MODUL 22
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
A. Deskripsi
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan dan pedoman yang terkait dengan materi Pengawasan dan
Pengendalian.
C. Metode
D. Alat Bantu/Media
A. Latar Belakang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada dasarnya
menyelenggarakan 2 (dua) jenis kegiatan yang sifatnya berbeda, yaitu kegiatan
swakelola dan kegiatan kontraktual. Kegiatan kontraktual sendiri dibagi dalam 2
(dua) kelompok, yaitu yang bersifat soft ware (non fisik) dan yang bersifat hard
ware (fisik). Dalam kegiatan yang bersifat Non Fisik ada yang dilakukan
dilakukan melalui proses pelelangan (tender) namun adapula yang melalui
proses Penunjukan Langsung dan Pemilihan Langsung sesuai dengan aturan
yang ada. Kegiatan yang bersifat Non Fisik ada yang merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan NSPK, artinya bisa sama sekali tidak terkait dengan kegiatan
yang bersifat Fisik, namun adapula yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan fisik seperti perencanaan dan perancangan tipologi rumah susun,
rumah khusus dan PSU, penyusunan DED, review DED dan kegiatan
pengawasan ataupun kegiatan konsultan Manajemen Konstruksi (MK).
Di samping kegiatan kontraktual yang bersifat Non Fisik tersebut, terdapat
kegiatan kontraktual untuk membangun fisik, seperti pembangunan rumah
susun sederhana sewa (rusunawa), pembangunan rumah khusus (rusus),
pembangunan PSU, dan penyediaan meubelair. Sementara ini pembangunan
PSU diserahkan kepada para pengembang (developer) untuk kemudian dananya
bisa direimburse sesudah memenuhi berbagai syarat pengajuan dan dilakukan
verifikasi.
Kegiatan swakelola sendiri, selain menyiapkan soft ware yang terkait dengan
NSPK maupun sosialisasi dan bimbingan teknis implementasi NSPK juga dapat
kegiatan yang mendukung pelaksanaan fisik, seperti verifikasi teknis, kegiatan
monitoring dan evaluasi serta kegiatan yang berkaitan dengan paska konstruksi
seperti pengelolaan BMN, kegiatan Dekonsentrasi dan sebagainya.
Oleh karena itu, kegiatan Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) perlu
dilakukan terhadap kegiatan yang bersifat swakelola maupun kegiatan yang
bersifat kontraktual, agar:
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat pengawasan dan pengendalian kegiatan bertujuan memberikan
pemahaman kepada pejabat inti satker terhadap pengawasan dan pengendalian
atas kegiatan swakelola dan kegiatan kontraktual melalui mekanisme dan tata
cara pengawasan dan pengendalian kegiatan yang meliputi penyusunan
rencana pengawasan dan pengendalian, pelaksanaan pengawasan dan
pengendalian, dan tindakan turun tangan atas hasil pengawasan dan
pengendalian serta evaluasi atas tindakan turun tangan yang sudah dilakukan
untuk menunjang kinerja Direktorat Penyediaan Perumahan.
Mata diklat ini disajikan dengan Metode diskusi interaktif, penyajian contoh-
contoh dan pelaporan hasil pengawasan dan pengendalian.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mata diklat Pengawasan dan Pengendalian diuraikan
dalam hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai berikut:
E. Estimasi Waktu
Untuk mempelajari mata diklat Pengawasan dan Pengendalian, Diklat PISK
Bidang Perumahan dialokasikan waktu sebesar 4 Jam Pelajaran (JP).
B. Kegiatan Swakelola
C. Kegiatan Kontraktual
D. Latihan
D. Latihan
E. Rangkuman
1. Persyaratan Administrasi
Persyaratan administrasi terdiri dari persyaratan umum dan persyaratan
khusus. Persyaratan umum:
a. Surat Permohonan sebagai “covering letter” proposal permohonan
bantuan rusun.
b. Proposal, yang terdiri dari:
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota
Dinas teknis Kabupaten/ Kota yang membidangi
perumahan
Instansi Induk jika rusun diperuntukan bagi anggotanya,
seperti Kementerian Pertahanan untuk rusun yang
diperuntukan bagi prajurit TNI, Kepolisian RI untuk rusun
yang diperuntukan bagi anggota Polri, Kementerian Ristek
dan Dikti atau Kopertis untuk rusun mahasiswa,
Kementerian Tenaga Kerja untuk rusun pekerja dan
Kementerian Agama untuk rusun lembaga pendidikan
berasrama;
2. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis terdiri dari persyaratan umum dan persyaratan khusus.
Persyaratan umum terdiri dari persyaratan yang berkaitan dengan lokasi
dan persyaratan yang berkaitan dengan tanah.
3. Persyaratan Lokasi
a. Lokasi harus sesuai dengan RTRW
b. Tersedia infrastruktur (jalan akses, air minum, listrik)
c. Lokasi tidak rawan bencana (banjir, longsor);
d. Lokasi relative datar (kemiringan makisimum 10 %);
e. Lokasi siap bangun, tidak memerlukan cut & fill, pengurugan dan
tidak terdapat bangunan, tanaman keras;
4. Persyaratan Lain
a. Sudah terdapat daftar calon penerima bantuan
b. Menyampaikan Surat Permohonan Bantuan kepada coordinator
penerima bantuan (Pemda, KKP, BNPP, Kemenhan, Polri) untuk
selanjutnya diteruskan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
c. Mengajukan Surat Permohonan, dilampiri Proposal yang berikan:
Gambaran Umum hunian penerima manfaat, yang meliputi
kondisi rumah yang dihuni saat ini, calon lokasi bangunan
rumah khusus, dan status tanah;
E. Latihan
F. Rangkuman
B. Verifikasi Administrasi
Verifikasi selalu didahului dengan pembentukan Tim Verifikasi oleh Direktorat
Jenderal Penyediaan Perumahan yang dapat mendelegasikannya kepada
Direktur Rumah Susun dan Direktur Rumah Khusus. Tim Verifikasi dipimpin
oleh Kepala Sub Direktorat dengan anggota Kepala Seksi dan PNS pejabat non
struktural atau pejabat fungsional yang bertanggung jawab kepada Direktur
Rumah Susun dan Direktur Rumah Khusus. Verifikasi Administrasi dilakukan
terlebih dahulu sebelum dilakukan Verifikasi Teknis, dan apabila usulan bantuan
rumah susun atau rumah khusus tidak memenuhi syarat administrasi atau tidak
berhasil lolos pada saat verifikasi administrasi, maka atas usulan tersebut tidak
lagi dilakukan verifikasi teknis, sekalipun pemohon dapat melengkapi atau
menyempurnakan usulannya.
Verifikasi administrasi dilakukan terhadap permohonan dan proposal yang
melampirinya serta salinan (copy) dokumen yang dibutuhkan serta Surat
Pernyataan dan Surat Dukungan atau rekomendasi.
Proposal berisi:
1. Nama, struktur organisasi dan alamat lembaga pengusul; satuan TNI
dan Polri untuk rumah susun/ rumah khusus bagi prajurit, Dinas
Pemerintah Daerah untuk rumah susun/ rumah khusus pekerja atau
masyarakat berpenghasilan rendah, Perguruan Tinggi/ lembaga
pendidikan berasrama untuk rumah susun mahasiswa);
2. Copy Akta pendirian/ SK Pendirian untuk Perguruan Tinggi/ lembaga
pendidikan berasrama dan nama-nama pengurus, dan khusus untuk
lembaga pendidikan berasrama, pernyataan bahwa lembaga tersebut
D. Latihan
E. Rangkuman
1. Perancangan Arsitektur
Perancangan bangunan dapat dimulai dengan perancangan arsitektur, yang
dimulai dari perancangan denah bangunan. Yang menjadi masukan dalam
perancangan denah adalah ruang yang akan dipergunakan oleh
penghuninya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, yang meliputi ruang
tidur (ukuran/luas dan jumlahnya), ruang makan atau ruang keluarga,
dapur, kamar mandi/ WC (toilet) dan teras. Pilihan terhadap luas unit bisa
dimulai dari 21 m², 36 m² hingga 45 m², dan khusus untuk siswa pada
lembaga pendidikan berasrama, luas unit bisa lebih besar dari 45 m², karena
setiap unit dapat dihuni oleh lebih dari 6 orang.
Untuk bangunan rusun dipertimbangkan pula ada ruang bersama pada
setiap lantai hunian untuk aktivitas bersama para penghuni, jumlah unit
Contoh disain denah unit hunian pekerja ini memisahkan toilet atas WC dan
kamar mandi yang ditempatkan pada kiri-kanan pintu masuk unit hunian.
Dengan perletakan ini maka seluruh perpipaan air bersih, air limbah
maupun air kotor ditempatkan di atas plafond (langit-langit) koridor, dan
karena itu jarak lantai koridor ke plafond menjadi lebih rendah.
Setiap unit bangunan rusus terdiri dari ruang tamu merangkap ruang
keluarga, 2 ruang tidur, ruang makan dan kamar mandi/WC. Di samping itu
terdapat teras depan.
Gambar dibuat dengan jelas, mudah dibaca (skala yang cukup untuk
gambar detail) dilengkapi dengan notasi yang jelas dan penjelasan bahan
yang jelas.
Selanjutnya dengan cara yang sama dibuat gambar denah pembalokan pada
setiap lantai dan detail penulangan balok, termasuk pembalokan untuk
tangga dan bordes, sebagaimana diperlihatkan gambar 15 dan gambar
detail tulangan balok sebagaimana pada gambar 16 berikut ini:
Notasi P1 adalah gambar potongan pondasi pada segmen tertentu dan jika
terdapat perbedaan pada beberapa segmen, maka notasi dapat bertambah
dengan P2, P3 dan seterusnya.
Contoh gambar detail kolom praktis, sloof, ring balk dan sopi-sopi serta
pondasi diperlihatkan gambar 18.
Gambar dibuat dengan jelas, mudah dibaca (skala yang cukup untuk
gambar detail) dilengkapi dengan notasi yang jelas dan penjelasan bahan
yang jelas.
Contoh Gambar Denah instalasi air kotor memperlihatkan septic tank dan
rembesan dibuat untuk tiap unit rusus. Namun demikian dapat pula dibuat
1 septik tank dan rembesan melayani 2 unit rusus
E. Latihan
F. Rangkuman
E. Latihan
F. Rangkuman
B. Dasar Hukum
1. UU No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung.
2. PP No. 36 Tahun 2005, Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28 Tahun
2002.
3. Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 Tanggal 1 Desember 2006,
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
4. Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2007 Tanggal 9 Agustus 2007,
Tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan bangunan Gedung.
5. Peraturan Menteri PU No. 25/PRT/M/2007 Tanggal 9 Agustus 2007,
Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.
1. Persyaratan Perizinan
Untuk dapat melakukan pembanunan rumah susun, setelah tanah yang
direncanakan tersedia adalah memeriksa Rencata Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan Rencata Detail Tata Ruang (RDTR). Jika RTRW telah
menentukan suatu lokasi dengan peruntukan hunian atau perumahan,
maka RDTR menentukan KDB, KLB dan jumlah lantai, termasuk Koefisien
daerah Hijau (KDH) dan Koefisien Tapak Basement (KTB) yang akan
dibangun diatas tanah yang direncanakan. Namun demikian banyak kota
belum memiliki RDTR yang up to date, sehingga perencana harus
mengajukan perencanaan atas lokasi yang akan dibangun dengan membuat
Blockplan, gambar pra rancangan (predesign) arsitektur dalam bentuk
denah, tampak, potongan (termasuk potongan tapak) untuk kemudian
dilampirkan bersama dengan persyaratan yang lain (KRK, Andalin, AMDAL
dan lain-lain) pada saat mengajukan PIMB kepada Dinas Tata Ruang
pemerintah kota.
Adapun persyaratan umum perizinan di DKI Jakarta adalah:
1. Surat Bukti Kepemilikan Tanah
2. Ketetapan Rencana Kota (KRK) dan Rencana Tata Letak Bangunan
(RTLB) yang berisi :
a. Peruntukan Lokasi
Sumber: Perda 7/1991, SKGub 678/1994, Pedoman DTK 1995 dan SKGub
76/2000
E. Latihan
F. Rangkuman
Dalam pembangunan rusun dan rusus dikenal 2 (dua) Metode, yaitu dengan
menggunakan Metode konvensional dan menggunakan Metode pracetak.
Metode pracetak pada umumnya dilakukan untuk pekerjaan struktur/
konstruksi, sekalipun untuk bangunan rumah susun ada pula penggunaan
komponen pracetak untuk pekerjaan arsitektur, seperti komponen façade
(muka bangunan), dinding dalam (biasanya dari beton ringan), lantai atap, dan
komponen toilet (kamar mandi/ WC) yang dicetak dalam bentuk ruang (3
dimensi) dimana di dalamnya sudah terdapat lubang-lubang untuk saluran air
bersih, air limbah dan air kotor.
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan metode
pelaksanaan pembangunan rusun dan rusus.
D. Latihan
E. Rangkuman
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mempelajari bab ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan
penghunian dan pengelolaan rusun dan rusus.
E. Latihan
F. Rangkuman
A. Indikator Keberhasilan
Penatausahaan dan pengelolaan Barang Milik Negara dan Daerah (BMN/D)
diatur dalam:
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 38 Tahun
2008 dan kemudian PP No. 27 Tahun 2014);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, Dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78 Tahun 2014 Tentang Tatacara
Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milk Negara
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, penyerahan aset dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada pihak lain
dimungkinkan dengan mengikuti beberapa cara yaitu :
1. Alih Status Penggunaan: kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN);
2. Hibah: kepada Pemda, yayasan yang operasi kegiatannya di bidang
kemanusiaan, sosial, dan keagamaan;
3. Penjualan, Kerjasama Pemanfaatan (KSP), Sewa, atau Penyertaan Modal
Negara (PMN): kepada PTN yang sudah Badan Hukum Milik Negara
(BHMN) atau kepada BUMN/BUMD;
4. Penjualan, Kerjasama Pemanfaatan (KSP), Sewa: kepada Perguruan Tinggi
swasta dan badan lain.
Dengan demikian hanya ada 2 kemungkinan pengelolaan BMN rusun dan rusus
yaitu, alih status penggunaan atau hibah.
Untuk asset tanah dan/ atau bangunan dengan nilai sampai dengan Rp. 10
Milyar, Kepala Satuan Kerja mengusulkan kepada unit kerja Eselon I untuk
diteruskan kepada Menteri penetapan status penggunaan BMN. Menteri
meminta persetujuan Menteri Keuangan untuk menetapkan alih status (hibah)
dan selanjutnya Menteri menetapkan alih status BMN (hibah).
Gambar 35
D. Latihan
E. Rangkuman
A. Simpulan
B. Tindak Lanjut