Critical Appraisal Dan Uji Diagnostik Ma
Critical Appraisal Dan Uji Diagnostik Ma
Critical Appraisal Dan Uji Diagnostik Ma
Pembimbing:
DR. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes
Disusun oleh:
Galdy Wafie
090 100 100
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, kami menyajikan makalah mengenai “Critical Appraisal
dan Uji Diagnostik”. Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk
memenuhi tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada DR. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes atas kesediaan
beliau sebagai pembimbing dalam penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui
makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai Critical Appraisal dan
Uji Diagnostik semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya kesehatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Telaah kritis atau critical appraisal adalah cara atau metode untuk
mengkritisi secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu
keharusan bagi seorang klinisi untuk menerapkan pengetahuan baru dalam
praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran)
dan kegunaan dari suatu artikel atau journal ilmiah. Telaah Kritis merupakan
bagian dari Evidence-Based Medicine.1
EBM merupakan praktik kedokteran klinis yang memadukan bukti
terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai-nilai pasien. EBM bertujuan
membantu klinisi agar pelayanan medis memberikan hasil klinis yang optimal
kepada pasien. Penggunaan bukti ilmiah dari riset terbaik memungkinkan
pengambilan keputusan klinis yang lebih efektif, bisa diandalkan, aman, dan
cost-effective.1
Pada masa lalu penentuan apakah seorang sakit atau tidak sakit semata-
mata dilakukan dengan dasar pemeriksaan klinis, yang terbukti banyak
menyebabkan kesalahan diagnosis. Kemudian berkembang amat pesat berbagai
pemeriksaan penunjang atau prosedur diagnostik, mulai dari pemeriksaan
laboratorium sederhana sampai pemeriksaan pencitraan yang canggih. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kita memerlukan berbagai jenis uji diagnostik untuk
menegakkan diagnosis pada sebagian besar kasus.2
Uji diagnostik dapat dibagi berdasarkan pada kegunaannya misalnya untuk
skrining, untuk memastikan atau menyingkirkan diagnosis, untuk memantau
perjalanan penyakit, menentukan prognosis dan lain-lain.1 Agar dapat digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosis, mendeteksi atau memprediksi penyakit
pada sekelompok orang yang tampaknya sehat, tetapi mempunyai risiko terkena
suatu penyakit tertentu (population at risk) maka alat uji tersebut harus memiliki
tingkat akurasi yang tinggi hingga dapat diandalkan. Untuk memperoleh alat uji
2
yang dimaksud di atas dapat dilakukan uji tunggal seperti sensitivitas, spesifisitas
dan uji prediksi atau uji gabungan.3
1.2.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang “Critical Appraisal dan uji diagnostik” dan untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara.
1.3.Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
“Critical Appraisal dan uji diagnostik”.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Criticals appraisal atau telaah kritis adalah cara atau metode untuk
mengkritisi secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu
keharusan bagi seorang klinisi untuk menerapkan pengetahuan baru dalam
praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran)
dan kegunaan dari suatu artikel atau journal ilmiah.1
Critical Appraisal (Kajian Kritis) adalah suatu proses evaluasi secara
cermat dan sistematis untuk memutuskan apakah suatu tulisan penelitian atau
majalah ilmiah layak dipercaya. Hal ini merupakan salah satu kemampuan dasar
yang penting bagi seorang klinisi untuk dapat mengetahui dan menggunakan data-
data penelitian yang dapat dipercaya dan efisien. 1
2.2. Tujuan
3. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika
bisa diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. ‗Bukti terbaik‘ dari
sebuah setting riset belum tentu bisa langsung diekstrapolasi
(diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami
pernyataan itu perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy)
dan efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah bukti tentang
kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara
klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang
sangat terkontrol. Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak sama
dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu intervensi menunjukkan
efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),
dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan
pada populasi sasaran (target population).1
digunakan untuk menilai reliabilitas dari suatu tes laboratorium yaitu akurasi,
presisi, sensitivitas dan spesifisitas.6
Akurasi adalah kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur, dan diartikan sebagai proporsi dari seluruh hasil tes (positif
dan negatif) yang benar. Presisi adalah kemampuan suatu tes ntuk memberikan
hasil yang sama dengan pengulangan pada pasien yang sama atau sampel.6
Validitas dari suatu tes didefinisikan sebagai kemampuan untk
membedakan antara yang menderita penyakit dan yang tidak menderita penyakit.
Validitas memiliki dua komponen yaitu sensitivitas dan spesifisitas. 7
Cara mudah untuk melihat hubungan antara hasil uji dan kebenaran
diagnosis tampak pada gambar berikut:8
PENYAKIT
Ya Tidak
positif benar
Positif positif salah (b)
(a)
UJI
negtive semu negative benar
Negatif
(c) (d)
Gambar 2.1. Hubungan antara hasil uji diagnostik dan terjadinya penyakit.
Terdapat dua kemungkinan pada hasil uji untuk benar (true positive and
true negative) dan dua kemungkinan hasil uji adalah salah (false positive
and false negative)
memberikan hasil positif pada semua subyek dengan penyakit dan selalu
memberikan hasil negatif pada semua subyek tanpa penyakit. Dalam praktik
hanya sedikit baku emas yang ideal, sehingga kita harus memakai uji diagnostik
terbaik yang ada, sebagai baku emas.2
Hasil uji diagnostik cukup banyak berupa skala dikotom seperti normal dan
abnormal, sakit dan sehat, positif dan negatif dan berbentuk tabel 2 x 2. Hasil uji
diagnostik umumnya berupa :4,8
Nilai prediktif positif (NPP), adalah persentase orang dengan uji tes positif
akan menderita penyakit di kemudian hari
Nilai prediktif negatif (NPN), adalah persentase orang dengan uji tes
negatif tidak akan menderita penyakit di kemudian hari
Rasio likelihood
Rasio likelihood negatif (LR-) adalah probabilitas hasil uji negatif pada
orang yang sakit dibagi dengan probabilitas uji tes negatif pada orang yang
tidak sakit.
PENYAKIT
Ya Tidak Jumlah
Positif a b a+b
6. Melakukan analisis
Laporkanlah sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif atau negatif
serta likelihood ratio-nya, masing-masing dengan interval kepercayaan
yang dipilih. Apabila hasil uji diagnostik berskala ordinal atau kontinu,
harus disertakan ROC.
13
BAB III
KESIMPULAN
3. Kesimpulan
1. Criticals appraisal atau telaah kritis adalah cara atau metode untuk
mengkritisi secara ilmiah terhadap penulisan ilmiah.
2. Langkah – langkah dalam Critical Apraisal dapat disingkat dengan “VIA”
(Validity, Important, Applicability)
3. Critical appraisal dapat berfungsi sebagai, cara untuk mengevaluasi
literature ilmiah secara sistematik, dapat membantu dalam memilih
literature yang diperlukan, memutuskan artikel manakah yang akan
mempengaruhi pekerjaan yang akan dilakukan , memisahkan penghalang
antara peneliti dengan hasil penelitian dan mendukung perkembangan dari
Evidence Based Medicine (EBM)
4. Uji diagnostik merupakan satu tindakan prosedur medis dengan maksud
menyingkirkan ketidakpastian tentang apakah suatu penyakit benar ada
atau tidak
5. Uji diagnostik bertujuan untuk menegakkan diagnosis, untuk keperluan
skrining, untuk pengobatan pasien, dan untuk studi epidemiologi.
6. Hasil uji diagnostik berupa sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif ,
nilai prediksi negatif, rasio likelihood positif, rasio likelihood negatif, pre-
tes probabiliti (prevalensi), pre-tes odds, post-tes odds, dan post-tes
probabiliti.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Murti B, Prof, dr, MPH, MSc, PhD (2011). Makalah “Pengantar Evidence-
Based”. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret.
2. Pusponegoro, H.D., Wirya, I..G.N.W., Pudjiadi, A.H., Bisanto, J.,
Zulkarnain, S.Z. (2011). Uji Diagnostik. Dalam S. Sastroasmoro, Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis (hal. 193-216). Jakarta: Sagung Seto.