Anda di halaman 1dari 33

Page |1

BAB. I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam


segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara khusus, pendidikan adalah usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar
sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang
akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11).

Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi,
seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya diri, mencintai prestasi
tinggi, punya etos kerja, kreatif dan produktif, serta puas akan sukses yang akan
dicapai (Pidarta, 2007: viii)

Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka secara formal dimulai sejak


Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya kepada dunia pada tanggal 17 Agustus
1945. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka ini merupakan kelanjutan dari cita-
cita dan praktek-praktek pendidikan masa lampau yang tersurat atau tersirat masih
menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan ini (Mudyaharjo, 2008: 214)

Dalam proses pertumbuhan menjadi negara maju, Indonesia telah


mengalami pelbagai perubahan, termasuk bidang pendidikannya. Perubahan-
perubahan itu merupakan hal yang wajar karena perubahan selalu dipengaruhi oleh
berbagai factor yang bisa berganti selaras dengan perkembangan serta tuntutan
zaman pada saat itu. Tidaklah mengherankan apabila system pendidikan yang kita
anut segera setelah merdeka adlah sistem kontinental karena kontak kita pada saat
Page |2

itu adlah dengan negara-negara Eropa, khususnya negeri Belanda (Dardjowidjojo,


1991: ix)

Pengambilalihan sistem kontinental itu tentu kita lakukan dengan penuh


kesadaran bahwa sistem tersebut belum tentu cocok dan langgeng dengan
perkembangan pendidikan yang kita kehendaki.

Setelah kita merdeka dan menerapkan sistem pendidikan kontinental sekitar


lima windu, kita dapati bahwa pendidikan dengan sistem Eropa tidak cocok lagi
dengan tuntutan perkembangan zaman (Dardjowodjojo, 1992: 1).

Proses pendewasaan pun berlanjut, dan pengalaman telah banyak


mengajarkan kepada kita untuk memetik mana yang baik dan mana yang buruk.
Keadaan politik nasional dan internasional, perekonomian dunia, hubungan antar
bangsa, dan peran yang dimainkan bangsa Indonesia pun bergeser dan berubah,
yang sedikit banyak mendorong kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
tertentu.
Page |3

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Faktor Penyelenggaraan System Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan landasan histori, landasan hukum, landasan Filsafat,
landasan sosial, landasan ekonomi dan landasan politik Pendidikan?

1.3. Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pembuatan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat


memahami secara menyeluruh mengenai Faktor Penyelenggaraan System
Pendidikan. Selain itu, tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.

1.4. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :


1. Mahasiswa dapat memahami secara menyeluruh mengenai landasan Pendidikan
Indonesia.
2. Sebagai bekal untuk masa depan mahasiswa untuk menghadapi masalah dalam
bidang pendidikan.
Page |4

BAB. II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN HISTORI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian
atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan
informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109).
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu kepada
generasi muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar dari
informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan
memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah
memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan
akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang
akan datang.
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional
Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori,
1995: vii). Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan
pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang
lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan
semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai
aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk
membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-
macam corak (Sigit, 1992: xi) . Menjelang 64 tahun Indonesia merdeka, dengan
system politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era Reformasi ini yang
telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang, kita mulai dapat
melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut serta
menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau
dasar pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan pada
optimasi upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan bangsa.
Page |5

Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam generasi


berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan sebagai institusi
utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang
diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin dirasakan bahwa SDM Indonesia
masih lemah dalam hal daya saing (kemampuan kompetisi) dan daya sanding
(kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004: 1).
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk
maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada
masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang
pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan
pendidikan suatu bangsa.
Berikut ini adalah pembahasan landasan sejarah kependidikan di Indonesia yang
meliputi:
a. Sejarah Pendidikan Dunia
Perjalanan sejarah pendidikan dunia telah lama berlangsung, mulai dari zaman
Hellenisme (150 SM-500), zaman pertengahan (500-1500), zaman Humanisme atau
Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi (1600-an). Namun
pendidikan pada zaman ini belum memberikan kontribusinya pada pendidikan
zaman sekarang (Pidarta, 2007: 110). Oleh karena itu, pendidikan pada zaman ini
tidak dijabarkan dalam makalah ini.
Makalah ini membahas sejaran pendidikan dunia yang meliputi zaman-zaman: (1)
Realisme, (2) Rasionalisme, (3) Naturalisme, (4) Developmentalisme, (5)
Nasionalisme, (6) Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta (7)
Sosialisme.
1. Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh penemuan-
penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber
dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan sebelumya yang
banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat. Realisme menghendaki
pikiran yang praktis (PIdarta, 2007: 111-14). Menurut aliran ini, pengetahuan yang
benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui persepsi
Page |6

penginderaan (Mudyahardjo, 2008: 117). Tokoh-tokoh pendidikan zaman Realisme


ini adalah Francis Bacon dan Johann Amos Comenius.
2. Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak
untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri dan
bertindak untuk dirinya. Paham ini muncul karena masyarakat dengan kekuatan
akalnya dapat menumbangkan kekuasaan Raja Perancis yang memiliki kekuasaan
absolut.
3. Zaman Naturalisme
Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad ke-18 muncullah aliran
Naturalisme dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentang kehidupan yang
tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-
buat dan sebagainya. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio
dengan hati dan alamlah yang menjadi gurr, sehingga pendidikan dilaksanakan secara
alamiah (pendidikan alam) (ibid.: 115-16). Naturalisme menyatakn bahwa manusia
didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran di dalam
dirinya sendiri (Mudyaharjo, 2008: 118).
4. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini memandang
pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa sehingga aliran ini sering disebut
gerakan psikologis dalam pendidikan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Pestalozzi, Johan
Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel, dan Stanley Hall.
5. Zaman Nasionalisme
Zaman nasionalisme muncul pada abad ke-19 sebagai upaya membentuk patriot-
patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari kaum imperialis. Tokoh-tokohnya
adalah La Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat).
6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme.
Zaman ini lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah
alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan yang dipelopori dalam
bidang ekonomi oleh Adam Smith dan siapa yang banyak berpengetahuan dialah
yang berkuasa yang kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan
Page |7

positivisme percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga
kepercayaan terhadap agama semakin melemah. Tokoh aliran positivisme adalah
August Comte (ibid.: 121).
7. Zaman Sosialisme
Aliran sosial dalam pendidikan muncul pada abad ke-20 sebagai reaksi terhadap
dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme. Tokoh-tokohnya adalah Paul
Nartrop, George Kerchensteiner, dan John Dewey. Menurut aliran ini, masyarakat
memiliki arti yang lebih penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak ada
artinya bila tidak berwujud benda. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk
tujuan-tujuan sosial (ibid.: 121-24).
b. Sejarah Pendidikan Indonesia
Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah
ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama Hindu
dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka (ibid.:
125). Mudyahardjo (2008) dan Nasution (2008) menguraikan masing-masing zaman
tersebut secara lebih terperinci.
Berikut ini adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan Indonesia:
1. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha
Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5. Hinduisme dan
Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di Indonesia keduanya
memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan
figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi. Motto pada
lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika , secara etimologis berasal
dari keyakinan tersebut (Mudyahardja, 2008: 215) Tujuan pendidikan pada zaman
ini sama dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikan dilaksanakan dalam
rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan bergama Hindu dan Budha (ibid.:
217)
2. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
Islam mulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup sebagian besar
Nusantara pada abad ke-16. Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia sejalan
dengan perkembangan penyebaran Islam di Nusantara, baik sebagai agama maupun
sebagai arus kebudayaan (ibid.: 221). Pendidikan Islam pada zaman ini disebut
Page |8

Pendidikan Islam Tradisional. Tujuan pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan
hidup Islam, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat. (ibid.: 223)
3. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)
Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan perniagaan
Timur-Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta menguasai
bandar-bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagaan dan
perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242).
Orde ini didirikan oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan memiliki tujuan yaitu segala
sesuatu untuk keagungan yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243).
Yang dicapai dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan.
Orde ini juga mempunyai organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun
dan bebas untuk semua. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh
untuk penyebaran agama (Nasution, 2008: 4).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-orang Belanda yang datang pertama
kali tahun1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk
mencari rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di antara mereka,
pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds
Oost Indische Compagnie)atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602
(Mudyahardjo, 2008: 245).
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan terselenggaranya Pendidikan
Tradisional di Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang
bertujuan menyebarkan agama Kristen. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
VOC terutama dipusatkan di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah berakar
dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi colonial. Tujuannya untuk melenyapkan
agama Katholik dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008: 4-5).
4. Zaman Kolonial Belanda
Oleh karena itu, kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya
ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual,
Page |9

nilai-nilai rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk
anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19.
Setelah tahun1848 dikeluarkan peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa
pemerintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan
anak-anak Indonesia sebagai hasil perdebatan di parlemen Belanda dan
mencerminkan sikap liberal yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia (ibid.: 10-
13).
Pada tahun 1899 terbit sebuah atrikel oleh Van Deventer berjudulHutang
Kehormatan dalam majalah De Gids. Ia menganjurkan agar pemerintahnnya lebih
memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ekspresi ini kemudian dikenal
dengan Politik Etis dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi,
transmigrasi, reformasi, pendewasaan, perwakilan yang mana semua ini memerlukan
peranan penting pendidikan (ibid.: 16). Di samping itu, Van Deventer juga
mengembangkan pengajaran bahasa Belanda. Menurutnya, mereka yang menguasai
Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi pelopor bagi yang lainnya
(ibid.: 17).
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang
pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini
meskipun masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak
Indonesia yanorang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan
elite intelektual baru.
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui
pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan
bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan
lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928.
5. Zaman Kolonial Jepang
Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia.
Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah
Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang.
Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang untuk
di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan
sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi Indonesia
P a g e | 10

merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi


kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia.
6. Zaman Kemerdekaan (Awal)
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini
karena gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai
Indonesia dating silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saai itu bukanlah
prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana
mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur
pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah
Jepang terus disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai
dengan yang diharapka bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat
dilaksanakan karena faktor keamanan para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar
yang ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat
bersekolah.
7. Zaman ‘Orde Lama’
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah pendidikan yang dapat membangun
bangsa agar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik di dalam
maupun di luar; pendidikan yang secara spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila
dan melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan ketiga kerangka tujuan Revolusi
Indonesia sesuai dengan Manipol yaitu membentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia berwilayah dari Sabang sampai Merauke, menyelenggarakan masyarakat
Sosialis Indonesia yang adil dan makmur, lahir-batin, melenyapkan kolonialisme,
mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan, penindasan dan penghisapan, ke arah
perdamaian, persahabatan nasional yang sejati dan abadi (Mudyahardjo, 2008: 403).
8. Zaman ‘Orde Baru’
Orde Baru dimulai setelah penumpasan G-30S pada tahun 1965 dan ditandai oleh
upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Haluan
penyelenggaraan pendidikan dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh Orde Lama yaitu dengan menetapkan pendidikan agama menjadi mata
pelajaran dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
P a g e | 11

Menurut Orde Baru, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan


kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumahtangga, sekolah dan
masyarakat(Ibid.: 422, 433). Pendidikan pada masa memungkinkan adanya
penghayatan dan pengamalam Pancasila secara meluas di masyarakat, tidak hanya di
dalam sekolah sebagai mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan (ibid.: 434).
Namun demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah
(1) kesadaran beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan
kesatuan bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat
(Pidarta, 2008: 141).
9. Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-
hal yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan
perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai
Golkar yang merupakan partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi
masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan
menyaampaikan pendapatnya (ibid.: 143).
Begitu Orde Baru jatuh pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas bagaikan burung
yang baru lepas dari sangkarnya yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun.
Masa Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar kebebasan tanpa
program yang jelas. Namun demikian, dalam bidang pendidikan ada perubahan-
perubahan dengan munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah
system pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan
tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas
profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi
pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life
Skills (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality Management).
c. Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem
pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu (Nasution,
2008: v).
P a g e | 12

Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep


pendidikan sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam
potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih
harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek
keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di
samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan
memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
2. Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode
global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa
dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu,
demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
3. Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta
(2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak
budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh
budaya global.
4. Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia,
bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya
membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.

B. LANDASAN HUKUM
Secara khusus, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan, yang berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008: 3, 11).
P a g e | 13

Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


pasal 1 : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang selalu bertolak dari sejumlah landasan
serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia
dan masyarakat bangsa tertentu. Secara umum, pendidikan merupakan segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup.

Landasan yuridis atau hukum pendidikan dapat diartikan seperangkat konsep


peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak atau acuan
(bersifat material, dan bersifat konseptual) dalam rangka praktek pendidikan dan
studi pendidikan. Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau fondasi
perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan
pendidikan di suatu negara.

Tiap-tiap negara memiliki peraturan perundang-undangan sendiri. Landasan yuridis


pendidikan Indonesia juga mempunyai seperangkat peraturan perundang-undangan
yang menjadi titik tolak sistem pendidikan di Indonesia, yang meliputi :

 Pembukaan UUD 1945


 UUD 1945 sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Indonesia.
 Pancasila sebagai Landasan Idiil Sistem Pendidikan Indonesia.
 Ketetapan MPR sebagai Landasan Yuridis Pendidikan Nasional
 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai Landasan Yuridis
Pendidikan Nasional
 Keputusan Presiden sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan
Nasional
 Keputusan Menteri sebagai Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
 Instruksi Menteri sebagai Landasan yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional
P a g e | 14

1. Undang-Undang dan Peraturan Pendidikan


1.1 Undang-Undang Pendidikan
 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pada Pembukaan UUD 1945 yang menjadi landasan hukum pendidikan
terdapat pada Alinea Keempat.

 Pendidikan menurut Undang-Undang 1945


Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di
Indonesia. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan Bab XIII yaitu
pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 ayat 1 berisi tentang hak setiap warga
negara untuk mendapatkan pendidikan, sedangkan pasal 31 ayat 2-5
berisi tentang kewajiban negara dalam pendidikan. Pasal 32 berisi
tendang kebudayaan. Kebudayaan dan pendidikan adalah dua unsur yang
saling mendukung satu sama lain.

 Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional


Undang-undang ini memuat 59 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum
(istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , hak-
hak warga negara untuk memperoleh pendidikan, satuan jalur dan jenis
pendidikan, jenjang pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, sumber
daya pendidikan, kurikulum, hari belajar dan libur sekolah, bahasa pengantar,
penilaian, peran serta masyarakat, badan pertimbangan pendidikan nasional,
pengelolaan, pengawasan, ketentuan lain-lain, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional
Undang-undang ini selain memuat pembaharuan visi dan misi pendidikan
nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang mengatur tentang ketentuan
umum(istilah-istilah terkait dalam dunia pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, prinsip penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban
warga negara, orang tua dan masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis
pendidikan, bahasa pengantar, stándar nasional pendidikan, kurikulum,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan,
P a g e | 15

pendanaan pendidikan, pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam


pendidikan, evaluasi akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan,
ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen


Undang undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum
(istilah-istilah dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan,
prinsip profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari
kualifikasi akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode
etik, sanksi bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban
sebagaimana mestinya, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

 Undang-Undang No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


Pendidikan
Undang-undang ini memuat 97 Pasal yang mengatur tentang Ketentuan
Umum, Lingkup, Fungsi dan Tujuan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Standar
Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar
Penilaian Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan, Evaluasi,
Akreditasi, Sertifikasi, Penjamin Mutu, Ketentuan Peralihan, Ketentuan
Penutup.
Menurut Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: “Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

2. Peraturan Pendidikan
 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990 Tentang Status Pendidikan Pancasila
dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap
program studi dan bersifat nasional
 Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
 Peraturan Menteri No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
P a g e | 16

 Peraturan Menteri No. 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksana Peraturan Menteri


No. 22 dan No. 23
 Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Kepala Sekolah
 Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 dan Nomor 32 Tahun 2008
Tentang Guru
 Peraturan Menteri Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
 Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
 Peraturan Menteri Nomor 24 Tahun 2007 dan Permen Nomor 33 Tahun
2008 tentang Standar Sarana Prasarana.
 Peraturan Menteri Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses
 Peraturan Menteri Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Standar Isi
3. Implikasi Landasan Hukum Pendidikan di Indonesia
Sebagai implikasi dari landasan hukum pendidikan, maka pengembangan konsep
pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan pendidikan
profesional.
2. Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam menerapkan
satu teori, tetapi juga mempelajari cara membina tenaga pembantu dan
mengusahakan alat-alat bekerja
3. Sebagai konsekuensi dari beragamnya kemampuan dan minat siswa serta
dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan
berbagai ragam sekolah kejuruan.
4. Untuk merealisasikan terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya maka perlu
perhatian yang sama terhadap pengembangan afektif, kognitif dan psikomotor
pada semua tingkat pendidikan.
5. Pendidikan humaniora perlu lebih menekankan pada pelaksanaan dalam
kehidupan seharí-hari agar pembudayaan nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah
dicapai.
6. Isi kurikulum mulok agar disesuaikan dengan norma-norma, alat, contoh dan
keterampilan yang dibutuhkan di daerah setempat.
7. Perlu diselenggarakan suatu kegiatan badan kerjasama antara sekolah masyarakat
dan orang tua untuk menampung aspirasi, mengawasi pelaksanaan pendidikan,
untuk kemajuan di bidang pendidikan.
P a g e | 17

Landasan hukum pendidikan merupakan seperangkat peraturan dan perundang-


undangan yang menjadi panduan pokok dalam pelaksanaan sistem pendidikan di
Indonesia. Peraturan yang satu dan yang lain seharusnya saling melengkapi.
Permasalahan yang saat ini terjadi adalah perundangan dan peraturan yang ada belum
sepenuhnya terlaksana dengan baik.

Pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : “Tiap – tiap warga negara
berhak mendapatkan pengajaran”. Pada kenyataannya masih banyak warga negara baik
dari kelompok masyarakat miskin, daerah tertinggal dan sebagainya yang belum
mendapatkan pengajaran seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.

Pada UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 4 ayat 2 berbunyi : “Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa”. Namun dalam kenyataanya sebagian penyelenggaraan pendidikan belum
sesuai dengan peraturan tersebut. Penyelenggaraan pendidikan masih saja bersifat
diskriminatif dan tidak menjunjung hak asasi manusia. Misalnya dalam
penyelenggaraan pendidikan di RSBI dengan pelajarannya yang begitu padat siswa
kehilangan hak-haknya untuk bermain, serta diskriminatif karena hanya siswa yang
pandai dan mampu saja yang bisa menempuh pendidikan disana.

4. Masalah Hukum Pendidikan di Indonesia


Para pendidik dan masyarakat umum perlu bersikap dan bertindak positif
mensukseskan tujuan pendidikan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Memberikan dorongan kepada peserta didik dan warga belajar untuk belajar terus
2. Mengurangi beban kerja anak-anak manakala mereka harus membantu
meringankan beban ekonomi orang tuanya
3. Membantu menyiapkan lingkungan belajar dan alat-alat belajar di rumah untuk
merangsang kemauan belajar anak-anak
4. Membantu biaya pendidikan
5. Mengijinkan anak pindah sekolah, bila ternyata sekolah semula sudah tidak dapat
menampung
6. Bila diperlukan, membantu menyiapkan gedung untuk lokasi belajar
P a g e | 18

7. Bersedia menjadi narasumber untuk keterampilan-keterampilan tertentu yang


banyak dibutuhkan para pendidik dasar tingkat-tingkat akhir
8. Mengizinkan peserta didik dan warga belajar magang di perusahaan-perusahaan
dan perdagangan-perdagangan
9. Responsif terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, terutama yang dilaksanakan di
masyarakat
10. Bersedia menjadi orang tua angkat atau orang tua asuh bagi anak-anak yang sudah
tidak memiliki orang tua, atau orang tuanya tidak mampu membiayai anak-
anaknya.

C. LANDASAN FILSAFAT

Filsafat sebagai Induk Ilmu Pengetahuan Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu,
kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya. Dalam
berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum
kita tahu.
Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:
 Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli
 Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika
 Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh
jangkauan kemampuan manusia
 Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana
hakikat sebenarnya.
 Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui
kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
1.Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,
pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
3. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan
menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian
filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut
pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya
yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang disebut
P a g e | 19

benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana
yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk
jelek (estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang
filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat
tersebut antara lain mencakup:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika

Pendidikan sebagai Cabang ilmu dari Filsafat


Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat.
Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat
khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan
keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan
salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah
filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah Pendidikan Filsafat
pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
(1) Filsafat Praktek Pendidikan dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif
tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan
sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk
teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif[2] .
P a g e | 20

Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga)


masalah pokok yaitu:
(1) apakah sebenarnya pendidikan itu;
(2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan
(3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu
Pendidikan membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi
kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.

Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam
yaitu:
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola
organisasi Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal
dan material Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja
dalam menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan
teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan

D. LANDASAN SOSIAL BUDAYA

1. Pengertian Sosiologi

Menurut etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang
berarti teman, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang
pergaulan hidup manusia atau masyarakat. Seiring dengan perkembangan
sosiologi, para ahli telah memberikan definisi dengan sudut pandang yang
berbeda-beda, seperti berikut ini. (Soerjono Soekamto, 2001:20).

Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum yang
menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu
pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek kehidupan sosio-
kultural secara mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi
juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
P a g e | 21

1. empiris : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.


2. teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam waktu
lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3. komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik/buruk

Dari beberapa pendapat diatas dapat tarik persamaan dari pengertian sosiologi,
yakni sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan
pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.

2. Pengertian Budaya

Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup


pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran
Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup
bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota
masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat sitiadat dan nilai-nilai kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan
adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.

3. Pengertian Sosiologi Pendidikan

Abu Ahmadi berpendapat, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu


pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga,
masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang
terdapat dalam masyarakat dan negaranya. Beliau juga menyatakan bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari
antara orang yang satu dengan orang lain (education sociology should be centered
bout the process of inter-learning-learning from one another).

4. Sosiologi dan Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-
kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang
sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis
bahwa sosiologi pendidikan meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika
kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem
pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud
dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut:
P a g e | 22

1. Imitasi atau peniruan

2. Sugesti, yang akan terjadi apabila jika seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.

3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah
sadar.

4. Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.

Untuk mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus


menciptakan situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari
sosialisasi itu muncul pada diri peserta didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila
memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 1) kontak antarindividu; 2) kontak
antarindividu dengan kelompok atau sebaliknya; 3) kontak antarkelompok.
Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial
ini berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama,
atau karena cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat
berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas,
subkelas, kelompok belajar di rumah dan sebagainya.
Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah
dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok
ini berusaha maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi
perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatikan kestabilan
kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prisip yang melandasi kestabilan
kelompok, yaitu integritas, ketenangan dan konsensus.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai, dan sekolah-sekolah
harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada peserta didik di sekolah.
Wuradji (1988) mengemukakan sekolah sebagai kontrol sosial dan sebagai
perubahan sosial. Tugas-tugas pembinaan mental tersebut harus sejalan dengan salah
satu pasal dalam UU pendidikan RI yang mengatakan bahwa sekolah/pemerintah,
orang tua, siswa dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas
lancarnya pelaksanaan pendidikan.
5. Kebudayaan dan Pendidikan
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam
arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan
membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin
banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi
kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
P a g e | 23

Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan
manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek
yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh
karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan
kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan
populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah
akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang
kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki
dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya
sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
6. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting
dalam dunia pendidikan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat
Demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan
bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan
kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara
bangsa.
2. Transmisi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai
pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada
perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak
setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
7. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku
menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial
juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga
pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
8 Dampak Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya
yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan
fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai Kebudayaan
dari generasi ke generasi.
P a g e | 24

Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka


ditemukan sejumlah konsep pendidikan.
a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya
b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh
masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan
Pendidikan
c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau
perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah
kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).

E. LANDASAN EKONOMI

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan


produksi, distribusi, pertukaran, dan kosumsi barang dan jasa. Ilmu ekonomi asalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptkan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adlaha adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
jumlahnya terbatas.
Landasan ekonomi adalah sautu hal yang membahasa peran ekonomi, fungsi
produksi, efisiensi dan efektivitas biaya dalam pendidikan. Ekonomi merupakan
salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan.

1. Hubungan Ekonomi Dengan Pendidikan


Manusia merupakan faktor produksi aktif yang dapat mengakumulasi
modal, mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam, membangun organisasi
sosial, ekonomi dan politik. Faktor modal dan kemjuan tekhnologi disebut
sebagai faktor yang paling berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Namun kedua
faktor tersebut tidak ditunjang dengan faktor sumber daya manusia (SDM).
Instrumen utama untuk membangun sumber daya tersebut adlah peningkatan
kualitas program pendidikan nasional.

2. Peran Ekonomi Dalam Pendidikan


Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan dibidang
ekonomi pada pembangunan jangka panjang tahun pertama dan kedua adalah
karena :
1. Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
2. Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.
P a g e | 25

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh dalam bidang pendidikan. Cukup


banyak orang kaya secara sukarela mau menjadi bapak angkat agar anak-anak
tidak mampu bisa bersekolah, terlaksananya sistem ganda dalam pendidikan
yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar-
mengajar para siswa. Hal ini berkat kesadaran para pemimpin indutri akan
pentingnya pendidikan. Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi
secara maksro adalah munculnya sejumlah sekolah unggul dengan tujun
membentuk metal yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil
kerja yang sempurna.

3. Fungsi Produksi Dalam Pendidikan


Fungsi produksi dalam pendidikan, adalah hubungan antara output dan input, di
mana ada tiga bagian yaitu:
1. Fungsi Produksi Administrator
Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala
sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan.

1. Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas dapat diuangkan,


artinya bahwa perhitungan luas dan kualitas bangunan
2. Perlengkapan belajar di sekolah seperti media, alat peraga juga dihitung
harganya
3. Buku-buku pelajaran, dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan
sebagainya.
4. Barang-barang yang habis dipakai seperti zat kimia dilaboratorium dan
sebagainya.
5. Waktu guru bekerja, dan perangkat pegawai administrasi dalam
memproses peserta didik harus dibeli dan dibayar.
Sementara itu yang dipandang sebagai output adalah berbagai bentuk layanan
dalam memproses peserta didik seperti menghitung SKS dan lamanya peserta
didik dalam belajar.

2. Fungsi Produksi Psikologi


Pada fungsi produksi psikologi yang dipandang sebagai input sama seperti
fungsi produksi administrator.
Output fungsi produksi psikologi ialah semua hasil belajar siswa yang
mencakup :

1. Peningkatan kepribadian
P a g e | 26

2. Pengarahan dan pembentukan sikap


3. Penguatan kemauan
4. Peningkatan estetika
5. Penambahan pengetahuan, ilmu, dan teknologi
6. Penajaman pikiran
7. Peningkatan keterampilan
3. Fungsi Produksi Ekonomi
Pada fungsi produksi psikologi yang dipandang sebagai input adalah :
a. Semua biaya pendidikan .
b. Semua uang yang dikeluarkan secar a pribadi untuk keperluan pendidikan.
c. Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah.
Outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat
dan bekerja, jika orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah. Dan jika
belum pernah bekerja maka outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat
atau bekerja

4. Peran Dan Fungsi Ekonomi Pendidikan


Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses
pendidikan, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian
dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi,
afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn
lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai
penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi
pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Kegunaan ekonomi
dalam pendidikan terbatas pada :

1. Untuk membeli keperluan pendidikanyang tidak dapat dibuat sendiri atau


bersama siswa.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung.
3. Membayar jasa semua kegiatan pendidikan.
4. Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja

Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiaban
lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana pendidikan yang
mungkin bisa diperoleh di antaranya: a) Dari pemerintah dalam bentuk proyek
pembangunan, penelitian dan sebagainya; b) Kerjasama dengan instansi lain, baik
pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian,
P a g e | 27

pengabdian pada masyarakat; c) Membentuk pajak pendidikan. Program ini bisa


dirancang bersama antara lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan
cara ini bukan saja orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua
masyarakat; f) Usaha-usaha lainya.

Menurut jenisnya biaya pendidikan terdiri dari :

1. Dana Rutin, adalah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin seperti gaji.
Dan dipertanggungjawabkan dengan SPJ (suratPertanggungjawaban) yang
disertai dengan bukti-bukti pembayaran yang sah.
2. Dana Pembangunan, adalah dana yang dipakai membiayai pembangunan-
pembangunan dalam berbagai bidang juga dipertanggungjawabkan dengan SPJ
(Surat Pertanggungjawaban) yang disertai dengan bukti-bukti pembayaran yang
sah.
3. Dana Bantuan Masyarakat, adalah dana yang digunakan untuk membiayai hal-
hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan. Dan
dipertanggungjawabkan dalam laporan yang disertai bukti-bukti pembayaran
yang sah pada wakil-wakil masyarakat.

5 Efisiensi Dan Efektifitas Dana Pendidikan


Dana pendidikan adalah dana yang harganya sesuai atau lebih kecil dari pada
produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan. Sedangkan yang
dimaksud dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana
tersenut pendidikan yang telah direncakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.
Pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan karena :
1. Dana pendidikan sangat terbatas.
2. Departemen pendidikan seringkali mengalami kebocoran dana.

Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat efisiensi


pendidikan adalah :
1. Penggunaan Uang.
2. Proses Kegiatan.
3. Hasil Kegiatan
P a g e | 28

F. LANDASAN IPTEK

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa manusia pada masa


yang berbeda dengan masa sebelumnya, bahkan masa yang tidak pernah
terbayangkan di masa lalu. Munculnya hasil-hasil teknologi seperti hasil teknologi
transportasi, yang bukan hanya menyebabkan manusia bisa menjelajah dunia,
bahkan hingga luar angkasa. Demikian juga kemajuan dalam teknologi informasi
dan komunikasi, yang memungkinkan manusia untuk mengetahui informasi dari
berbagai belahan dunia dalam waktu singkat. Namun demikian, kemajuan tersebut
tidak hanya memunculkan dampak positif, bersamaan dengan itu muncul pula
berbagai dampak negatif kemajuan teknologi yang sering membuat cemas.
Kemajuan transportasi, khususnya bertambahnya kendaraan di kota-kota besar
dengan jumlah yang begitu besar, sering menimbulakn kemacetan, karena tidak
dibarengi dengan sarana jalan yang memadai, timbulnya banyak kecelakaan karena
kelalaian pengendara dsb. Hasil teknologi informasi yang pada saat ini membuat
cemas seluruh masyarakat, dengan fasilitasnya, yang memudahkan bagi pemakai,
tidak terlepas anak-anak, untuk mengakses pornografi, kekerasan dsb, yang
menyebabkan gesekan nilai-nilai, norma, dan budaya.
Munculnya permasalahan- permasalahan tersebut menyebabkan tugas-tugas
pendidikan yang diemban sekolah menjadi kian kompleks. Tugas sekolah menjadi
semakin berat, dan kadang-kadang tidak mampu lagi melaksanakan semua tuntutan
masyarakat. Bahkan seiring dengan kemajuan zaman, tugas-tugas yang dahulu
bukan menjadi tanggung jawab sekolah kini menjadi tugas sekolah. Sekolah tidak
hanya bertugas menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus
member keterampilan, juga harus menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai.
Dengan tugas dan tanggung pendidikan yang demikian berat, kurikulum
sebagai alat pendidikan, harus selalu diperbarui menyesuaikan dengan perubahan
yang terjadi baik isi maupun prosesnya, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang demikian cepat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan,
serta membekali anak didik dengan ilmu pengetahuan guna perannya di masa
datang. Sementara itu teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan
ilmu-ilmu lainnya untuk memecahkan masalah-maslaah praktis. Dengan demikian
Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang teramat pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.
Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunakan alat-alat
yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi di saat
perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, tentu menuntut
pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai oleh anak didik untuk
mendapatkan informasi berkaitan dengan program yang harus dilaluinya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa
depan, di sisi lain perubahan masyarakat termasuk di dalamnya perubahan ilmu
P a g e | 29

pengetahuan teknologi ang semakin pesat, maka pengembangan kurikulum haruslah


berlandaskan IPTEK.
Perhatian terhadap IPTEK sebagai landasan kurikulum, secara langsung adalah
dengan menjadikannya isi/materi pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga banyak membawa perubahan pada sistem nilai-nilai. Pendidikan pada
dasarnya adalah bersifat normatif, dengan demikian perubahan nilai-nilai yang
diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diarahkan
agar bisa menuju pada perubahan yang bersifat positif. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum harus senantiasa menjadikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai landasannya, sehingga menghasilkan kurikulum
yang memiliki kekuatan, dan juga bisa mengembangkan dan melahirkan ilmu
pengetahuan dan teknologi demi lebih memajukan peradaban manusia.

1. Langkah-Langkah Menurut Teknologi Pendidikan


Akhirnya kami beri cara pengembangan program atau kurikulum menurut
teknologi pendidikan (Association for Educational Communication and
Technology 18. h. 44).
a. Merumuskan program
b. Merinci tujuan dalam bentuk kelakuan terminal serta menentukan populasi
siswa
c. Memilih petugas produksi
d. Membuat desain permulaan tentang analisis kelakuan dan urutan
instruksional
e. Membagikan tugas kepada petugas produksi
f. Penulisan program permulaan
g. Memilih mengadakan pre-test dengan siswa yang mempunyai latar belakang
yang representative
h. Test individual dengan tiga siswa baru
i. Revisi. Jika perlu diadakan recycling mulai dari f atau fase sebelumnya.
Prosedur ini dapat diulangi dari 2 sam[pai 9 kali (rata-rata 4 kali) sampai
tercapai hasil belajar 90 persen atau lebih oleh tiga dari subjek test.
j. Persiapan untuk test lapangan
k. Validasi bedasarkan test lapangan
l. Recycling, bila perlu mulai dari g atau f
m. Produksi akhir
n. Yesying pemakaiannya
o. Distribusi dan pelaksanaannya, termasuk buku pegangan bagi para pemakai,
pendidikan guru, dan rencana penyebaran

Berbeda dengan unit sumber yang memberi kebebasan dan fleksibilitas, kita lihat
bahwa teknologi pendidikan menyajikan program yang terinci dan ketat yang
P a g e | 30

menginginkan pelaksanaan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.


Dari berbagai contoh tentang langkah-langkah pengembangan kurikulum kita lihat ada
kesamaannya, yakni semua pada hakikatnya mengikuti struktur serta komponen-
kompopnennya : tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan evaluasi.
Teknologi pendidikan memberi kurikulum yang disusun secara sistematis dalam
segala asppeknya dan menginginkan agar kurikulum itu diikuti secara ketat. Perbedaan
kepribadian guru maupun siswa tidak menjadi pertimbangan.
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam pembelajaran denga teknologi
modern:
a) Pengenalan perangkat teknologi informasi dan komunikasi kepada siswa
b) Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri maupun
siswa
c) Metode pembelajaran yang menyenangkan dapat menambah motivasi belajar anak
lebih meningkat
d) Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang iptek di bidang pendidikan
e) Mengikuti perkembengan
P a g e | 31

BAB. III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari rangkaian masa dalam sejarah yang menjadi landasan historis kependidikan
di Indonesia, kita dapat menyimpulkan bahwa masa-masa tersebut memiliki wawasan
yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Mereka sama-sama menginginkan
pendidikan bertujuan mengembangkan individu peserta didik, dalam arti memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka secara alami dan
seperti ada adanya, tidak perlu diarahkan untuk kepentingan kelompok tertentu.
Sementara itu, pendidikan pada dasarnya hanya memberi bantuan dan layanan dengan
menyiapkan segala sesuatunya. Sejarah juga menunjukkan betapa sulitnya perjuangan
mengisi kemerdekaan dibandingkan dengan perjuangan mengusir penjajah. Dengan
demikian mereka berharap hasil pendidikan dapat berupa ilmuwan, innovator, orang
yang peduli dengan lingkungan serta mampu memperbaikinya, dan meningkatkan
peradaban manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki dan memajukan diri, agar tidak ketinggalan jaman, dan selalu berusaha
menyongsong zaman yang akan datang atau untuk dapat hidup dan bekerja senafas
dengan semangat perubahan zaman.

Sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan
sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan

Ilmu pengetahuan yang tidak diamalkan dalam masyarakat merupakan suatu


karya yang sia-sia. Hendaknya atas dasar berbagai ilmu pemgetahuan yang dijadikan
landasan untuk berkarya sehingga akan mempunyai nilai tambah, nilai tambah ini
disebabkan teknologi yang dilandasi ilmu pengetahuan. Secara garis besar teknologi
dibagi menjadi dua, yaitu teknologi rendah dan teknologi tinggi. Teknologi pendidikan
ingin memberikan kurikulum yang disusun secara ilmiah, logis dan sistematis.
P a g e | 32

Kurikulum yang dihasilkan telah diujji-coba sebelum disebarkan. Kurikulum ini


berusaha menentukan hasil apa yang harus dicapai oleh semua siswa sampai batas
penguasaan yang tinggi dan juga menetapkan proses belajar yang harus diikuti
IPTEK dimiliki seluruh bangsa, dan senantiasa berkembang mengikuti
perkembangan masyarakatnya. Perkembangan IPTEK memiliki pengaruh yang cukup
luas, meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
keagamaan, keamanan, pendidikan, dll. Dalam bidang pendidikan, perkembangan
teknologi industri mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan. Industri
dengan teknologi maju memroduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara
langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan. Sebaliknya kegiatan
pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunakan alat-alat yang dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi di saat perkembangan produk
teknologi komunikasi yang semakin canggih, tentu menuntut pengetahuan dan
keterampilan yang perlu dikuasai oleh anak didik untuk mendapatkan informasi
berkaitan dengan program yang harus dilaluinya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan,
di sisi lain perubahan masyarakat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan
teknologi ang semakin pesat, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
IPTEK.
P a g e | 33

DAFTAR PUSTAKA

H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Cet. 2, Jakarta: Rineke Cipta, 2004.
H. Muhaimin MA, Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum PAI, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II, Kurikulum Untuk Abad Ke-21, Jakarta :
Grasindo, 1994.
https://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-sosial-budaya-
pendidikan/
S Nasution MA, Pengembangan Kurikulum, Cet. 1, Bandung: PT Alumni, 1986

Anda mungkin juga menyukai