I. Konsep Penyakit
A. Definisi
Bronchopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsilidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat (zul,2003).
Bronchopneumoni digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronki dan meluas keparenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
Perubahan system respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru meliputi:
B. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah :
1. Bakteri
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-
anak serotipe 14, 1, 6,dan 9, streptokokus dimana pada anak-anak bersifat
progresif, stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis,
mikoplasmapneumonia.
2. Virus
Virus adeno, virus parainfluenza, virus influenz, virus respiratori sinsisial
1
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, kosidioides
4. Protozoa :Pneumokistiskarinii
5. Bahan kimia
a. Aspirasi makanan , susu, isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensi,) dll
C. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi napas diatas area yang mengalami konsilidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,80c sampai 41,10c , delirium
5. Diafoesis yaitu keringat yang berlebihan yang merupakan respon tubuh
6. Anoreksia yaitu hilangnya selera makan
7. Malaise yaitu keadaan umum lemas/tidak nyaman dan kurang fit
8. Batuk kental, produktif sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis areasirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial,disorientasi, ansietas , takut mati
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,
bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, dan sejenisnya). Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi
imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peredangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.
2
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakain sempit dan pasien dapat
merasa sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret dapat sampai
ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru. Tidak hanya
menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Secara singkat patofisiologis dapat ditulis pada skema proses yaitu :
1. Stadium I ( 4-12 jam pertama/ kongesti) disebut hiperemia, mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat
terinfeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel masuk setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebuthepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagosit osis sisa - sisa sel. Pada stadium ini
eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
3
Virus,Bakteri, Jamur
(Penyebabnya)
4
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus
yang berbercak-bercak infiltrate
2. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.
3. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
4. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigen.
5. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus:
1. Penatalaksaan Medis
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
d. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada
72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
e. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
f. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab danmanifestasi
klinis. Pneumonia ringan: amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penicillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
5
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan
yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori di pasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%
d. Mengontrol suhu tubuh
G. Komplikasi
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. infeksi sistemik.
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6
Data yang sering muncul adalah mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah. Sering menguap, mata merah, anak juga sering
menangis.
5. Pola aktivitas – latihan
Anak tampak turun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fsisk. Anak
tampak kebanyakan minta di gendong orangtuanya atau bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yan pernah disampaiakan biasanyasesaat
akibat penurunan asupan nutris dan oksigen pada otak.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran oragtua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka beain
, ketakutan terhadap orang lain meningkat .
8. Pola peran – hubungan
Anak tampa malas saat diajak bicara walau dengan teman sebaya maupun yang
lebih besar, anak lebih banyak diam dan lebih banyak dekat terhadap orang dekat
(orangtua)
9. Pola seksualitas – Reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji . Pada anak yang sudah
mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi
bersifat sementara dan bisanya penundaan
10. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering Nampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis
, saat suda remaja rasa sakit yang dominan adalah mudah tersinggung dan suka
marah
11. Pola nilai dan keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuan untuk mendpat sumber
kesembuhan dari Tuhan Yesus Kristus.
Pemeriksaan fisik
1. Status penampilan kesehatan lemah.
2. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, latergi, strukpor, koma, apitis
tergantung tingkat penyebran penyakit.
3. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, Hipertensi
7
b. Frekuensi pernafasan
Takipnea , despnea progresif ,pernapasan dangkal, penggunaan obat bantu
pernapasan ,pelebaran nasal.
c. Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang di respon oleh
hipotalamus.
4. Berat bada dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
5. integumen
Kulit
a. Warna : pucat smpai sianosis
b. Suhu
Pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit
anak akan teraba dingin.
c. Turgor: Menurun pada dehidrasi
6. Kepala dan mata
Kepala
a. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
b. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata.
c. Perik hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi , kehilangan rabut, perubahan
warna.
Data yang paling menonjol pada pemeriksaa fisik adalah pada thora dan paru-paru
1. Inspeksi : Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takpnea,
dispnea progresif, pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dad corong), barrel
chest.
2. Palpasi : adanya nyeri tekan, massa , peningkatan vocal fremitus pada daerah ang
terkena.
3. Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani terisi udara
resonansi.
4. Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya .
- Suara bronkovasikuler atau bronchial pada daerah yang terkena.
- Suara pernapasan tambahan – ronchi inspiratoir pada sepertiga akhir inspirasi
8
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeiksaan darah menunjukkan leukositosis , engan predominan PMN atau dapat
ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk.
2. Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi
- Bercak konsilidasi merata pada bronkopneumonia
- Bercak konsilidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
- Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate pada pneumonia stafilokok.
3. Pemeriksaan cairan pleura
4. Pemeriksaan mikrobiologik dapat dibiak dari specimen usap tenggorok, sekresi
nasofaring, bilasan bronkus atau sputum ,darah , aspirasi trakea.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyimpangan yang
mempengaruhi kebutuhan cairan
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
4. Ketidakefektifan pola nafas
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler
9
C. Intervensi
NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.
Ketidakefektifan bersihan Target waktu Manajemen jalan nafas (3140)
jalan nafas berhubungan
3x24 jam 1. Posisikan pasien untuk
dengan mukus berlebihan
memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada
sebagaimana mestinya
Status pernafasan: kepatenan jalan nafas (0410) 3. Buang sekret dengan
memotivasi pasien untuk
*1= deviasi berat dari kisaran normal 2=deviasi yang
melakukan batuk atau
cukup cukup berat dari kisaran normal 3=deviasi
menyedot lendir
sedang dari kisaran normal 4 = deviasi ringan dari 4. Intruksikan bagaimana agar
kisaran normal 5=tidak ada deviasi dari kisaran bisa melakukan batuk efektif
normal
10
*1= sangat berat 2=berat 3=cukup 4=ringan 5=tidak
ada
Indikator 1 2 3 4 5
Batuk
11
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.
12
Indikator 1 2 3 4 5
kehausan
Kram otot
pusing
13
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: HIPERTERMIA
NIC TTD&
Nama
Ns
Diagnosa Keperawatan NOC
Kode/ Tindakan
No.
Tingkat pernafasan
Melaporkan kenyamanan
suhu
14
Indikator 1 2 3 4 5
Hipertermia
Sakit kepala
mengantuk
15
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
NIC TTD&
Nama
Kode/ Tindakan Ns
No.
Diagnosa Keperawatan NOC
Ketidakefektifan pola nafas Target waktu Manajemen asma (1913)
Kedalaman inspirasi
Monitor pernafasan (3350)
Suara perkusi nafas
16
4. Auskultasi suara nafas, catat area
dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas
tambahan
5. Auskultasi suara nafas setelah
dilakukan tindakan.
17
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.
E. Evaluasi
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat
berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
18
merupakan car memandang dari arah berlawanan(kebalikan), sifat realistik
tesebut belum sampai kedalam pikiran dalam membuat suatu konsep atau
hipotesis.
c. Formal operasional (lebih dari 11 tahun) dengan perkembanagn
kemamapuan sebagai berikut perkembangan anak pada masa ini sudah
terjadi dalam perkembanagn pikiran dngan membentuk gambaran mentak
dan mampu menylesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan
memperkirakan dengan pikiran yang abstrak.
19
dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau sebaya, dorongan libido mulai meraba.
e. Tahap genital terjadi pada umur lebih dari 12 tahun dengan perkembangan
sebagai berikut kepuasan anak pada fase ini akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
20
dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan
identitas dirinya seperti siapa aya kemudian apabila kondisi tidak sesuai dengan
suasana hati maka dapat kemungkinan menyebabkan terjadi kebingungan dalam
peran.
f. Tahap keintiman dan pemisahan terjadi pada masa dewasa muda dengan
perkembangan sebagai berikut anak mencoba melakukan hubungan dengan
teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin
keakraban dan apabila anak tidak mampu bergabung atau membina hubungan
dengan orang lain maka kemungkinan dapat memisahkan diri dari anggota atau
kelompok orang.
g. Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa dewasa pertengahan
dengan perkembangan sebagai berikut seseorang ingin mencoba
memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan aktivitas dimasyarakat dan
selalu melibatkannya dan keinginannya membuat dunia menerimanya, apabila
tahap ini terjadi kegagalan maka akan terjadi penghentian dalam kegiatan atau
aktivitasnya.
h. Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa dewasa lanjut dengan
perkembangan sebagai berikut seseorang memikirkan tugas-tugas dalam
mengakhiri kehidupan, perasaan putus asa akan mudah timbul karena
kegagalan pada dirinya untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan
21
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-
2011. Jakarta : EGC.
22