WHISTLEBLOWING SYSTEM
Cara
Melaporkan
Dugaan Korupsi
Di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI
Diterbitkan oleh
Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Cetakan Kedua,
Maret 2016
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Bimbingan-Nya Inspektorat Jenderal dapat mempersembahkan
Buku Saku tentang Whistleblowing System (WBS) di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
Whistleblowing System (WBS) dimaksudkan untuk membangun kepercayaan
publik terhadap Kementerian Kesehatan dan mengajak seluruh Aparatur
Kemenkes untuk mengubah budaya permisif menjadi budaya korektif
yang berarti tidak akan pernah mentolerir adanya pelanggaran dengan
cara melaporkannya ke saluran pengaduan yang telah disediakan sesuai
ketentuan.
WBS adalah bentuk kepedulian untuk membangun sebuah sistem yang
mewajibkan individu-individu untuk saling peduli, saling koreksi dan
saling mengingatkan demi keselamatan institusi Kementerian Kesehatan.
Pemahaman mengenai Whistleblowing System diharapkan dapat mencegah
dan mengurangi pelanggaran yang terjadi, membentuk budaya baru yang
korektif, serta meningkatkan kepatuhan Aparatur yang pada akhirnya
diharapkan akan mendukung terwujudnya Kementerian Kesehatan yang
baik dan bersih.
Selanjutnya Buku Saku ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
benar terkait WBS, sehingga Aparatur memiliki pemahaman yang tepat dan
dapat membuat pelaporan yang berkualitas dan didukung dengan data dan
informasi yang akurat melalui WBS.
Ucapan terima kasih kami sampaikan bagi tim penyusun yang telah
menyelesaikan Buku Saku ini. Semoga Buku Saku ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan Program WBS
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Inspektur Jenderal
Kementerian Kesehatan RI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas petunjuk dan
bimbingan-Nya, kami dapat menerbitkan buku saku “Whistleblowing System”
sebagai salah satu rujukan terkait dengan implementasi Aksi Pencegahan
Pemberantasan Korupsi di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Buku saku ini merupakan salah satu sumber informasi bagi aparatur di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam memahami “Whistleblowing
System” agar semua pihak dapat memiliki pemahaman dan persepsi yang
benar terkait pengertian, prosedur dan mekanisme pelaporan serta tindak
lanjut atas laporan terkait dugaan penyimpangan di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga
buku saku ini dapat lebih bermanfaat dalam mendukung terwujudnya
Kementerian Kesehatan yang baik dan bersih.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas dukungan seluruh tim penyusun,
semoga Allah SWT memberikan ridha untuk kita semua. Aamiin.
Perisai Antikorupsi
Jika para pejabat tak bisa disuap, Indonesia masih
bisa berharap. Mereka yang hidupnya bersih, pasti tak
takut jadi orang yang tersisih. Harta dan penghasilan
pribadi, mereka publikasi tanpa ditutup-tutupi.
Dengan jurus transparansi, mereka hadang gerak-
gerik para pencuri. Jika atasan berani buka-bukaan,
anak buah akan sulit selewengkan jabatan. Kita rindu
pejabat penuh tauladan, yang memimpin bukan demi
kekayaan. Di pundak pemimpin yang bebas korupsi,
di situlah masa depan negeri
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
SAMBUTAN .................................................................................................................... 4
PENGANTAR .................................................................................................................. 5
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 7
PENGERTIAN WHISTLEBLOWING SYSTEM ............................................................... 8
DASAR HUKUM .............................................................................................................. 9
KRITERIA PELAPORAN ............................................................................................... 10
ILUSTRASI PELAPORAN ............................................................................................. 11
UNSUR WBS ................................................................................................................. 12
PERLINDUNGAN PELAPOR ........................................................................................ 13
LAMPIRAN I
TATA CARA PELAPORAN DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI KEMKES RI ................................14
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014
TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM)
PENGERTIAN
Whistleblowing System
adalah sistem pelaporan tentang dugaan tindak
pidana korupsi di lingkungan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Sistem ini
merupakan bagian dari sistem penanganan
pengaduan masyarakat terpadu di Kemenkes.
Whistleblower
adalah seseorang yang mengetahui dan
melaporkan perbuatan penyimpangan atau
dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di
dalam organisasi tempatnya bekerja atau pihak
terkait lainnya yang memiliki akses informasi
yang memadai atas terjadinya dugaan tindak
pidana korupsi tersebut.
DASAR HUKUM
UU NO. 28 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih Dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
KRITERIA PELAPORAN
When :
Kapan penyimpangan tersebut dilakukan
Where :
Tempat penyimpangan tersebut dilakukan
Who :
Siapa yang melakukan atau terlibat dalam
penyimpangan tersebut
Why :
Mengapa penyimpangan tersebut terjadi
How :
Bagaimana penyimpangan tersebut
dilakukan (modus,cara,dsb)
ILUSTRASI PELAPORAN
UNSUR WBS
Melibatkan pihak internal dan eksternal
sebagai pelapor
BENTUK PERLINDUNGAN
Terhadap Pelapor
Perlindungan terhadap kerahasiaan identitas
pelapor pelanggaran (Whistleblower),
perlindungan hukum serta perlakuan yang
wajar.
Identitas Pelapor hanya dapat diungkap
apabila dipandang perlu pada persidangan di
Pengadilan.
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan
melaporkan kepada Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) apabila pelapor
pelanggaran (Whistleblower) mengalami
ancaman keselamatan jiwa.
Sebagai tindak lanjut, Pejabat yang terbukti
menyalahgunakan jabatan/wewenang
untuk kegiatan pembalasan atas pelaporan
pelanggaran sesuai dengan ketentuan
berlaku dapat diberikan sanksi.
Pemulihan nama baik bagi terlapor bila tidak
terbukti melakukan pelanggaran sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
LAMPIRAN I
TATA CARA
PELAPORAN DUGAAN
TINDAK PIDANA KORUPSI DI
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
www.itjen.kemkes.go.id
itjen@kemkes.go.id
021-5291089
TENTANG
TENTANG
3. Undang-Undang ...
22 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-2-
3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4150);
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3 ...
24 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-4-
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Publikasi hasil pengelolaan Pelaporan merupakan kewenangan Menteri
Kesehatan.
Pasal 10
Pasal 11 ...
26 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
-6-
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Juli 2014
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 905
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Maksud.
2. Tujuan
1. Maksud.
2. Tujuan
D. Pengertian
3. Pengarsipan
a. Tahap Persiapan
1) Mengundang pihak-pihak yang terkait, Inspektur Jenderal,
Sekretaris Inspektorat Jenderal, Eselon I terkait dan Menteri
Kesehatan.
2) Undangan disampaikan 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan
ekspose.
3) Menyiapkan sarana dan prasarana.
4) Menentukan Tim Penyaji (Penyaji, Notulen dan Moderator).
b. Pelaksanaan
1) Pelaksanaan ekspose eksternal dipimpin oleh Inspektur
Investigasi.
2) Seluruh peserta ekspose eksternal wajib mematuhi Tata Tertib
Ekspose Eksternal.
3) Proses diskusi dalam ekspose eksternal dituangkan dalam
notulen ekspose eksternal yang ditandatangani oleh Notulis,
Ketua Tim, dan Inspektur Investigasi.
4) Bila dalam hasil ekspose eksternal tidak diperoleh kesepakatan,
maka risalah hasil ekspose eksternal memuat alasan
ketidaksepakatan tersebut. Selanjutnya permasalahan tersebut
dibahas antar pimpinan pada tingkat yang lebih tinggi dan
dituangkan dalam risalah hasil rapat antar pimpinan.
5) Bila dari ekspose eksternal diperoleh bukti baru yang menambah
atau mengurangi nilai kerugian negara, maka auditor investigasi
harus melakukan prosedur pengujian untuk meyakini kebenaran
bukti-bukti tambahan.
6) Bila dari hasil ekspose eksternal ternyata tidak terjadi perubahan
nilai kerugian negara maka kesepakatan yang dibuat dalam
ekspose eksternal dapat digunakan sebagai bahan penuntutan
kasus.
7) Hasil ekspose eksternal dituangkan dalam risalah ekspose
eksternal yang ditandatangani oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis
dan diketahui oleh Inspektur Investigasi dengan persetujuan
Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan dan disampaikan
kepada Menteri Kesehatan.
1. Membuat nama samaran dan kata sandi yang hanya diketahui oleh
pelapor;
2. Menggunakan nama/identitas yang unik dan tidak menggambarkan
identitas pelapor;
3. Mencatat dan menyimpan dengan baik nama samaran dan kata sandi;
4. Tidak memberitahukan/mengisikan data-data pribadi, seperti nama
pelapor, atau hubungan pelapor dengan pelaku pelanggaran yang
dilaporkan;
5. Tidak memberitahukan/mengisikan data-data/informasi yang
memungkinkan bagi orang lain untuk melakukan pelacakan siapa
pelapor;
6. Hindari orang lain mengetahui nama samaran (username), kata sandi
(password) serta nomor registrasi pelapor.
A. Pelaporan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
1. Membuat nama samaran dan kata sandi yang hanya diketahui oleh
pelapor;
2. Menggunakan nama/identitas yang unik dan tidak menggambarkan
identitas pelapor;
3. Mencatat dan menyimpan dengan baik nama samaran dan kata sandi;
4. Tidak memberitahukan/mengisikan data-data pribadi, seperti nama
pelapor, atau hubungan pelapor dengan pelaku pelanggaran yang
dilaporkan;
5. Tidak memberitahukan/mengisikan data-data/informasi yang
memungkinkan bagi orang lain untuk melakukan pelacakan siapa
pelapor;
6. Hindari orang lain mengetahui nama samaran (username), kata sandi
(password) serta nomor registrasi pelapor.
A. Pelaporan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
LAMPIRAN III
KEMENTERIAN KESEHATAN
DAN
LEMBAGA PERLINDUNGAN
SAKSI DAN KORBAN
44 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 45
46 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 47
48 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 49
50 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 51
SUSUNAN TIM PENYUSUN BUKU SAKU WHISTLEBLOWING SYSTEM
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI
5.Tim Penyusun
a. Ketua : drg. Mirna Putriantiwi, MQIH
b. Sekretaris : drg. Diah Nursianti Imron, MARS
c. Anggota :1. Dede Mulyadi, SKM, M.Kes
2. Wahono, ST, MM
3. Hendro Santoso, S.Kp, M.Kep Sp.Kom
4. Rudi Supriatna Nata Saputra, S.Kp, M.Kep.