Anda di halaman 1dari 17

Askep Gangguan Kebutuhan Nutrisi

BAB I
TINJAUAN TEORI
TENTANG KONSEP GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Definisi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu yang mengalami kekurangan
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson, 2007).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (NANDA, 2012-2014).

B. Patofisiologi
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrisi (zat yang sudah dicerna), air, dan
garam yang berasal dari zat makanan untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat
makanan merupakan sumber energi bagi tubuh seperti ATP yang dibutuhkan sel-sel untuk melaksanakan
tugasnya. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran
pencernaan harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang terus menerus. Untuk itu
diperlukan (Satino, 2005):
1. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
2. Sekresi getah pencernaan
3. Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit
4. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang diabsorbsi
5. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon.dalam lumen saluran gastrointestinal (GI) harus
diciptakan suatu lingkungan khusus supaya pencernaan dan absorbsi dapat berlangsung.
Sekresi kelenjar dan kontraksi otot harus dikendalikan sedemikian rupa supaya tersedia lingkungan
yang optimal. Mekanisme pengendalian harus dapat mendeteksi keadaan lumen, yaitu regangan dinding
oleh isi lumen, osmolaritas kimus atau konsentrasu zat yang terlarut, keasaman kimus atau konsentrasu
ion H+ dan hasil pencernaan karbohidrat, lemak, protein (monosakarida, asam lemak dan peptide dari
asam amino).
Proses pencernaan makanan menurut Potter & Perry antara lain:
1. Mengunyah
2. Menelan (deglusi)
a. Pengaturan saraf pada saat menelan
b. Tahap menelan di esofagus
3. Makanan di lambung
4. Pengosongan di lambung
5. Faktor refleks duodenum
6. Pergerakan usus halus
a. Gerakan kolon
b. Gerakan mencampur
c. Gerakan mendorong
7. Defekasi

Masalah-masalah berhubungan dengan nutrisi menurut Potter & Perry antara lain:
1. Kekuranagn nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal)
atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk proses metabolisme.
2. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai risiko peningkatan
berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
3. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau
dapat dikatakan sebagai asupan zat gizi yang tidak sesuai denga kebutuhan tubuh.
4. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal.
Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kebutuhan metabolisme karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
5. Diabetes militus
Diabetes militus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat berlebih.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang disebabkan oleh berbagai masala pemenuhan kebutuhan
nutrisi seperti penyebab dari adanya obestas serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebih.
C. Tanda dan Gejala
Manifestasi atau tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnosa
keperawat NIC-NOC antara lain:
1. Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
c. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
d. Melaporkan perubahan sensasi rasa
e. Melaporkan kurangnya makanan
f. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
2. Objektif
a. Tidak tertarik untuk makan
b. Diare
c. Adanya bukti kekeurangan makanan
d. Kehilangan rambut yang berlebihan
e. Bising usus hiperaktif
f. Kurangnya minat pada makanan
g. Luka rongga mulut inflamasi

BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengkajian
Dalam mengkaji ststus nutrisi pasien, akan digunakan pendekatan ABCD menurut Potter & Perry yaitu:
1. Anthropometric Meassuremen (Pengukuran Antropometri)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dari susunan tubuh dan bagian khusus tubuh.
Ditinjau dari sudut pandang gizi mak antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
pengukuran antara lain:
a. Berat Badan (BB)
erat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru
lahir. Di samping itu, berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Cara mengukur
berat badan adalah:
BB = (TB - 100) – 10 % (TB - 100)
Sedangkan untuk berat badan ideal kriterianya adalah :
1) > 110 % dari berat badan standar = gemuk
2) 90 % – 110 % dari berat badan standar = ideal/gemuk
3) 70 % - 90 % dari berat badan standar = sedang
4) < 70 % = sangat kurus
b. Tinggi badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan sekarang. Jika tinggi badan tidak dapat
diukur dengan klien berdiri, rentang lengan, atau jarak dari ujung jari ke ujung jari dengan diulurkan
penuh pada tingkat bahu kurang lebih ketinggian untuk orang dewasa.
c. Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita
usia subur. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Ambang batas wanita usia muda dengan risiko kekurangan energi kronik di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila kurang dari angka tersebut maka wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi
kronis.
d. Lipatan trisep
Pengukuran lipatan trisep dimaksudkan untuk menentukan status lemak tubuh. Pengukuran lipatan trisep
dilakukan dengan mengggunakan caliper.

2. Biochemical Data
Pengkajian status nutrisi klien perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium antara lain :
a. Hemoglobin (Hb)
Nilai ormal hemoglobin yaitu:
Bayi baru lahir 17 – 22 g/dl
Anak-anak 11 – 13 g/dl
Pria 13 – 16 g/dl
Wanita 12 – 14 g/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan anemia. Sdangkan kadar hemoglobin yang
tinggi dapat dijumpai pada ornag yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit
seperti radang paru-paru, tumor dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin.
b. Hematokrit (Hct)
ematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya di dalam tabung
khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%) dengan cara perhitungan :
Hct = X 100 %
Hematokrit normal pria dan wanita yaitu 4 – 5,2 g/dl. Makanan dengan tinggi protein pada pasien dengan
hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut.
3. Clinical Sign
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting di antara pengkajian nutrisi. Seperti pada bentuk
pengkajian keperawatan lain, perawat mengobservasi klien tanda-tanda perubahan nutrisi. Karena nutrisi
yang tidak tepat mempengaruhi semua sistem tubuh, petunjuk malnutrisi dapat diobservasi selama
pengkajian fisik. Ketika pengkajian fisik sistem tubuh yang umum selesai, perawat dapat memeriksa
kembali area yang berhubungan untuk mengevaluasi status nutrisi klien. Tanda-tanda klinis status nitrisi
memberikan pedoman untuk observasi selama pengkajian fisik.
4. Dietary History
Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
Pola diet / makan Vegetarian, tidak makan ikan laut dll.
Kebiasaan makan Makan bersama-sama. Makan sambil
mendengarkan musik, makan sambil
menonton televisi dll.
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambal, suka
coklat, suka roti-roti dll.
Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum,
jenis minuman, jarang minum dll.
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
dll.
Aktivitas fisik Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/
malam, perlu makanan tambahan apa
tidak
Riwayat kesehatan Adanya riwayat penyakit diabetes
militus, adanya alergi
Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien
mengenai kebutuhan nutrisi

B. Diagnosa
Contoh diagnosa keperawatan menurut NANDA untuk perubahan status nutrisi antara lain:
1. Perubaha nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan:
a. Peningkatan laju metabolik
b. Asupan nutrien yang tidak adekuat dalam diet
c. Peningkatan kehilangan nutrien melalui cairan gastrointestinal
d. Kebutuhan energi tonggi akibat latihan yang berlebihan
2. Perubahn nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan:
a. Penurunan laju mertabolik
b. Asupan nutrien dan kilokalori yang berlebihan dalam diet
c. Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat
3. Perubahan nutrisi : risiko untuk lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan :
a. Pola asupan makanan yang disfungsional
b. Gangguan hubungan dengan orang yang penting atau bermakna
c. Gangguan menelan akibat jalan napas buatan
C. Intervensi
Intervensi yang dapat dlakukan perawat dalam mengatasi gangguan nutrisi pada klien menurut Potter &
Perry antara lain :
1. Tujuan secara umum pada pasien dengan masalah nutrisi rencana tindakan keperawatannya adalah:
a. Mempertahankan nutrisi yang sudah baik
b. Mencegah masalah nutrisi
c. Memperbaiki status nutrisi
d. Menciptakan suasuana makan yang menyenangkan dan nyaman
2. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah nutrisi, seorang perawat perlu mempelajari
kebutuhan nutrisi klien tersebut. Rencana tindakan tersebut meliputi:
a. Merangsang selera makan klien
b. Penyuluhan tentang nutrisi
c. Pengajaran tentang diet khusus seperti untuk pengobatan atau persiapan pemeriksaan atau pembedahan
yang akan dilakukan
d. Memberikan support kepada pasien yang makan sendirian
e. Mengatur posisi yang menyenangkan
f. Mengatur ruangan agar nyaman
D. Impelmentasi
Berbagai tindakan yang dapat dialakukan perawat dalam membantu mencukupi kebutuhan nutrisi pasien
menurut Potter & Perry diantaranya adalah:
1. Menstimulasi nafsu makan
Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu makan klien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan
ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu makan dan
konseling klien dan keluarga.
2. Terapi diet dalam manajemen penyakit
Modifikasi diet penting untuk menyesuaikan dengan kemampuan tubuh untuk metabolisme nutrien
tertentu, memeriksa defisiensi nutrisi yang berhubungan dengan penyakit, dan mengeleminasi makanan
yang memperburuk gejala penyakit.
3. Makan sendiri
Klien yang terganggu asupan makanan secara mandiri harus diperbolehkan melakukan sebisa mungkin
untuk diri mereka sendiri. Perawat harus menyiapkan nampan, memotong makanan menjadi potongan
kecil, melapisi roti dengan mentega, dan menuangkan air. Alat makan khusus harus disediakan jika klien
ingin melakukan secara mandiri.
4. Konseling klien dan keluarga
Klien yang keluar dari rumah sakit dengan diresepkan diet seringkali memerlukan konseling diet. U ntuk
merencanakan makanan yang memenuhi kebutuhan diet. Untuk merencanakan makanan yang memenuhi
kebutuhan diet khusus dan umum.
5. Pemberian makan oral
Perawat dapat meningkatkan pemberian makanan klien dengan perlindungan martabat klien dan secara
aktif melibatkan klien dalam proses.
6. Nutrisi enteral dan infus
Nutrisi enteral adalah pada nutrien yang diberikan melalui saluran gastrointetinal. Nutrisi enteral adalah
metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika saluran gastrointestinal berfungsi dengan
menyediakan dukungan psikologis, keamanan dan nutrisi yang ekonomis.
7. Nutrisi parenteral (NP)
NP adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrien meleluirute intravena.

E. Evaluasi
Contoh evaluasi untuk perubahan status nutrisi menurut Potter & Perry

Tujuan Tindakan Evaluatif Hasil yang Diharapkan


Klien akan kembali Timbang berat badan Berat badan akan
berada dalam rentang menunjukan peningkatan
10% berat badan yang yang sesuai yaitu ¼ - ½
baik untuk tinggi kg / minggu (0,25 – 0,5
badannya kg/ minggu)

Observasi tanda-tanda Parameter laboratorium


defisit nutrisi pada klien akan menunjukan bukti
Observasi tanda-tanda hidrasi yang adekuat dan
dehidrasi atau peningkatan parameter
overdehidrasi pada klien nutrisi.
Palpasi kulit terhadap
tanda-tanda edema
Pantau tingkat elektrolit
dan observasi terhadap
ketidakseimbangan
elektrolit

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. S DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI BANGSAL CEMPAKA ATAS RSUD SUKOHARJO

A. Pengakajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.40 di bangsal cempaka atas RSUD
Sukoharjo oleh perawat. Pengkajian dilakukan dengan metode anamnesa dan observasi. Sumber data
berasal dari pasien, keluarga pasien dan catatan medis.
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tawangsari, Sukoharjo
No. Registrasi : 173896
Tanggal masuk : 15 Juni 2013
Dx. Medis : Diabetes Militus & Skizoprenia
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. D
Hubungan : Ayah Kandung
Alamat : Tawangsari, Sukoharjo
2. Keluhan utama
Pasien tidak mau makan ± 1 minggu
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesahatan sekarang
Pasien tidak mau makan kurang lebih 1 minggu, jika dipaksa pasien menangis dan memberontak. Pasien
kemudian dibawa ke RSJ karena sebelumnya pernah mengalami gangguan kejiwaan. Tetapi kemudian
oleh RSJ dirujuk ke RSUD Sukoharjo karena gula darah pasien yang tinggi. Pasien masuk IGD RSUD
Sukoharjo pada tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.15. Saat dilakukan pengkajian keadaan umum pasien
lemas dengan kesadaran composmentis dan TTV adalah TD = 110/80 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36° C, R
= 16 x/ mnt
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pasiem pernah dirawat di RSJ dengan diagnosa skizoprenia. Pasien juga pernah koma selama 5 hari di
ruang flamboyan RSUD Sukoharjo karena hiperglikemia sekitar tiga bulan yang lalu.
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat gula darah tinggi.
4. Pengkajian status nutrisi
a. Anthropometri Meassurement
BB = 32 kg
TB = 156 cm

IMT =
=
= 13,14
LILA = 10,8 cm
b. Biochemical Data
Pemeriksaan dilakukan tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.30

Parameter Hasil Nilai normal satuan


Eritrosit 5,42 4,5 – 5,5 (L) Juta/ µl
4,0 – 5,0 (P)
MCV 73,9 80 – 96 fl
Hematokrit 40,1 45 – 55 (L) %
40 – 50 (P)
Trombosit 424 150 – 400 10 5 / µl
Hemoglobin 13 – 16 (L) g/l
12 – 14 (P)
MCH 26,1 27 – 31 Pg
MCHC 35,3 32 – 36 g/dl
GDS 365 < 150 Mg/dl

c. Clinical Sign

Rambut Tidak tertata, kering, kusam


Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut Kering, pecah-pecah, berbau
Gusi Tidak bengkak, tidak berdarah
Gigi Kotor
Kulit Kering, turgor kulit jelek
Fungsi gastrointestinal Nafsu makan tidak ada
Otot Lembek, tonus otot jelek

d. Dietary History

Pola diet Makan bubur, lauk pauk dan sayur


Kebiasaan makan Sudah 1 minggu tidak makan, makan harus
dibujuk, nafsu makan tidak ada
Makanan kesukaan Pasien suka minum jus buah
Pemasukan cairan Pasien minum 6 gelas air/ hari (± 1200 cc)
Aktivitas fisik Pasien merasa lemas, ADL kurang, aktivitas
hanya di tempat tidur
Riwayat kesehatan Pasien pernah mengalami gangguan jiwa
dan pernah koma selama 5 hari karena
hiperglikemia

B. Data Fokus

DS = - Pasien merasa lemas


- Pasien tidak mau makan ± 1 minggu dan nafsu makan tidak
ada
- Keluarga pasien mengatakan pasien menangis dan
memberontak jika dipaksa untuk makan
- Keluarga pasien mengatakan pasien belum mandi, gosok
gigi dan menyisir rambut selama beberapa hari

DO = - GDS = 365 g/dl


- IMT = 13,14
- Turgor kulit jelek
- Kulit kering, kusam
- Rambut tidak tertata, kering, kusam
- Mulut kering, pecah-pecah, berbau
- Gigi kotor
- Otot lembek, tonus otot jelek
- Kuku kotor
- Pasien mempunyai riwayat skizoprenia

Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


1. DS - Pasien merasa lemas Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
= - Pasien tidak mau nutrisi kurang dari untuk
makan ± 1 minggu dan kebutuhan tubuh memasukkan
- Pasien tidak nafsu atau mencerna
makan nutrisi oleh
- Keluarga pasien karena faktor
mengatakan pasien psikologis
menangis dan
memberontak jika
dipaksa untuk makan
DO- GDS = 365 g/dl
= - IMT = 13,14
- Turgor kulit jelek
- Kulit kering, kusam
- Mulut kering, pecah-
pecah
- Pasien mempunyai
riwayat skizoprenia
2. DS - Pasien merasa lemas Intoleransi aktivitas Kelemahan
=
DO- Otot lembek
= - Tonus otot jelek
- Aktivitas hanya
disekitar tempat tidur
3. DS - Keluarga mengatakan Defisit perawatan Kerusakan
= sudah beberapa hari diri persepsi/kognitif
pasien tidak mandi,
menggosok gigi dan
menata rambut
DO- Rambut tidak tertata,
= kering, kusam
- Gigi kotor
- Mulut berbau
- Kuku kotor
- Pasien mempunyai
riwayat skizoprenia

C. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
memasukan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor psikologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan persepsi/kognitif
D. Intervensi

No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Dx.
1. Setelah dilakukan 1. Peningkatan nafsu 1. Kaji pola makan pasien
tindakan makan dan diet harian pasien
keperawatan 2. Kebutuhan intake oral2. Monitor adanya
selama 5 x 24 jam adekuat penurunan BB dan gula
nutrisi kurang 3. BB dalam rentang darah
dapat terpenuhi normal 3. Monitor intake nutrisi
4. Turgor kulit baik 4. Monitor turgor kulit dan
5. Membran mukosa membran mukosa
tidak kering 5. Motivasi pasien untuk
makan
6. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
7. Anjurkan pasien untuk
makan selagi hangat
8. Anjurkan tidak makan
makanan tinggi gula
9. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
penambah nafsu makan
2. Selama dilakukan 1. Berpartisipasi dalam 1. Monitor TTV
tindakan aktivitas fisik tanpa 2. Monitor intake nutrisi
keperawatan disertai peningkatan 3. Kaji adanya faktor yang
selama 3x24 jam, tekanan darah, nadi menyebabkan kelelahan
pasien bertoleransi dan RR 4. Bantu klien untuk
terhadap aktivitas 2. Mampu melakukan melakukan ADL’s yang
aktivitas sehari-hari mungkin untuk pasien
(ADL’s) secara 5. Anjurkan keluarga
mandiri untuk membantu pasien
dalam pemenuhan
ADL’s

3. Setelah dilakukan 1. Mulut dan gigi pasien1. Monitor kemampuan


tindakan selama 3 bersih dan tidak klien untuk merawat diri
x 24 jam, defisit berbau yang mandiri
perawatan diri 2. Kulit pasien bersih, 2. Monitor kebutuhan
teratasi lembab dan tidak klien untuk alat-alat
kering bantu kebersihan diri,
3. Rambut klien bersih berpakaian, berhias,
dan rapi toileting dan makan
4. Pasien menyatakan 3. Sediakan bantuan
kenyamanan terhadap sampai klien mampu
kemampuan secara untuk melakukan
melakukan ADL’s self care
5. Dapat melakukan 4. Dorong klien untuk
ADL’s dengan melakukan ADL’s
bantuan secara mandiri tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu melakukan
5. Anjurkan pasien /
keluarga untuk
memberikan
kemandirian untuk
memberikan bantuan
jika pasien tidak mampu
melakukannnya

E. Implementasi

Hari/tgl Jam No.Dx. Implementasi Respon Paraf


Sabtu, 11.50 1 Memberikan S : pasien
15-6-13 obat injeksi IV mengatakan masih
- Ranitidin 50 mg lemas
- Ceftrixone 1 gr O : pasien gelisah Nur
saat diberikan injeksi
obat IV
12.10 1 Memberikan S : pasien tidak
terapi obat oral merasa pusing
- Metformin 500 O : pasien minum
mg obat oral dengan ¼
gelas air putih
12.40 1 Memonitor S : pasien merasa
reaksi obat masih lemas
Pasien mengatakan
perutnya perih
O : pasien tidak
menunjukan gejala
hipoglikemi
Pasien tidak mau
makan walau sudah
dibujuk
14.20 1 Memonitor S : keluarga
adanya mengatakan pasien
penurunan BB memang sudah kurus
dari dulu, tapi selama
sakit semakin kurus
Pasien merasa lemas
dan harus dibatu jika
berdiri
O : BB = 32 kg
16.00 1,2 Memonitor S : pasien
intake nutrisi mengatakan tidak
lapar ketika dibujuk
untuk makan
O : pasien tidak mau
makan sama sekali
Pasien minum ± 1500
cc/ hari
16.05 1 Mengkaji pola S : keluarga pasien
makan pasien mengatakan selama
dan diet harian masuk RS pasien
pasien belum makan sama
sekali
Pasien mengatakan
suka minum jus buah
O : pasien tampak
lemas
16.10 1 Memberikan S : pasien
injeksi obat mengatakan perutnya
- ranitidin 50 mg perih
- ceftriaxone 1 gr O : pasien
memegangi perut
17.00 3 Memonitor S : pasien merasa
kemampuan tidak nyaman saat
pasien untuk akan digantikan baju
perawatan diri oleh keluarganya
secaramandiri O : pasien menolak
untuk ganti baju
18.15 1 Memotivasi S : pasien tidak
pasien untuk merasa lapar
makan O : pasien menolak
untuk makan
Minggu, 00.30 1 Memberi injeksi S : pasien masih
16-6-13 obat IV: merasakan lemas
- ranitidin 50 mg O : pasien tenang saat
- ceftriaxone 1 gr diberikan injeksi obat
05.00 2 Memonitor TD S : pasien merasa
lemas
O : TD = 110/80
mmhg
08.00 1 Memberikan S : pasien merasa
obat injeksi IV lemas
- ranitidin 50 mg O : pasien gelisah
- ceftriaxone 1 gr saat diberikan injeksi
obat
08.30 1 Memonitor S : pasien
reaksi obat mengatakan perutnya
masih terasa nyeri
O : nyeri dibagian
epigastrik
12.10 1 Memotivasi S : pasien
pasien untuk mengatakan tidak
makan lapar
O : pasien menolak
untuk makan
Pasien minum ¼
gelas (± 60 cc)
17.00 1 Memberikan S : pasien
injeksi obat IV mengatakan perutnya
- ranitidin 50 mg masih sakit
ceftriaxone 1 gr O : pasien gelisah
saat diberikan injeksi
obat
18.00 1 Memberikan S : pasien merasa
obat injeksi im sakit saat diberikan
-lodomer injeksi obat
della O : ekspresi wajah
pasien meringis
21.15 2,3 Menganjurkan S : pasien tidak mau
keluarga untuk dilakukan ADL’s
membantu oleh keluarganya
pasien dalam O : pasien
pemenuhan memberontak saat
ADL’s keluarga mencoba
anjuran perawat
Senin, 05.00 2 Memonitor TD S : pasien merasa
17-6-13 lemas
O : TD = 100/70
mmHg
06.45 3 Memonitor S : keluarga
kebutuhan mengatakan
pasien untuk mempunyai sisir,
kebersihan diri sabun mandi, sikat
dan pasta gihi serta
baju ganti untuk
pasien
O : alat kebersihan
pasien tersedia
06.55 3 Menyediakan S : pasien merasa
bantuan sampai lemas
pasien mampu O : pasien menolak
secara utuh dilakukan self care
untuk oleh perawat dan
melakukan self- keluarga
care
07.10 3 Mendorong S : pasien merasa
klien untuk lemas
melakukan self- O : pasien belum
care secara mampu melakukan
mandiri ADL’s secara
mandiri
07.20 3 Mengajarkan S : keluarga pasien
pasien/ jeluarga mengatakan mengarti
untuk pada penjelasan
mendorong perawat
kemandirian O : keluarga
memperhatikan
penjelasan perawat
08.10 1 - Memberikan S : pasien
injeksi obat iv mengatakan masih
ranitidin 50 mg nyeri
ceftriaxone 1 gr O : nyeri dibagian
epigastrik
08.55 1 Memonitor S : Pasien
respon obat mengatakan nyeri
berkurang
O : skala nyeri 4
11.15 1 Memotivasi S : pasien
pasien untuk mengatakan hanya
makan haus saja dan tidak
lapar
O : pasien minum sari
kacang hijau ± 240 cc

11.30 1 Mengatur posisi S : pasien


pasien fowler mengatakan lelah
tinggi O : pasien tidak
mampu duduk lama
14.10 1 Memonitor S : pasien merasa
kadar gula darah lemas
O : GDS = 278 g/dl
17.10 1 Memberi terapi S : pasien
obat injeksi IV: mengatakan nyeri
- Ranitidin 50 mg sudah berkurang
- Ceftriaxone 1 O : skala nyeri 3
gr
17.15 1 Memberikan S : pasien merasa
terapi obat lemas
injeksi IM : O : pasien tampak
- Lodomer meringis ssaat
- della diberikan injeksi
Selasa, 05.30 2 Memonitor TTV S : pasien merasa
18-6-13 lemas
O : TD = 110/90
mmHg
N = 80 X / mnt
R = 22 X / mnt
S = 37,6 ° C
07.35 2,3 Membantu klien S : - pasien merasa
untuk lebih nyaman setelah
melakukan dilakukan ADL’s
ADL’s yang - pasien merasa masih
mungkin untuk lemas
pasien O : - gigi pasien lebih
bersih
- rambut pasien rapi
- kulit pasien tidak
kering
- bau badan berkurang
08.10 1 Memberikan S : pasien
terapi injeksi IV mengatakan kadang
: perutnya masih terasa
- ranitidin 50 mg perih
- ceftriaxone 1 gr O : nyeri hilang
timbul dengan durasi
sebentar
08.40 1 Memonitor S : pasien
reaksi obat mengatakan sudah
tidak nyeri
O :skala nyeri 0
13.05 1 Memotivasi S : pasien merasa
pasien untuk sudah kenyang
makan setelah makan 2
sendok bubur
O : pasien mempu
makan sendiri
- pasien makan 2
sendok bubur
16.50 1 Memberi terapi S : pasien
injeksi IV: mengatakan sudah
- ranitidin 50 mg tidak nyeri
- ceftriaxone 1 gr O : Pasien tidak
gelisah saat diberi
injeksi obat IV
16.55 1 Memberikan S : pasien masih
injeksi IM: merasa lemas
-lodomer O : pasien meringis
- della saat diberikan injeksi
Rabu, 05.05 2 Memonitor TTV S : pasien meraa
19-6-13 lemas
O : TD = 110/70
mmhg
N = 80 x/ mnt
R= 18 x/ mnt
S = 35,7° C

07.10 1 Memberi terapi S : pasien


obat : merasapusing
- curcuma sebelum minum obat
- glimpizin O : pasien meminum
obat dengan air putih
07.40 1 Memeriksa S : pasien sudah tidak
reaksi obat merasa pusing
- pasien mengakan
lapar
o : pasien minum 25
ml air putih dan tidak
mau makan
08.10 1 Memberikan S : pasien merasa
terpi injeksi Iv nyeri sedikit
- ranitidin 50 mg O : pasien tenag saat
- ceftriaxon 1 gr diberikan obat
11.25 1 Memonitor gula S : pasien engatakan
darah sudah tidak lemas
ketika duduk
O : GDS = 295 g/dl
13.15 1,2 Memonitor S : pasien
intake nutrisi mengatakan lapar tapi
tidak mau makan
O : pasien hanya
minum jus jambu ±
240 ml
17.15 3 Memonitor S : pasien
kemampuan mengatakan mau
klien untuk melakukan sendiri
melakukan O : rambut pasien
perawatan diri tertata setelah disisir
18.10 1 memotivasi S : pasien
pasien untuk mengatakan mau
makan makan sendiri
O : pasien makan ½
porsi bubur
23.50 1 Memberi terapi S : pasien sudah tidak
injeksi Iv mersa nyeri
- ranitidin 50 mg O : skala nyeri 0
- Ceftriaxone 1
gr
Kamis, 05.00 2 Memonitor TTV S : pasien masih
20-6-13 sedikit lemas
O : TD = 110/70
mmHg
N = 90 x/ mnt
S = 36,8 °C
R = 20 x/ mnt

08.10 1 Memberikan S = pasien sudah


injeksi obat IV tidak merasa nyeri
- Ranitidin 50 mg O = skala nyeri 0
- Ceftriaxone 1
gr
11.45 1 Memonitor S = pasien
intake nutrisi mengatakan lapar
O = pasien minum
teh dan air ± 450 cc
Pasien mau makan ½
porsi bubur
14.30 1 Menganjurkan S = keluarga pasien
untuk mengatakan telah
menghindari mengikuti anjuran
makanan manis dari dokter
O = pasien tidak
makan dan minum
manis
17.10 1 Memberikan S = pasien
injeksi obat IV mengatakan tidak
- Ranitidin 50 mg nyeri
- Ceftriaxone 1 O = pasien tenang
gr saat dilakukan injeksi
obat

F. Evaluasi

Tanggal No.Dx Evaluasi Paraf


18-6-13 2 S = pasien mengatakan sudah tidak merasa lemas
O = pasien mampu duduk agak lama
- Pasien mampu melakukan ADL’s ringan secara
mandiri
- Pasien melakukan ADL’s berat dengan bantuan
orang lain tanpa menj=unjukan tanda kelelahan,
peningkatan TD, RR dan nadi
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
- Mendorong klien agar mampu melakukan ADL’s
secara mandiri
18-6-13 3 S = pasien mengatakan lebih nyaman setelah
dilakukan perawatan diri
O = kulit pasien tidak kering
- Gigi lebih bersih
- Rambut tertata rapi
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
20-6-13 1 S = pasien mengatakan lapar
O = pasien makan ½ porsi bubur
- Pasien minum ±450 cc air
- Membran mukosa pasien lembab
- IMT = 13,16
A = masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai