Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi interpersonal diartikan Mulyana (2000: 73) sebagai komunikasi

antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya


menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.
Ia menjelaskan bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik
yang melibatkan hanya dua orang, seperti seorang guru dengan murid. Komunikasi
demikian menunjukkan: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang
dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-
verbal secara simultan dan spontan.

Komunikasi interpersonal meliputi perilaku verbal dan nonverbal. Komunikasi


interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dan diungkapkan dalam
bentuk verbal dan nonverbal. Hal ini mencakupi isi pesan dan bagaimana isi pesan
dikatakan atau diungkapkan. Komunikasi interpersonal meliputi komunikasi
berdasarkan perilaku spontan, perilaku menurut kebiasaan, perilaku menurut
kesadaran atau kombinasi ketiganya.

Komunikasi interpersonal tidaklah statis tetapi berkembang. Komunikasi


interpersonal merupakan proses komunikasi yang berkembang, yang berbeda-beda
tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan
yang dikomunikasikan dan cara pesan itu dikomunikasikan. Komunikasi interpersonal
mencakup umpan balik pribadi, interaksi, dan kohesi. Komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi yang memungkinkan terjadinya timbal balik. Dalam
komunikasi ini terjadi interaksi diantara pengirim dan penerima pesan, yang satu
mempengaruhi yang lain. Pengaruh itu terjadi pada tataran kognitif (pengetahuan),
afektif (perasaan), dan behavior (perilaku).

Komunikasi interpersonal berpedoman pada aturan intrinsik. Peraturan


intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur cara
orang harus berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan peraturan ekstrinsik adalah
peraturan yang ditetapkan oleh situasi. Komunikasi interpersonal merupakan suatu
aktivitas. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal mencakup persuasi.
Komunikasi interpersonal berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan.
Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
dapat saling memberi inspirasi, semangat, dan dorongan untuk mengubah pemikiran,
perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang sedang dibahas bersama.

Masalah kesamaan dan ketidak-samaan seringkali menjadi sorotan dalam


komunikasi interpersonal, sehingga penelitian yang dilakukan sering menekankan
pada analisa hubungan di antara pihak yang berkomunikasi. Tidak semua hubungan
dalam komunikasi interpersonal harus diarahkan agar menjadi akrab dan keputusan
rasional dapat dibuat. Perspektif hasil penelitian Delia (1980) sebagaimana dikutip
Stewart dan Sylvia (1991: 202-203) memperlihatkan bahwa:

1. Bentuk suatu hubungan seringkali tidak sebagai sesuatu yang dibutuhkan untuk
kebaikan hubungan itu. Hubungan muncul bukan karena keinginan terjalinnya
hubungan tetapi lebih disebabkan oleh sesuatu yang tumbuh dalam pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan bersama, misalnya Anda diminta untuk mengerjakan
sebagain dari kegiatan suatu proyek.

2. Tuntutan keadaan seringkali mengatur dugaan dan persepsi, membentuk harapan


mengenai suatu hubungan dan membentuk cara pengungkapannya, misalnya Anda
tertarik dengan sebuah sepatu untuk kemudian anda memiliki harapan untuk
membelinya dan menjelaskan bagaimana anda menawar harganya supaya lebih murah
dibeli anda.

3. Banyak hubungan yang berlangsung lama dibatasi oleh suatu konteks khusus atau
rentang konteks dan tidak mengakibatkan peningkatan keakraban, misalnya dua orang
mitra kerja berhubungan baik namun tidak pernah berkomunikasi secara interpersonal
di luar jam kerja.

4. Meskipun derajat kepuasan yang diperoleh (anda) dari hubungan dan cara
hubungan itu berkembang akan didasarkan atas penilaian implisit tentang orang (lain)
itu, penilaian berubah mengikuti konteks dan sifat hubungan itu. Artinya, beberapa
kualitas dan penilaian adalah penting dalam suatu hubungan, tetapi beberapa sifat dan
penialaian lainnya yang amat berbeda adalah penting pula untuk jenis hubungan yang
lain.
Jendela Johari adalah salah satu model inovatif untuk memahami tingkat-
tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi interpersonal (Tubbs dan
Moss; Editor: Mulyana, 1996: 13). Model ini menawarkan suatu cara melihat
kesaling-bergantungan hubungan antara intrapersonal dan hubungan interpersonal.
Model Jendela Johari digambarkan dalam empat kuadran yang mirip empat kaca pada
sebuah jendela seperti gambar di bawah ini.

Diketahui Tidak diketahui


diri sendiri diri sendiri

Diketahui Terbuka Gelap


orang lain 1 2

Tidak diketahui Tesembunyi Tidak


orang lain 3 Diketahui 4

Gambar Jendela Johari

Kuadran pertama disebut kuadran terbuka. Tahap ini mencerminkan


keterbukaan anda pada dunia secara umum. Kuadran ini mencakup semua aspek diri
yang anda ketahui dan diketahui oleh orang lain. Kuadran ini menjadi dasar dalam
berkomunikasi antar dua orang.

Kuadran kedua adalah kuadran gelap meliputi semua hal mengenai diri Anda
yang dirasakan orang lain tetapi tidak anda rasakan. Contoh anda terlalu memonopoli
percakapan tanpa anda sadari.
Kuadran ketiga, kuadran tersembunyi. Kuadran ini menentukan kebijaksanaan.
Kuadran ini dibangun oleh semua hal yang anda lebih suka tidak membeberkannya
kepada orang lain. Misalkan permasalahan perceraian orang tua anda, gaji anda,
perasaan anda pada sahabat sekamar.

Kuadran keempat, kuadran ini sering disebut kuadran tak terketahui. Kuadran
gelap tidak anda ketahui meskipun diketahui orang lain. Kuadran Diketahui
dirisendiri mewakili segala sesuatu tentang diri anda yang belum pernah ditelusuri,
oleh anda atau oleh orang lain. anda hanya dapat menduga bahwa hal ini ada, atau
menyadarinya dalam retrospeksi.

Hubungan interpersonal berlangsung dalam beberapa tahap, mulai tahap


interaksi awal sampai tahap pemutusan (dissolution). Seorang kawan yang akrab tidak
begitu saja terjadi setelah adanya pertemuan, untuk menumbuhkan keakraban
dilakukan secara bertahap. Terdapat lima tahapan yang dikemukakan Devito (1996)
dimana tahapan ini dapat menjadi dasar dalam menjalin hubungan. Kelima tahap itu
adalah kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan dan pemutusan.

Menurut Devito karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal ini dapat


dilihat dari tiga sudut pandang, yakni:

Sudut pandang humanistik


Sudut pandang ini menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung
dan kualitas- kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur dan
memuaskan. Pandangan ini dimulai dengan pandangan umum yang menurut para
filsuf dan humanis menentukan terciptanya hubungan antarmanusia yang superior
(misalnya kejujuran, keterbukaan, dan sikap positif).

Sudut pandang prakmatis


Sudut pandang ini menekankan pada manajemen dan kesegaran interaksi,
secara umum kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan yang spesifik.
Pandangan ini berawal dari keterampilan spesifik, yang dari riset diketahui efektif
dalam komunikasi interpersonal, kemudian mengelompokkan keterampilan-
keterampilan ini ke dalam kelas-kelas perilaku umum. (misalnya: kepercayaan diri,
kebersatuan, manajemen interaksi, pemantauan diri, daya ekspresi, orientasi kepada
orang lain).

Sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan


Sudut pandang ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya. Sudut
pandang ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan suatu kemitraan
dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan. Sudut pandang tersebut tidaklah
terpisah tetapi saling melengkapi. Masing-masing sudut pandang akan membantu
dalam memahami efektivitas komunikasi interpersonal. Adanya komunikasi
interpersonal yang memotivasi, dalam penerapannya berjalan seiring dengan usaha
dari masing-masing individu untuk mencapai apa yang ingin dicapai.
III. KESIMPULAN

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, dengan berkomunikasi


manusia dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari dimana pun
manusia itu berada. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal
sebagai komunikasi antar komunikator dengan komunikan, dianggap sebagai jenis
komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal yang berlangsung secara intensif
dengan mengutamakan aspek kuantitas dan kualitas yang seimbang, akan
menciptakan hubungan interpersonal yang kuat antara atasan dan bawahan serta
antarsesama karyawan, sehingga keterbukaan dan kepercayaan yang di dapat dari
proses komunikasi tersebut dapat turut menentukan perubahan sikap dan tingkah laku.

Komunikasi interpersonal berpedoman pada aturan intrinsik. Peraturan


intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur cara
orang harus berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan peraturan ekstrinsik adalah
peraturan yang ditetapkan oleh situasi. Komunikasi interpersonal merupakan suatu
aktivitas. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi timbal balik antara
pengirim dan penerima pesan.

REFERENSI

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Tubbs, Stewart L.; Moss, Sylvia; Editor Mulyana, Deddy. (1996). Human
Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. Buku Kedua. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Devito, Joseph A. (1996). Human Communication. Alih bahasa oleh Maulana, Agus.
(1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Anda mungkin juga menyukai