Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN KENYAMAN NYERI

Dosen Pembimbing :

Wiwiek Retty A, S.Kep,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Fajar Wahyudi (201701017)


2. Fitria Angelica A (201701019)
3. Herlina Dika S (201701023)

AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III


PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan actual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjasinya kerusakan.
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan
tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari
perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling
sering terjadi dibidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling
sedikitbdipahami.individu yang mersakan nyeri merasa menderita dan
mencari upaya untuk menghinlangkannya.
Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk dapat
menghilangkan nyeri tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien.
Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien
karena nyeri dapat di ekspresikan melalui menangis, pengutaraan atau isyarat
perilaku.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
kenyamanan (nyeri)

C. TUJUAN
a. Tujuan Utama
Untuk mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah
gangguan rasa nyaman (nyeri).
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep ketidak nyamanan nyeri
2. Untuk mengetahui dan memahami patway nyeri
3. Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan nyeri

1
BAB II
KONSEP NYAMAN NYERI

A. DEFINISI
Kenyaman adalah merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya, dan / atau sosial. (NANDA
2015). Kenyamanan merupakan konsep sentral tentang kiat keperawatan
(Patricia A. Potter, 1997)
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan
adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional) yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang
dapat diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA,
2012).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI YANG BERPERAN


Semua organ manusia mengandung saraf. Sistem saraf menghimpun
rangsangan dari lingkungan, selanjutnya mengubah rangsangan-rangsangan
itu menjadi impuls saraf yang diteruskan ke daerah penerimaan. Imuls itu
ditafsirkan dan dikirim ke organ-organ efektor untuk memberikan reaksi yang
tepat. Fungs ini dilakukan oleh sel saraf atau neuron.

2
Sel saraf terdiri dari dendrit, badan sel, dan neurit. Dendrit melekat pada
sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang, lalu mengubah rangsangan
yang diterima jadi impuls. Impuls itu kemudian di kirim kesistem saraf pusat
(otak) atau sistem saraf tepi (12 pasang nerfus kranialis). Di sana impuls akan
diterjemahkan, sehingga nyeri pun akan dirasakan oleh individu yang
megalami kerusakan jaringan maupun rangsangan yang menyebabkan nyeri
lainya.

Peghantar rangsangan nyeri (nukleous)

C. ETIOLOGI NYERI
a) Faktor Resiko
1. Nyeri akut

3
i. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal = klien
mengeluh tidak nyaman pada bagian tertentu tubuhnya yang
merujuk ke nyeri dan / atau menunjukkan ekpresi maupun body
language yang menyetakan klien merasa tidak nyaman.
ii. Menunjukkan kerusakan = klien menunjukkan gejala infeksi,
ruam, serta gejala klinis lain yang dapat menimbulkan nyeri.
iii. Posisi untuk mengurangi nyeri = contohnya saat klien tidak
nyaman pada perutnya yang merujuk pada nyeri, klien akan
memposisikan dirinya meringkuk agar terasa lebih nyaman.
iv. Muka dengan ekspresi nyeri seperti meringis = klien
menunjukkan ekspresi meringis yang menunjukkan bahwa
beliau merasa tidak nyaman (nyeri)
v. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi) =
tekanan darah klien menurun saat dilakukan TTV
vi. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh) = klien nampak gelisah, merintih, melakukan nafas
panjang karena tidak nyaman

2. Nyeri kronis
i. Perubahan berat badan = klien mengalami penurunan berat
badan saat dilakukan pemeriksaaan
ii. Melaporkan secara verbal dan non verbal = klien mengeluh
tidak nyaman pada bagian tertentu tubuhnya yang merujuk ke
nyeri dan / atau menunjukkan ekpresi maupun body language
yang menyetakan klien merasa tidak nyaman.
iii. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri = klien memposisikan dirinya untuk merasa lebih
nyaman saat gejala nyeri , nampak gelisah, Nampak putus asa,
dan fokusnya pada objek lain berkurang karena klien hanya
focus pada ketidak nyamanannya
iv. Kelelahan = klien terlihat lelah bahkan mengeuh lelah saat
dilakukan pengkajian oleh pihak medis

4
v. Perubahan pola tidur = klien tidak bisa tidur dimalam hari
karena merasa tak nyaman saat merasakan gejala nyeri,
sehnggan polatidur klien terganggu
vi. Interaksi dengan orang lain menurun = klien lebih sering diam
dan kurang berinteraksi dengan orang disekitarnya, terutama
saat gejala nyerinya terasa.

b) Factor Predisposisi
1. Trauma fisik atau biologis =klien mengalami cidera fisik, patah
tulang, sehingganyeri dialami klien
2. Peradangan= klien mengalami infeksi pada luka bekas operasinya,
sehingga klien merasakan nyeri
3. Trauma psikologis seperti trauma pengobatan = trauma pengobatan
dapat terjadi ketika seseorang mengalami penyakit tertentu yang
mengharuskan dirinya melakukan bedah atau operasi. Dalam keadaan
yang tidak siap kadang pasien akan mengalami trauma didalam
dirinya.

c) Factor Presipitasi
1. Lingkungan seperti kekerasan yang terjadi di sekitar lingkungan
2. Suhu ekstrim seperti suhu di pegunungan everest
3. Kegiatan seperti kegiatan olahraga yang berlebih tanpa latihan yang
rutin.
4. Emosi

D. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam

5
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis.

E. PATOFISIOLOGI
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah
zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian
zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan
rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf
asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu
mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif
sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin,
N.Mubarak, 2007).
Nyeri muncul berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri adalah nocireceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat
bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar
pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati
dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti
histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi,
stimulasi lain berupa termal, listrik atau mekanis.

Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan


berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh 2 jenis serabut
yang bermyelin rapat atau serabut A(delta) dan serabut lamban (serabut C).
impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A, mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut afern masuk ke
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal
horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan 2 atau 3 terbentuk substanta gelatinosa yang merupakan
saluran utama impuls.

6
Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama yaitu
jalur spinothalamie tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular
tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari
proses transmisi terdapat 2 jalur mekanisme terjadinya nyeri yaitu jalur
desenden danjalur asenden. Jalur desenden berfungsi membawa sensasi yang
bersifat perintah yang akan berlanjut ke perifer. Sedangkan traktus asenden
secara umum berfungsi untuk mengantarkan informasi aferen yang dapat atau
tidak dapat mencapai kesadaran.

F. MANIFESTASI KLINIK
a) Tanda dan Gejala Nyeri
1. Posisi menghindari nyeri
2. Gerakan menghindari nyeri
3. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
4. Perubahan nafsu makan
5. Tekanan darah meningkat
6. Pernafasan meningkat
7. Depresi
b) Factor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya adalah:
1. Arti Nyeri
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektifdari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan
perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
3. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan

7
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi
nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri,tingkat perspepsi
nyeri,pengalama masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan
fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

8
G. CARA MELAKUKAN ASSESSMENT TERHADAP NYERI
PENILAIAN NYERI
Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan skala assessment nyeri tunggal atau multidimensi. Skala
assessment nyeri
a) Uni-dimensional:
- Hanya mengukur intensitas nyeri
- Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
- Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome pemberian analgetik
- Skala assessment nyeri uni-dimensional ini meliputi:
i. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual (VAS) adalah cara yang paling banyak


digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara
visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami seorang pasien.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau
tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu
mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa
nyeri terparah yang mungkin terjadi.
ii. Verbal Rating Scale (VRS)

9
Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada
skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala verbal
menggunakan katakata dan bukan garis atau angka untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa
tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan
sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang,
baik/ nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan kata
pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.
iii. Numeric Rating Scale (NRS)

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,


jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama
untuk menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan
pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan
untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan dianggap
terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan efek
analgesik.
iv. Wong Baker Pain Rating Scale

10
Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
b) Multi-dimensional
- Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
-Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
- Skala multi-dimensional ini meliputi4 :
i. McGill Pain Questionnaire (MPQ) terdiri dari empat bagian:
(1) gambar nyeri,
(2) indeks nyeri (PRI),
(3) pertanyaanpertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya;
(4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. PRI terdiri dari 78
kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20 kelompok. Setiap set
mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas nyeri yang
makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10 menggambarkan kualitas
sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal, lokasi/spatial,
suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan kualitas
efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat otonom). Kelompok 16
menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifi k untuk kondisi
tertentu. Penilaian menggunakan angka diberikan untuk setiap kata
sifat dan kemudian dengan menjumlahkan semua angka berdasarkan
pilihan kata pasien maka akan diperoleh angka total (PRI(T)).
ii. The Brief Pain Inventory (BPI)
iii. Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri.
Awalnya digunakan untuk mengassess nyeri kanker, namun sudah
divalidasi juga untuk assessment nyeri kronik.
iv. Memorial Pain Assessment Card
Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas
dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4
komponen penilaian tentang nyeri meliputi intensitas nyeri, deskripsi
nyeri, pengurangan nyeri dan mood.

11
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
b) Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya
c) Ct Scan (cidera femur) untuk mengetahui adanya tempat cidera

I. KOMPLIKASI
fraktur
a. Masalah Mobilisasi
b. Amputasi
c. Infeksi
d. nekrosis
e. Hipertermi
f. Gangguan pola istirahat dan tidur

Osteoporosis
a. Kanker tulang
b. Intoleransi aktivitas
c. Patah tulang
d. Perubahan tubuh

J. PENATALAKSANAAN TERAPI
a) Penatalaksanaan Non Farmakologi
i. Monitor tanda-tanda vital = Periksa TTV klien
ii. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri = periksa apakah ada
tanda gejala nyeri (rubor, dolor, tumor, kalor, kelainan rungsi) pada
daerah yang nyeri
iii. Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif
untuk nyeri ringan sampai sedang)
iv. Mengajarkan teknik relaksasi ( nafas dalam)
v. Menciptakan lingkungan yang nyaman
vi. Mengajar teknik ambulasi ( kursi roda, krek, kaki 4 )

12
b) Penatalaksanaan Farmakologi
i. Pemberian Analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
ii. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen
obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air.
Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor
persepsi kepercayaan pasien.

13
BAB III
PATHWAY

KENYAMANAN

Trauma

Kecelakaan, osteoporosis benturan jatuh aktivitas/olahraga

fraktur fraktur

merusak jaringan kerusakan sel

pre operasi cidera sel

operasi pelepasan mediator nyeri ( histamin dan prostaglandin)

post operasi diterima reseptor nyeri perifer

nyeri mengirim impuls ke ssp

adanya gangguan istirahat tidur diterima oleh otak

gangguan rasa nyaman (nyeri) nyeri akut

14
KENYAMANAN

Trauma proses keluarnya hasil konsepsi mll


jalan lahir

Intrinsik ekstrinsik kala IV (2 jam post partum)

Kartilago kartilago setelah kala IV

Pelebaran PD kekakuan adaptasi fisiologis

Vasodilatasi pembuluh darah penurunan hormon

Suplai o2 esterogen dan prosgesteron


Osteoartritis
menstimulasi hipofisis

Inflamasi sendi arterior dan posterior

Pelepasan mediator nyeri sekresi sekresi


Prolaktin oxytoxin
Menyentuh ujung saraf nyeri
laktasi
Nyeri
pengeluaran ASI tidak lancar

Nyeri kronis pembengkakan payudara

Nyeri bersalin

15
BAB IV
KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
 Pengumpulkan data
 Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri
Pengkajian nyeri berdasarkan OPQRSTUV
i. Onset :
Tentukan kapan rasa tidak nyaman dimulai. Kapan mulainya?
Akut atau bertahap?
ii. Provokasi :
Tanyakan apa yang membuat nyeri atau rasa tidak nyaman
memburuk, apakah posisi? Apakah bernafas dalam atau
palpasi pada perut membuatnya lebih buruk? Apakah nyeri
menetap?
iii. Quality :
Kualitas, nilailah jenis nyeri yang menanyakan pertanyaan
terbuka : seperti apa nyeri yang anda rasakan? Atau berikan
alternatif : terdapat banyak jenis nyeri, apakah nyeri yang
anda rasakan lebih seperti rasa berat, tekanan, terbakar,
teriris, nyeri tumpul, tajam atau seperti ditusuk jarum?
iv. Radiation/Region :
adalah daerah perjalanan nyeri menjalar, tanyakan apakah
nyeri menjalar ke bagian tubuh yang lain.
v. Severity :
keparahan atau intensitas nyeri, berikan nilai nyeri pada skala
1-10. Setelah beberapa menit pemberian oksigen atau pil
nitrogliserin nilai kembali.
vi. Treatment :

16
Usaha meredakan nyeri. Tanyakan tindakan apa yang
dilakukan pasien untuk mengatasi nyerinya?
vii. Understanding :
Bagaimana persepsi nyeri klien? Apakah pernah merasakan
nyeri sebelumnya? Jika iya, apa masalahnya?
viii. Values :
Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien.
(Marlynn Jackson dan Lee Jackson, Keperawatan klinis,
Penerbit Erlangga) dan (Respon Nyeri, Ns.Faida Annisa,
S.Kep, 2013)
Konteks di mana terjadinya kenyamanan :
i. Fisik : Menyangkut sensasi dari tubuh
ii. Psikospritual : Menyangkut kesadaran internal diri,
memasukkan pengarahan, konsep, seksual dan kehidupan
utama ; suatu hubungan yang sangat dekat.
iii. Lingkungan : Menyangkut yang ada di sekitar eksternal,
kondisi dan pengaruh
iv.
v. Sosial : Menyangkut Interpersonal, keluarga dan hubungan
sosial.
2. Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan
 Ekspresi wajah
 Mengukur scala nyeri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL
MUNCUL TERATASI
1 Nyeri akut b/d
Agen cidera
fisik

17
2 Nyeri kronis b/d
gangguan
muskuluskeletal
3 Nyeri b/d
dengan
inflamasi
jaringan ikat,
pembuluh darah
dan membrane
mukosa
4 Keletihan b/d
peningkatan
kebutuhan
energy akibat
pengakit kronis
dan perubahan
kimia tubuh
5 Gangguan
mobilitas fisik
b/d nyeri,
perubahan sendi,
dan kerusakan
neuromuscular
6 Gangguan citra
tubuh b/d
penyakit kronis,
perubahan fungs
tubuh, ruam,
lesi, dan purpura

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

18
No dx Diagnosa Tujuan dan NOC NIC
keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Pemberian
agen cidera keperawatan selama 1 x 24 analgesic:
fisik jam klien tidak mengalami 1. Lakukan prinsip
nyeri atau nyeri berkurang 6 benar obat
dengan kriteria hasil : 2. Cek adanya
kontrol nyeri : riwayat alergi
1. Dapat mengenali kapan obat
nyeri terjadi Manajemen nyeri:
2. Mampu menggambarkan 1. Lakukan
faktor penyebab pengkajian
3. Mampu menggunakan nyeri
tindakan pengurangan komprehensif
nyeri tanpa analgesic meliputi lokasi,
4. Mampu menggunakan karakteristik,
analgesic yang durasi,
direkomendasikan frekuensi,
5. Melaporkan perubahan intensitas, dan
terhadap gejala nyeri pada faktor pencetus.
professional kesehatan 2. Lakukan
6. Mampu mengenali apa komunikasi
yang terkait dengan gejala terapeutik untuk
nyeri mengetahui
7. Mampu melaporkan nyeri pengalam nyeri
yang terkontrol dan sampaikan
Tingkat nyeri: penerimaan
1. Klien mampu pasien terhadap
mengekspresikan nyeri nyeri
dari wajahnya 3. Kolaborasi
2. Klien mampu beristirahat dengan orang
3. Otot yang berperan pada terdekat pasien

19
cidera tidak lagi kaku dan tim medis
4. Nafsu makan meningkat lain untuk
memilih dan
melakukan
tindakan
penurunan nyeri
non
farmakologi
sesuai
kebutuhan
4. Dukung
istirahat yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
2 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Pemberian
b/d gangguan keperawatan selama 1 x 24 analgesic:
muskuluskeletal jam klien tidak mengalami 1. Lakukan
(osteoporosis) nyeri atau nyeri berkurang prinsip 6 benar
dengan kriteria hasil : obat
Nyeri: Respon psikologi 2. Cek adanya
tambahan: riwayat alergi
1.Kekawatiran terkait Peningkatan
toleransi terhadap nyeri koping:
hilang atau berkurang 1. Sediakan
2.keputusasaan yang dialami informasi yang
klien hilang atau berkurang dia paling
3.klien bisa berfikir lebih tertarik untuk
positif terhadap dapatkan
penyakitnya 2. Sediakan
kontrol nyeri: pasien pilihan
1.penggunakan tindakan yang realistis

20
pengurangan nyeri tanpa mengenai
analgesic berhasil aspek
menghilangkan atau perawatan
meredakan nyeri 3. Dukung
2.penggunakan analgesic kemampuan
yang direkomendasikan mengatasi
mengurangi atau situasi secara
menghilangkan nyeri secara
tingkat nyeri: berangsur-
1.mimic wajah klien tidak angsur
lagi terlihat menahan sakit 4. Bantu pasien
2.nafsu makan meningkat untuk
3.istirahat klien terpenuhi menyelesaikan
dengan kriteria 6-8 jam masalah
sehari. dengan cara
Nyeri: Efek yang yang kontroktif
mengganggu: Pemberian
1.Rutinitas dapat kembali analgesic:
dilakukan dengan baik 3. Lakukan prinsip
2.Bisa melakukan aktivitas 6 benar obat
fisik seperti biasa lagi 4. Cek adanya
riwayat alergi
obat
Manajemen nyeri:
5. Lakukan
pengkajian
nyeri
komprehensif
meliputi lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,

21
intensitas, dan
faktor pencetus.
6. Lakukan
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalam nyeri
dan sampaikan
penerimaan
pasien terhadap
nyeri
7. Kolaborasi
dengan orang
terdekat pasien
dan tim medis
lain untuk
memilih dan
melakukan
tindakan
penurunan nyeri
non
farmakologi
sesuai
kebutuhan
5. Dukung
istirahat yang
adekuat untuk
membantu
penurunan
nyeri

22
DAFTAR PUSTAKA

http://kalbemed.com/Portals/6/19_226Teknik-Assessment%20Nyeri.pdf

Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan

https://www.google.com.hk/m?hl=n-ID&ie=UTF-8&source=android-
browser&q=pengkajian+nyeri

Marlynn Jackson dan Lee Jackson, Keperawatan klinis, Penerbit Erlangga) dan
(Respon Nyeri, Ns.Faida Annisa, S.Kep, 2013

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate
OfElsefer.
Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
:EGC

23

Anda mungkin juga menyukai