Jtptunimus GDL Nurfitriar 7242 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Nurfitriar 7242 3 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Kesehatan
1. Pengertian perilaku
Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu
stimulus/ rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup
merupakan respon seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang
dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga dapat diamati lebih jelas dan
mudah (Fitriani, 2011).
2. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan
dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup,
maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012),
perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga :
a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)
Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi
makan menu seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat
cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap
suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit
serta upaya pengobatannya.
9
10
Sikap (tertutup)
d) Fungsi pengetahuan
Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek,
itu berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai
pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan & Dewi
(2011) adalah :
a) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar
dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik.
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi
yang terjadi melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan
orang yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggapnya penting tersebut.
c) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut
menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap
seseorang.
d) Media massa
Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga
berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan system kepercayaan sehingga
konsep ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.
16
f) Faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai
bentuk pertahanan egonya.
4) Cara pengukuran sikap
a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan
pada asumsi nilai skala yang berasal dari rating para penilai
tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Metode ini
menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable
terhadap suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan
orang tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan
derajat favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel
pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih, kemudian
pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada beberapa
orang penilai untuk menentukan derajat favorabilitasnya.
Rentang favorabilitas dari 1 sampai 11. Median dari penilaian
antar penilai terhadap item ini dijadikan sebagai nilai skala
masing-masing item. Pembuat skala menyusun item dari skala
terendah sampai tertinggi, kemudian memilih item untuk
kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan selanjutnya
diberikan kepada responden untuk menunjukkan seberapa
besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing
item (Wawan & Dewi, 2011).
b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok
favorable dan unfavorable. Untuk item favorable, jawaban
sangat setuju nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju
nilainya 1. Item unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju
adalah 1, sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi
17
c) Adopsi (adoption)
Suatu tindakan yang sudah berkembang atau termodifikasi
dengan baik disebut adopsi.
2) Cara menilai praktik
Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list dan
kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai
dengan tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain
menggunakan check list, penilaian praktik juga dapat dilakukan
dengan kuesioner. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai
praktik yang terkait dan responden diberikan pilihan “ya” atau
“tidak” untuk menjawabnya (Arikunto, 2010).
3) Kategori penilaian praktik menurut Arikunto (2006) dalam Wawan
& Dewi (2011) :
a) Baik : presentase 76%-100%
b) Cukup : presentase 56%-75%
c) Kurang : presentase <56%
B. Perawatan Kuku
1. Struktur Kuku
Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah tertanam
dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Palung kuku
merupakan bagian yang mendapat persarafan dan pembuluh darah paling
banyak. Bagian proksimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal
kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan kuat
terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas.
Kuku terdiri dari 3 bagian, yaitu ujung kuku atas ujung batas, badan kuku
yang merupakan bagian yang besar, dan akar kuku (radik) (Syaifuddin,
2007).
19
e. Variabel kebudayaan
Kebudayaan yang dianut merupakan salah satu faktor yang juga
mempengaruhi pola personal hygiene. Kebudayaan yang dianut
masing-masing orang berbeda-beda sehingga penerapan praktik
hygiene mereka juga berbeda-beda.
f. Pilihan pribadi
Pilihan tiap-tiap orang untuk praktik hygiennya berbeda-beda.
Penampilan mereka sehari-hari juga menjadi berbeda karena pilihan
waktu yang berbedaa juga untuk mandi, merawat kuku, atau praktik
personal hygiene yang lain.
g. Kondisi fisik
Kondisi fisik sangat penting ketika seseorang melakukan perawatan
dirinya secara mandiri. Kondisi fisik seseorang yang lemah dapat
menurunkan tingkat hygiennya secara mandiri.
7. Dampak dari kuku kotor
a. Kecacingan
Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak-anak. Penyebabnya antara lain cacing kremi (Oxyuriasis
vermicularis) dan cacing gelang (Ascaris lumbricoides). Salah satu
penyebab terjadinya infeksi kecacingan adalah kuku yang tidak terawat
dan kotor (Siswanto, 2010).
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil
bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan
kejadian kecacingan pada siswa SD. Siswa yang kukunya panjang dan
kotor beresiko lebih besar untuk terkena kecacingan (Fitri, dkk, 2012).
Penelitian lain menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi
kecacingan dengan hasil 7,1% siswa mempunyai higiene yang kurang
baik (Texanto & Hendratno, 2008). Penelitian lain didapatkan hasil
bahwa cacingan dapat disebabkan dari 56,90% kebersihan kuku
(Andaruni, dkk, 2012).
22
b. Diare
Diare adalah penyakit pencernaan yang ditandai dengan buang air
besar cairan atau mencret dan pada anak frekuensinya 3 kali lebih
dalam sehari. Alur penularan diare melalui 6F, yaitu faeces (kotoran
manusia), fluids (cairan), fields (tanah), flies (serangga/lalat), fingers
(jari), dan foods (makanan). Salah satu faktor dari alur penularan diare
adalah jari. Jari dengan kuku yang panjang akan menjadi tempat
bersarangnya kuman.
Apabila kuku kotor ditambah dengan kebiasaan tidak mencuci
tangan ketika akan makan, maka potensi untuk terjadinya diare lebih
besar (Siswanto, 2010).
8. Langkah-langkah perawatan kuku
Langkah-langkah perawatan kuku menurut Perry & Potter (2005) :
a. Mempersiapkan peralatan
Sebelum memulai perawatan kuku, siapkan dulu alat yang akan
digunakan. Alat yang akan digunakan adalah baskom yang berisi air
hangat atau air kran, gunting kuku, dan kikir kuku.
b. Merendam kuku dalam air hangat atau air kran
Perawatan pada kuku dapat dilakukan dengan memotong kuku jari
tangan dan kaki dengan rapi, sebelumnya kuku direndam dulu dalam
air hangat atau air kran untuk melunakkan kuku sehingga kuku lebih
mudah untuk dipotong. Gunakan gunting kuku untuk memotong kuku
pada jari tangan dan jari kaki.
C. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan pada masyarakat sehingga
masyarakat sadar, tahu, mengerti, dan bisa melakukan sutau imbauan yang
berhubugan dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Ali, 2010).
Penyuluhan kesehatan masyarakat adalah suatu proses perubahan
perilaku pada manusia menjadi lebih baik sehingga mampu dan
bertanggung jawab untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri
maupun masyarakat sekitar (Direktorat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat, 1976 dikutip oleh Fitriani, 2011).
2. Ruang lingkup
Ruang lingkup penyuluhan kesehatan menurut Mubarak, dkk (2007)
dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu :
a. Dimensi sasaran
1) Penyuluhan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Penyuluhan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
masyarakat tertentu.
3) Penyuluhan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
b. Dimensi tempat pelaksanaan
1) Penyuluhan kesehatan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien dan
keluarga.
2) Penyuluhan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.
3) Penyuluhan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan
sasaran masyarakat atau pekerja.
c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
1) Penyuluhan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion),
misal peningkatan status gizi, perbaikan pola hidup, dan lain-lain.
2) Penyuluhan kesehatan untuk perlindungan khusus (Spesific
Protection), upaya-upaya khusus yang dilakukan untuk
25
c. Tahap edukasi
Tahap edukasi merupakan tahapan dimana masyarakat diberikan
pengetahuan tentang kesehatan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan mereka serta mengubah perilaku kesehatan mereka untuk
menjadi lebih baik.
d. Tahap motivasi
Setelah dilakukan tahap edukasi, penyuluhan kesehatan dilanjutkan
dengan tahap motivasi. Pada tahapan ini, setelah diberikan edukasi,
masyarakat benar-benar diberikan dorongan positif untuk dapat
mengubah perilakunya sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan.
D. Kerangka Teori
Mengacu kepada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori
dalam penelitian ini digambarkan pada skema berikut :
Faktor
Predisposisi
- Pengetahuan
Perilaku - Sikap
- Praktik
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai
- Lingkungan
fisik
- Ketersediaan
sarana dan
- Pengalaman Ketersediaan prasarana
Faktor Faktor pribadi sarana /fasilitas
Internal Eksternal - Pengaruh prasarana kesehatan
orang lain
- Pendidi - Lingku- yang
-kan ngan dianggap
- Umur - Sosial penting Faktor Penguat
budaya - Pengaruh
kebudayaan - Sikap dan
- Media perilaku
massa petugas
- Lembaga kesehatan
pendidikan - Sikap dan
agama perilaku
- Faktor tokoh
emosional masyarakat
Perilaku Perawatan
Kesehatan Kuku
Modifikasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) dan Wawan
& Dewi (2011)
33
E. Kerangka Konsep
Pengetahuan Pengetahuan
perawatan kuku perawatan kuku
Variabel Perancu :
- Pengalaman pribadi Praktik perawatan
Praktik
- Pengaruh orang lain kuku
perawatan kuku yang dianggap
penting
- Media massa
- Faktor emosional
F. Variabel Penelitian
Variabel suatu hal dalam bentuk apa saja yang telah ditetapkan peneliti
untuk dipelajari sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang kemudian
akan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel independen (bebas), variabel
dependen (terikat), dan variabel perancu.
Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah penyuluhan
kesehatan. Variabel dependennya (terikat) ada tiga yaitu pengetahuan dalam
perawatan kuku, sikap serta praktik perawatan kuku yang dilakukan oleh
responden setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Variabel perancu dalam
penelitian ini mencakup pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang
34
lain yang dianggap penting, pengaruh paparan media massa, serta faktor
emosional dari responden.
Pengalaman pribadi responden, pengaruh dari orang lain yang dianggap
penting, dan pengaruh paparan media massa merupakan variabel perancu yang
tidak dapat dikendalikan, sedangkan untuk faktor emosional masih dapat
dikendalikan.
G. Hipotesis
1. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan kesehatan.
2. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan kesehatan.
3. Ada perbedaan praktik perawatan kuku sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan kesehatan.
4. Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan kuku antara kelompok
kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan kesehatan.
5. Ada perbedaan sikap tentang perawatan kuku antara kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
kesehatan.
6. Ada perbedaan praktik perawatan kuku antara kelompok kontrol dengan
kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan
kesehatan.