Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah
bionursing 2. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konsruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................ 1
Daftar isi.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi...................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Sterilisasi
2.1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi
2.1.3 Jenis Peralatan yang Dapat Disterilkan
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
. Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit . Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Endarini, 2006).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah faktor endogen dan faktor
eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada di dalam penderita itu sendiri, misalnya
karena faktor umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal
dari luar penderita, misalnya lama penderita dirawat di rumah sakit dan peralatan teknis
medis yang digunakan.
Waktu rawat di rumah sakit akan semakin panjang, oleh karena itu pasien dengan
infeksi nosokomial akan memerlukan lebih banyak antibiotik, lebih banyak waktu perawatan
baik di rumah sakit maupun di rumah. Selain itu, pasien mengalami banyak ketidaknyamanan
dan merasa tertekan dengan keadaannya Untuk mencapai keberhasilan dalam pengatasan
infeksi nosokomial, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit
3
tabung, jarum inokulasi dan peralatan lainnya serta area kerja. Sterilisasi dilakukan
menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan,pemanas
kering(oven),sterilisasi kimiawi (seperti glutaraldehid atau formaldehid) dan secara fisik.
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Disinfeksi adalah membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan
Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya
dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi. Maka dari itu,
kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang bagaimana
penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam
keseharian dunia keperawatan.
4
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kami
menyimpulkan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1 . STERILISASI
2.1.1 Pengertian Sterilisasi
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen dalam
media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau
merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik
dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari
jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung
dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Pemanasan
b. Filtrasi
c. Penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. Kimia (khemis)
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.
6
3. Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan,pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum,
kanuletrachea dan lain-lain.
5. Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok
(nierbekken),baskom dan lain-lain.
6. Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,piring
dan lain-lain.
7. Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-lain
8. Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon,dock
operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain
7
d. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah
dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
e. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer)
tidak dianjurkan untuk implant.
f. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau
didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang
yang dapat mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu keamanan dan
efektivitas pekerjaan.
g. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
h. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan : Dengan suhu 18° C – 22° C
dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron), dinding
dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan. Dan
barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm. Serta lantai minimum 43
cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penempelan debu kemasan.
i. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.
j. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan
peralatan yang telah terpakai.
k. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis
dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang
medis.
8
1. Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll),
yang dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,
termasuk spora, dapat dibasmi.
2. Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut
erlenmeyer, dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak
memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti
terbunuh.
3. Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung
dalam sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan
untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas,
botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan
dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini. Setelah
dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas
tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur
antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak
yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
1. Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit
injeksi dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60
menit.
Caranya yaitu:
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran
lain.
2. Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.
9
2. Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami
kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav)
ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama
1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa
media yang tidak tahan pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea
Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi.
Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav
dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka)
Caranya yaitu:
1. Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang
2. Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan
61,7ºC selama 30 menit.
10
3..Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada
saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Kegunaan:
A. untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea
Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin
B. Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
C. Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak
dapat ditahan oleh filter.
11
b. Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun
membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.
Prosesnya disebut antiseptis.
c. Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme,
misal : bakterisid, virosid, sporosid. Biostatik adalah zat yang aksinya untuk
mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.
2.2 DESINFEKSI
2.2.1Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang
ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
12
10. Aktivitas berspektrum luas
13
j. Daya tembusnya tinggi. Diharapkan mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat
mematikan mikroba yang terdapat dilapisan yang lebih dalam.
k. Bersifat detergent atau membersihkan atau mencuci
l. Harganya murah dan mudah dibuat.
14
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya
kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir
dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna
tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat
pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur
atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-
alat makan dan minum.
4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan
yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa
senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya
tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan
iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah
digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl
alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek
preservatifnya (sebagai pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini
sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair
sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida
15
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh
bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat
senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk
menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak
tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk
mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini
hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya
dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya
mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan
luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme
aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini
mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang
diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa.
11. Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya
mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa
ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada
umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif
daripada organisme gram-negatif.
12. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan
permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel
lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
16
2.3 PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki
perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi
memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab
penyakit.
17
· Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh
mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi
pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan.
Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah
pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang
baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu
pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali
bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan
digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan desinfektan,
misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci
dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan
kain pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain selain
lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh
mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.
a. Universal Precaution
pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku
universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status
infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan
berbagai penyakit.
b. Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang mendarah
daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak
bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles
18
c. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi
arang.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh
lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
19
b. Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
c. Sterilisasi/DTT
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi dan desinfeksi dalam kesehatan itu sangat perlu dilakukan agar keselamatan
klien bisa terjamin.Sterilisasi adalah tindakan yang dilskukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,perasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-
benda mati / instrument.Desinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau
kimiawi.
Peran tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi adalah sebagai pencegah infeksi
(PI). Dengan adanya pencegahan infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan)
sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindaka- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
a. Cuci tangan
b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
d. Memproses alat bekas pakai
e. Menangani peralatan tajam dangan aman
f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan(termasuk pengelola sampah secara benar)
3.2 Saran
Lakukanlah prosedur sterilisasi dan desinfeksi dalam menangani masalah pasien agar
terhindar dari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
21
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar,M.J, E.C.S. Chan. 1988. “Dasar – Dasar Mikrobiologi”. Jilid 2. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI- Press).
Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.
http://signaterdadie.wordpress.com/2009/10/08/desinfektan/
http://linkfadliblog.blogspot.com/2009/05/disinfektan
22