berdasarkan lingkungan
peraturan, spesifikasi Melakukan inspeksi atas Memeriksa kelengkapan sertifikat kelayakan
dan standar yang fasilitas instalasi dan ijin penggunaan peralatan
berlaku.
Melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk kerja
teknis pada pre-commisioning, commisioning,
testing, dan start-up untuk instalasi baru
Melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk
kerja teknis pada instalasi terpasang yang
diperbaiki, dimodifikasi, alterasi atau diganti.
Melaksanakan evaluasi
pekerjaan inspeksi atas Membuat laporan akhir hasil pemeriksaan
instalasi pabrik
Tabel 4. Pemetaan Kompetensi
<< 155 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

B. Daftar Unit Kompetensi


NO Kode Unit Judul Unit Kompetensi
Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
1. M.7120312.001.01
Lindungan Lingkungan
2. M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
Menelaah Datadan Dokumen PerencanaanberdasarkanPera-
3. M.7120312.003.01
turan Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
Memeriksa Kelengkapan Mutu Peralatan, Teknik Keselamatan
4. M.7120312.004.01
Kerja, dan Lindungan Lingkungan
Memeriksa Kelengkapan Sertifikat Kelayakan dan Ijin Peng-
5. M.7120312.005.01
gunaan Peralatan
Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis pada
6. M.7120312.006.01 Pre-commisioning, Commisioning, Testing, dan Start-up untuk
Instalasi Baru
Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis pada
7. M.7120312.007.01 Instalasi Terpasang yang Diperbaiki, Dimodifikasi, Alterasi
atau Diganti

8. M.7120312.008.01 Membuat Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan

C. Unit-Unit Kompetensi
KODE UNIT : M.7120312.001.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Peraturan Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindungan
Lingkungan di Tempat Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menerapkan peraturan dan
perundangan K3 di tempat kerja pada industriMIGAS.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1. Mengidentifikasi peraturan K3 1.1 Peraturan K3 yang berlaku di industri MIGAS diidenti-
yang berlaku pada industri MI- fikasi.
GAS
1.1 Peraturan K3 yang berlaku di industri MIGAS ditentu-
kan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 156

2. Menerapkan ketentuan-keten- 2.1 Persyaratan tempat kerja sesuai dengan peraturan K3


tuan peraturan K3 yang berlaku yang berlaku pada industri MIGAS diterapkan.
pada industri MIGAS
2.2 SOP yang berlaku ditempat kerja diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2.3 Job Safety Analysis (JSA) yang sesuai dengan tempat
kerja disusun sesuai dengan kondisi pekerjaan.
2.4 JSA yang sesuai dengan tempat kerja diterapkan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk mempelajari peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan, serta menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan yang berlaku,mempelajari SOPyang
berlaku ditempat kerja, serta menerapkanSOPyang berlaku di tempat kerja.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 APD (Alat Pelindung Diri)
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Peraturan-peraturan K3
2.2.2 Buku petunjuk/lembar kerja K3
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Mijn Politie Reglement 1930
3.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
33 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Prosedur keselamatan kerja perusahaan
4.2.2 Standar K3 perusahaan

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
<< 157 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilanyang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Peraturan dan perundangan K3
3.1.2 Kebijakan K3 perusahaan
3.1.3 Bahaya-bahaya di tempat kerja
3.1.4 Tata cara penyusunan JSA dan lembar izin kerja
3.2 Keterampilan
3.2.1 Menggunakan APD
3.2.2 Menggunakan safety kit untuk tempat kerja
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan
4.2 Disiplin menerapkanprosedur pelaksanaan keselamatan kerja
4.3 Disiplindalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.4 Disiplin menaati JSA
5. Aspek kritis
5.1 Cermat dalam mengikuti prosedur keselamatan kerja yang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
5.2 Penelaahan prosedur yang berlaku ditempat kerja.
5.3 Pemahaman terhadap proses kerja inspeksi.

KODE UNIT : M.7120312.002.01


JUDUL UNIT : Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi.
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerjayang digunakan untuk membuat perencanaan pemeriksaan
teknis instalasi.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Melakukan perencanaan pemer- 1.1. Rencana teknis pemeriksaan disiapkan.


iksaan instalasi 1.2. Data teknis instalasi dikumpulkan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 158

2.1. Perencanaan pemeriksaan Instalasi di identifikasi.


2.2. Perencanaan pemeriksaan Instalasi di periksa ses-
2. Mengajukan persetujuan
uai rencana pemeriksaan teknis.
perencanaan pemeriksaan
instalasi 2.3. Perencanaan pemeriksaan Instalasi dijelaskan
sesuai rencana pemeriksaan teknisuntuk dapat
disetujui.

3.1. Dokumen-dokumen perencanan yang telah


disetujui didokumentasikan.
3. Mendokumentasikan
3.2. Dokumen-dokumen perencanan yang telah disetu-
perencanaan yang disetujui
jui didistribusikan.
3.3. Perencanaan pemeriksaan dilaksanakan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan identifikasi, melakukan penelusuran, melakukan
pengumpulan data dan dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan
pekerjaan Inspektur Instalasi pada peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan
gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 ATK
2.1.2 Laptop/Komputer
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.1.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
<< 159 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Datapekerjaan dan pembagian kerja
3.1.2 Penguasaan standar yang digunakan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Melakukan komunikasi kepada pihak-pihak terkait
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan perencanaan pemeriksaan yang sesuai dengan prosedur
5. Aspek kritis
4.1 Penyiapan rencana teknis pemeriksaan
4.2 Cermat dalam membuat perencanaan pemeriksaan instalasi
4.3 Pendokumentasian dokumen-dokumen perencanan yang telah disetujui

KODE UNIT : M.7120312.003.01


JUDUL UNIT : Menelaah Data-data, Dokumen Perencanaan berdasarkan Code/
Standar yang Digunakan dan Peraturan Perundangan yang Berlaku
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menelaah data-data, dokumen
perencanaan (desain) instalasi serta owner specification dari instalasi dan
peralatan berdasarkan standar yang digunakan dan peraturan perundagan
yang berlaku.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menelaah dokumen-doku- 1.1. Daftar peralatan instalasi direkap sesuai kebutu-


men perijinan berdasarkan han.
peraturanperundangan yang 1.2. Validasi perijinan peralatan ditelaah berdasarkan
berlaku. mekanisme validasi yang berlaku.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 160

2.1. Data, dokumen-dokumen desain peralatan, dan


owner specification dikumpulkan.
2.2. Data, dokumen-dokumen desain peralatan, dan
2. Menelaah data, dokumen
owner specification berdasarkan code/standar
desain peralatan, dan owner
yang digunakan ditelaah.
specification terhadap code/
standar yang digunakan 2.3. Dokumen proses, utilitas, dan pengolahan limbah
(bejana tekan, heat exchanger, kompresor, pom-
pa, flare, safety valve,alat ukur, sistem perpipaan)
dan peralatan lainnya ditelaah.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan analsia data, penelaahan atau review terhadap
dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk melakukan pekerjaan Instalasi pada
peralatan atau kilang pada perusahaan minyak dan gas bumi.
1.2 Spesifik yang dimaksud diantaranya adalah jumlah fasa, cyclic condition, dlsb pada
peralatan, seperti pada pressure vessel.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Lembar perintah kerja
2.2.2 Laporan pemeriksaan
2.2.3 Dokumen pemeriksaan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
<< 161 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap dokumen-dokumen desain dan engineering
3.1.2 Pengetahuan terhadap dokumen alat/material
3.1.3 Pengetahuan terhadap simbol – simbol gambar desain
3.2 Keterampilan
3.2.1 Membaca gambar teknik/engineering
3.2.2 Memahami standar yang digunakan
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja yang sesuai dengan SOP
4.2 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan dokumen–dokumen desain
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam menelaah validasi perijinan peralatan
5.2 Penelaahan dokumen proses, utilitas, dan pengolahan limbah, dan peralatan lainnya
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 162

KODE UNIT : M.7120312.004.01


JUDUL UNIT : Memeriksa Kelengkapan Mutu Peralatan, Teknik Keselamatan Kerja
dan Lindungan Lingkungan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memeriksa kelengkapan mutu
peralatan, teknik keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1. Kelengkapan data safety device diperiksa.
1.2. Kelengkapandata alat pendukung diperiksa.
1.3. Kelengkapan data SKPP diperiksa.
1.4. Kelengkapan mutu alat komunikasi diperiksa.
1.5. Kelengkapan mutu sistem kontrol dan penghentian
darurat (emergency shutdown system) diperiksa.
1.6. Kelengkapan mutu pemeriksaan tangga, lampu, borders,
1. Memeriksa kesesuaian dan handrail diperiksa.
mutu peralatan
1.7. Kelengkapan mutu alat flaring diperiksa.
1.8. Kelengkapan mutu rock muffler (silencer) diperiksa.
1.9. Kelengkapan mutu peralatan pencegahan dan penang-
gulangan pencemaran lingkungan diperiksa.
1.10. Kelengkapan mutu sistem untuk meniadakan bahaya
listrik dan arus listrik lainnya diperiksa.
1.11. Kelengkapan mutu tanda-tanda keselamatan kerja
diperiksa.
2.1. Teknik penerapan alat pemadam kebakaran diperiksa.
2.2. Teknik penerapan alat deteksi api, panas, asap, dan gas
berbahaya diperiksa.
2.3. Teknik penerapan alat perlengkapan penyelamatan dan
pelindung perorangan diperiksa.
2.4. Teknik penerapan alat komunikasi diperiksa.

2. Memeriksa teknik 2.5. Teknik penerapan sistem kontrol dan penghentian daru-
keselamatan kerja dan rat (emergency shutdown system) diperiksa.
lindungan lingkungan 2.6. Teknik penerapan pemeriksaan tangga, lampu, borders,
pada peralatan dan handrail diperiksa.
2.7. Teknik penerapan alat flaring diperiksa.
2.8. Teknik penerapan rock muffler(silencer) diperiksa.
2.9. Teknik penerapan peralatan pencegahan dan penanggu-
langan pencemaran lingkungan diperiksa.
2.10. Teknik penerapan sistem untuk meniadakan bahaya
listrik dan arus listrik lainnya diperiksa.
<< 163 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan kelengkapan mutu dan penerapannya
pada alat-alat pengaman, pemadam kebakaran, pendeteksi api, sistem kontrol dan
penghentian darurat dan alat keselamatan lainnya pada peralatan atau kilang perusahaan
minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 alat inspeksi
2.1.2 Alat ukur
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan dokumen jaminan mutu peralatan terkait
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 164

3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan alat inspeksi
3.2.2 Terampil membacahasil inspeksi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam melakukan prosedur kerja
4.2 Ketelitian dalam membacaalat ukur/alat inspeksi
5. Aspek kritis
5.1 Pemeriksaan terhadap kelengkapan data safety device
5.2 Pemeriksaan terhadap teknik penerapan alat pemadam kebakaran

KODE UNIT : M.7120312.005.01


JUDUL UNIT : Memeriksa Kelengkapan Sertifikat Kelayakan dan Ijin Penggunaan
Peralatan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk memeriksa kelengkapan sertifikat
kelayakan dan ijin penggunaan peralatan.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
katup pengaman disiapkan.
1.2. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
bejana tekan dan sejenisnya disiapkan.
1.3. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
rotating equipment (pompa, turbin, kompresor)
disiapkan.
1.4. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
peralatan listrik disiapkan.
1.5. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
pesawat angkat disiapkan.
1.6. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
1. Menyiapkan kelengkapan serti- pipa penyalur disiapkan.
fikat kelayakan dan ijin penggu-
naan alat 1.7. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
tanki timbun disiapkan.
1.8. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
konstruksi platform dan helideck disiapkan.
1.9. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
heat exchanger disiapkan.
1.10. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
boiler.
1.11. Dokumen UTTP (alat ukur, takar, timbang, dan
perlengkapannya) disiapkan.
1.12. Sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan
peralatan penyelamatan dan perlindungan pero-
rangan disiapkan.
<< 165 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


2.1. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan katup pengaman diperiksa dan
divalidasi.
2.2. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan bejana tekan dan sejenisnya diperik-
sa dan divalidasi.
2.3. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan rotating equipment (pompa, turbin,
kompresor) diperiksa dan divalidasi.
2.4. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan peralatan listrik diperiksa dan divali-
dasi.
2.5. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan pesawat angkat diperiksa dan divali-
dasi.
2.6. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
2. Memeriksa/validasi kelengka- penggunaan pipa penyalur diperiksa dan divali-
pan sertifikat kelayakan dan dasi.
ijin penggunaan alat 2.7. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan tanki timbun diperiksa dan divalida-
si.
2.8. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan konstruksi platform dan helideck
diperiksa dan divalidasi.
2.9. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan heat exchanger diperiksa dan divali-
dasi.
2.10. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan boiler diperiksa dan divalidasi.
2.11. Kelengkapan dokumen UTTP (alat ukur, takar,
timbang, dan perlengkapannya) diperiksa dan
divalidasi.
2.12. Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin
penggunaan peralatan penyelamatan dan per-
lindungan perorangan diperiksa dan divalidasi.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan penelusuran dan pemeriksaan sertifikat kelayakan
operasi dan ijin penggunaan alat pada peralatan seperti katup pengaman, bejana
tekan, tanki timbun, pipa penyalur, boiler, pesawat angkat, alat penukar panas, dan alat
pendukung lainnya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 166

2.1.1 Alat tulis


2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
1.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap peralatan-peralatan yang bersertifikat
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil membaca sertifikat kelayakan operasi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam mengidentifikasi alat dan sertifikatnya
4.2 Ketelitian dalam membaca sertifikat
5. Aspek kritis
5.1 Kelengkapan sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan peralatan
5.2 Teliti dalam validasi sertifikat kelayakan dan surat ijin penggunaan peralatan
<< 167 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KODE UNIT : M.7120312.006.01


JUDUL UNIT : Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis pada Pre-
commisioning, Commisioning, dan Testing dan Start-up
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang dibutuhkan untuk pemeriksaan (inspeksi) unjuk kerja teknis
pada pre-commisioning, commisioning, dan testing dan start up.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1. Kelengkapan instalasi sesuai desain diperiksa(visual).
1.2. Pipa dan katup sesuai skematik aliran diperiksa(visual).
1.3. Peralatan kontrol dan keselamatan diperiksa (visual).
1. Melakukan pemerik- 1.4. Utilitas, fire fighting dan perlatan keselamatan operator
saan pada instalasi telah terpasang dengan baik diperiksa (visual).
pre-commisioning
1.5. Verifikasi prosedur perbaikan, prosedur start up, operator,
dan shut down dilakukan.
1.6. Verifikasi prosedur evakuasi dan emergency sudah tersedia
dilakukan.
2.1. Visual check persiapan keselamatan dan sistem kontrol
relief danvent pada instalasi dilakukan.
2.2. Visual check pelaksanaan penyemprotan sistem dengan air
untuk menghilangkan kotoran dalam pipa seperti turbin
kompresor dilakukan.
2.3. Visual check pelaksanaan pengisian bejana tekan dan sep-
2. Melakukan pemerik-
arator dilakukan.
saan pada instalasi
commisioning dan start 2.4. Visual check pelaksanaan hydrotest dilakukan.
up
2.5. Visual check pelaksanaan running test dan verifikasi pe-
lumasan pada rotating equipment dilakukan.
2.6. Verifikasi prosedur urutan kegiatan start up pada tiap pera-
latan dilakukan.
2.7. Uji deteksi nyala api(bump test), megger test, APAR, instru-
mentasi, dan yang lainnya diperiksa.
3.1. Visual check terhadap kelengkapan pencantuman kondisi
desain dan set point peralatan keamanan pada tiap kom-
ponen dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan
3.2. Visual check terhadap kelengkapan prosedur pengaturan,
pada pelaksanaan operasi
testing, inspeksi, dan perbaikan peralatan dilakukan.
normal
3.3. Visual check terhadap kelengkapan prosedur yang mem-
pengaruhi operasi (tekanan, temperatur, level, kecepatan
arus, dsb) dilakukan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 168

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan unjuk kerja teknis pada pre-commisioning,
commisioning, dan testing dan start-upyang secara umum dilakukan dengan metode
visual. hal ini dilakukan untuk menjamin agar peralatan beroperasi sesuai dengan
ketentuannya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat ukur
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan berdasarkan Peraturan
Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap metode uji
3.2 Keterampilan
<< 169 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3.2.1 Terampil membaca alat ukur dengan metode visual


4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.2 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Kelengkapan instalasi sesuai desain diperiksa(visual)
5.2 Visual check persiapan keselamatan dan sistem kontrol
5.3 Visual check terhadap kelengkapan pencantuman kondisi desain dan set point peralatan
keamanan pada tiap komponen dilakukan

KODE UNIT : M.7120312.007.01


JUDUL UNIT : Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis pada Instalasi
Terpasang yang Diperbaiki, Dimodifikasi, Alterasi, Rerating atau Diganti
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk pemeriksaan (inspeksi) unjuk
kerja teknis pada pekerjaan perbaikan, modifikasi, alterasi, rerating atau
penggantian.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Visual check terhadap kelengkapan pencantuman
kondisi modifikasi, rerating, alterasi, dan penggan-
tian sertaset point peralatan keamanan pada tiap
komponen dilakukan.
1.2 Visual CkeckPeralatan kontrol dan keselamatan
diperiksa.
1.3 Utilitas, fire fighting dan perlatan keselamatan
operator telah terpasang dengan baik diperiksa
(visual).
1.4 Visual check persiapan keselamatan dan sistem
1. Melakukan pemeriksaan pada kontrol relief danvent pada instalasi dilakukan.
instalasi terpasang yang diper- 1.5 Verifikasi prosedur perbaikan atau dimodifikasi,
baiki atau modifikasi, alterasi dan prosedur shut down dilakukan.
atau rerating
1.6 Verifikasi prosedur evakuasi dan emergency sudah
tersedia dilakukan.
1.7 Visual check pelaksanaan perbaikan dilakukan.
1.8 Visual check terhadap kelengkapan prosedur pen-
gaturan, testing, inspeksi, dan perbaikan peralatan
dilakukan.
1.9 Verifikasi hasil laporan perbaikan dilakukan.
1.10 Visual check terhadap kelengkapan prosedur yang
mempengaruhi operasi (tekanan, temperatur, level,
kecepatan arus, dsb) dilakukan.
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 170

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA


1.1 Visual check terhadap kelengkapan pencantuman
kondisi modifikasi, rerating, alterasi, dan peng-
gantiansertaset point peralatan keamanan pada
tiap komponen dilakukan.
1.2 Visual check Peralatan kontrol dan keselamatan
diperiksa.
1.3 Utilitas, fire fighting dan peralatan keselamatan
operator telah terpasang dengan baik diperiksa
(visual).
1.4 Visual check persiapan keselamatan dan sistem
kontrol relief dan vent pada instalasi dilakukan.
1. Melakukan pemeriksaan pada 1.5 Verifikasi prosedur perbaikan atau dimodifikasi,
instalasi terpasang yang diganti dan prosedur shut down dilakukan.
1.6 Verifikasi prosedur evakuasi dan emergency
sudah tersedia dilakukan.
1.7 Visual check pelaksanaan perbaikan dilakukan.
1.8 Visual check terhadap kelengkapan prosedur
pengaturan, testing, inspeksi, dan perbaikan
peralatan dilakukan.
1.9 Verifikasi hasil laporan perbaikan dilakukan.
1.10 Visual check terhadap kelengkapan prosedur
yang mempengaruhi operasi (tekanan, tempera-
tur, level, kecepatan arus, dsb) dilakukan.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan pemeriksaan (inspeksi) unjuk kerja teknis pada
pekerjaan perbaikan, modifikasi, alterasi, rerating atau penggantian yang secara umum
dilakukan dengan metode visual. hal ini dilakukan untuk menjamin agar peralatan
beroperasi sesuai dengan ketentuannya pada perusahaan minyak dan gas bumi.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat ukur
2.1.2 Alat tulis
2.2 Perlengkapan
2.1.1 Dokumen dan laporan kerja
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
<< 171 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma
(Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi

PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan berdasarkan Peraturan
Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
2.3 M.7120312.004.01 Memeriksa Kelengkapan Mutu Peralatan, Teknik Keselamatan Kerja,
dan Lindungan Lingkungan
2.4 M.7120312.005.01 Memeriksa Kelengkapan Sertifikat Kelayakan
dan Ijin Penggunaan Peralatan
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap metode uji
3.2 Keterampilan
3.1.2 Terampil membaca alat ukur dengan metode visual
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Ketelitian dalam melakukan pemeriksaan
4.2 Memiliki integritas terhadap kesesuaian hasil pemeriksaan dengan standar acuan
5. Aspek kritis
5.1 Kelengkapan instalasi sesuai desain diperiksa(visual)
5.2 Visual check persiapan keselamatan dan sistem kontrol
5.3 Visual check terhadap kelengkapan pencantuman kondisi desain dan set point peralatan
keamanan pada tiap komponen dilakukan
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 172

KODE UNIT : M.7120312.008.01


JUDUL UNIT : Membuat Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk melakukan evaluasi pemeriksaan
instalasi dan membuat laporan akhir hasil pemeriksaan.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1.1. Hasil pemeriksaan peralatan-peralatan dan piranti
pengaman dievaluasi.
1. Melakukan evaluasi pekerjaan 1.2. Hasil pemeriksaan peralatan kontrol dan sistem
pemeriksaan instalasi sesuai pencegahan, dan penanggulangan kebakaran dan
persyaratan minimum dalam pencemaran dievaluasi.
standar yang berlaku
1.3. Hasil pemeriksaan peralatan dan memastikan
instalasi masih layak sesuai dengan fungsi dan
tujuannya dievaluasi.
2.1. Dokumentasi disiapkan.
2. Mendokumen tasikan peker-
2.2. Dokumentasi dilakukan.
jaan instalasi
2.3. Dokumen-dokumen diolah dan disimpan.
3.1. Laporan ringkasan eksekutif hasil pemeriksaan
instalasi peralatan dibuat.
3.2. Laporan deskripsi proses yang terjadi, beserta
proses yang terjadi secara keseluruhan dari hasil
pemeriksaan instalasi peralatan dibuat.
3. Membuat laporan akhir pe- 3.3. Laporan hasil review perencanaan dibuat.
meriksaan instalasi 3.4. Laporan hasil pemeriksaan fisik dibuat.
3.5. Laporan hasil commissioning dibuat.
3.6. Laporan analisa resiko dibuat.
3.7. Kesimpulan dan rekomendasi hasil pemeriksaan.
3.8. Keseluruhan laporan didokumentasi kan dengan
baik dan diserahkan ke Ditjen MIGAS.

BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit ini berlaku untuk melakukan evaluasi terhadap pemeriksaan instalasi dan membuat
laporan akhir hasil pemeriksaan. Laporan akhir dibuat berdasrkan hasil rangkaian pemeriksaan
yang telah dilakukan baik dari pemeriksaan dokumen, pemeriksaan teknis di lapangan,
maupun pemeriksaan hasil pengujian. Laporan akhir di tujukan kepada Ditjen MIGAS.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat tulis
2.1.2 Alat bantu
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen dan laporan kerja
<< 173 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

3. Peraturan yang diperlukan


3.1 Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 84.K/38/DJM/1998 tentang
Pedoman dan Tatacara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan
Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Penguasaan Sumber Daya Panas Bumi
4. Norma dan standar
4.1 Norma (Tidak ada.)
4.2 Standar
4.2.1 Standar teknis yang diacu untuk peralatan terkait pada instalasi
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut.
1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara portofolio, uji pengetahuan, demonstrasi,
simulasi di workshop/bengkel kerja dan atau di tempat kerja.
2. Persyaratan kompetensi
2.1 M.7120312.002.01 Menelaah Perencanaan Pemeriksaan Teknis Instalasi
2.2 M.7120312.003.01 Menelaah Data dan Dokumen Perencanaan berdasarkan Peraturan
Perundangan, Spesifikasi dan Standar yang Berlaku
2.3 M.7120312.004.01 Memeriksa Kelengkapan Mutu Peralatan, Teknik Keselamatan Kerja,
dan Lindungan Lingkungan
2.4 M.7120312.005.01 Memeriksa Kelengkapan Sertifikat Kelayakan dan Ijin Penggunaan
Peralatan
2.5 M.7120312.006.01 Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis
pada Pre-commisioning, Commisioning, Testing, dan Start-up
untuk Instalasi Baru
2.6 M.7120312.007.01 Melakukan Pemeriksaan (Inspeksi) Unjuk Kerja Teknis pada Instalasi
Terpasang yang Diperbaiki, Dimodifikasi, Alterasi atau Diganti
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Pengetahuan terhadap seluruh rangkaian pekerjaan instalasi
3.2 Keterampilan
3.2.1 Terampil menggunakan komputer
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Kecermatan dalam membaca seluruh rangkaian inspeksi instalasi
4.2 Ketelitian dalam membuat laporan akhir
5. Aspek kritis
5.1 Teliti dalam melakukan evaluasi hasil inspeksi instalasi
5.2 Pengiriman dokumen laporan akhir ke Ditjen MIGAS
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 174

Lessons Learnt
Penyusunan SKKNI
Ir. Sapta Putra Yadi, MHRM, Konsultan SDM dan praktisi industri MIGAS

Kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia sejak dari awal sampai dengan ditandatangani
(SDM) suatu bangsa ditentukan oleh kompetensi oleh Menteri Ketenagakerjaan diharapkan dapat
individual bangsa tersebut. Hal serupa berlaku melancarkan dan mempercepat proses yang
untuk Indonesia. Peningkatan kompetensi menjadi bakal dilalui rencana SKKNI untuk ke enam bidang
agenda penting dan strategis dalam memenangkan tersebut.
Indonesia di tengah-tengah persaingan yang semakin
terbuka dan ketat. Untuk itu diperlukan standar Persiapan Penyusunan SKKNI
kompetensi di banyak bidang agar peningkatannya
Secara prosedural, penyusunan SKKNI haruslah
menjadi terukur dan obyektif. Sesuatu yang terukur
melalui proses pembahasan formal. Dimulai dengan
lebih mudah untuk dikelola dengan baik.
pengajuan surat permohonan dari asosiasi profesi
Tulisan ini disusun sebagai masukan untuk
kepada Kementerian / Lembaga Non Kementerian
IAFPMI yang berencana untuk mengembangkan
yang terkait dengan substansi SKKNI yang akan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia,
disusun untuk mendapatkan persetujuan dan
biasa disingkat dan disebut SKKNI. Bidang yang
dukungan. Surat tersebut menjelaskan latar
rencananya dibahas antara lain: Process Facilities,
belakang dan alasan pentingnya SKKNI terkait,
Structure, Pipeline, Contract, Planning, dan Project
termasuk cakupan implementasinya secara nasional.
Management. Pengalaman penulis menyusun SKKNI
Selain itu juga dilampiri dengan jadwal penyusunan,
Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) Indonesia,
daftar tim penyusun dan tim verifikasi, kementerian
teknis terkait, dan anggaran yang akan diperlukan.

Gbr 1. Siklus Pengembangan SKKNI


sesuai Permennaker No. 3/2016
<< 175 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

Proses Tahapan

Proses penyusunan SKKNI dilakukan melalui beberapa tahapan seperti disampaikan berikut ini:

NO. TAHAPAN KEGIATAN KELUARAN CATATAN


• Surat
pengajuan
• Lampiran
• Pengajuan surat kebutuhan
1 Persiapan Daftar Tim • Diajukan oleh Asosiasi
SKKNI
Perumus dan
Tim Verifikasi
Internal
• Mendapatkan pemahaman
• Peta proses
Workshop tentang SKKNI • Terfokus selama 4-5 hari
bisnis bidang
2 Perumusan • Menyusun peta kompetensi atau • Dihadiri oleh Tim Perumus
secara rinci
Standar proses bisnis bidang terkait dan Tim Verifikasi Internal
• RSKKNI.01
• Menyusun Rancangan SKKNI

• Verifikasi RSKKNI.01 oleh Tim


• Dilakukan dalam bentuk
Verifikasi Verifikasi Internal
3 • RSKKNI.02 meeting oleh Tim Perumus
Rancangan • Revisi hasil verifikasi oleh Tim
dan Tim Verifikasi
Perumus

• Dihadiri pemangku
• Membahas RSKKNI.02 bersama
kepentingan wakil dari
Pra- semua pemangku kepentingan.
4 • RSKKNI.03 praktisi, pengusaha,
konvensi • Revisi hasil Pra-konvensi oleh
akademisi, pemerintahan,
Tim Penyusun
konsultan, dsbnya
• Dilakukan secara tersendiri
Verifikasi • Verifikasi RSKKNI.03 oleh Tim oleh Tim Stankom
Eksternal Stankom Kemnaker Kemnaker
5 • RSKKNI.04
hasil Pra- • Revisi hasil verifikasi oleh Tim • Tim Penyusun dapat
konvensi Penyusun bersama Tim Verifikasi
Internal

• Dihadiri pemangku
• Membahas RSKKNI.04 bersama
kepentingan wakil dari
semua pemangku kepentingan.
6 Konvensi • RSKKNI.05 praktisi, pengusaha,
• Revisi hasil Pra-konvensi oleh
akademisi, pemerintahaan,
Tim Perumus
konsultan, dsbnya

• Verifikasi RSKKNI.05 oleh Tim


Verifikasi • Verifikasi dilakukan dalam
Verifikasi
7 hasil • RSKKNI.06 bentuk pertemuan oleh Tim
• Revisi hasil verifikasi Tim
Konvensi Perumus dan Tim Verifikasi
Penyusun
• Verifikasi RSKKNI.05 oleh
Verifikasi
Kemnaker • Oleh Tim Stankom
8 Final untuk • RSKKNI.07
• Revisi hasil verifikasi Tim Binalattas
Penetapan
Penyusun
• RSKKNI.08
• Review dan penyusunan
RSKKNI
RSKKNI.07 oleh Tim Legal
9 format • Mendapatkan nomor SK.
KemNaker dalam format KepMen
KepMen
• Revisi hasil review Tim Penyusun
Penetapan • RSKKNI.08 ditandatangani
10 • SKKNI • Ditandatangani Menaker
Menaker Menaker
Tabel 1. Tahapan Penyusunan SKKNI
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 176

Skenario SKKNI skenario penyusunan diatas; dan

Dalam penyusunan SKKNI terdapat dua skenario 3. Skema KKNI, yang disusun sesuai dengan tingkat
tahapan yang utama, yaitu skenario penyusunan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki calon
dan skenario penerapan. Skenario penyusunan asesi.
merupakan format yang perlu diperhatikan dalam
Tantangan yang Dihadapi
menyusun SKKNI, terdiri dari: tujuan utama, fungsi
kunci, fungsi utama, fungsi dasar, dan kriteria unjuk Menyusun SKKNI membutuhkan banyak
kerja. Contoh sederhana adalah sebagai berikut: sumberdaya. Baik itu sumberdaya manusia
yang mengerjakannya, sumber daya dana untuk
• Tujuan utama berisi kegunaan SKKNI itu sendiri.
pembiayaannya, sumber daya manusia untuk
Merupakan rumusan tentang keadaan atau
sumber informasi dan pengetahuannya, dan
kondisi yang menjadi tujuan utama yang hendak
sumber daya waktu agar setiap proses dihadiri oleh
dicapai dari suatu bidang usaha;
pemangku kepentingan yang diharapkan. Berikut ini
• Fungsi kunci menggambarkan fungsi produktif beberapa tantangan utama yang dihadapi selama
hirarki pertama pada proses bisnis dalam proses penyusunan SKKNI MSDM Indonesia:
mencapai tujuan utama tersebut;
1. Komitmen Anggota
• Fungsi utama adalah fungsi produktif hirarki
Peran dan kehadiran anggota tim sangat penting
kedua yang merupakan jabaran lebih lanjut
untuk suksesnya penyusunan SKKNI. Karena
fungsi kunci;
itu sangat penting sejak awal memilih anggota
• Fungsi dasar adalah fungsi produktif hirarki tim yang tepat dan mempunyai komitmen yang
ketiga yang merupakan jabaran lebih lanjut dari kuat. Tepat dalam arti memiliki pengetahuan
fungsi utama yang kemudian menjadi judul unit dan pengalaman mengenai bidang yang akan
kompetensi; disusun. Komitmen yang kuat berarti selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk hadir dan
• Elemen kompetensi, berisi uraian tentang berpartisipasi aktif pada semua tahapan yang
langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dilalui.
dalam melaksanakan unit kompetensi; dan
2. Biaya Penyusunan
• Kriteria unjuk kerja yang menggambarkan
kinerja yang harus dicapai pada setiap elemen Proses penyusunan SKKNI membutuhkan
kompetensi. banyak biaya yang diperlukan untuk penyewaan
ruangan, peralatan penunjang pertemuan,
Untuk skenario penerapan, disusun menggunakan akomodasi peserta workshop, percetakan,
9 jenjang kualifikasi (level kompetensi) dengan dokumentasi, pengiriman undangan, spanduk,
menggunakan 3 macam skema, yaitu: honor pembicara, dan sebagainya. Kebutuhan
dana ini perlu diantisipasi sejak awal. Dapat
1. Skema Okupasi, yang disusun sesuai dengan
ditutupi dengan mendapatkan sponsor,
jabatan yang menggunakan standar terkait;
kontribusi anggota tim sendiri, pembebanan
2. Skema Klaster, yang disusun sesuai dengan biaya kehadiran pada workshop / prakonvensi /
potongan proses bisnis yaitu fungsi kunci pada konvensi terhadap masing-masing perusahaan
<< 177 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

peserta, anggaran kementerian/lembaga non penjenjangan, dan penulisannya. Penetapannya


kementerian terkait. melalui proses verifikasi dan konsensus yang
lebih sederhana dibanding proses penyusunan
3. Pengaturan Jadwal SKKNI.

Masing-masing anggota tim, penyusun, 2. Sosialisasi SKKNI


verifikator, ataupun pemangku kepentingan
SKKNI mempunyai kegiatan lain sehari-hari. SKKNI menjadi tidak bermanfaat jika tidak diikuti
Mengingat hal ini, sangat penting dalam dengan proses sosialisasi untuk penerapannya.
penyusunan jadwal kegiatan penyusunan SKKNI Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan oleh
mempertimbangkan waktu yang tepat agar asosiasi dengan melibatkan semua pemangku
jumlah yang hadir selalu dalam jumlah yang kepentingan yang memahami manfaat
maksimal. Selain itu diusahakan agar jadwal SKKNI untuk aktifitas mereka. Keterlibatan
sudah dapat ditentukan jauh hari sebelum kementerian teknis menjadi penentu suksesnya
pelaksanaan setiap tahapan. sosialisasi.

4. Keterlibatan Tenaga Ahli (Subject Matter 3. Penyusunan Skema


Expert).
Dengan adanya jenjang kualifikasi dan
Kualitas SKKNI yang dihasilkan juga bergantung kemungkinan banyaknya unit kompetensi
pada kualitas tenaga ahli yang terlibat suatu SKKNI, skema untuk dapat mengeluarkan
proses penyusunannya. Keberadaannya juga sertifikat SKKNI perlu disusun. Penyusunan
membantu lancarnya proses Pra-konvensi dan skema dilakukan mengikuti ketentuan skenario
Konvensi SKKNI. penerapan seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Tindak Lanjut Setelah 4. Pembentukan LSP (Lembaga Sertifikasi


Tersusunnya SKKNI Profesi)

Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Salah satu tindak lanjut terbitnya SKKNI
Ketenagakerjaan terkait SKKNI bidang yang adalah adanya LSP yang menjadi pengelola
diiinginkan, tidak berarti pekerjaan telah selesai. pengambilan keputusan diberikannya sertifikat
Masih banyak tindak lanjut yang harus dilakukan kompeten kepada asesi sebelum diterbitkan
oleh Tim SKKNI. Berikut ini beberapa tindak lanjut oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
yang perlu diperhatikan: Lembaga ini yang bertanggung jawab antara lain
menyusun skema, materi uji komptensi, tempat
1. Penyusunan KKNI uji kompetensi, dan standar mutu sertifikasi.
Proses pembentukan LSP juga membutuhkan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
upaya tergantung kelas LSP yang diajukan: kelas
(KKNI) merupakan salah satu dari tiga bentuk
perusahaan, industri, atau nasional.
pemaketan SKKNI agar dapat diterapkan
dalam bentuk sertifikasi sebagai pengakuan
kompetensi seseorang. Penyusunan KKNI
membutuhkan aktifitas untuk pemaketan,
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 178

5. Pembentukan LDP (Lembaga Diklat Demikian sekelumit pengalaman dan pembelajaran


Profesi) dalam menyusun SKKNI yang diharapkan dapt
bermanfaat untuk asosiasi manapun yang berniat
Proses pemberian sertifikat kompeten untuk menyusun SKKNI di bidang masing-masing.
dapat dilakukan berbasis portofolio asesi
berupa pendidikan dan pengalaman, tanpa
harus melalui pelatihan. Namun untuk
yang portofolionya dirasakan kurang, dapat Tentang Penulis
menambahnya dengan mengikuti pelatihan
berbasis kompetensi (PBK). Untuk keperluan Ir. Sapta Putra Yadi, MHRM
ini maka lembaga diklat terkait harus juga Telah berkarir selama
terakreditasi alias mempunyai kemampuan lebih dari 25 (dua
dengan materi yang relevan dan pengajar yang puluh lima) tahun
berkualitas. di bidang industri
pertambangan,
6. Penyusunan Materi Pendidikan Berbasis minyak dan gas
Kompetensi bumi, Sapta Yadi
memiliki pengalaman
Menyusun materi PBK tidak dapat dilakukan
profesional di berbagai
secara sembarangan. Penyusun harus
perusahaan diantaranya ARCO Indonesia,
memahami latar belakang dan faktor-faktor Rio Tinto, KPC, Barito Pacific, Medco Energi,
penting SKKNI terkait. Penyusun juga harus Donggi Senoro
menguasai teknik menyusun silabus dan
LNG dimana sebagian besar merupakan
kurikulum PBK selain tentunya penguasaan
posisi eksekutif yang terkait dengan Human
tentang materi yang akan diuji untuk
Resources dan General Administration.
memastikan adanya relevansi dengan uji
Sejak 5 (lima)
kompetensi di LSP.
tahun terakhir beliau berkarir terutama
7. Memperoleh MRA sebagai konsultan serta pengajar dan
asesor untuk berbagai klien di dalam
MRA atau Mutual Recognition Arrangement dan luar negeri. Selain gelar Insinyur dari
adalah bentuk lebih luas penerapan SKKNI. Teknik Industri ITB tahun 1978, beliau juga
Melalui MRA maka standar kompetensi nasional mendapatkan Master di bidang Human
akan diakui secara global, misalnya level ASEAN, Resources Management dari Rutgers
asia pasifik, atau dunia. Untuk mendapatkan University, New Jersey, pada tahun 1999.
MRA ini maka kerja sama dengan instansi
pemerintah terkait perlu dilakukan lebih jauh.
<< 179 jurnal IAFMI 04 SeptEmber 2016

KONGRES IAFMI 2016


KOMITMEN UNTUK
SUKSES DENGAN
DUKUNGAN
KONTRIBUSI DONASI
SPONSORSHIP

Rekening IAFMI
Bank Mandiri
No 101 000 721 8173
Untuk transfer DONASI,
harap angka ribuan ditulis 123

Informasi
Edi Marwanto 0812 1962 4107
Rosiska 0812 8390 767
Email: dukung@iafmi.or.id
NEXT EDITION
jurnal IAFMI 04 SEPTEMBER 2016 >> 180

Tema

kalah:
Pengajuan ma N opember 201
6
te m b e r -1 5
20 Sep i.or.id
lu i e m a il ke : jurnal5@iafm
mela

Desaians Produksi
Fasilit asi Indonesia
Spesifik

bagai berikut: 00 kata atau


di bu at de ng an kategori se 0 kata, maks 15
1. Is i m ak al ah 2/ S3 , m in 50
i S1/S
Thesis / Skrips
a. Ringkasan asuk gambar. diterapkan
maksimum 5 ha
laman te rm
i/ M etod a/ Te ori/Aturan yang
Teknolog dilaksanakan
alisa / Review h atau sedang
b. Paparan / An am ya ng su da
8 halaman
proyek/progr atau maksimum
dalam sebuah ak s 25 00 ka ta
in 1000 kata, m
di Indonesia, m baru yang
termasuk gam
bar og i/ M etod a/Teori/Aturan
as tekn ol negeri),
ra n / An al isa / Review at su da h di te rapkan di luar
c. Pa pa ungk in mbar
di te ra pk an di Indonesia (m m um 8 ha la m an termasuk ga
belum ta atau mak si gin
, maks 2500 ka A4 dengan mar
min 1000 kata tu ng da la m ukurun kertas
di atas dihi .
n jumlah kata spasi exact 17pt ESIA.
2. Persyarata Ca lib ri ukuran 12 dan ES IFIKASI INDON
r de ng an fo nt P R O D U K SI SP
standa AIN FASILITAS
ah adalah DES ra berkelompo
k.
3. Tema makal at se ndiri atau seca dipublikasikan
dalam
al ah da pa t di bu ak al ah pe rn ah
4. M ak iat. Ji ka m serta
ak al ah ha ru s asli, bukan plag ka n na m a m edia tersebut be
5. M s dicantum
n), maka haru
media (apapu an. Referensi ya
ng
isi pemuatan. harus diterapk
tanggal dan ed rya ilm ia h st an da r
r penulisan ka
6. Aturan dasa an jelas. n minimal
ti p ha ru s di sebutkan ng de
af i pe nu lis dengan papara
di ku n Bio gr 100 kata
ta ka n Pa sf oto dan Ringkasa ke ah lia n, di bu at maksimum
7. Diser rjaan dan
akademis, peke
latar belakang m format Word
M ak al ah ha rus dibuat dala
8.

Anda mungkin juga menyukai