Anda di halaman 1dari 17

1. Ny. Susi, 35 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke RS.

Bhayangkara dengan
membawa surat permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi penyidik
karena mengaku ditampar suaminya di pipi kanan. Dokter Tukul, dokter IGD RS.
Bhayangkara melakukan pemeriksaan fisik kepada Ny. Susi dan mencatat di rekam
medis.
a. Apa makna Ny. Susi datang ke RS. Bhayangkara dengan membawa surat
permintaan surat permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi penyidik ?
Jawab : aku dak jawab ini wkwk

b. Apa yang dimaksud dengan surat permintaan visum ?


Jawab : Surat permintaan visum adalah surat permohonan yang dikeluarkan oleh
pihak berwajib agar orang yang bersangkutan dapat melakukan pemeriksaan
(visum) baik orang hidup atau orang mati (meninggal dunia) sesuai dengan
keperluannya (Afandi, 2010).

c. Bagaimana tata cara visum ?


Jawab ;
1. Permintaan visum et repertum dibuat secara tertulis dengan mengisi
blangko-blangko atau formulir yang telah disediakan diisi sesuai keadaan
korban dan tindak pidana.

2. Pengisian formulir dilakukan secara jelas atau tugas ( pemeriksaan luar atau
dalam keduanya ) dan dilengkapi dengan keadaan pada saat ditemukan.

3. Surat permintaan visum et repertum dikeluarkan dan ditandatangani oleh


pejabat tertentu dan kepala kepolisian militer yang pada dasarnya adalah
pejabat yang berwenang mengeluarkan dan menandatangani surat
pengadilan, surat perintah penangkapan, penahanan untuk korban mati dan
pada bagian-bagian spesialis sesuai keadaan yang diderita si korban (korban
perkosaan ke bagian bidan, korban lalu lintas ke bagian bedah).

4. Permintaan visum et repertum dikirim dalam waktu 2x24 jam sejak


terjadinya peristiwa sampai hasil pemeriksaan ditemukan/diperoleh dokter
(ahli kedokteran kehakiman diperoleh data yang lebih objektif dan
sehubungan tersangka dalam waktu 2x24 jam harus sudah diperiksa.
(Afandi, 2010)

d. Siapa yang berhak membuat surat visum ?


Jawab :
1. Berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berhak membuat visum atau
mengeluarkan hasil visum, yaitu :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya
Hal tersebut sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 1 yang berbunyi:
“ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya”

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun


1983 KUHAP pasal 2 yang berhak mengeluarkan surat permintaan visum
adalah penyidik (pihak kepolisian) dan sekurang – kurangnya berpangkat
pelda polisi.
(Idries, 2009)

e. Apa tujuan surat permintaan visum ?


Jawab : Fungsi dibuatnya surat permintaan visum adalah untuk syarat atau
prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum.(Afandi, 2010)

f. Apa saja jenis jenis visum dan termasuk kedalam visum apakah
dalam kasus ini?
Jawab : Menurut Afandi (2010), jenis – jenis visum, yaitu :
A. Pada orang hidup

(1) visum seketika, adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban
tidak memerlukan tindakan khusus atau perwatan dengan perkataan lain
korban mengalami luka-luka ringan.
(2) Visum sementara, adalah visum yang dibuat untuk sementara
berhubungan korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan.
Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai pada
waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun visum
akhir menyusul kemudian, belum ada kesimpulan

(3) Visum lanjutan, adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa
perawatan dan korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya
telah dibuat visum sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut
dapat lebih dari suatu visum tergantung dari dokter atau rumah sakit
yang merawat korban, kesimpulan apakah pasien masih hidup atau sudah
mati

(4) Visum kejahatan seksual

(5) Visum psikiatrik, adalah visum yang dilakukan kepada seseorang dengan
alibi Gila karena telah melakukan kejahatan.

B. Pada orang mati atau mayat

(1) Pemeriksaan luar, dapat diminta oleh penyidk tanpa pemeriksaan dalam
atau otopsi berdasarkan KUHAP pasal 133

(2) Pemeriksaan luar dan dalam, jenazah sesuai dengan KUHAP pasal 134
ayat 1 dalam hal ini sangat diperlukan dimana untuk keperluan
pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban

g. Apa landasan hukum tentang visum ?


Jawab : aku dak jawab ini wkwk

h. Apa saja isi yang tertera pada surat visum?


Jawab : aku dak jawab ini wkwk

i. Apa makna dokter IGD RS. Bhayangkara melakukan pemeriksaan fisik kepada
Ny. Susi dan mencatat di rekam medis ?
Jawab : Maknanya adalah dokter Tukul mencatat kronologis kegiatan dan
percakapan yang dilakukan selama melakukan pemeriksaan visum Ny. Susi dan
rekam medis tersebut dapat dijadikan sebagai barang bukti.

j. Apa fungsi rekam medis ?


Jawab : Menurut Haniyah (2009), fungsi rekam medis adalah :
1. Health Care Provider (Primary User)
a. Sebagai media komunikasi diantara tenaga kesehatan selama episode
penyakitnya yang sekarang.
b. Untuk referensi bagi perawatan penyakitnya dimasa mendatang
c. Untuk membantu calon dokter/calon tenaga kesehatan lainnya
mempelajari hubungan antara teori dan praktek.
d. Untuk evaluasi retrospektif maupun prospektif terhadap kualitas
pelayanan kesehatan
e. Untuk analisa bagi kepentingan peningkatan efektifitas dan efisiensi
pemanfaatan fasilitas, peralatan, pelayanan, personil dan finansial.
f. Untuk kepentingan akreditasi.
g. Untuk kepentingan riset bagi peningkatan metode terapi, penilaian
terhadap metode deteksi penyakit serta penilaian terhadap efektifitas obat-
obatan atau cara pengobatan lainnya.
h. Untuk dokumentasi sesuai peraturan yang berlaku.
i. Untuk kepentingan follow up bagi pasien yang memerlukan pengobatan
lama serta untuk menilai efektifitas pengobatan yang telah diberikan.

2. Payers For Services ( Secondary Users)


a. Sebagai bahan bukti bagi pengajuan klaim kepada asuransi.
b. Untuk audit bagi perusahaan asuransi terhadap pelayanan medis serta jasa
profesional .
c. Untuk memonitor kualitas dan ekuitas pelayanan medis yang
diasuransikan.
d. Untuk menilai dan mengkontrol biaya pelayanan medis.

3. Social Users
a. Public health agencies
1. Untuk kepentingan survey epidemiologi
b. Medical and social researchers
1. Untuk menyelidiki pola penyakit, pengaruh penyakit terhadap
kehidupan sehari-hari, termasuk kesehatan kerja dan keamanan.
c. Rehabilitation and social welfare programs
1. Untuk menentukan jenis program rehabilitasi yang spesifik melalui
pengkajian data
2. Untuk mengembangkan program rehabilitasi dan latihan bagi
penderita cacat, retardasi mental, dan penyalahgunaan obat
d. Employers
1. Untuk kepentingan administrasi bagi rencana asuransi kesehatan yang
disediakan.
2. Untuk menentukan jenis pekerjaan yang cocok.
3. Untuk analisis dan perbaikan terhadap pekerjaan yang ada kaitannya
dengan kecelakaan dan untuk koreksi terhadap kecelakaan kerja.
4. Untuk menentukan ketidakmampuan
e. Insurance company
1. Untuk menentukan resiko
2. Untuk menentukan liabilitas terhadap klaim
f. Government Agencies
1. Untuk menyusun rencana bagi kebutuhan sekolah, fasilitas pelayanan
kesehatan dan sebagainya dengan mendasarkan pada vital statistik dari
rekam medis.
g. Institusi pendidikan
1. Untuk menilai kecocokan memasuki program pendidikan.
2. Untuk menyusun program perawatan kesehatan siswa dan pegawainya.
h. Judicial Process
1. Untuk bukti di pengadilan bagi penyelesaian perkara perdata ataupun
pidana
2. Untuk bukti menentukan adanya kelainan mental.
i. Law Enforcement and Investigation
1. Untuk investigasi adanya tindak pidana.
2. Untuk security clearence programs
j. Credit Investigation Agency
1. Untuk menentukan kepatutan mengikuti program.
k. Accrediting, Licensing and Certifying Agencies
1. Untuk bukti seseorang memenuhi kriteria memperoleh professional
licensing
2. Untuk menentukan kompetensi bagi praktisi.
3. Untuk menentukan kesesuaian kriteria bagi rumah sakit bagi program
pendidikan
4. Untuk bukti kesesuaian terhadap standarnya bagi akreditasi institusi.
l. Media (pers, rasio dan televisi)
1. Untuk melaporkan perkembangan riset kedokteran
2. Untuk laporan adanya bahaya terhadap kesehatan, penyakit yang
mengancam kesehatan masyarakat serta kejadian-kejadian yang patut
mendapat perhatian.

k. Apa tugas dokter IGD?


Jawab : aku dak jawab ini wkwk

l. Apa landasan hukum tentang rekam medis ?


Jawab :
Dasar hukum rekam medis di Indonesia yaitu:
1. Peraturan pemerintah No.10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
2. Peraturan pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Keputusan menteri kesehatan No.034/Birhub/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit di mana rumah sakit diwajibkan:
a. Mempunyai dan merawat statistic yang up to date.
b. Membina rekam medis yang berdsarkan ketentuan yang telah ditetapkan
4. Peraturan menteri kesehatan No.749a/Menkes/Per/xii/89 tentang Rekam
medis
5. Undang-Undang No.29 Th.2004, Bab VII Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran bagian III Pemberian Pelayanan, paragraf 3 & 4 tentang Rekam
Medis
Peraturan terbaru yang mengatur mengenai rekam medis adalah Undang-
Undang No.29 Th.2004 , Bab VII Penyelenggaraan Praktik Kedokteran bagian
III Pemberian Pelayanan, paragraf 3 & 4 tentang Rekam medis :
Paragraf 3
Pasal 46 :
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien mendapat pelayanan kesehatan.
3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47 :
1. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 merupakan
milik dokter, dokter gigi, atau saran pelayanan kesehatan sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
3. Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
ayat 2 diatur dengan peraturan menteri

Paragraf 4
Rahasia Kedokteran
Pasal 48 :
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran
2. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan pasien ,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan peraturan
menteri
2. Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. Susi meminta kepada dokter Tukul untuk
segera mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun dokter Tukul menolak
karena hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu kemudian dan diambil oleh
penyidik. Namun karena Ny. Susi terus memaksa akhirnya dokter Tukul
menyerahkan hasil visum kepada Ny. Susi.
a. Apa makna Ny.Susi memaksa terus menerus dr. Tukul sehingga dr. Tukul
menyerahkan hasil visum ?
Jawab : Maknanya adalah dokter Tukul telah melanggar KODEKI pasal 1, 2, 3
dan sumpah dokter poin ke – 2 serta KUHAP Pasal 133 tentang sebab dia
menyerahkan hasil pemeriksaan visum tanpa persyaratan yang benar.

b. Apa dampak dr. Tukul menyerahkan hasil visum bukan kepada penyidik ?
Jawab : Dampaknya adalah dokter Tukul yang telah melanggar KODEKI,
sumpah dokter dan KUHAP Pasal 133 dapat diberikan sanksi, pemberian sanksi
tersebut diatur oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran PB IDI
(Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015).

c. Apa saja tugas tugas penyidik ?


Jawab : DIHAPUS !!!!!!!!!!!!!

d. Apa hak dan kewajiban dokter dan apa hak dan kewajiban pasien ?
Jawab : isi nyo pakek jawaban dari shafa tasya nahh agek dia akhirnyo tambahi
kesimpulan yang aku kerem di WA kau 

e. Bagaimana hubungan dokter dan pasien ?


Jawab : aku dak jawab ini wkwk (shafa yang jawab)

f. Apa makna dr. Tukul menyerahkan hasil visum kepada Ny. Susi ?
Jawab : aku dak jawab ini wkwk (camel yang jawab)

g. Apa yang dimaksud dengan KODEKI ?


Jawab : KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) adalah peraturan yang
dilandaskan etik dan norma – norma yang mengatur hubungan antar manusia,
didasarkan atas asas – asas hidup bermasyarakat yaitu Pancasila (Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015).

h. Apa isi kodeki yang berkaitan pada kasus ini ?


Jawab :

KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standard profesi yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.

Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya..

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai
rasa kasih sayang (compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dansejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
mahluk insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua
aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik
dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.

Pasal 9
setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya.

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT


Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi kedokteran/kesehatan.
(Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015)

Pada kasus ini, dokter Nurul belum menerapkan peraturan KODEKI


pada pasal 1, 2, dan 3, yang berbunyi :
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.
Alasannya adalah, dokter Tukul melanggar sumpah dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standard profesi yang tertinggi.
Alasannya adalah, dokter Tukul tidak melaksanakan tugas nya sesuai dengan
stadar pelayanan medis yang benar.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Alasannya adalah, dokter Tukul tidak dapat melaksanakan tugas nya dengan
profesional dan menggambil keputusan dikarenakan paksaan orang lain
(tidak konsisten).

i. Apa etika kedokteran yang dilanggar pada kasus ini ?


Jawab :
Dalam dunia kedokteran ada 4 etika kedokteran, yaitu :
1. Menghormati otonomi (respect for autonomy), berarti seorang pasien dapat
mengambil keputusannya sendiri (selfdetermination) dan diperlakukan secara
terhormat.
2. Berbuat baik (beneficence), berarti dapat membantu orang lain dengan
mengupayakan manfaat maksimal sambil meminimalkan resiko.
3. Tidak merugikan (nonmaleficence), berarti jika tidak bisa melakukan hal
bermanfaat setidaknya tidak merugikan orang lain.
4. Keadilan (justice), berarti memperlakukan setiap orang sama dalam
memperoleh haknya dalam pelayanan kesehatan, tidak dipengaruhi oleh
pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik atau
kedudukan social.
(Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015).

Pada kasus ini, etika yang tidak diterapkan oleh dokter Tukul adalah keadilan
(justice) dan berbuat baik (beneficence), sehingga ia memberikan hasil visum
tanpa persyaratan yang benar pada Ny. Susi

j. Apa isi sumpah dokter yang dilanggar pada kasus ?


Jawab : lafal sumpah dokter Indonesia, yaitu :
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan
tradisi luhur profesi kedokteran.
3. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan
bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai
dokter.
4. saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat.
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena keprofesian saya.
6. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun
diancam.
7. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat
pembuahan.
8. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis
penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
10. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya.
11. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
kandung.
12. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
(Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015)

Pada kasus ini, lafal sumpah dokter yang telah dilanggar oleh dokter Tukul
adalah lafal ke – 6 dan 12 yang berbunyi :

Poin ke – 6 : “Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu


yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.”
Alasannya adalah dokter Tukul melakukan tindakan karena diancam (paksa) hal
ini bertentangan dengan sumpah dokter poin ke – 6

Poin ke – 12 : “Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran


Indonesia.”
Alasannya adalah dokter Tukul telah melanggar KODEKI hal ini bertentangan
dengan sumpah dokter poin ke – 12.
3. Bagaimana pandangan islam dalam kasus ini ?
1. Q.S Ali – Imran Ayat 159

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

2. Q.S Ali – Imran Ayat 89

Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak


dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang
budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).

3. Q.S Al – Maidah Ayat 2

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar


Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Al – Qur’an al – karim.

Afandi, Dedi. 2010. Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan
Derajat Luka, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Riau : Fakultas
Kedokteran Universitas.

Buku Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Dokter & UU RI No


29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Hanafiah, Jusuf, Amir, Amir. 2015. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 5.
Jakarta : Buku Kedokteran

Haniyah, Fatimah. 2009. Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Poliklinik Berbasis


Rekam Medis di Rumah Sakit Medika Permata Hijau Jakarta Barat Tahun 2009.
Universitas Indonesia, Depok.

Idries, Abdul Mun’im. 2009. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi Praktisi
Hukum. Cetakan I. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai