Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah
bionursing 2. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konsruktif
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sampang, 13 Mei 2014

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................ 1
Daftar isi.................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi...................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Sterilisasi
2.1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi
2.1.3 Jenis Peralatan yang Dapat Disterilkan

2.1.4. Tata laksana dalam mensterilkan alat kesehatan

2.1.5. Macam-macam sterilisasi

2.3 Pengertian Antisepsis..................................................................... 13


2.4 Pengertian Antiseptik.................................................................... 13
2.5 Pengertian Desinfektan.................................................................. 13
2.6 Pengertian Mikroba Secara Fisik................................................... 17
2.7 Pengertian Mikroba Secara Kimia................................................. 20
2.8 Pembuangan Limbah..................................................................... 21
2.9 Jenis-jenis Limbah.......................................................................... 27
2.10 Macam-macam Penanganan Limbah............................................. 30

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 33
3.2 Saran.............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
. Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit . Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Endarini, 2006).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah faktor endogen dan faktor
eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada di dalam penderita itu sendiri, misalnya
karena faktor umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal
dari luar penderita, misalnya lama penderita dirawat di rumah sakit dan peralatan teknis
medis yang digunakan.
Waktu rawat di rumah sakit akan semakin panjang, oleh karena itu pasien dengan
infeksi nosokomial akan memerlukan lebih banyak antibiotik, lebih banyak waktu perawatan
baik di rumah sakit maupun di rumah. Selain itu, pasien mengalami banyak ketidaknyamanan
dan merasa tertekan dengan keadaannya Untuk mencapai keberhasilan dalam pengatasan
infeksi nosokomial, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit

Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien


yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah
sakit dapat berupa pencegahan infeksi nosokomial dengan metode sterilisasi .Sterilisasi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit.upaya menghasilkan produk yang steril bertujuan untuk membantu meningkatkan
kualitas pelayanan pasien dan mencegah dampak merugikan bagi pasien .Sebelum proses
sterilisasi, instrumen pakai ulang akan melewati berbagai tahap di antaranya berupa
pengumpulan, pencucian, pengeringan, pemilihan, pengemasan, sterilisasi, dan distribusi.

Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan


membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus,
bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara
yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme. Semua bahan dan alat dalam
media kultur maupun dalam kegiatan praktikum harus dalam keadaan steril. Termasuk
dengan media yang penting dalam kultur dan juga alat-alat yang menunjang seperti pipet,

3
tabung, jarum inokulasi dan peralatan lainnya serta area kerja. Sterilisasi dilakukan
menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan,pemanas
kering(oven),sterilisasi kimiawi (seperti glutaraldehid atau formaldehid) dan secara fisik.

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Disinfeksi adalah membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan

Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya
dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi. Maka dari itu,
kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang bagaimana
penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam
keseharian dunia keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian sterilisasi?
2. Apa pengertian desinfeksi?
3. Apa pengertian antisepsis?
4. Apa pengertian antiseptic?
5. Apa pengertian desinfektan?
6. Bagaimana pengendalian mikroba secara fisik?
7. Bagaimana pengendalian mikroba secara kimia?
8. Bagaimana pembuangan limbah?
9. Apa saja jenis-jenis limbah?
10. Apa saja macam-macam penanganan limbah?
1.3 TUJUAN

4
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kami
menyimpulkan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

 Bagaimana konsep steril dan desinfeksi digunakan.


 Mempelajari pengertian, tujuan maupun macam-macam tekhnik sterilisasi dan
desinfeksi
 Mengetahui dan memahami tentang antisepsis
 mengetahui dan memahami tentang desinfektan
 Mengetahui sejauh mana pengetahuan mahasiswa tentang sterilisasi dan desinfeksi.
 Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar mikrobiologi dan parasitologi

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 . STERILISASI
2.1.1 Pengertian Sterilisasi
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen dalam
media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau
merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik
dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari
jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung
dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Pemanasan
b. Filtrasi
c. Penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. Kimia (khemis)

2.1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:

a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

2.1.3 Jenis Peralatan yang Dapat Disterilkan


1. Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset,
gunting,speculum dan lain-lain.
2. peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabungkimia
dan lain-lain.

6
3. Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan,pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum,
kanuletrachea dan lain-lain.
5. Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok
(nierbekken),baskom dan lain-lain.
6. Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir,piring
dan lain-lain.
7. Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-lain
8. Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon,dock
operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain

2.1.4. Tata laksana dalam mensterilkan alat kesehatan


1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan disterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan,
meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai. Yaitu: Penataan – Pengemasan –
Pelabelan – Sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru : Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat
(bila diperlukan) - Pelabelan – Sterilisasi
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama : Disinfeksi – Pencucian
(dekontaminasi) – Pengeringan (pelipatan bila perlu) - Penataan – Pelabelan –
Sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :
a. Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang dimasukkan ke
dalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu
dalam keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi, pipa
endotracheal harus disterilkan/ didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah atau
sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan.

7
d. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah
dan jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.
e. Sterilisasi (132° C selama 3 menit pada gravity displacement steam sterilizer)
tidak dianjurkan untuk implant.
f. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan, disterilkan atau
didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang
yang dapat mengakibatkan keadan toxin atau mengganggu keamanan dan
efektivitas pekerjaan.
g. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
h. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril pada ruangan : Dengan suhu 18° C – 22° C
dan kelembaban 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi partikular antara 90%-95% (untuk partikular 0,5 mikron), dinding
dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat, dan mudah dibersihkan. Dan
barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm. Serta lantai minimum 43
cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penempelan debu kemasan.
i. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan
petunjuk dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.
j. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan
peralatan yang telah terpakai.
k. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis
dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang
medis.

2.1.5. Macam-macam sterilisasi


1. Sterilisasi dengan Pemanasan
a. Dengan pemanasan kering
1. Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan
dengan cara:

8
1. Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll),
yang dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme,
termasuk spora, dapat dibasmi.
2. Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut
erlenmeyer, dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak
memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti
terbunuh.
3. Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung
dalam sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan
untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas,
botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan
dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini. Setelah
dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas
tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur
antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak
yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.

b. Dengan pemanasan basah.

1. Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit
injeksi dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60
menit.
Caranya yaitu:
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran
lain.
2. Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.

9
2. Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami
kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav)
ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama
1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa
media yang tidak tahan pada panas tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea
Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi.
Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav
dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka)
Caranya yaitu:
1. Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang

3. Dengan uap air bertekanan (Autoklav)


Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang
diinginkan.Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan
tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 –
70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan
sterilisasi dengan menggunakan autoklav :
a. harus ditunggu selama bekerja
b. hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur
tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan
meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
4. Pada sterilisasi dengan pemanasan kering
bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan sterilisasi
panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur bakteri. Dalam
keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan kering sehingga
sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

2. Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan
61,7ºC selama 30 menit.

10
3..Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada
saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Kegunaan:
A. untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea
Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin
B. Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
C. Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak
dapat ditahan oleh filter.

4.sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)


Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat
dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya
: sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm
mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan
ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri
farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran
permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar
gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan
untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket
makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-
barang yang telah dibungkus.

5.. Cara Kimia (Khemis)


Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia.
Beberapa istilah yang perlu difahami:
a. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan
jasad renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak
jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.

11
b. Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun
membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh.
Prosesnya disebut antiseptis.
c. Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme,
misal : bakterisid, virosid, sporosid. Biostatik adalah zat yang aksinya untuk
mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.

2.2 DESINFEKSI

2.2.1Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang
ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.

2.2.2 Kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu:


1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis

12
10. Aktivitas berspektrum luas

Variabel dalam desinfektan


1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan di
desinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling,pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat
mempengaruhi proses disinfeksi.

2.2.3 syarat-syarat untuk pembuatan desinfektan


a. Toxisitas yang tinggi terhadap mikroba. Kemampuan untuk membunuh mikroba adalah
syarat utama germicida diharapkan mempunyai spectrum yang seluas-luasnya, walaupun
dlam konsentrasi kecil.
b. Kelarutannya tinggi, harus larut baik dalam air atau cairan jaringan agar daya kerjanya
evektif.
c. Stabilitasnya tinggi. Harus stabil sebab jika susunan kimianya berubah, maka akan
berubah pula daya germicidanya.
d. Tidak bertsifat toxis terhadap manusia dan binatang
e. Homogen. Preparatnya harus homogeny, terbagi rata, walaupun bercampur dengan zat-zat
lainnya.
f. Tidak mudah membentuk ikatan kimia dengan zat organic lainnya, kecuali dengan zat
organic yang ada didalam sel mikroba, sebab bila mudah berikatan dengan senyawa
organic lain, maka konsentrasinya yang akan sampai ke mikroba akan berkurang.
g. Bersifat toxis terhadap mikroba pada suhu kamar atau suhu badan yang sesuai dengan
penggunaannya.
h. Tidak bersifat korosif dan tidak memberi warna. Tidak menjadikan logam menjadi
berkarat atau rusak.
i. Tidak berbau yang mengganggu, kalau bisa berbau wangi

13
j. Daya tembusnya tinggi. Diharapkan mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat
mematikan mikroba yang terdapat dilapisan yang lebih dalam.
k. Bersifat detergent atau membersihkan atau mencuci
l. Harganya murah dan mudah dibuat.

2.2.4 cara kerja desinfeksi


Menurut prosesnya :
1. Denaturasi protein mikroorganisme Perubahan strukturnya hingga sifat-sifat khasnya
hilang.
2. Pengendapan protein dalam protoplasma ( zat-zat halogen, fenol, alcohol, dan garam
logam ).
3. Oksidasi protein( Oksidanasia ).
4. Mengganggu system dan proses enzim ( zat-zat halogen, alcohol ,dan garam logam ).
5. Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma ( desinfektasi dengan aktivitas
permukaan ).

2.2.5 Macam-macam desinfektan


Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya
. Macam-Macam Desinfektan
1. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil
saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah
merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya.
Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat)
sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom,
metafen atau mertiolat.

14
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya
kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir
dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna
tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu
mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat
pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur
atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-
alat makan dan minum.
4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun
dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang
lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan
yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa
senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya
tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan
iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah
digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl
alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek
preservatifnya (sebagai pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini
sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair
sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida

15
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh
bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat
senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk
menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak
tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk
mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini
hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya
dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya
mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan
luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme
aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini
mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang
diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena
betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk
menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat
betapropiolakton yang tersisa.
11. Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya
mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa
ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada
umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif
daripada organisme gram-negatif.
12. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan
permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel
lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.

16
2.3 PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki
perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi
memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab
penyakit.

2.4 APLIKASI STERILISASI DAN DESINFEKSI DALAM KESEHARIAN DUNIA


KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga
dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora
yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat,
sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
1. Mengisap jalan napas pasien
2. Memasukkan kateter urinarius
3. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan handuk steril atau lapisan tebal kertas berlilin atau
kemasan terbuka tempat bahan-bahan steri dikemas. Banyak rumah sakit mempunyai pusat
penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta desterilkan. Hasil
prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual dalam
keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja
mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan
peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.

17
· Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh
mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi
pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan.
Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah
pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang
baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasu
pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali
bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan
digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan desinfektan,
misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar. Kain pel harus di cuci
dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan dan
kain pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain selain
lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh
mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah dicapai.

a. Universal Precaution
pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku
universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status
infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan
berbagai penyakit.
b. Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang mendarah
daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak
bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles

18
c. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi
arang.

· Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis


1. Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk
mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering
menyebabkan infeksi.
Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun benda mati
agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.

b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh
lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)

c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).


Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri
pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg
dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.Proses yang menghilangkan semua
mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda
mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia
atau radiasi.
· b. pemprosesan Alat
a. Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan
dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara
aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.

19
b. Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
c. Sterilisasi/DTT

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi dan desinfeksi dalam kesehatan itu sangat perlu dilakukan agar keselamatan
klien bisa terjamin.Sterilisasi adalah tindakan yang dilskukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,perasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-
benda mati / instrument.Desinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau
kimiawi.
Peran tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi adalah sebagai pencegah infeksi
(PI). Dengan adanya pencegahan infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan)
sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindaka- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
a. Cuci tangan
b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
d. Memproses alat bekas pakai
e. Menangani peralatan tajam dangan aman
f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan(termasuk pengelola sampah secara benar)

3.2 Saran
Lakukanlah prosedur sterilisasi dan desinfeksi dalam menangani masalah pasien agar
terhindar dari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

21
DAFTAR PUSTAKA

E. I. Pradhika, 19 Mei 2010 13:51, Mikrobiologi Dasar BAB 3

Pelczar,M.J, E.C.S. Chan. 1988. “Dasar – Dasar Mikrobiologi”. Jilid 2. Jakarta : Universitas
Indonesia (UI- Press).

Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.

http://signaterdadie.wordpress.com/2009/10/08/desinfektan/
http://linkfadliblog.blogspot.com/2009/05/disinfektan

22

Anda mungkin juga menyukai