Anda di halaman 1dari 23

TUGAS SATUAN OPERASI

JENIS PENGOLAHAN AIR

PADA INDUSTRI PENGOLAHAN AIR PDAM SURYA


SEMBADA SURABAYA

DISUSUN OLEH :

ENDANG FAISOL ( 219.51006 )

SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN

TP.2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air merupakan unsur lingkungan yang penting untuk menunjang kelangsungan hidup seluruh makhluk
di bumi ini. Air digunakan dalam segala aktivitas manusia, hewan, maupun tumbuhan. Di dalam tubuh, air
berfungsi pada proses metabolisme untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, air berperan di dalam
aspek sosial dan ekonomi, diantaranya sebagai media transportasi, sumber energi, dan bahan baku
penyediaan air minum. Dewasa ini kebutuhan akan air semakin meningkat, mengingat semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang. Oleh karena itu, hal tersebut
menuntut adanya kebutuhan akan air bersih untuk menunjang segala aktivitas yang dilakukan oleh
manusia. Tentunya masyarakat ingin menikmati air minum yang terjamin kebersihannya. Demi menjamin
kebersihan dari air tersebut, maka dibangunlah instalasi pengolahan air minum untuk mengolah air baku
menjadi air minum yang layak untuk didistribusikan langsung kepada masyarakat. Sistem pengolahan air
baku menjadi air bersih yang siap didistribusikan kepada pelanggan dikelola oleh PDAM Surya Sembada
Kota Surabaya. Air minum yang dihasilkan harus mengedepankan 3K, yaitu kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas. Disamping itu juga wajib memenuhi persyaratan penyediaan yang baik.
Tabel.1.1. Porsentase Pertumbuhan Penduduk Kota Surabaya dari tahun ke tahun

Tabel.1.2. Data rata-rata penggunaain air untuk perumahan dan fasilitas umum
dikota Surabaya

Dari data diatas terlihat persentasi pertumbuhan penduduk pertahun untuk kota Surabaya rata-rata
1% – 4 % dari tahun 2000 – tahun 2017, yang artinya kebutuhan air bersih selalu bertambah besar setiap
tahunnya mengikuti jumlah pertumbuhan penduduk. Ini terihat dari tabel.1.2. Data rata-rata penggunaa
air pertahun, terlihat pertubuhannya makin meningkat setiap tahunnya, sehingga sistem pengolahan air
yang ada harus meningkatkan kapasitas produksinya guna mencukupi kebutuhan minimal yang layak
setiap orang perhari dikota surbaya.
1.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul “jenis pengolahan air pada industri pengolahan
air pdam surya sembada surabaya” ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis jenis- jenis teknologi Pengolahan air yang digunakan pada Indsutri Pengolahan Air
2. Mengetahui tahapan dan proses dalam Pengolahan air baku menjadi air layak konsumsi
3. Mengetahui kebutuhan air terhadap tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahun serta
4. Mengetahui berbagai sumber air baku alternatif yang digunakan oleh unit pengolahan air sehingga
dapat memenuhi dan menyediakan kebutuhan air yang layak bagi masyarakat.
BAB II

ISI

2.1 Jenis Pengolahan Air

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan
tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat
yang dinikmati sampai saat ini.

Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban
manusia (Sunaryo, 2005). Persyaratan kualitas air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai berikut:

1. Syarat fisik, meliputi warna, bau, rasa, kekeruhan, temperatur, dan daya hantar listrik.

2. Syarat kimia, meliputi pH, kesadahan, besi, mangan, seng, klorida, aluminium, seng, sulfat,
tembaga, dan ammonia

3. Syarat biologi, meliputi bebas dari bakteri E. Coli dan bakteri Koliform.

Teknologi Pengolahan Air bersih yang diguankan saaat ini sangat membantu dalam proses
pengolahan air bersih maupun peningkatan kapasitas produksi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air
bersih dalam masyarakat. Berikut beberapa jenis teknologi pengolahan air bersih yang digunakan di
indonesia :

1. Saringan Pasir Lambat


Metode ini merupakan metode konvensional dalam proses pengolahan air. Metode i ni cocok untuk
air dengan tingkat kekeruhan yang tidak terlalu tinggi. Metode saringan pasir lambat ini menggunakan
empat bagian utama yaitu bagian penyadap, bagian penampung, bagian saringan pasir, dan bagian
penampung air bersih. Keuntungan menggunakan metode ini adalah bebas dari penggunaan bahan kimia
dan biaya operasional yang murah. Tetapi dibalik kelebihan terdapat beberapa kekurangan pada metode
ini, seperti kecepatan penyaringannya rendah, tidak efektif jika digunakan pada air dengan tingkat
kekeruhan tinggi, dan cara membersihkan filter harus dilakukan secara manual.
Gambar 2.1.1. Saringan Pasir Lambat

2. Saringan Pasir Cepat

Saringan pasir dapat menghasilkan air bersih sejumlah 1,3 – 2,7liter/m3/detik, Diameter pasir yang
digunakan 0,4 mm – 0,8 mm denganketebalan 0,4 – 0,7 m. Saringan pasir hanya mampu berfungsi
untukmenahan bahan padat terapung dan tidak bias menyaring mikroorganismeseperti virus atau bakteri
pathogen, sehingga diperlukan unit disinfeksisetelah pengolahan air dengan saringan pasir cepat.
(Untung, 2008)

Secara umum bahan lapisan saringan yang digunakan sama dengansaringan pasir lambat, yaitu pasir
kerikil, dan batu. Selain ukuran pasiryang digunakan, saringan pasir cepat memiliki perbedaan dengan
saringan pasir lambat dalam segi arah aliran ketika penyaringan. Saringan pasirlambat menggunakan arah
aliran air dari atas ke bawah, sedangkan padasaringan pasir cepat menggunakan arah aliran air dari bawah
ke atas.(Wibowo, 2009)
Gambar 2.1.2. Saringan Pasir Cepat

2. Carbon aktif Filter

Carbon aktif merupakan carbon hasil bakaran dari media berupa Batok kelapa maupun batu bara,
karbon aktif dapat digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan logam berat dalam air. Pada beberapa
kasus dimana kadar kaporit masih terdapat didalam air, maka kita dapat menggunakan karbon aktif filter
untuk menghilangkan bau kaporit tersebut.

Gambar 2.2.1. Carbon aktif Filter


3. Desalinasi Air Laut
Metode pengolahan air dengan menggunakan desalinasi air laut sangat cocok bagi warga yang
berada di daerah dekat laut. Prinsip metode pengolahan air dengan metode ini yaitu penghilangan garam
sehingga air dapat menjadi tawar dan berkualitas baik. Cara yang dapat digunakan untuk mengolah air
laut menjadi air tawar adalah dengan menggunakan Mesin reverse osmosis.

Gambar 2.3.1. Deselinasi Air laut

4. Ultrafiltrasi air bersih


Ultrafiltrasi merupakan metode pengolahan air secara modern yang menggunakan suatu
membran semi permeable. Metode ini cocok untuk menyaring air yang mengandung makromolekul
dengan dengan ukuran diatas 0.01 mikron. Teknologi ini dapat mengolah air keruh seperti air sungai
menjadi air jernih.
Gambar 2.4.1. Ultra filtrasi air bersih

5. Nanofiltrasi
Nanofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air modern yang digunakan saat proses
mikrofiltrasi atau ultrafiltrasi tidak mampu untuk menghasilkan air yang berkualitas. Nanofiltrasi
menggunakan membran yang berukuran 0,0001 mikron hingga 0,001 mikron sehingga dapat
menghasilkan penyaringan yang maksimal. Pengolahan air menggunakan metode ini dapat menghasilkan
air yang bersih dan terbebas dari berbagai zat atau molekul yang berukuran sangat kecil.

Gambar 2.5.1. Nano filtrasi air bersih


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan air bersih

3.1.1 Tahapan pengolahan air bersih pada PDAM Surya Sembada Surabaya

Gambar 4.1.1. Skema IPAM Karang PIlang


Gambar 4.1.2. Skema IPAM Karang PIlang
1. Intake
Intake atau bangunan penangkap air merupakan bangunan pengambilan untuk
pengolahan air bersih. Intake merupakan bangunan untuk pengumpulan air baku yang akan
dialirkan ke instalasi pengolahan air bersih. Intake pada IPAM Karangpilang I menggunakan
tipe River Intake yang terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi 2 atau
lebih pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup sehingga
memungkinkan air memasuki intakesecara berkala. Air yang terkumpul dalam sumur kemudian
dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River Intaketerletak pada bagian hulu kota
untuk menghindari pencemaran oleh air buangan. Air baku pada intake dipompa dan
disalurkan melalui pipa transmisi air baku menuju IPAM Karangpilang I.

Gambar 4.1.1.1. Desain intake

h1 v vsc
h2
Kehilangan energi (heat loss ) pada screen :

h  h1  h2 
1
2 gCd2
v 2
sc v 2

• h = headloss akibat aliran melewati screen, m
• C = Koefisien debit (biasanya 0,84)
d
2
• g = percepatan gravitasi, m/det
• v = kecepatan aliran di screen, m/det
sc
• v = kecepatan aliran sebelum screen, m/det

2. Aerator

Bangunan aerator berfungsi untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Proses aerasi
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air. Peningkatan konsentrasi oksigen
di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan air.

Gambar 2.1.1.1. Proses Aeras


3. Prasedimentasi

Bangunan Prasedimentasi digunakan untuk dapat mengendapkan partikel kasar (discrite


particle) sebelum proses koagulasi. Bangunan prasedimentasi terdiri atas empat persegi panjang
yang dibagi dalam 5 (Lima) kompartemen, untuk memudahkan dalam pemeliharaan (pengurasan).
Bangunan ini memilikipanjang 80 meter, lebar 15 meter, dan tinggi 3 meter perkompartemen.

Gambar 3.1.1.1. Bak Prasedimentasi

Gambar 3.1.1.1. Prasedimentasi

4. Unit Koagulasi

Unit Koagulasi pada IPAM Karangpilang I menggunakan tipe pengadukan hidrolis, dimana
pengadukan cepat dilakukan dengan memanfaatkan pintu air di dalam bak (pengadukan dengan
sistem umbulan). Proses koagulasi dilakukan dengan cara menyemprotkan (spray) cairan koagulan

(Alumcsulfat).

Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan criteria desain dari system pengadukan
serta system flokulasi yang efektif. Jenis koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam
logam dan koagulan polimer kationik.

Contoh koagulan garam logam diantaranya adalah :

 Aluminium Sulfat atau Tawas (Al3(SO4)2.14H2O)

 Feri Khlorida (FeCl3)


 Feri Sulfat (Fe2(SO4)3)

Koagulan yang digunakan di IPAM Karang Pilang III adalah aluminium sulfat atau tawas. 2.5.2 Dosis
Koagulan Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis koagulan yang dibubuhkan, temperature
air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan dapat dilakukan melalui penelitian
laboratorium dengan metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya mmerupakan proses
pengolahan air skala kecil.

5. Unit Flokulasi

Bangunan Bak Flokulasi di IPAM Karangpilang I berjumlah 5 buah. Bak flokulasi berfungsi
untuk proses pengadukan lambat agar membentuk flok yang lebih besar dari flok awal. Tiap
bak flokulasi terdiri dari 3 kompartemen dengan ukuran yang berbeda-beda.

Pada IPAM Karang Pilang III, unit pengaduk cepat hidrolisis ini menggunakan jenis pengaduk statis,
sehingga dimensi yang dapat ditentukan dengan pemakaian tipe pengaduk ini adalah:

Dimana :

Q = kapasitas pengolahan (m3 /s)

D = diameter instalasi pengolahan air (m)

V = kecepatan aliran (m) Air yang dialirkan dari flash mix kearah clearator melalui pipa baja
berdiameter 800 mm, dan beda tinggi antara flash mix dengan clearator adalah 1,2 m dan panjang
pipa sekitar 34 m.

Desain dari flash mix IPAM Karang Pilang III, dapat dilihat pada gambar 5.1.
Pada proses pengadukan ini, tidak ada parameter yang dikendalikan oleh pihak IPAM Karang
Pilang III ketika proses koagulasi berlangsung, nilai kecepatan gradient putaran air pada flash mix
disetiap perubahan waktu koagulasi selalu dijaga bernilai 975/s (lebih dari 700/s, yang merupakan
nilai minimum gradian kecepatan untuk criteria ideal desain unit koagulasi, Schulz & Okun, 1992). Nilai
gradient kecepatan yang dijaga selalu konstan itu diperoleh dengan menjaga atau memonitor secara
terus-menerus, nilai perbedaan tinggi dari level cairan inflow terhadap outflow adalah 2,68 m (nilai
hf).
Larutan
koagulan

inlet

outlet

pengadukan cepat pengadukan lambat

Koagulasi Flokulasi

Ca2+
Ca2+(HCO3-)2 Ca2+(HCO3-)2 Al(OH)3
Ca2+
Ca2+ Al3+
Ca2+ Al3+ Al(OH)3 Al3+
Mg 2+ Al3+
Al3+ Mg 2+
Na + Al3+
Al3+ Na+
Ca2+ Al(OH)3
Al(OH)3 Al3+
Mg 2+
Ca2+(HCO3-)2 Mg 2+

Partikel koloid stabil Destabilisasi partikel Pembentukan flok besar

Gambar 5.2.2. Tujuan pengadukan


6. Unit Sedimentasi

Setelah air melalui Unit Flokulasi, selanjutnya air menuju Zona Sedimentasi yang arah
alirannya ke atas. Unit Sedimentasi pada IPAM Karangpilang I berjumlah 5 bak. Pada Unit
Sedimentasi terdapat plat settler yang tampak di permukaan dilengkapi denganGutter dan V-
Notch. Plat settler berfungsi sebagai tempat menempelnya flok-flok pada proses sedimentasi.
7. Unit Filtrasi

Setelah dilakukan proses pengendapan di sedimentasi kemudian air menuju Unit Filtrasi. Media
filter yang digunakan pasir silica. Unit filtrasi pada IPAM Karangpilang I menggunakan media pasir
kuarsa. Unit in berfungsi untuk menyaring kotoran dan partikel-partikel yang sangat halus, serta
flok-flok dari partikel tersuspensi, selain itu juga untuk mengurangi kadar Fe dan Mn.

Kadar Fe yang rendah akan mengurangi kemungkinan timbulnya karat pada perlengkapan
perpipaan dan lain-lain. Dengan sand filter ini kandungan Fe setelah aerasi dapat menurun
hingga 86,81% (Hardyanti, Nurandani, & Fitri, 2006).Proses filtrasi dimaksudkan untuk
menyisihkan partikel koloid yang tidak dapat disisihkan pada proses sebelumnya dan juga untuk
mengurangi jumlah bakteri organisme lain (Gaib, Tanudjaja, & Hendratta, 2016). Setelah melalui
proses penyaringan pada Unit Filtrasi kemudian air dialirkan dalam pipa di injeksikan gas klor
sebelum masuk reservoir dan air siap didistribusikan.

Gambar 6.1.1. Unit Filtrasi


3.1.2 Kinerja IPAM Karang pilang I

Debit PengolahanPengukuran debit pengolahan dilakukan dengan menggunakan Ultrasonic


Flow Meter (UFM). Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh debit pengolahan rata-rata di IPAM
Karangpilang I adalah 1,368 (m3/s).

Unit Koagulasi

Koagulasi pada IPAM Karangpilang menggunakan sistem Umbulan. Keuntungan pengadukan


cepat dengan umbulan ini sangat menghemat energi, karena hanya memanfaatkan perbedaan tinggi
tanpa menggunakan energi listrik. Setelah dlakukan pengukuran dimensi dan pengolahan data,
diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 4.1.2. Hasil Pengolahan data unit koagulasi dan perbandingan dengan satndart SWWA

Dari tabel 4.1.2. didapat Nilai Gradien Kecepatan (G) pada unit flokulasi kurang sesuai,
dikarenakan head loss yang terlalu kecil. Akibatnya, bahan koagulan (alumsulfat) tidak tercampur
secara merata.

Ketidakkonstanan nilai G menyebabkan flok akan hancur kembali. Nilai gradien kecepatan
dipengaruhi oleh ketinggian air. Untuk menghindari naik turunnya nilai G, maka besarnya gradien
kecepatan perlu diturunkan tiap tahapannya dengan mengatur katup aliran tiap kompartemen agar
tinggi air dapat turun secara konstan (Arifiani & Hadiwidodo, 2007).

Kecilnya nilai G disebabkan oleh bukan pintu di bak 1 menuju ke bak 2 terlalu besar
mengakibatkan headloss terlalu kecil sehingga gradien kecepatan (G) tidak terpenuhi.Salah satu cata
mengatasi hal ini yaitu dengan pemasangan alat ukur berupa duga air pada bukaan pintu. Alat ini
dipasang untuk mengetahui bukaan pintu yang sesuai dan mengatur tinggi bukaan pintu tersebut
agar nilai gradien kecepatan (G) dan nilai G.td sesuai. Nilai G dan Gtd masih dibawah nilai kriteria
desain dapat mengakibatkan pencampuran koagulan tidak homogen.

Unit Flokulasi

Unit Flokulasi pada IPAM Karangpilang I berjumlah 5 unit. Unit Flokulasi dilengkapi dengan bak
flokulasi berbentuk persegi panjang dengan alas prisma yang berjumlah 3 kompartemen dan
dilengkapi dengan pintu air yang berbentuk persegi panjang dan lingkaran. Proses yang terjadi pada
unit flokulasi adalah pengadukan lambat dengan melalui beton berlubang.Setelah dilakukan
pengukuran dimensi dan pengolahan data di Unit Flokulasi, diperoleh hasil bahwa Unit Flokulasi
telah sesuai Kriteria AWWA. Flokulasi berfungsi untuk memperbesar inti flok yang telah terbentuk ada
unit koagulasi. Flokulasi dengan sistem hidrolik memanfaatkan beda ketinggian air. tidak memerlukan
energi tambahan (mekanik) sehingga dapat menghemat energi.

Unit Sedimentasi

Bangunan sedimentasi berbentuk persegi panjang. Bak sedimentasi juga dilengkapi dengan
gutter yang berfungsi sebagai saluran pelimpah dan saluran menuju bak filter. Untuk memperkecil

beban permukaan bak sedimentasi dilengkapi dengan pipe settler. Setelah dlakukan pengukuran
dimensi dan pengolahan data, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel.41.3

Tabel 4.1.3. Hasil Pengolahan data unit Sedimentasi dan perbandingan dengan satndart SWWA
Pada unit Sedimentasi terdapat beberapa parameter yang belum masuk kedalam kriteria
AWWA. Beban permukaan dan tinggi plat settler yang tidak sesuai kriteria akan menyebabkan aliran
air menjadi tidak laminer. Namun untuk nilai NRe dan Nfr dari hasil perhitungan diketahui aliran
sudah laminer (NRe<500) dan untuk keseragaman aliran air dapat dilihat (Nfr > 10- 5) sehingga
keseragaman aliran sudah terjadi (Montgomery, 1985). Agar beban permukan internal so’ dan tinggi
plat settler memenuhi kriteria, dapat dilakukan perubahan ukuran diameter pipa settler dari 6 cm
menjadi 7 cm atau 0,07 m dan tinggi plat settler menjadi 1,2 m.

Unit Filtrasi

Proses penyaringan air untuk memisahkan flok-flok yang masih terbawa dari Unit Sedimentasi
dilakukan di Unit Filtrasi. Pada IPAM Karangpilang I terdapat 12 Unit Filtrasi yang hanya berkerja 9
unit. Unit Filtrasi ini persegi panjang dengan tipe saringan menggunakan Saringan Pasir Cepat (Rapid

Sand Filter). Parameter operasi utama yang diukur dalam unit filtrasi adalah kecepatan filtrasi dan
kecepatan backwash disamping adaparameter ukur lain untuk desain yakni headloss saat filtrasi dan
headloss saat backwash yang dipengaruhi oleh bentuk, jenis dan ukuran media (Utami, Oktiawan, &
Wardana, 2016).

Pada unit Filtrasi terdapat satu parameter yang belum sesuai dengan kriteria AWWA yaitu
tebal media pasir sebesar 50 cm, dimana seharusnya tebal media pasir berada pada range 60-90 cm.

Akibatnya, intensitas waktu untuk backwash menjadi lebih sering sehingga kehilangan air saat
backwash menjadi lebih tinggi. Media pasir yang kurang akan menyebabkan penyaringan partikel
menjadi berkurang. Selain itu kendala IPAM Karangpilang I adalah nozzle yang sering mengalami
penyumbatan oleh media pasir. Hal ini dapat menyebabkan pasir masuk ke dalam reservoir. Unit filtrasi
harus segera diperbaiki apabila tidak akan membebani kinerja bak filter yang lain.
3.1.3 Analisa Kebutuhan air bersih

Untuk mengantisipasi pertumbuhan Penduduk dan pemakain air bersih di kota surabaya

Maka perlu dilakukan analisa kebutuhan air dalam beberapa tahun kedepan.

Rata-rata pertambahan penduduk daru tahun 2000 – 2017 adalah :

P17−P00
𝐾𝑎 =
2017−2000

3098969 − 2835057
𝐾𝑎 =
2017 − 2000

3098969 − 2835057
𝐾𝑎 =
2017 − 2000

𝑗𝑖𝑤𝑎
𝐾𝑎 = 15.524,2
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Persentase pertambahan penduduk rata-rata pertahun adalah:

jumlah persen pertambahan penduduk n


𝑟=
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 0
0,41 %
𝑟=
17

𝑟 = 0.0241 %/ tahun

Dengan menggunakan metode geometrik maka:

𝑃𝑛 = P0 x (1 + r)n

𝑃25 = P17 x (1 + 0,000241) 8

𝑃25 = 3098969 (1 + 0,000241)8

𝑃25 = 3098969 (1.00192963)

𝑃25 = 3104949 jiwa

Rata-rata pertumbuhan pemakaian air pertahun :

Rata/hr L/m3/hr L/hr 2016 2025 2025/L/hari Jumlah penduduk plg PDM
thn 2025 80%
233.365 1.83 1.83 0.25 % 2.25 0.0225 5.250713 5.250713 238.6157 3,104,949.00 2,483,959.20
13.435 0.05 50 0.147059 % 1.323529 0.013235 0.661765 50.66176 50.66176
2.325 0.0125 12.5 0.208333 % 1.875 0.01875 0.234375 12.73438 12.73438
13.32 0.5025 502.5 0.25 % 2.25 0.0225 11.30625 513.8063 513.8063
3.2125 0.0325 32.5 0.25 % 2.25 0.0225 0.73125 33.23125 33.23125
14.57 0.2025 202.5 0.25 % 2.25 0.0225 4.55625 207.0563 207.0563
228.3075 7.7475 7747.5 0.25 % 2.25 0.0225 174.3188 7921.819 7921.819
Total 8977.924 L/hari 592,711,694.33 L/hari
374.0802 L/jam 24,696,320.60 L/jam
149.6321 L/detik 411,605.34 L/detik
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari urain makalah diatas maka dapat disimpulkan antara lain :

1. Terdapat beberapa parameter yang tidak sesuai dengan kriteria desain menurut AWWA. Meski begitu
hasil dari pengolahan masih cukup bagus. Parameter yang tidak sesuai kriteria yaitu:

a. Koagulasi : Gradien kecepatan (G) pada unit koagulasi sebesar 458,21 detik-1 kurang
sesuai range 500-1000 detik-1
b. Sedimentasi : Beban Permukaan Internal dan Tinggi vertikal pipe settler. Beban permukaan
internal So’ sebesar 0,46 m3/m2/jam kurang sesuai kriteria dengan kriteria 0,5-0,8
m3/m2/jam, dan tinggi plat settler kurang sesuai kriteria yaitu sebesar 1,3 m kriteria yang
diijinkan sebesar (1-1,2).
c. Filtrasi : tebal media pasir sebesar 50 cm range (60-90 cm).
3. Kualitas air produksi IPAM Karangpilang I sudah sesuai dengan dengan Permenkes No 492 tahun
2010 tentang Kualitas air.

4.2 Saran

1. Kualitas Air harus selalu dijaga dengan mengecekan berkala sesuai dengan standar baku mutu sehingga
layak pakai dan layak konsumsi.

2. Perlu adanya penambahan kolam penampung air bersih dengan kapasitas yang lebih besar untuk
mengantisipasi musim kemarau

3. Perlu mencari dan membuat sumber cadangan air baku untuk menjaga dan meningkatkan kapasitas
produksi
DAFTAR PUSTAKA

Bisri, Mohammad. 2009. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. CV. Asrori. Malang
Walikota matarm. (2009). Status Lingkunan hidup daerah kota mataram, Mataram

Citra, Desember 2016, Pencemaran air sungai dan dampaknya, Jakarta

Mandala education 2017. Analisa penyebab banjir sungai unus, Mataram

Kelompok Kerja AMPI 2009. Profil sanitasi kota mataram, mataram

Anda mungkin juga menyukai