LAPORAN PENDAHULUAN
Nutrisional Marasmus
Oleh:
RESTU ABADY
R014182003
B. Etiologi
Menurut Behrman, (1999) etiologic marasmus antara lain :
1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam
susunan makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada orang tua-
anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau malformasi
bawaan.
3. Gangguan setiap system tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya
malnutrisi
4. Disebabkan oleh pengaruh negative faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang
berperan terhadap kejadian malnutrisi pada umumnya, keseimbangan nitrogen
yang negative dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsiprotein,
hilangnya protein air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan
penyakit hepar. Secara garis besar gizi buruk disebabkan oleh karena asupan
makanan yang kurang atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan
makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak
tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup salah mendapat makanan
bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan infeksi dan kurang gizi
seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena keduanya saling
terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan meyebabkan kurang
gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem
pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Marimbi, 2015).
C. Patofisiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan manghilangkan lemak di
bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan prosesn fisiologis. Untuk
kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino
untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
(Ngastiyah, 2005 dalam Pardi, 2014)
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis KEP berat/gizi buruk yang dapat ditemukan pada marasmus yaitu tampak
sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, kulit keriput, perut cekung, rambut tipis,
jarang dan kusam, tulang iga tampak jelas (iga gambang), pantan kendur dan keriput (baggy
pants) serta tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang. (Nadila & Anggraini ,
2016). Tanda dan gejala dari marasmus adalah:
1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.
2. Diare.
3. Mata besar dan dalam
4. Akral dingin dan tampak sianosis
5. Wajah seperti orang tua
6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.
8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit jelek
9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun
11. Vena superfisialis tampak lebih jelas
12. Ubun-ubun besar cekung
13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
14. Anoreksia
15. Sering bangun malam
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: (Pardi , 2014)
1. Tanda klinis
a. Wajah seperti orang tua
b. Sering terdapat penurunan kesadaran
c. Kulit kering, dingin dan kendor
d. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas
e. Sering disertai diare atau konstipasi
f. Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang
2. Antropometrik
Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada pemeriksaan
antropometrik, dilakukan pengukuranpengukuran fisik anak (berat, tinggi, lingkar lengan,
dll) dan dibandingkan dengan angka standard (anak normal). Untuk anak, terdapat 3
parameter yang biasa digunakan, yaitu
a. Berat dibandingkan dengan umur anak
b. Tinggi dibandingkan dengan umur anak
c. Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak
Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada Untuk
membandingkan berat dengan umur anak.
3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan kadar darah merah (Hb)
dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan
malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula lebih jelas
diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada anak
tersebut.
F. Komplikasi
Komplikasi Menurut Markum (1999) dalam (Pardi , 2014) komplikasi yang mungkin
terjadi pada penderita marasmus adalah:
1. Defisiensi vitamin A Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang
terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnutrisi , sering
terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas, atau pada penyakit hati.
Karena vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulakn
gangguan absorbsi.
2. Infestasi cacing Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis.pada anak dengan gizi buruk atau kurang gizi akan mengalami
peningkatan jumlah parasit seperti cacing.
3. Tuberkulosis Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkulosis, anak akan
membentuk “tuberkulosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar
limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan
pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus utama mungkin
dapat menyebabkan penyumbatan, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian
paru, yang selanjutnya pada bagian yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang buruk, kelenjar dapat pecah ke dalam bronkus,
menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
4. Bronkopneumonia Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan
kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot
pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batukdengan baik untuk menghilangkan sumbatan
pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai
banyak bagian kecil tersebat di paru (bronkopneumonia).
5. Noma Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikaai kekurangan kalori-protein
berat yang perlu segera ditangani, karena sifatnya sangatdestruktif dan akut. Keruskan
dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala
yang khas adalah bau busuk yang sangat menyengat. Luka bermula dengan bintik hitam
berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya, bintik ini akan mendestruksi jaringan
lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan terlihat lubang kecil
berbau busuk
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) dalam Ningsih, (2015) penatalaksanan marasmus
adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35’C, suhu rektal 35,5‘C.
Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 35,5’C
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan
untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar
natrium plasma rendah.
a. Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotic
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
- Tambahkan multivitamin.
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
- Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
- Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
7. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
8. Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi
metabolisme basal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang :
nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu,
tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat
2. Alasan Masuk
a. Tanyakan kepada klien atau keluarga yang datang?
b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Fokus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh
yang normal.
2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak
lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan
produktivitas kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian
yang dianjurkan.
b) Melaporkan atau terlihat kurang makan.
4) Diet Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan
Pengetahuan tentang nutrisi Memperlihatkan atau terobservasi kurangnya
pengetahuan dalam perilaku peningkatan kesehatan.
b. Data Objektif
1) Data umum
a) Perubahan rambut Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus,
panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).
b) Warna kulit lebih muda Seluruh tubuh atau lebih sering pada muka, mungkin
menampakan warna lebih muda daripada warna kulit anak sehat.
c) Tinja encer Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d) Adanya ruam “bercak bersepih”. Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas
meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau bahkan ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung
kalori dan protein.
g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas
h) Adanya anemia yang berat Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
zat besi, asam folat dan berbagai vitamin.
i) Mulut dan gigi Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j) Kaji adanya anoreksia, mual.
berkurangnya cemas
WOC
Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial menurun
dan produski albumin menurun
Anoreksia, diare
Ketidasekseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elseviers
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Gill, K. (2018, Agustus 23). MedicalNewsToday. Retrieved from Marasmus: A type of
malnutrition: https://www.medicalnewstoday.com/articles/313185.php.
Nadila, F., & Anggraini , D. I. (2016). Manajemen anak gizi buruk tipe marasmus dengan TB
Paru. J Medula Unila, 36-43.
Marimbi, H. (2015). Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita. Jakarta:
Nuha Medika.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Pardi , A. (2014, December 7). Laporan pendahuluan marasmus. Retrieved from Scribd:
https://www.scribd.com/doc/249386728/Laporan-pendahuluan-marasmus