Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCOPNEUMONIA

I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsilidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat (zul,2003).
Bronchopneumoni digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronki dan meluas keparenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:

1. Peningkatan diameter anteroposterior dada


2. Kolaps osteoporotik vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura
konveks tulang belakang)
3. Kalsifikasi kartilago kosta dan dan penurunan mobilitas kosta.
4. Penurunan efisiensi otot pernapasan
5. Peningkatan rigiditasi paru
6. Penurunan luas permukaan alveoli

B. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah :

1. Bakteri
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-
anak serotipe 14, 1, 6,dan 9, streptokokus dimana pada anak-anak bersifat
progresif, stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis,
mikoplasmapneumonia.
2. Virus
Virus adeno, virus parainfluenza, virus influenz, virus respiratori sinsisial

1
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, kosidioides
4. Protozoa :Pneumokistiskarinii
5. Bahan kimia
a. Aspirasi makanan , susu, isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensi,) dll

C. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi napas diatas area yang mengalami konsilidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,80c sampai 41,10c , delirium
5. Diafoesis yaitu keringat yang berlebihan yang merupakan respon tubuh
6. Anoreksia yaitu hilangnya selera makan
7. Malaise yaitu keadaan umum lemas/tidak nyaman dan kurang fit
8. Batuk kental, produktif sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis areasirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial,disorientasi, ansietas , takut mati

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, dan sejenisnya). Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi
imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peredangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.

2
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakain sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Secara singkat patofisiologis dapat ditulis pada skema proses yaitu :
1. Stadium I ( 4-12 jam pertama/ kongesti) disebut hiperemia, mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat
terinfeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel masuk setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebuthepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagosit osis sisa - sisa sel. Pada stadium ini
eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.

3
Virus,Bakteri, Jamur
(Penyebabnya)

Invasi saluran napas


atas

Kuman berlebih Kuman terbawa Infeksi saluran


dibronks kesaluran cerna napas bawahperadangan
Dilatas pembuluh
Proses peradangan Infeksi saluran darah
cerna Peningkatan
Eksudat masuk
suhu tubuh
Akumulasi sekret alveoli
dibronkus Peningkatan flora
normal diusus Hipertermi
a
Ketidakefektifan Peristaltik usus
bersihan jalan
gangguan
nafas
Diare ringan pertukaran gas Suplai o2 dalam
darah
Resiko
kekurangan Ketidakefektifan
.volume cairan Pola Nafas

4
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus
yang berbercak-bercak infiltrate
2. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
3. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
4. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigen.
5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus:
1. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
d. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada
72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
e. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
f. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab danmanifestasi
klinis. Pneumonia ringan: amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penicillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

5
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori di pasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%
d. Mengontrol suhu tubuh

G. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. infeksi sistemik.
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional menurut
Gordon :
1. Pola persepsi sehat penatalaksaan sehat
Data yang muncul sering orangtua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih
menganggap belum terjadddi gangguan seriusbiasanya orangtu menganggap
anaknya benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak napas.
2. Pola metabolic nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia akibat respon sistemik
akibat control saraf pusat. Mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster
sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urinakibat perpindhan cairan mellui
proses evaporasi karena demam.
4. Pola tidur-istirahat

6
Data yang sering muncul adalah mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah. Sering menguap, mata merah, anak juga sering
menangis.
5. Pola aktivitas – latihan
Anak tampak turun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fsisk. Anak
tampak kebanyakan minta di gendong orangtuanya atau bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yan pernah disampaiakan biasanyasesaat
akibat penurunan asupan nutris dan oksigen pada otak.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran oragtua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka beain
, ketakutan terhadap orang lain meningkat .
8. Pola peran – hubungan
Anak tampa malas saat diajak bicara walau dengan teman sebaya maupun yang
lebih besar, anak lebih banyak diam dan lebih banyak dekat terhadap orang dekat
(orangtua)
9. Pola seksualitas – Reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji . Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan bisanya penundaan
10. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering Nampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis
, saat suda remaja rasa sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka
marah
11. Pola nilai dan keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuan untuk mendpat sumber
kesembuhan dari Tuhan Yesus Kristus.

Pemeriksaan fisik
1. Status penampilan kesehatan lemah.
2. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, latergi, strukpor, koma, apitis
tergantung tingkat penyebran penyakit.
3. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, Hipertensi

7
b. Frekuensi pernafasan
Takipnea , despnea progresif ,pernapasan dangkal, penggunaan obat bantu
pernapasan ,pelebaran nasal.
c. Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang di respon oleh
hipotalamus.
4. Berat bada dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.

5. integumen
Kulit
a. Warna : pucat smpai sianosis
b. Suhu
Pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit
anak akan teraba dingin.
c. Turgor: Menurun pada dehidrasi
6. Kepala dan mata
Kepala
a. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
b. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata.
c. Perik hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi , kehilangan rabut, perubahan
warna.
Data yang paling menonjol pada pemeriksaa fisik adalah pada thora dan paru-paru
1. Inspeksi : Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takpnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dad corong), barrel
chest.
2. Palpasi : adanya nyeri tekan, massa , peningkatan vocal fremitus pada daerah ang
terkena.
3. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani terisi udara
resonansi.
4. Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya .
- Suara bronkovasikuler atau bronchial pada daerah yang terkena.
- Suara pernapasan tambahan – ronchi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi

8
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeiksaan darah menunjukkan leukositosis , engan predominan PMN atau dapat
ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk.
2. Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi
- Bercak konsilidasi merata pada bronkopneumonia
- Bercak konsilidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
- Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate pada pneumonia stafilokok.
3. Pemeriksaan cairan pleura
4. Pemeriksaan mikrobiologik dapat dibiak dari specimen usap tenggorok, sekresi
nasofaring, bilasan bronkus atau sputum ,darah , aspirasi trakea.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyimpangan yang
mempengaruhi kebutuhan cairan
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
4. Ketidakefektifan pola nafas
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler

9
C. Intervensi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.
Ketidakefektifan bersihan Target waktu Manajemen jalan nafas (3140)
jalan nafas berhubungan
3x24 jam 1. Posisikan pasien untuk
dengan mukus berlebihan
memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada
sebagaimana mestinya
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410) 3. Buang sekret dengan
memotivasi pasien untuk
*1= deviasi berat dari kisaran normal 2=deviasi yang
melakukan batuk atau
cukup cukup berat dari kisaran normal 3=deviasi
menyedot lendir
sedang dari kisaran normal 4 = deviasi ringan dari 4. Intruksikan bagaimana agar
kisaran normal 5=tidak ada deviasi dari kisaran bisa melakukan batuk efektif
normal

Indikator 1 2 3 4 5 Monitor pernafasan (3350)


Frekuensi pernafasan  1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
Irama pernafasan 
bernafas
Kedalaman ispirasi  2. Monitor suara nafas
tambahan seperti ngorok ata
Kemampuan untuk  mengi
mengeluarkan sekret 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru

10
*1= sangat berat 2=berat 3=cukup 4=ringan 5=tidak
ada

Indikator 1 2 3 4 5

Suara nafas tambahan 

Dispnea saat istirahat 

Dispnea saat aktivitas 


ringan

Batuk 

11
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.

Resiko kekurangan volume Target waktu Manajemen cairan (4120)


cairan berhubungan 2x24 jam 1. Jaga intake asupan yang akurat
dengan penyimpangan dan catat output
2. Monitor tanda_tanda vital pasien
yang mempengaruhi 3. Monitor makanan/ cairan yang
Keseimbangan cairan dikonsumsi dan hitung asupan
kebutuhan cairan
kalori cairan
*1= sangat terganggu 2=banyak terganggu 3=cukup
4. Tingkatkan asupan oral
terganggul 4 = sedikit terganggu 5=tidak terganggu
(menawarkan cairan diantara
Indikator 1 2 3 4 5 waktu makan, menggunakan
cangkir obat kecil)
Tekanan darah  Monitor cairan (4130)
1. Monitor tentukan jumlah dan
denyut nadi radial  jenis intake/ asupan cairan serta
 kebiasaan eliminasi
Berat badan stabil
2. Tentukan apakah pasien
Kelembaban membran  mengalami kehausan atau
mukosa gejala perubahan cairan
(misalnya pusing, sering
Suara auskultasi nafas  berubah pikiran,melamun,
ketakutan,mudah tersinggung,
Saturasi oksigen mual)
3. Monitor asupan dan
pengeluaran
*1= berat 2= cukup berat 3=sedang 4=ringan 4. Monitor membran mukosa,
5=tidak ada turgor kulit dan respon haus

12
Indikator 1 2 3 4 5

kehausan 

Kram otot 

pusing 

13
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: HIPERTERMIA

NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.

Hipertermia Target waktu Perawatan demam (3740)

1x24 jam 1. Pantau suhu dan tanda-tanda


vital lainnya
Batasan karakteristik 2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Beri obat atau cairan (misalnya
Termoregulasi (0800) antipiretik, agen antibakteri,
dan agen anti menggigil)
*1=sangat terganggu 2=banyak terganggu 3=cukup
4. Dorong konsumsi cairan
Faktor yang berhubungan terganggu 4=sedikit terganggu 5=tidak terganggu
5. Tingkatkan sirkulasi udara
Indikator 1 2 3 4 5

Merasa merinding saat 


dingin
Berkeringat saat panas 

Denyut nadi radial 

Tingkat pernafasan 

Melaporkan kenyamanan 
suhu

*1= berat 2=cukup berat 3=sedang 4 = ringan


5=tidak ada

14
Indikator 1 2 3 4 5

Peningkatan suhu kulit 

Hipertermia 

Sakit kepala 

mengantuk 

15
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS

NIC TTD&
Nama
Kode/ Tindakan Ns
No.
Diagnosa Keperawatan NOC
Ketidakefektifan pola nafas Target waktu Manajemen asma (1913)

3x24 jam 1. Tentukan dasar status


pernafasan sebagai titik
pembandingan
2. Dokumentasikan pengukur dasar
Status pernafasan: ventilasi (0403) dalam catatan klinik
3. Monitor puncak dari jumlah alira
*1=deviasi berat dari kisaran normal2=deviasi yang
pernafasan (PERF), dengan tepat
cukup cukup berat dari kisaran normal 3=deviasu
4. Ajarkan klien mengidentifikasi
sedang dari kisaran normal 4=deviasi ringan dari dan menghindari pemicu, sebisa
kisaran normal 5=tidak ada deviasi dari kisaran mungkin
normal 5. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan usaha
Indikator 1 2 3 4 5
pernafasan
Frekuensi pernapasan  6. Berikan pengobatan dengan tepat
dan atau sesuai kebijakan dan
Irama pernafasan  petunjuk prosedur

Kedalaman inspirasi 
Monitor pernafasan (3350)
Suara perkusi nafas 

Tes faal paru 


1. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
2. Monitor sudara nafas tambahan
seperti ngorok atau mengi
3. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru

16
4. Auskultasi suara nafas, catat area
dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
5. Auskultasi suara nafas setelah
dilakukan tindakan.

17
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.

E. Evaluasi
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat
berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.

F. Tahap Tumbuh Kembang


1. Perkembangan Kognitif (Piaget)
Perkembangan kognitif pada anak menurut Piaget membagi dengan empat
tahap, diantara nya tahap sensori motor, tahap praopreasional, tahap konkret, dan
tahap formal operasional.
Tahap sesori motor, (umur 0-2 tahnu) dengan perkembangan kemampuan
sebagai berikut anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan
aktivitas motorik. Semua gerakan pada masa ini akan diarahkan kemulut dengan
merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang diliha, didengar, disentuh, dan lain-
lain.
a. Tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan kemmpuan
sebagai berikut anak belum mamapu mengoperasionalisasikan apa yang
dipikirkan melalui tindkan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih
bersifat egosentrik, seperti dalam penilitian piaget anak selalu menunjukkan
egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar
walaupun isi sedikit.
b. Tahap konkret (7-11 tahun) dengan perkembangan kemampuan sebagai
brikut anak sudah memandang realistis dari dunia nya dan mempunyai
anggapan yang sama degan orang lain, sifat egosentrik sudah mulai hilang
sebab anak mempunyai pengertian tetang keterbatasan diri sendiri, sifat
pikiran sudah mempunyai dua pandangan atau disebut reversibilitas

18
merupakan car memandang dari arah berlawanan(kebalikan), sifat realistik
tesebut belum sampai kedalam pikiran dalam membuat suatu konsep atau
hipotesis.
c. Formal operasional (lebih dari 11 tahun) dengan perkembanagn
kemamapuan sebagai berikut perkembangan anak pada masa ini sudah
terjadi dalam perkembanagn pikiran dngan membentuk gambaran mentak
dan mampu menylesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan
memperkirakan dengan pikiran yang abstrak.

2. Perkembangan Psikosexsual Anak (Freud)


Pada perkembangan psikoseksual anak prtama kali dikemukan oleh
Sigmund freud yang merupakan proses dala perkembanagn anak dengan
pertambahan pematangan fugsi struktur serta kejiwaan yang dapat menimbulkan
dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara umum untuk
menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. Dalam perkembanag psikoseksual
anak dapat melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap oral terjadi pada umur 0-1 tahun dengan perkembangan sebagai berikut
kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara
menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara, keterganungan sangat
tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah
yang diperoleh pada tahap ini adalah maslah menyapih dan makan.
b. Tahap anal terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan sebagai
berikut kepuasan pada fase ini adalah pada pengeluaran tinja, anak akan
menunujukkan keakuannya dan sikapnya sangat narsistik yaitu cinta terhadap
dirinya sendiri dan sanagtat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan.
c. Tahap oedipal/phalik terjadi pada umur 3-5 tahun denga perkembangan
sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rngsangan autoerotic yaiti
meraba-raba, merasakan kenikmatan dari bebrapa daerah erogennya, suka
pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya
demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
d. Tahap Laten terjadi pada umur 5-12 tahun dengan perkembangan sebagai
berikut kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk dalam masa pubertas

19
dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai meraba.
e. Tahap genital terjadi pada umur lebih dari 12 tahun dengan perkembangan
sebagai berikut kepuasan anak pada fase ini akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

3. Perkembangan Psikososial Anak (Erikson)


Merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial,
perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson bahwa anak dalam perkembangannya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan untuk mencapai kematangan
kepribadian anak perkembangan psisosial anak dapat meliputi :
a. Tahap percaya dan tidak percaya terjadi pada umur 0-1 tahun (bayi) dengan
perkembangan sebagai berikut tahap ini sudah terbentuk rasa percaya kepada
seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun juga
perawat yang merawatnya, kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan
dalam mengasuh atau merawat maka akan dapat timbul rasa tidak percaya.
b. Tahap kemandirian, rasa malu, dan ragu terjadi pada umur 1-3 tahun (todler)
perkembangan sebagai berikut anak sudah mulai mencoba dalam mandiri dalam
tugas tumbuh kembang seperti dalam motorik dan bahasa, anak sudah mulai
latihan jalan sendiri, berbicara dan pada tahap ini pula anak akan merasakan
malu apabila orang tua terlalu melindungi atau tidak memberikan kemandirian
atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak.
c. Tahap insiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun (prasekolah) dengan
perkembangan sebagai berikut anak akan memulai inisiatif dalam belajar
mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya, dan
apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan
bersalah pada diri anak.
d. Tahap rajin dan rendah diri terjadi pada umur 6-12 tahun (sekolah) dengan
perkembangan sebagai berikut anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan atau prestasinya sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam
melakukan sesuatu akan tetapi apabila harapan anak pada anak ini tidak
tercapai kemungkinan besar anak akan merasakan rendah diri.
e. Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa adolesence dengan
perkembangan sebagai berikut terjadi perubahan dalam diri anak khususnya

20
dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan
identitas dirinya seperti siapa aya kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan
suasana hati maka dapat kemungkinan menyebabkan terjadi kebingungan dalam
peran.
f. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa muda dengan
perkembangan sebagai berikut anak mencoba melakukan hubungan dengan
teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin
keakraban dan apabila anak tidak mampu bergabung atau membina hubungan
dengan orang lain maka kemungkinan dapat memisahkan diri dari anggota atau
kelompok orang.
g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa dewasa pertengahan
dengan perkembangan sebagai berikut seseorang ingin mencoba
memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitas dimasyarakat dan
selalu melibatkannya dan keinginannya membuat dunia menerimanya, apabila
tahap ini terjadi kegagalan maka akan terjadi penghentian dalam kegiatan atau
aktivitasnya.
h. Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa dewasa lanjut dengan
perkembangan sebagai berikut seseorang memikirkan tugas-tugas dalam
mengakhiri kehidupan, perasaan putus asa akan mudah timbul karena
kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan

21
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.


Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.Jakarta:EGC.
Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of America :
Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United


States of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai