Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Percobaan 1

Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair

Distilasi dan Titik Didih

Disusun oleh :

Nama : Moch Zandan Firmansyah


NPM : 10060316031
Shift/kelompok : A/6
Tgl. Praktikum : 10 April 2018
Tgl. Penyerahan : 17 April 2018
Nama Asisten : Yufli Yusran, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M
PERCOBAAN 1

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR

DISTILASI DAN TITIK DIDIH

I. Tujuan Percobaan
1. Mengkalibrasi termometer
2. Memisahkan campuran aseton-air dengan cara destilasi sederhana
3. Memisahkan campuran aseton-etanol dengan cara destilasi bertingkat

II. Prinsip Percobaan


1. Kalibrasi termometer : Melakukan pengecekan pada termometer untuk
mengetahui layak pakai atau tidaknya.
2. Destilasi sederhana : Pemisahan dan pemurnian zat cair berdasarkan
perbedaan titik didih yang besar.
3. Destilasi bertingkat : Pemisahan dan pemurnian zat cair berdasarkan
perbedaan titik didih yang nilai/perbedaannya kecil.
III. Teori Dasar

3.1 Kalibrasi

Kalibrasi adalah suatu teknik pemeriksaan suatu instrumen terhadap


standar yang diketahui dan selanjutnya untuk mengurangi kesalahan dalam
ketelitiannya. Tujuan pengkalibrasian dari suatu alat ukur ialah untuk
memungkinkan kita memeriksa instrument terhadap standar yang diketahui
dan selanjutnya mengurangi kesalahan dalam ketelitiannya (Khopkar, 2010).

Kalibrasi pada umumnya merupakan proses untuk menyesuaikan


keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya,
termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat
ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga
termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius
pada titik-titik tertentu di skala (Alimin, 2007).

Termometer air raksa adalah termometer cairan yang menggunakan air


raksa sebagai pengisinya. Termometer air raksa merupakan termometer yang
banyak digunakan dibandingkan dengan termometer alkohol. Termometer
air raksa sering disebut termometer maksimum karena dapat mengukur suhu
yang sangat tinggi. Jika suhu panas, air raksa akan memuai sehingga kita
akan melihat air raksa pada tabung kaca naik. Ketika suhu turun, air raksa
akan tetap berada pada posisi ketika suhu panas (Alimin, 2007).

3.2 Destilasi

Destilasi adalah teknik untuk memisahkan larutan ke dalam masing-


masing komponennya. Prinsip destilasi adalah didasarkan atas perbedaan
titik didih komponen zatnya. Destilasi dapat digunakan untuk memurnikan
senyawa-senyawa yang mempunyai titik didih berbeda sehingga dapat
dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Jadi ada perbedaan
komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat utama
supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase
uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi
tidak dapat dilakukan (Hendayana, 2010)
Terdapat macam-macam destilasi yang terbagi menjadi 6 jenis, yaitu
destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi uap, destilasi vakum,
destilasi kering dan destilasi azeotropik (Hendayana, 2010)
3.2.1 Destilasi Sederhana

Dasar pemisahan pada destilasi biasa atau sederhana adalah perbedaan


titik didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika
campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan
kevolatilannya, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas.
Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Aplikasi destilasi sederhana
digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol (Cahyono, 1991).

3.2.2 Destilasi Bertingkat atau Fraksionasi

Dasar pemisahan pada destilasi bertingkat adalah memisahkan


komponen-komponen cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya yang juga digunakan untuk campuran dengan
perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer
atau dengan tekanan rendah. Aplikasi dari destilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam
minyak mentah. Jika uap-uap ini didinginkan (dikondensasi), maka
konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan itu akan lebih tinggi
dari pada dalam larutan aslinya (Egi, 2010).

Terdapat perbedaan antara destilasi bertingkat/fraksionasi dan destilasi


sederhana, yaitu terletak pada adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi
pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian
destilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin
tidak volatil cairannya (Egi, 2010).
3.2.3 Destilasi Azeotrop

Dasar pemisahan pada destilasi azeotrop adalah memisahkan campuran


azeotrop yaitu campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan,
biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah
ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Destilasi
azeotrop ini merupakan campuran dari dua atau lebih komponen yang
memiliki titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari
azeotrop tetap konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan, akan
tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap,
yang komposisinya harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam
kekuatan intramolekuler dalam larutan (Walarange, 2013).

Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut


tertentu, misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air.
Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap
tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan
memisahkan air lagi. Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari
hukum Raoult (Walarange, 2013).

3.2.4 Destilasi Vakum

Dasar pemisahan pada destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa


yang ingin didestilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi
sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik
didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin,
karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk
mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator
berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini (Cahyono,
1991).

Destilasi vakum merupakan destilasi tekanan dibawah 1 atmosfer


tekanan operasinya 0,4 atm (≤300 mmHg absolut), untuk memisahkan fraksi
–fraksi yang tidak dapat dipisahkan dengan destilasi atmosferik seperti gas
oil berat, parafine destilate atau vakum distilate yang masih terkandung
didalam long residu dari hasil destilasi atmosferik (Cahyono, 1991).

3.2.5 Destilasi Uap

Destilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang


memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat
menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam
tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang
fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendestilasi campuran senyawa
di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain itu
destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air (Cahyono, 1991).

Aplikasi dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk


alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon
atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran
dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin
ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas
menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu destilat (Wilcox, 1995).

3.2.6 Destilasi kering

Destilasi kering merupakan destilasi yang dilakukan dengan cara


memanaskan material padat untuk mendapatkan fase uap dan cairnya,
biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu
bara (Bahti, 1998).

3.3 Bagian-bagian alat destilasi


1. Wadah air, berfungsi untuk memanaskan zat yang akan di
kondensasi.
2. Labu distilasi, berfungsi sebagai tempat untuk zat yang akan di
kondensasi.
3. Sambungan, berfungsi untuk menghubungkan antara kondensor,
termometer dan labu destilasi.
4. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang
didestilasi selama proses destilasi berlangsung.
5. Kondensor, berfungsi untuk mengembunkan atau mendinginkan
zat yang menguap dari labu destilasi.
6. Aliran masuk air dingin, berfungsi untuk mengaliri air dingin ke
dalam kondensor melalui pompa.
7. Aliran keluar air dingin, berfungsi sebagai tempat keluarnya air
dingin dari kondensor.
8. Labu destilat, berfungsi untuk menampung destilat.
9. Lubang udara, berfungsi untuk memberikan sirkulasi udara ke
dalam sistem.
10. Tempat keluarnya destilat, berfungsi sebagai tempat keluarnya
destilat.
11. Pemanas, berfungsi untuk memanaskan air.
12. Air pemanas, berfungsi sebagai pemanas larutan dalam labu
destilasi.
13. Wadah labu destilat, berfungsi untuk menampung destilat.
14. Statif dan klem berguna untuk menyangga bagian-bagian dari
peralatan destilasi sederhana sehingga tidak jatuh atau goyang.
IV. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah alat destilasi
sederhana, alat destilasi bertingkat, batu didih, batang Pengaduk, gelas kimia
400 ml, labu, labu bundar 100 ml, termometer.
Bahan yang di gunakan pada percobaan kali ini adalah air dingin /
aquadest, benzena, bongkahan es, campuran dietileter-air (1:1), campuran
aseton-metanol (1:1).
V. Prosedur
5.1 Kalibrasi Termometer
Gelas kimia 400 ml diisi dengan bongkahan es secukupnya.
Ditambahkan sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan es mengembang
di permukaan air. Dicelupkan termometer kedalam air es hingga kedalaman
sensor thermometer terendam. Diaduk air es pelan-pelan dengan termometer
dan penurunan suhu diamati pada skala thermometer. Ketika suhunya sudah
tidak turun lagi, dan stabil selama 10-15 detik, dicatat skala termometer
tanpa mengangkat thermometer dari dalam air es. Jika pembacaan skala
berada dalam trayek 1 oC di bawah/di atas 0 oC, maka termometer tersebut
laya pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut, ditukarkan termometer
dengan yang baru, lalu dikalibrasi lagi. Dikeringkan termometer dengan
kertas tissue.
5.2 Destilasi Biasa
Peralatan destilasi sederhana dipasang. Dimasukkan 40 ml campuran
dietileter-air (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume labu).
Dimasukkan beberapa potong batu didih kedalam labu. Dimulai untuk
melakukan pemanasan dengan api yang diatur perlahan naik sampai
mendidih, dan diatur.
Pemanasan agar supaya distilat menetes secara teratur dengan kecepatan
satu tetes per detik. Diamati dan dicatat suhu dimana tetesan pertama mulai
jatuh. Penampung diganti dengan yang bersih, kering dan berlabel untuk
menampung distilat murni, yaitu distilat yang suhunya sudah mendekati
suhu didih sebenarnya sampai suhu konstan. Dicatat suhu dan volume
distilat secara teratur setiap selang jumlah penampungan distilat tertentu,
misalnya setiap 5 ml penampungan distilat sampai sisa yang didistilasi
tinggal sedikit (jangan sampai kering).
5.3 Distilasi Bertingkat
Peralatan distilasi bertingkat dipasang. Dimasukkan 40 ml campuran
aseton-metanol (1:1) ke dalam labu (jumlah maksimum setengah volume
labu). Dimasukkan beberapa potong batu didih kedalam labu. Dilakukan
proses distilasi sampai seperti proses pengerjaan distilasi sederhana.
VI. Data Pengamatan
6. Hasil Pengamatan
Keterangan Hasil Pengamatan
1. Kalibrasi Termometer Setelah termometer dimasukkan
Gelas kimia yang diisi dengan kedalam air dingin yang berisi
bongkahan es batu + air hingga bongkahan es batu dan di aduk lama-
es batu mengambang kelamaan suhu pada skala pembacaan
dipermukaan air. Kemudian thermometer terus menurun, hingga
thermometer dimasukkan dan hasil akhir yang didapatkan yaitu
diaduk pelan-pelan. 1 oC.

Keterangan Hasil Pengamatan


2. Destilasi Sederhana  Saat tetesan pertama jatuh pada
Setelah dilakukan pemasangan destilasi sederhana ini
alat destilasi sederhana, menunjukkan pada suhu 28 oC.
dimasukkan dietileter-air + batu  Destilat yang diperoleh pada
didih kemudian dipanaskan
diatur pemanasannya. destilasi sederhana ini yaitu 47 ml.

50
45
40
35
30
suhu

25
20 Series1
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
volume

Grafik Destilasi Sederhana

Keterangan Hasil Pengamatan


3. Destilasi Bertingkat Saat tetesan pertama jatuh pada
Setelah dilakukan pemasangan destilasi bertingkat ini menunjukkan
alat destilasi sederhana, pada suhu 41 oC. Karena waktu yang
dimasukkan aseton-etanol + batu kurang memadai sehingga hasil dari
didih kemudian dipanaskan proses destilasi bertingkat ini pada
diatur pemanasannya. volume ke 8 ml menunjukkan pada
suhu 50 oC.
VII. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan tiga percobaan yaitu kalibrasi
termometer, destilasi sederhana, dan destilasi bertingkat. Kalibrasi bertujuan
untuk memastikan alat yang akan digunakan itu akurat atau tidak, layak
pakai atau tidak. Sedangkan destilasi bertujuan untuk memisahkan campuran
yang memiliki titik didih yang berbeda.
7.1 Kalibrasi Termometer
Kalibrasi termometer bertujuan untuk mengecek atau memastikan suatu
alat yaitu termometer apakah layak pakai/tidak dan juga untuk proses
penyetaraan apakah ukuran yang kita akan cek itu sesuai dengan standar atau
tidak dalam kondisi tertentu. Prinsip dari kalibrasi termometer ini adalah
sama halnya dengan tujuannya yaitu untuk mengetahui keakuratan pada alat
yang akan kita gunakan sesuai dengan standar atau kondisi tertentu.
Pertama-tama dilakukan pengisian bongkahan es batu kedalam gelas
kimia dan ditambahkan air sampai es batu mengambang, setelah itu
dimasukkan termometer yang akan digunakan sambil diaduk pelan-pelan.
Kalibrasi termometer dengan menggunakan es batu ini dikarenakan didalam
termometer yang digunakan ini terdapat air raksa, dimana air raksa akan
membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada
suhu di atasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat
membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit
diamati ketika membeku.
Pada mulanya termometer berada di udara pada suhu ruangan yang akan
bersinggungan dengan udara sehingga termometer lebih panas dari es.
Setelah dimasukkan ke dalam wadah, panjang skala air raksa akan
berkurang karena campuran air dan es lebih dingin. Oleh karena itu pada
thermometer ini akan mengalami suhu yang naik turun. Ketika skala pada
termometer air raksa tidak berubah, campuran es batu dan air telah berada
dalam kesetimbangan termal.
Suhu yang didapatkan pada percobaan ini ketika suhunya tidak
turun/naik lagi dan stabil yaitu pada 1 oC. Hal ini menunjukkan bahwa
termometer yang dikalibrasi pada percobaan ini layak untuk digunakan
karena sesuai dengan standar literatur bahwa termometer yang layak
digunakan itu apabila menunjukkan pembacaan skala 1 oC dibawah atau
diatas 0 oC.
7.2 Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana pada percobaan ini bertujuan untuk memisahkan
campuran dietileter-air, dimana campuran dua atau lebih komponen yang
memiliki perbedaan titik didih yang jauh atau besar. Prinsip dari destilasi
sederhana pada percobaan ini yaitu pemisahan dan pemurnian zat
berdasarkan perbedaan titik didih yang besar. Adapun prinsip dari alat
destilasi ini sendiri adalah untuk menghasilkan destilat yang berupa tetesan.
Pada percobaan destilasi sederhana ini digunakan campuran dietileter-
air. Dietileter dengan rumus kimia C4H10O memiliki titik lebur -116,3°C
serta titik didih 34,6°C dan sifatnya cairan mudah terbakar yang jernih, tak
berwarna. Sedangkan air dengan rumus kimia H2O memiliki titik lebur 0 °C
serta titik didih 100 °C yang bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau pada kondisi standar. Titik didih antara aseton-air memiliki
perbedaan yang sangat besar sehingga campuran air dengan aseton ini dapat
dipisahkan dengan cara destilasi sederhana.
Pertama-tama dipasang alat destilasi sederhana yang terdiri dari labu alas
bulat, kondensor (pendingin), termometer, erlenmeyer, pemanas. Peralatan
lainnya sebagai penunjang adalah statif dan klem, adaptor (penghubung),
selang yang dihubungkan pada kondensor tempat air masuk dan air keluar,
batu didih.
Dimasukkan campuran dietileter-air kedalam labu bundar dan
ditambahkan batu didih, penambahan batu didih ini bertujuan untuk
mencegah agar tidak terjadinya bumping dan agar suhunya merata ketika
dilakukan pemanasan. Selanjutnya dipanaskan perlahan dan pemanasannya
diatur agar menghasilkan destilat yang menetes teratur dengan kecepatan 1
tetes/detik. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan
pada tabung pengembun atau pendingin yaitu kondensor.
Kemudian, air masuk dari bawah tidak dari atas hal ini bertujuan agar
pada kondensor pendinginnya lebih lama. Destilat yang diperoleh pada
tetesan pertama jatuh menunjukkan pada suhu 28 oC dan menghasilkan
destilat sebanyak 47 ml.
7.3 Destilasi bertingkat
Destilasi bertingkat pada percobaan ini bertujuan untuk memisahkan
campuran aseton-metanol, dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair
yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa
yang akan dimurnikan. Prinsip dari destilasi bertingkat ini adalah pemisahan
dan pemurnian zat cair berdasarkan perbedaan titik didih yang nilainya tidak
berbeda jauh/kecil.
Pada percobaan destilasi bertingkat ini digunakan campuran aseton-
etanol. Aseton dengan rumus kimia C3H6O memiliki titik lebur -95,4 oC
serta titik didih 56,2 oC dan sifatnya cair, tidak berwarna, dan memiliki bau
seperti buah. Sedangkan metanol dengan rumus kimia CH3OH memiliki
titik didih 64.7 oC serta titik lebur -97 oC dan sifatnya Pada “keadaan
atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,
mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol). Titik didih antara aseton-metanol memiliki perbedaan yang
kecil sehingga dapat dipisahkan dengan cara destilasi bertingkat.
Pertama-tama dipasang alat destilasi bertingkat yang terdiri dari labu alas
bulat, kondensor (pendingin), termometer, erlenmeyer, pemanas. Peralatan
lainnya sebagai penunjang adalah statif dan klem, adaptor (penghubung),
selang yang dihubungkan pada kondensor tempat air masuk dan air keluar,
batu didih.
Dimasukkan campuran aseton-metanol kedalam labu bundar dan
ditambahkan batu didih, penambahan batu didih ini bertujuan untuk
mencegah agar tidak terjadinya bumping dan agar suhunya merata ketika
dilakukan pemanasan. Kemudian dilakukan pengerjaan seperti pada destilasi
sederhana, destilat yang diperoleh pada tetesan pertama jatuh menunjukkan
pada suhu 41 oC dan karena waktu yang kurang memadai sehingga hasil dari
proses destilasi bertingkat ini menghasilkan destilat sebanyak 8 ml.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan meliputi kalibrasi termometer,
destilasi sederhana, dan destilasi bertingkat, dapat disimpulkan bahwa :
 Kalibrasi termometer : Termometer yang telah dikalibrasi pada percobaan
ini hasilnya menunjukkan stabil pada suhu 1 oC. Hal ini menunjukkan
bahwa termometer ini layak untuk digunakan karena sesuai dengan literatur
atau standar yaitu dibawah 1 oC atau diatas 0 oC.
 Destilasi sederhana : Destilat yang menetes pertama menunjukkan suhu
pada 28 oC dan menghasilkan 20 ml destilat, serta BJ aseton yang diperoleh
yaitu 0,78 g/ml dan mendekati BJ aseton pada literature yaitu 0,79 g/ml.
 Destilasi bertingkat : Pada percobaan ini tidak diperoleh hasil, karena
waktu yang tidak memadai sehingga BJ tidak dapat ditentukan.
Daftar Pustaka

Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris. (2007). Kimia Analitik. Makassar: Alauddin
Press
Bahti. 1998. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Bandung : Universitas Padjajaran
Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang: UNDIP Press
Egi, A., dkk. (2010). Pemisahan Menggunakan Unit Fraksionasi Skala. Jakarta : UI-
Press
Hendayana, Sumar. (2010). Kimia Pemisahan. Bandung : PT.Rosdakarya
Khopkar, S. M. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press
Rusli, 2013. Pemisahan Kimia Untuk Universitas. Bandung : Erlangga
Walangare, K. B. A, dkk. (2013). Proses Destilasi Sederhana Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer
Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. New Jersey: Prentice Hall Inc

Anda mungkin juga menyukai