Entalpi Pelarutan
Entalpi Pelarutan
PENDAHULUAN
Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Volume Titrasi Massa Massa Erlenmeyer
Suhu
NaOH 0,5 M Erlenmeyer + larutan H2C2O4
10 mL 34,851 g 39,851 g
5oC
9,5 mL 34,697 g 39,605 g
12,3 mL 35,248 g 40,321 g
10oC
11 mL 34,830 g 39,188 g
15,3 mL 34,851 g 39,826 g
15oC
14 mL 34,697 g 39,744 g
19 mL 35,248 g 40,073 g
20oC
19,8 mL 34,830 g 39,823 g
23,7 mL 34,851 g 39,894 g
25oC
23,3 mL 34,697 g 39,887 g
150
Series1
100
Linear (Series1)
50
0
0 5 10 15 20 25 30
Temperatur/T (oC)
H = 6,267 J/mol
3.2 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan
suatu zat dan panas kelarutannya. Entalpi pelarutan adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk melarutkan 1 mol zat. Pertama, kristal asam oksalat dilarutkan dalam 100 mL aquadest
hingga larutan jenuh, artinya hingga larutan tidak dapat melarutkan kristal asam oksalat lagi
(lewat jenuh). Air disini berfungsi sebagai pelarut. Larutan jenuh tidak dapat diamati dengan
mata karena semua zat terlarut dalam larutan sehingga untuk menentukan larutan tersebut jenuh,
tak jenuh atau lewat jenuh dapat diamati dari kelarutan zat. Suatu zat dikatakan tak jenuh apabila
jumlah mol zat terlarut lebih kecil dari jumlah zat pelarutnya, dalam hal ini zat terlarut yang
ditambahkan masih dapat larut dalam larutan. Suatu zat dikatakan lewat jenuh apabila jumlah
mol zat terlarut lebih besar dari jumlah zat pelarutnya, dalam hal ini zat terlarut yang
ditambahkan tidak dapat larut lagi dalam larutan. Larutan jenuh merupakan larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara
solute yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu.
Setelah mencapai titik jenuh, temperatur larutan diturunkan sesuai dengan temperatur dalam
literatur yaitu 5, 10, 15, 20, 25oC . Temperatur diturunkan dengan bantuan es batu yang telah
diperkecil ukurannya dan ditambah garam kedalam es batu. Fungsi dari penambahan garam dapur
sendiri adalah untuk mempertahankan temperatur sistem. Pengukuran dimulai dari suhu terendah
karena untuk menurunkan suhu larutan membutuhkan waktu yang sangat lama, namun untuk
menaikkan suhu larutan sangat mudah. Oleh karena itu pengukuran dimulai dari suhu terendah.
Larutan yang didinginkan, konsentrasinya semakin rendah pula. Larutan juga semakin berwarna
putih seiring suhu diturunkan. Hal ini terjadi karena serbuk asam oksalat yang semakin tidak larut
pada suhu rendah. Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : jenis zat pelarut, jenis
zat terlarut, temperatur dan tekanan. Setelah suhu larutan sesuai dengan suhu yang akan
digunakan, larutan diambil 5 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer untuk selanjutnya
distandarisasi dengan NaOH 0,5 M. Dalam pengambilan 5 mL larutan asam oksalat, jangan
sampai serbuk ikut terbawa. Jadi tunggu beberapa saat hingga larutan mengendap baru diambil 5
mL menggunakan pipet volume.
Pada larutan jenuh terjadi keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak
terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap
dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Larutan asam oksalat 5 mL tersebut
selanjutnya ditimbang massanya. Percobaan harus dilakukan dengan cepat, karena praktikan
harus tetap mempertahankan suhu larutan saat dititrasi. Setelah ditimbang, ditambahkan 3 tetes
indikator PP agar dapat lebih mudah mengetahui titik ekivalennya atau titik dimana titrasi harus
di hentikan yaitu pada percobaan ini di tandai dengan perubahan warna pada larutan yang
awalnya tidak berwarna berubah menjadi merah muda transparan. Indikator PP memberikan
warna berbeda pada kondisi asam dan basa. Pada kondisi asam, indikator PP memberikan warna
tidak berwarna. Namun pada kondisi sedikit basa, indikator PP memberikan warna merah muda.
Selanjutnya dilakukan standarisasi larutan asam oksalat dengan larutan standar NaOH 0,5 M.
Larutan NaOH 0,5 M dijadikan sebagai larutan standar, karena larutan NaOH memiliki
konsentrasi yang pasti ( 0,5 M ) dan memenuhi persyaratan sebagai standar dalam analisis atau
reaksi kimia.
Kecenderungan kelarutan semakin menurun seiring dengan penurunan suhu terlihat pada
range suhu 25°C sampai dengan 5°C. Pada daerah variasi suhu ini terlihat bahwa semakin kecil
suhu, kelarutannya juga semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Apabila suhu diperbesar, maka
kelarutan semakin besar dan volume titran juga semakin besar. Sedangkan apabila suhu
diperkecil, maka kelarutan semakin kecil maka volume titran yang dibutuhkan semakin kecil.
Penetuan harga (∆H) tidak bergantung pada jalannya proses namun hanya tergantung pada
keadaan awal dan akhir proses (∆H sebagai fungsi keadaan). Nilai ∆H dapat digunakan untuk
meramalkan suatu proses reaksi. Bila ∆H > 0 proses berjalan secara endotermis, yaitu sistem
menyerap kalor. Bila ∆H = 0 proses berjalan secara adiabatik, semua kalor diubah menjadi kerja.
Bila ∆H < 0 proses berjalan secara eksotermis, yaitu sistem melepaskan kalor. Pada percobaan ini
nilai ∆H yang didapat yaitu 6,267 J/mol. Hal ini menunjukkan reaksi berjalan secara endotermis
yaitu sistem menyerap kalor. Bila panas pelarutan (∆H) positif, daya larut naik dengan naiknya
temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas. Jika kesetimbangan terganggu dengan adanya perubahan
temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Secara umum panas pelarutan adalah
positif (endodermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin
banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat – zat yang panas pelarutannya negatif (eksotermis),
maka semakin tinggi suhu maka akan semakin berkurang zat yang dapat larut.
Berdasarkan data hasil percobaan, kelarutan asam oksalat pada suhu 5°C lebih rendah dari
pada kelarutan asam oksalat pada suhu 10°C. Atau dengan kata lain semakin rendah suhu, maka
endapan yang terbentuk semakin banyak pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suhu, maka kelarutan suatu zat semakin bertambah.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah:
Jenis zat pelarut dan zat terlarut
Apabila suatu zat pelarut mempunyai sifat mudah melarutkan suatu zat maka kelarutannya
sangat tinggi, dan apabila zat pelarutnya mempunyai sifat sulit melarutkan suatu zat maka
kelarutannya pun rendah. Begitu pula dengan zat terlarut apa bila zat terlarut tersebut mudah
melarut dalam suatu pelarut, maka kelarutannya dalam pelarut pun tinggi dan begitu pula
sebaliknya
Suhu atau Temperatur
Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya kalor (panas)
mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya
jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah
sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik antar molekul-molekul air dan terjadi kelarutan.
Tekanan
Faktor berikutnya adalah pengaruh tekanan pada kelarutan, Perubahan tekanan pengaruhnya
kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Sebab suatu tekanan berhubungan dengan volum dan
volum cairan itu sendiri tidak mengalami perubahan yang besar, hal ini berbeda dengan volum
gas. Partikel gas geraknya lebih bebas dibandingkan dengan cairan, sehingga pengaruh tekanan
pada zat cair lebih kecil dibanding pengaruhnya terhadap gas.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Entalpi adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Nilai entalpi bergantung pada jumlah
mol zat. Temperatur dapat mempengaruhi konsentrasi suatu larutan. Pada penentuan entalpi
pelarutan asam oksalat, semakin tinggi temperaturnya, semakin tinggi pula konsentrasinya
sehingga semakin banyak pula NaOH yang digunakan untuk menstandarisasi larutan. Panas
pelarutan (Hs) asam oksalat adalah 6,267 J/mol.
4.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih cepat dan tangkas agar praktikum dapat
cepat selesai. Untuk bahan seperti air es untuk diberi wadah tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Sodium Hidroxide. www.chem-is-try.edu [diakses
pada tanggal 22 Maret 2014].
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
- 10oC
M1V1 = M2V2 M1V1 = M2V2
M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,0123 L M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,011L
M1 = 1,23 M M1 = 1,1 M
Mrata-rata = 1,165 M
- 15oC
M1V1 = M2V2 M1V1 = M2V2
M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,0153 L M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,014 L
M1 = 1,53 M M1 = 1,4 M
Mrata-rata = 1,465 M
- 20oC
M1V1 = M2V2 M1V1 = M2V2
M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,019 L M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,0198 L
M1 = 1,9 M M1 = 1,98 M
Mrata-rata = 1,94 M
- 25oC
M1V1 = M2V2 M1V1 = M2V2
M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,0237 L M1 x 0,005 L = 0,5 M x 0,0233 L
M1 = 2,37 M M1 = 2,33 M
Mrata-rata = 2,35 M
2. Mol Asam Oksalat (M/mL)
- 5oC
n=MxV
= 0,975 M x 5 mL
= 4,875 mol
- 10oC
n=MxV
= 1,165 M x 5 mL
= 5,825 mol
- 15oC
n=MxV
= 1,465 M x 5 mL
= 7,325 mol
- 20oC
n=MxV
= 1,94 M x 5 mL
= 9,7 mol
- 25oC
n=MxV
= 2,35 M x 5 mL
= 11,75 mol
- 10oC
mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer) mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer)
= 40,321 g – 35,248 g = 39,188 g – 34,830 g
= 5,073 g = 4,358 g
mrata-rata = 4,716 g
- 15oC
mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer) mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer)
= 39,826 g – 34,851 g = 39,744 g – 34,697 g
= 4,975 g = 5,047 g
mrata-rata = 5,011 g
- 20oC
mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer) mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer)
= 40,073 g – 35,248 g = 39,823 g – 34,830 g
= 4,825 g = 4,993 g
mrata-rata = 4,909 g
- 25oC
mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer) mlarutan = (moksalat + erlenmeyer) – (merlenmeyer)
= 39,894 g – 34,851 g = 39,887 g – 34,697 g
= 5,043 g = 5,19 g
mrata-rata = 5,117 g
6. Molalitas Solute
- 5oC
𝑛𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000 𝑚𝐿
msolute = x
1000 𝑚𝐿 𝑚 𝐻2 𝑂
4,875 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
= x
1000 𝑚𝐿 4,5152 𝑔
= 1,0797 mol/g
- 10oC
𝑛𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000 𝑚𝐿
msolute = x
1000 𝑚𝐿 𝑚 𝐻2 𝑂
5,825 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
= x
1000 𝑚𝐿 4,1917 𝑔
= 1,3879 mol/g
- 15oC
𝑛𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000 𝑚𝐿
msolute = x
1000 𝑚𝐿 𝑚 𝐻2 𝑂
7,325 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
= x
1000 𝑚𝐿 4,3517 𝑔
= 1,6832 mol/g
- 20oC
𝑛𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000 𝑚𝐿
msolute = x
1000 𝑚𝐿 𝑚 𝐻2 𝑂
9,7 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
= x
1000 𝑚𝐿 4,039 𝑔
= 2,4016 mol/g
- 25oC
𝑛𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 1000 𝑚𝐿
msolute = x
1000 𝑚𝐿 𝑚 𝐻2 𝑂
11,75 𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
= x
1000 𝑚𝐿 4,059 𝑔
= 2,8949 mol/g
7. n Solute
- 5oC
nsolute = msolute x m H2O
= 1,0797 mol/g x 4,5152 g
= 4,8751 mol
- 10oC
nsolute = msolute x m H2O
= 1,3879 mol/g x 4,1917 g
= 5,8177 mol
- 15oC
nsolute = msolute x m H2O
= 1,6832 mol/g x 4,3517 g
= 7,3248 mol
- 20oC
nsolute = msolute x m H2O
= 2,4016 mol/g x 4,039 g
= 9,7001 mol
- 25oC
nsolute = msolute x m H2O
= 2,8949 mol/g x 4,059 g
= 11,750 mol
8. Kelarutan Asam Oksalat
- 5oC
𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑥 𝑀𝑟 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
S=
5 𝑚𝐿
4,8751 𝑚𝑜𝑙 𝑥 90 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑚𝐿
= 87,752 g/mL
- 10oC
𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑥 𝑀𝑟 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
S=
5 𝑚𝐿
5,8177 𝑚𝑜𝑙 𝑥 90 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑚𝐿
= 104,72 g/mL
- 15oC
𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑥 𝑀𝑟 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
S=
5 𝑚𝐿
7,3248 𝑚𝑜𝑙 𝑥 90 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑚𝐿
= 131,85 g/mL
- 20oC
𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑥 𝑀𝑟 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
S=
5 𝑚𝐿
9,7001 𝑚𝑜𝑙 𝑥 90 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑚𝐿
= 174,60 g/mL
- 25oC
𝑛𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒 𝑥 𝑀𝑟 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
S=
5 𝑚𝐿
11,750 𝑚𝑜𝑙 𝑥 90 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
5 𝑚𝐿
= 211,50 g/mL
Kurva Kalibrasi
250
y = 6,347x + 46,87
R² = 0,975
200
Kelarutan/S (g/mL)
150
Series1
100
Linear (Series1)
50
0
0 5 10 15 20 25 30
Temperatur/T (oC)
R2 = 0,975
R = 0,9874
y = mx + c
y = 6,347x + 46,87
𝑆2 ∆𝐻 𝑇 −𝑇
In ( ) =
𝑆1 𝑅
(𝑇2 − 𝑇1) + C
1 2
∆𝐻
Slope (m) =
𝑅
H = mR
H = 6,347 x 0,9874
H = 6,267 J/mol