Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Malaria

Malaria adalah penyakit menular, yang ditularkan nyamuk malaria, dapat

menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan

umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa ( Kemenkes RI, 2016).

Menurut sejarah kata “malaria” berasal dari bahasa Italia yang terdiri dari dua

suku kata, “mal dan aria” yang berarti udara yang jelek. Mungkin orang Italia

pada masa dahulu mengira bahwa penyakit ini penyebabnya ialah musim dan

udara yang jelek. Penyakit malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu yang

mungkin sudah mempengaruhi populasi dan sejarah manusia. (Andi, 2012).

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui

gigitan nyamuk anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus

plasmodia family plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan

penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika, tertiana, ovale

dan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal setiap tahun (Dirjen P2Pl,

2011).

Sebelum ditemukan penyebab yang ilmiah, malaria biasanya dihubungkan

dengan kutukan tuhan atau pembalasan iblis. Mitologi Cina menggambarkan tiga

iblis, yang satu dengan membawa palu, yang lain membawa ember berisi air

dingin, dan yang ketiga dengan tungku api. Mereka melambangkan kelainan sakit

6
kepala, menggigil dan demam. Selain penduduk cina, penduduk Belanda di

Batavia menyebut penyakit ini sebagai kutukan dan gangguan roh jahat semacam

orang kesurupan (Andi, 2012).

Sebagai penyakit yang dapat menular kembali secara massal, malaria adalah

penyakit yang berbahaya. Pada awal abad ke-20, penyakit ini menyerang anak-

anak dan dewasa dalam setiap tahunnya dari 1000 jiwa penderita 100 diantaranya

meninggal. Penyakit ini terkenal sebagai musuh negara, memiliki pengaruh yang

sangat besar pada kesejahteraan rakyat, daya kerja rakyat, serta pembangunan. Hal

ini dikarenakan parasit yang terdapat dalam tubuh penderita malaria dapat

menghancurkan butir-butir darah merah yang sangat diperlukan oleh tubuh

sehingga dapat menyebabkan penderita kekurangan darah, kekurangan gizi, dan

pada akhirnya kekurangan tenaga. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda

menggolongkan malaria sebagai penyakit pengancam kesehatan rakyat (Andi,

2012).

Laporan pertama mengenai penyakit ini di Indonesia adalah oleh tentara

Belanda. Disebutkan adanya wabah di Cirebon pada tahun 1852-1854. Dengan

serangkaian upaya penanganan, selanjutnya pemerintah kolonial Belanda mulai

mengadakan pemberantasan malaria sejak tahun 1911, namun kenyataannya

pelaksanaan pemberantasan itu baru dapat dilaksanakan pada tahun 1914. Pada

masa pendudukan Jepang, usaha pemberantasan malaria terhenti karena kebijakan

pemerintah jajahan yang lebih dikonsentrasikan di bidang militer. Kemudian di

era Indonesia merdeka, upaya penanganan preventif dan kuratif dilakukan guna

mencegah dan mengurangi wabah penyakit ini (Andi, 2012).

7
1. Epidemiologi Malaria

Malaria ditemukan hampir diseluruh belahan dunia, terutama di negara-

negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena

malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia. Guerra CA,

dkk pada tahun 2008 memperkirakan sekitar 35% dari populasi dunia tinggal di

daerah yang berisiko penularan Plasmodium Falciparum, dan sekitar 1 milyar

orang-orang yang tinggal di daerah yang berisiko rendah dan masih ada penularan

malaria. Malaria dapat ditemukan mulai dari belahan bumi utara (Amerika Utara

sampai Eropa dan Asia) ke belahan bumi selatan (Amerika Selatan); mulai dari

daerah dengan ketinggian 2850 m sampai dengan daerah yang letaknya 400m di

bawah permukaan laut. Keadaan malaria di dunia saat ini diperkirakan terdapat

300-500 juta kasus malaria klinis/tahun dengan 1,5-2,7 juta kematian, terutama

negara-negara benua Afrika. Risiko tinggi penularan malaria di Afrika dengan

jumlah estimasi kasus pada tahun 2010 sekitar 174 kasus dengan estimasi

kematian sebanyak 596.000 kasus (Andi, 2012).

Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas pada semua pulau dengan

derajar dan berat infeksi yang bervariasi. Menurut data yang berkembang hampir

separuh dari populasi Indonesia bertempat tinggal di daerah endemik malaria dan

diperkirakan ada 30 juta kasus malaria setiap tahunnya. Kejadian tersebut

disebabkan adanya permasalahan-permasalahan tekhnis seperti pembangunan

yang tidak berwawasan kesehatan lingkungan, mobilitas penduduk dari daerah

endemis malaria, adanya resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida yang

digunakan dan juga resistensi obat malaria makin meluas. Di Indonesia, secara

8
umum spesies yang paling sering ditemukan adalah Plasmodium falcifarum dan

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae jarang ditemukan di Indonesia bagian

timur, sedangkan Plasmodium ovale lebih jarang lagi. Penemuannya pernah

dilaporkan dari Flores, Timor dan Irian Jaya (Andi, 2012).

2. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia

terdapat 4 spesies yaitu P. falcifarum, P.vivax, P. malariae, P.ovale, P. facifarum

menyebabkan infeksi paling berat dan angka kematian tertinggi (Andi,2012).

Morfologi plasmodium pada manusia di dalam darah memiliki sitoplasma

dengan bentuk tidak teratur pada berbagai stadium pertumbuhan dan mengandung

kromatin, pigmen serta granula. Pigmen malaria ialah suatu komplek yang terdiri

dari protein yang telah di denaturasi, yaitu hamozoin atau hamatin, suatu hasil

metabolisme parasit dengan bahan-bahan dari eritrosit. Pigmen ini tidak ada pada

parasit eksoerotrositik yang terdapat dalam sel hati. Gametosit dapat dibedakan

dari tropozoit tua karena sitoplasma lebih padat, tidak ada pembelahan kromatin

dan pigmen yang tersebar dibagian tepi. Eritrosit yang dihinggapi P. vivax

membesar dan menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin. P. vivax

mempunyai afinitas yang besar terhadap retikulosit, sehingga pembesarannyapun

tampak lebih nyata dari pada sebenarnya. Trofozoit muda tampak sebagai cincin

dengan inti pada satu sisi, sehingga merupakan cincin stempel. Bila trofozoit

tumbuh maka bentuknya menjadi tidak teratur, berpigmen halus dan menunjukkan

gerakan ameboid yang jelas. Setelah 36 jam mengisi lebih dari setengah sel darah

merah yang membesar, intinya membelah dan menjadi skizon. Gerakannya

9
menjadi kurang, mengisi hampir seluruh sel yang membengkak dan mengandung

pigmen yang tertimbun di dalam sitoplasma. Setelah 48 jam skizon mencapai

ukuran maksimal 8–10 mikron dan mengalami segmentasi. Pigmen berkumpul

dipinggir, inti yang membelah dengan bagian-bagian sitoplasma membentuk 16–

18 sel berbentuk bulat atau lonjong, berdiameter 1,5–2 mikron yang disebut

merozoit. Gametosit berbentuk lonjong, hampir mengisi seluruh eritrosit. Mikro

gametosit mempunyai inti besar yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma

berwarna biru pucat. Makro gametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna

lebih biru dengan inti yang padat berwarna merah dan letaknya biasanya di bagian

pinggir parasit. Dengan pewarnaan, butir-butir halus bulat, uniform, berwarna

merah muda atau kemerah-merahan sering tampak di dalam sel darah merah yang

di infeksi oleh P. vivax (Andi,2012).

Plasmodium malariae mempunyai ukuran yang lebih kecil, kurang aktif,

jumlahnya lebih kecil dan memerlukan lebih sedikit hemoglobin dibandingkan

dengan P.vivax hanya sitoplasmanya lebih biru dan parasitnya lebih kecil, lebih

teratur dan lebih padat (Andi,2012).

3. Jenis Malaria

a. Malaria Falsiparum

Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul

intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi

malaria berat yang menyebabkan kematian (Kemenkes, 2017).

10
b. Malaria Vivaks

Disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan

interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat

yang disebabkan oleh Plasmodium vivax (Kemenkes, 2017).

c. Malaria Ovale

Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat

ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks (Kemenkes, 2017).

d. Malaria Malariae

Disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan

interval bebas demam 3 hari (Kemenkes, 2017).

e. Malaria Knowlesi

Disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai

malaria falsiparum (Kemenkes, 2017).

4. Gejala Malaria

Gejala demam tergantung jenis malaria. Sifat demam akut (paroksismal) yang

didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian

berkeringat banyak. Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non

imun (berasal dari daerah non endemis). Selain gejala klasik di atas, dapat

ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan

nyeri otot . Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang tinggal di

daerah endemis /imun (Kemenkes, 2017).

Gejala malaria terdiri dari beberapa serangan demam dengan interval tertentu

(disebut parokisme), diselingi oleh suatu periode yang penderitanya bebas sama

11
sekali dari demam disebut periode laten. Gejala yang khas tersebut biasanya

ditemukan pada penderita non imun. Sebelum timbulnya demam, biasanya

penderita merasa lemah, mengeluh sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa

mual, di ulu hati, atau muntah semua gejala awal ini disebut gejala prodormal.

Masa tunas malaria sangat tergantung pada spesies Plasmodium yang

menginfeksi. Masa tunas paling pendek dijumpai pada malaria falciparum, dan

terpanjang pada malaria kuartana (P.malariae). Pada malaria yang alami, yang

penularannya melalui gigitan nyamuk, masa tunas adalah 12 hari (9-14) untuk

malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari) untuk malaria vivax, 28 hari (18-40 hari)

untuk malaria kuartana dan 17 hari (16-18 hari) untuk malaria ovale. Malaria yang

disebabkan oleh beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai masa tunas yang

lebih lama dari strain P.vivax lainnya. Selain pengaruh spesies dan strain, masa

tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat anti malaria untuk

pencegahan (Andi, 2012).

Gejala malaria hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya,

sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa yang

pasti. Tidak mudah dalam menentukan diagnosa malaria pada orang yang pernah

terkena serangan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh penderita sudah

menyesuaikan dengan penyakit sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat

terlihat. Kondisi demikian dapat juga terjadi pada penderita yang sebelumnya

sudah mengobati dirinya sendiri. Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa

sedikit demam dan sakit kepala ringan (Kemenkes, 2011).

12
5. Bahaya Malaria

a. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang

menyebabkan kematian.

b. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan penurunan

kualitas sumber daya manusia.

c. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan

keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir rendah

(BBLR) serta lahir mati (Kemenkes, 2017).

6. Cara Penularan Penyakit Malaria

a. Penularan secara alamiah (natural infectio)

Penularan ini melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya

kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang

menjadi vektor penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.

Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari. Beberapa

vektor mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang

fajar. Setelah nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung parasit

pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk

ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan

membentuk kista pada lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-

sporozoit tersebut siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit

malaria yang ada dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga

manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit (Andi,2012).

13
b. Penularan yang tidak alamiah

1) Malaria bawaan (congenital) Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan

karena ibunya menderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat

atau plasenta.

2) Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui

jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para

morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

3) Secara oral (melalui mulut), cara penularan ini pernah dibuktikan pada

burung, ayam (P. gallinasium), burung dara (P. relectum) dan monyet

(P. knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada

manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala

maupun tanpa gejala klinis (Andi,2012).

7. Pencegahan Malaria

Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut

(Andi,2012):

a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi

(reservoar). Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita

malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus

eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam

darah penderita. Selain itu, jika gametosit telah terbentuk dapat dipakai

jenis obat yang secara spesifik dapat membunuh gametosit (obat

gametosida).

b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria Memberantas nyamuk dapat

14
dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk,

membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk dewasa.

Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan

tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air

dan menimbun lubang-lubang yang mengandung air. Jentik nyamuk

diberantas dengan menggunakan solar atau oli yang dituangkan ke air,

memakai insektisida, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk (ikan

kepala timah atau Gambusia Affinis), memelihara Crustacea kecil

pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau memanfaatkan bakteri

Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh jentik nyamuk.

Untuk negara-negara berkembang, telah ditemukan teknologi sederhana

untuk mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air kelapa

sebagai media kulturnya. 54 Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan

menggunakan insektisida, biasanya dengan cara disemprotkan. Peran

DDT sekarang diganti oleh insektisida sintetis dari golongan kimia lain,

yang masih efektif. Akhir-akhir ini telah dikembangkan teknik genetika

untuk mensterilkan nyamuk Anopheles dewasa.

c. Melindungi orang yang rentan dan berisiko terinfeksi malaria Secara

prinsip upaya ini dikerjakan dengan cara sebagai berikut:

1) Mencegah gigitan nyamuk

2) Memberikan obat-obat untuk mencegah penularan malaria

3) Memberi vaksinasi (belum diterapkan secara luas dan masih dalam

tahap riset atau percobaan di lapangan).

15
8. Pengobatan Malaria

Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian AC

T. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah

resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara

oral. Malaria berat diobati dengan injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT

oral. Di samping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan

hipnozoidal (Kemenkes, 2017).

a. Malaria falsiparum dan Malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan ACT

ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falsiparum sama

dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falsiparum hanya

diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB,

dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg

/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.

Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks adalah seperti yang

tertera di bawah ini (Kemenkes, 2017):

Tabel 1. Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan dengan


DHP dan Primakuin
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥ 15
Jenis ≤ 5 kg
Hari kg kg kg kg kg kg
Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - 3/4 1½ 2 2 3

16
Tabel 2. Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP
dan Primakuin
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥ 15
Jenis ≤ 5 kg
Hari kg kg kg kg kg kg
Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - 1/4 ½ 3/4 1 1

Catatan :

Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila

penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat

berdasarkan kelompok umur.

1) Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada

tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah

berdasarkan berat badan.

2) Apabila pasien P.falciparum dengan BB >80 kg datang kembali

dalam waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan

Sediaan Darah masih positif P.falciparum, maka diberikan DHP

dengan dosis ditingkatkan menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

b. Pengobatan malaria vivaks yang relaps

Pengobatan kasus malaria vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan

regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5

mg/kgBB/hari.

c. Pengobatan malaria ovale

Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP

ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian

17
obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.

d. Pengobatan malaria malariae

Pengobatan P. malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3

hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan

tidak diberikan primakuin

e. Pengoba t an infeksi ca mpur P. falciparum + P.vivax/P.ovale

Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari

serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.

Pengobatan Malaria Berat

Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau

puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai,

misalnya jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke RS

dengan fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung

kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan (Kemenkes, 2017).

a. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik non Perawatan

Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien

malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.

Sebelum dirujuk berikan artesunat intramuskular (dosis 2,4mg/kgbb)

b. Pengobatan malaria berat di Puskesmas/Klinik Perawatan atau

Rumah Sakit

Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia

dapat diberikan kina drip.

18
Kemasan dan cara pemberian artesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk

kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium

bikarbonat 5%. Keduanya dicampur untuk membuat 1 ml larutan

sodium artesunat. Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5% atau

NaCL 0,9% sebanyak 5 ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml

(10mg/ml). Obat diberikan secara bolus perlahan-lahan. Artesunat

diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0,

12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam

sehari sampai penderita mampu minum obat (Kemenkes, 2017).

Contoh perhitungan dosis : Penderita

dengan BB = 50 kg.

Dosis yang diperlukan : 2,4 mg x 50 = 120 mg

Penderita tersebut membutuhkan 2 vial artesunat perkali

pemberian. Bila penderita sudah dapat minum obat, maka

pengobatan dilanjutkan dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3

hari) + primakuin (sesuai dengan jenis plasmodiumnya).

Kemasan dan cara pemberian kina drip

Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat.

Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat

intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina

dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml. Pemberian

kina pada dewasa (Kemenkes, 2017) :

19
1) Loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-

hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan

selama 4 jam pertama.

2) 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl

0,9%.

3) 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb

dalam larutan 500 ml (hati-hati overload cairan) dekstrose 5

% atau NaCl.

4) 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl

0,9%.

5) Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai

penderita dapat minum kina per-oral.

6) Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti

dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali

diberikan tiap 8 jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin

atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu

hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak pemberian

kina perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak :

Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan

: 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 %

sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8

jam sampai penderita dapat minum obat (Kemenkes, 2017).

20
Catatan :

1) Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena

toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.

2) Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

2.1.2 Rumah Sakit

1. Pengertian

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediahkan pelayanan

rawat inpa, rawat jalan, dan gawat darurat ( Permenkes, 2018).

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk

memberikan gambaran tentang identitas, organisasi, jenis pelayanan yang

diberikan, pemilik, dan kapasitas tempat tidur, dan juga dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi yang lebih tepat untuk golongan rumah sakit tertentu. Klasifikasi

rumah sakit berdasarkan pada kriteria, yaitu:

a. Kepemilikan, terdiri atas rumah sakit pemerintah yang langsung dikelola

kementerian kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit

militer, dan rumah sakit BUMN. Rumah sakit sukarela yaitu rumah sakit

yang dikelola oleh masyarakat, terdiri dari rumah sakit hak milik yang

tujuan utamanya adalah mencari laba dan rumah sakit nirlaba yang tujuan

utamanya mencari laba sewajarnya digunakan sebagai modal

21
peningkatan sarana fisik, perluasan dan penyempurnaan mutu pelayanan

untuk kepentingan penderita.

b. Jenis Pelayanan, terdiri atas rumah sakit umum yaitu memberikan

pelayanan kesehatan dengan berbagai jenis penyakit seperti penyakit

dalam, bedah, pediatrik, ibu hamil dan sebagainya. Rumah sakit khusus

yaitu memberikan pelayanan kesehatan untuk pasien dengan kondisi

medik tertentu baik bedah maupun non bedah seperti rumah sakit kanker,

rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata dan sebagainya.

c. Lama Tinggal di Rumah Sakit, terdiri atas rumah sakit perawatan jangka

pendek yaitu rumah sakit merawat pasien selama kurang dari 30 hari

misalnya pasien dengan kondisi penyakit kronis dan kasus darurat.

Rumah sakit perawatan jangka panjang yaitu merawat pasien selam lebih

dari 30 hari atau lebih, misalnya pada pasien dengan kondisi psikiatri.

d. Kapasitas Tempat Tidur, rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan

berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai pola berikut:

1) Di bawah 50 tempat tidur

2) 50-99 tempat tidur

3) 100-199 tempat tidur

4) 200-299 tempat tidur

5) 300-399 tempat tidur

6) 400-499 tempat tidur

7) 500 tempat tidur atau lebih.

22
e. Afiliasi Pendidikan, terdiri dari dua jenis, yaitu rumah sakit pendidikan

dimana rumah sakit ini melaksanakan program pelatihan residensi dalam

medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain. Dalam rumah sakit ini

residen melakukan pelayanan atau perawatan pasien di bawah

pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah sakit non pendidikan yaitu

rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak

ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.

f. Status Akreditasi, terdiri dari rumah sakit yang telah diakreditasi dan

rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit terakreditasi yaitu

rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi

yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi

persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2013)

3. Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Pada umumnya tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum

adalah melaksanakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan

secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan rujukan (Siregar dan amalia, 2013).

Rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan

medik; pelayanan penunjang medik dan nonmedik; pelayanan dan asuhan

keprawatan; pelayanan rujukan; pendidikan dan pelatihan; penelitian dan

23
pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan (Siregar dan Amalia,

2014).

4. Jenis-Jenis Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit, jenis-jenis pelayanan minimal yang wajib

disediakan oleh rumah sakit adalah:

a. Pelayanan gawat darurat

b. Pelayanan rawat jalan

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan bedah

e. Pelayanan persalinan dan perinatologi

f. Pelayanan intensif

g. Pelayanan radiologi

h. Pelayanan laboratorium patologi klinik

i. Pelayanan rehabilitasi medik

j. Pelayanan farmasi

k. Pelayanan gizi

l. Pelayanan transfusi darah

m. Pelayanan keluarga miskin

n. Pelayanan rekam medis

o. Pengelolaan limbah

p. Pelayanan administrasi manajemen

q. Pelayanan ambulans/kereta jenazah

24
r. Pelayanan pemulasaraan jenazah

s. Pelayanan laundry

t. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

u. Pencegah Pengendalian Infeksi

2.1.3 RSUD Hasanuddin Damrah Manna

1. Sejarah

Rumah Sakit Umum DaerahManna (yang dulu beralamat di Jln Fatmawati

Soekarno Manna) didirikan pada tahun 1970 merupakan satu-satunya rumah sakit

yang ada di Bengkulu Selatan dan berdasarkan surat Keputusan Bupati Bengkulu

Selatan Nomor: 51 tahun 2001 sistem pengelolaan keuangan RSUD Manna

berubah menjadi Rumah Sakit Unit Uji Coba Swadana Daerah, selanjutnya berkat

upaya semua pihak RSUD Manna yang tadinya beralamat di Jalan Fatmawati

dapat pindah ke lokasi baru di Jalan Raya padang Panjang Manna dan atas dasar

Inisiatif DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan dengan menghasilkan Perda No.01

Tahun 2009 tanggal 11 September 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Manna,

Bengkulu Selatan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

Bila ditinjau dari Sarana Kesehatan Lingkungan, Rumah Sakit Umum Daerah

Hasanuddin Damrah Manna saat ini terdiri dari:

Sarana Air Bersih

Sarana air bersih Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah Manna berasal

dari sumur gali, sumur bor dan pembelian air dari PDAM Manna.

25
Sarana Pembuangan Sampah

Sampah RSUD Hasanuddin Damrah Manna digolongkan berdasarkan jenisnya

yaitu sampah basah, sampah kering, sampah radioaktif, sampah infeksius dan

sampah toksik.Masalah sampah di Rumah Sakit cukup rumit, karena sampah yang

ada berbeda dengan sampah domestik pada umumnya. Untuk memudahkan

pengolahan sampah RSUD Hasanuddin Damrah Manna telah memiliki 1 (satu)

unit Incenerator, dengan melakukan pembakaran sampah tiga bulan sekali. Pada

setiap pelayanan dibuatkan tempat penampungan sampah sementara selanjutnya

dilakukan proses pembakaran.

Sarana Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan Limbah cair terutama limbah berbahaya yang berasal dari

laboratorium, Binatu dan Radiologi memiliki bak penampungan khusus walaupun

masih dalam bentuk sederhana. Limbah yang berasal dari dari kamar operasi

(operation room), limbah dibuang langsung ke Septic Tank (ST) demikian juga

hal lainnya dengan ruang perawatan lainnya.

2. Visi Dan Misi

Visi ”Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin DamrahManna menjadi

Rumah Sakit yang Modern dengan menjalankan Pelayanan Profesional

Misi

a. Menyelenggarakan pembangunan SDM dan melakukan pangadaan

serta bekerja samadengan lembaga institusi pendidikan bidang

kesehatan.

26
b. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan fasilitas sarana dan

prasarana rumah sakit.

c. Membangun sistem akuntabilitas keuangan yang informatif dan

akuntabel melalui penguasaan Tekhnologi Sistem Akuntansi Instansi

(SAI) dan sistem keuangan Badan Layanan Umum (BLU).

Tujuan

a. Menjadi tempat layanan kesehatan pilihan.

b. Memberikan layanan yang berkualitas dan terjangkau.

c. Memberikan kepuasan pada pengguna jasa rumah sakit.

d. Mempunyai keunggulan pada sumber daya manusia.

2.2 Kerangka Konsep

Penggunaan Obat
Malaria

- Jenis Kelamin
Rekam Medis Pasien - Umur
Malaria Bulan - Obat Malaria Yang
Januari – Desember Digunakan
2018 - Jenis Malaria

- Analisis Data
- Persentase

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Penggunaan Obat Malaria

27

Anda mungkin juga menyukai