Anda di halaman 1dari 13

TERAPI PADA IBU HAMIL

Nurmawati Fatimah,dr.,M.Si

Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa kepaniteraan klinik mampu
menyusun resep untuk ibu hamil sesuai dengan kaidah lima tepat dengan benar.
1. PENDAHULUAN
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena
adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan
antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip
utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan
pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil.
Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip
yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.1
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya
penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada
kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan
dengan peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat
antibiotik, seperti Eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang
setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi
pada ibu.3
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin.
Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang
demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat
yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Kata teratogen berasal
dari bahasa Yunani teras, yang berarti monster, dan genesis yang berarti asal.
Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asal terjadinya monster atau proses
gangguan proses pertumbuhan yang menghasilkan monster.4

117
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika
dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian
serta sifat genetik ibu dan janin.4

2. AKTIFITAS SPEKTRUM DAN MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA


Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada
manusia ditentukan harus memiliki sifat voksisitas selektif yang tinggi.
Artinya obat itu harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak
yang bersifat bakteriostatik dan ada pula yang bersifat bakterisid.5
Tabel 1. Klas antibiotika berdasar sifat aktifitasnya5
Sifat Aktifitas Antibiotika Bakteriostatik Kloramfenikol
Tetrasiklin
Eritromisin
Linkomisin
Klindamisin
Rifampisin
Sulfonamid
Trimetoprim
Spektinomisin
Metenamin mandelat
Asam nalidiksid dan
asam oksoliaik
Nitrofurantoin
Bakterisid Penisilin
Sefalosporin
Aminoglikosid
Polimiksin
Vankomisin

Antibiotika dibagi manjadi 2 kelompok yaitu yang berspektrum sempit


dan berspektrum luas. Walaupun suatu antibiotika berspektrum luas.
efektifitas klinisnya tidak seperti apa yang diharapkan sebab efektifitas
maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih untuk infeksi yang
sedang dihadapi, dan bukan dengan antibiotika yang spektrumnya paling
luas.5

118
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dibagi dalam
5 kelompok, yaitu :5
1. Yang menggangu metabolisme sel mikroba. Termasuk disini adalah :
Sulfonamid, Trimetoprim, PAS, INH
2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Termasuk disini adalah :
Penisilin, Sefalosporin, Karbapenem,Vankomisin
3. Yang merusak keutuhan membran sel mikroba. Termasuk disini adalah :
Polimiksin B,Kolistin, Amfoterisin B, Nistatin
4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Termasuk disini adalah :
Streptomisin, Neomisin, Kanamisin, Gentamisin, Tobramisin, Amikasin.
Eritromisin, Linkomisin. Klindamisin, Kloramfenikol, Tetrasiklin.
5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
Termasuk disini adalah : Rifampisin, Aktinomisin D, Kuinolon.

3. RESISTENSI
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan
sel mikroba oleh antibiotika. Sifat ini bisa merupakan suatu mekanisme
alamiah untuk tetap bertahan hidup. Timbulnya resistensi pada suatu strain
mikroba terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih
dari mekanisme berikut :5
1. Mikroba mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotik.
2. Mikroba mensintesis enzim baru untuk menggantikan enzim
inaktivator/penghancur antibiotika yang dihambat kerjanya
3. Mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis-
kompetitif terhadap antibiotika
4. Mikroba membentuk jalan metabolisme baru
5. Permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun untuk
antibiotika
6. Perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba

119
4. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA IBU HAMIL
Perubahan fisiologis pada ibu yang terjadi selama kehamilan bisa
mempengaruhi konsentrasi antibiotika dalam serum, sehingga bisa
mempengaruhi efek obat. Perubahan-perubahan tersebut adalah :5

1. Kehamilan bisa merubah absorpsi obat yang diberikan peroral


2. Kehamilan bisa merubah distribusi obat yang disebabkan karena
peningkatan distribusi volume (intravaskuler, interstisial dan di dalam
tubuh janin) serta peningkatan cardiae output
3. Kehamilan merubah interaksi obat-reseptor karena timbul dan tumbuhnya
reseptor obat yang baru di plasenta dan janin
4. Kehamilan dapat merubah ekskresi obat melalui peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus.

5. EFEK TERATOGENIK
Teratologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan
abnormal dan malformasi kongenital. Termasuk disini mempelajari klasifikasi,
frekuensi, penyebab dan mekanisme perkembangan janin dan embrio yang
mengalami penyimpangan.1,7
Teratogenisitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat eksogen
(disebut teratogen) untuk menimbulkan malformasi kongenital yang tampak
jelas saat lahir bila diberikan selama kehamilan.
Food and Drug Administration memperkenalkan 5 kategori untuk
obat-obat yang diberikan selama kehamilan. Lima kategori itu adalah :1
Kategori A :
Obat-obat yang menurut studi terkontrol tidak menimbulkan resiko pada janin
Kategori B :
Untuk obat-obat yang berdasarkan studi pada binatang dan manusia tidak
menunjukkan resiko yang bermakna. Termasuk disini adalah :
1. Dari studi pada binatang ddak menunjukkan resiko, tetapi belum ada studi
pada manusia mengenai hal tersebut

120
2. Dari studi pada binatang menunjukkan adanya resiko, tetapi dari hasil
studi yang terkontrol baik pada manusia menunjukkan tidak adanya resiko
Kategori C
Untuk obat-obat yang belum didukung studi adekuat, baik pada binatang
maupun pada manusia atau obat-obat yang menunjukkan efek yang merugikan
pada studi binatang tetapi belum ada studi pada manusia
Kategori D :
Untuk obat-obat yang ada bukti resikonya pada janin Jetapi manfaatnya jauh
lebih besar
Kategori X :
Untuk obat-obat yang terbukti mempunyai resiko terhadap janin dan resiko itu
lebih berat daripada manfaatnya.
Antibiotika tidak ada yang termasuk kategori X. Umumnya masuk kategori B,
kecuali beberapa yang masuk kategori C atau D.

6. ANTIBIOTIKA DALAM KEHAMILAN


A. PENISILIN
Penisilin adalah antibiotika yang termasuk paling banyak dan
paling luas dipakai. Obat ini menrpakan senyawa asam organik, terdiri dari
satu inti siklik de ngan satu rantai samping. Inti sikliknya terdiri dari
cincin tiazolidin dan cincin betalaktam. Rantai samping merupakan gugus
amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal.5,8
Mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding
sel mikroba yaitu dengan menghambat pembentukai: mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel rnikroba.1,3
Penisilin mempunyai batas keamanan yang lebar. Pemberian obat
ini selama masa kehamilan tidak menimbulkan reaksi toksik baik pada ibu
maupun janin, kecuali reaksi alergi.2,5
Kadar penisilin di dalam serum wanita hamil lebih rendah daripada
wanita yang tidak hamil, sedang clearancenya lewat ginjal lebih tinggi
selama masa kehamilan.2,5

121
Pemberian pada wanita hamil untuk golongan penisilin dengan
ikatan protein yang tinggi, misal oksasilin, kloksasilin, dikloksasilin dan
nafsilin akan menghasilkan kadar obat di dalam cairan amnion dan
jaringan di dalam tubuh janin yang lebih rendah dibandingkan bila yang
diberikan adalah golongan penisilin dengan ikatan protein yang rendah
seperti ampisilin dan metisilin.5

B. SEFALOSPORIN
Struktur sefalesporin mirip dengan penisilin, yaitu adanya cincin
betalaktam yang pada sefalosporin berikatan dengan cincin dihidrotiazin.
Modifikasi RI pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan
aktivitas antimikrobanya. sedangkan subtitusi R2 pada posisi 3 cincin
dihidritiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya.7,8
Penggunaan sefalosporin dalam obstetrik makin meluas. Obat ini
digunakan sebagai profilaksis dalam seksio sesarea dan dalam pengobatan
abortus septik, pielonefritis dan amnionitis. Dan sampai saat ini efek
teratogenik dalam penggunaan obat ini belum ditemukan.6

C. ERITROMISIN
Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-
sama mempunyai cincin lakton yang besar dalam rimus molekulnya.5,6
Antibiotika ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada
suhu kamar, tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas invitro paling
besar dalam suasana alkalis.5
Eritromisin merupakan alternatif pilihan setelah penisilin dalam
pengobatan terhadap gonore dan sifilis dalam kehamilan. Diantara
berbagai bentuk eritromisin yang diberikan peroral, bentuk estolat
diabsorpsi paling baik, tetapi sediaan ini sekarang tidak lagi beredar di
Indonesia karena hepatotoksik.5,7

122
D. KLORAMFENIKOL
Sejak ditemukan pertama kali dan diketahui bahwa daya
antimikrobanya kuat, maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat
sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan
anemia aplastik yang fatal. 1,5
Obat ini dipakai dalam pengobatan infeksi-infeksi anaerob dan
dikatakan bahwa kloramfenikol berhubungan dengan terjadinya “drug-
induced aplastic anemia” serta dengan terjadinya “gray baby Syndrome“
jika digunakan untuk neonatus.5
Adanya resiko terjadinya “gray baby Syndrome“ ini menyebabkan
kloramfenikol tidak direkomendasikan untuk pemakaian pada trimester
tiga kehamilan.

E. TETRASIKLIN
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman. Dikatakan juga bahwa tetrasiklin mampu bertindak sebagai
chelator logam berat, khususnya kalsium.5,8
Tetrasiklin tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam
kehamilan. Obat ini melintas plasenta dengan cepat dan terikat pada tulang
dan gigi yang sedang tumbuh. Karena dapat menyebabkan reaksi toksik
yang berat baik pada janin maupun pada ibu. maka penggunaan obat ini
dalam kehamilan harus dihindarkan. 1,5
Pemberian obat ini dalam terimester pertama kehamilan dapat
menyebabkan kelainan pada janin berupa mikromelia dan keabnormalan
tulang rangka ; pada kehamilan trimester kedua dapat menyebabkan
penghambatan pertumbuhan tulang dan pembentukan desiduous gigi. Jika
diberikan pada tr imester ketiga obat ini akan disimpan dalam tulang dan
desiduous gigi.5
Tetrasiklin juga dapat menyebabkan efek toksik pada ibu yaitu
terjadinya “acute fatty necrosis" hati, Pankreatitis dan kerusakan ginjal.

123
Kerusakan yang terjadi pada hati berhubungan dengan dosis yang
diberikan, dan ini bisa berakibat fatal.1,5

F. AMINOGLIKOSID
Aminoglikosid bersifat bakterisid yang terutama tertuju pada basil
gram - yang aerobik. Sedang aktifitas terhadap mikroorganisme anaerobik
atau bakteri fakultatif dalam kondisi anaerobik rendah sekali.2,4
Termasuk golongan obat ini ialah : streptomisin, neomisin,
kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, netilmisin dan sebagainya.
Pengaruhnya menghambat sintesis protein sel mikroba dengan jalan
menghambat fungsi ribosom.8
Pada umumnya obat golongan ini mempunyai reaksi toksik berupa
ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksik ditunjukkan dengan hilangnya
pendengaran (kerusakan koklear) dan kerusakan vestibulär (vertigo,
ataksia dan gangguan keseimbangan). Nefrotoksik yang terjadi bisa
diketahui dengan adanya peningkatan kadar kreatinin serum dan
penurunan clearance kreatinin.5
Walaupun baru streptomisin yang dilaporkan menimbulkan
gangguan pada ja nin akibat pemberian pada ibu selama kehamilan dalam
jangka waktu yang lama, tetapi karena obat yang lain potensial ototoksik
maka sebaiknya pemakaian obat golongan aminoglikosid ini dihindarkan
selama masa kehamilan.1

G. SULFONAMID
Sulfonamid adalah antimikroba yang digunakan secara sistemik
maupun topikal untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit infeksi.
Sebelum ditemukan antibiotik, Sulfonamid merupakan kemoterapeutik
yang utama. Kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik. Dengan
ditemukannya preparat kombinasi trimetoprim sulfametoksazol
meningkatkan kembali penggunaan Sulfonamid untuk pengobatan

124
penyakit infeksi tertentu. Nama Sulfonamid adalah nama generik derivat
paraamino benzen Sulfonamid (sulfanilamide).5
Obat ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah
penggunaan PABA (para amino benzoic acid) oleh bekteri untuk
mensintesis PGA (pteroylglutamic acid).8
Trimetoprim-sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatis pada
dua tahap yang berturutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat
memberikan efek sinergis.
Sulfonamid belum diketahui menyebabkan kerusakan pada janin,
tetapi jika diberikan selama kehamilan bisa menimbulka n gangguan pada
neonatus. Sulfonamid berkompetisi dengan bilirubin pada tempat ikatan di
albumin sehingga meningkatkan bilirubin bebas dalam serum. Akibatnya
resiko terjadinya kern-ikterus meningkat. Atas dasar alasan ini obat
golongan Sulfonamid jangan diberikan pada trimester akhir kehamilan.5

H. METRONIDAZOL
Obat ini digunakan dalam obstetrik untuk trikomoniasis vagina dan
endometritis postpartum.8
Di dalam studi pada binatang obat ini dikatakan dapat
menyebabkan timbulnya adenomatosis paru, tumor mamae dan karsinoma
hepar sehingga dikatakan obat ini berifat karsinogenik. Tetapi tidak ada
studi yang mendukung terjadinya akibat itu pada manusia.5

I. ISONIAZID
Obat ini termasuk obat tuberkulosis yang diketahui menghambat
pembelahan kuman tuberkulosis.5
Isoniazid merupakan obat dengan potensi hepatotoksik yang
toksisitasnya dapat meningkat jika diberikan selama kehamilan.4 Untuk
wanita hamil yang telah terinfeksi TBC tetapi tidak aktif maka wanita ini
tidak perlu profilaksis dengan INH sampai setelah melahirkan. Tetapi jika
telah ada tuberkulosis aktif pengobatan dengan INH diperbolehkan.5

125
J. NITROFURANTOIN
Nitrofurantoin adalah antiseptik saluran kemih derivat furan. Obat
ini biasa digunakan untuk infeksi saluran kemih baik pada wanita hamil
ataupun tidak hamil.5
Nitrofurantoin bisa menyebabkan hemolisis, anemia dan
hiperbilirubinemia pada bayi yang menderita defisiensi enzim G6PD yang
dilahirkan dari ibu yang mendapat terapi obat ini. Selain potensi tersebut
tidak ada efek teratogenik lain yang dilaporkan.1

K. KLINDAMISIN
Obat ini umumnya digunakan pada infeksi postpartum, tidak biasa
digunakan dalam kehamilan. Walaupun obat ini melintas plasenta dengan
cepat dan mencapai kadar terapeutik yang adekuat pada janin, tetapi tidak
dilaporkan adanya efek teratogenik yang terjadi.8

7. RINGKASAN
Semua antibiotika yang beredar dalam darah wanita hamil dapat
melintasi plasenta untuk kemudian beredar di dalam darah janin. Kecepatan
melintasi plasenta dan kadar obat di dalam tubuh janin tergantung pada sifat
fisiko-kimia obat dan keadaan fisiologis ibu dan janin.
Pengaruh antibiotik pada wanita yang sedang hamil tidak berbeda jauh
dengan wanita yang tidak hamil. Tetapi penggunaan antibiotika pada wanita
hamil harus memperhitungkan pengaruhnya pada janin yang dikandungnya.
Dari semua antibiotika, hanya tetrasiklin yang terbukti punya efek
merugikan pada janin bila dipakai sepanjang masa kehamilan.
Adapun antibiotika yang mempunyai efek atau potensi merugikan pada
janin ialah : Tetrasiklin, Aminoglikosid (khususnya streptomisin), Sulfonamid,
Kloramfenikol, Isoniazid, Metronidazol, Nitrofurantoin.

126
Tinjauan Pustaka
1. Yankowitz J. Use of medications in pregnancy : General principles,
teratology, and current developments. In : Yankowitz J, Niebyl J, eds. Drug
therapy in pregnancy. London : Lippincott Williams & Wilkins,2001 ; 1-19
2. Chaidir J, Munaf S. Obat antimikroba. In : Munaf S, eds. Farmakologi Unsri,
Jakarta : EGC, 1994 ; 9-58
3. Tait M. Preparat antimikroba. In : Jordan S. Farmakologi kebidanan. Jakarta :
EGC, 2004 ; 309-335
4. Repke JT. Medication use during pregnancy. In : Randsom S, Dombrowski M,
Evans M, eds. Contemporary therapy in obstetrics an gynecology. London :
Saunders Company, 2002 ; 137-141
5. Jawet E. Prinsip kerja obat antimikroba. In : Katzung B, eds. Farmakologi
dasar dan klinik. Jakarta : EGC, 1998; 699-751
6. Pedler S, Orr K. Bacterial, fungal and parasitic infections. In : Baron W,
Lindheimer M, Davison J, eds. Medical disorders during pregnancy. London :
Mosby, 2000 ; 411 -418
7. Cunningham F, Gant N, Leveno K. Williams Obstetrics. 21st ed. London :
McGraw Hill, 2001 ; 1018-1022
8. Briggs G, Freeman R. Yaffe S. Drugs in pregnancy and lactation. 5th ed.
London : Lippincott Williams & Wilkins. 1998
9. Managing complications in pregnancy & childbirth. WHO. 2000 : C 35-36

Latihan menulis resep

1. Seorang perempuan berusia 35 tahun hamil 16 minggu, datang ke dokter


praktek swasta dengan keluhan nyeri saat buang air kecil. Nyeri sejak 3
hari yang lalu disertai panas badan sejak 2 hari yang lalu. Pasien di
diagnosis infeksi saluran kemih. Buatlah terapi yang rasional untuk pasien
tersebut dan tulis resepnya !

2. Seorang perempuan berusia 40 tahun hamil 32 minggu, datang ke UGD


RS dengan keluhan panas sejak 4 hari yang lalu, panas dirasakan terutama
malam hari sampai menggigil. Pasien didiagnosis thyfoid fever. Buatlah
terapi yang rasional untuk pasien tersebut dan tulis resepnya !

3. Seorang perempuan berusia 33 tahun hamil 30 minggu, datang ke


PUSKESMAS dengan keluhan batuk sejak 5 hari yang lalu, batuk ringan

127
dirasakan pasien sejak 5 bulan yang lalu. Nafsu makan menurun dan berat
badan turun sejak 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan BTA menunjukkan
hasul positif. Pasien didiagnosis TB kategori 1. Buatlah terapi yang
rasional untuk pasien tersebut dan tulis resepnya !

4. Seorang perempuan berusia 25 tahun hamil 24 minggu, datang ke


PUSKESMAS dengan keluhan buang air besar keluar darah dan lendir
sejak 3 hari yang lalu. Kondisi tersebut disertai dengan perut terasa melilit
dan demam. Pasien didiagnosis amoebiasis. Buatlah terapi yang rasional
untuk pasien tersebut dan tulis resepnya !
5. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil 12 minggu datang ke
puskesmas dengan keluhan muntah dan BAB lebih sering . dokter
mendiagnosis klera. Berikan terapi yang sesuai
6. Seorang perempuan berusia 30 tahun hamil 12 minggu Dx. Bronchiolitis b
acterial, pasien alergi antibiotika golongan penicillin

128
Terapi Hyperemesis gravidarum
Pada trimestre ke I dalam kehamilan kombinasi Vitamin B6 piridoksin 25 mg tiap
8 jam sekali hinga kondisi membaik dan onfansentron, reseptor antagonis 5HT3
yang menghambat efek mual muntah

129

Anda mungkin juga menyukai