Anda di halaman 1dari 3

Anak Nakal Punya Prestasi

Cerpen Karangan: Iskandar


Kategori: Cerpen Motivasi, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 13 Januari 2018

Terdengar suara gemuruh dari sebuah kelas, sesekali terdengar kata-kata yang tidak
pantas diucapkan oleh anak pelajar. Guru mata pelajaran yang kebetulah tidak bisa masuk
kelas dimanfaatkan oleh mereka. Sebagian ada yang main HP, curhat, main bola di kelas,
mengerjakan tugas, dan yang lainnya.
“Iskandar… Iskandar…” seorang anak perempuan memanggil nama Iskandar.
“Ya, ada apa?” jawab seorang anak laki-laki bertubuh mungil dari dalam kelas.
“Kamu, dipanggil guru BK!” jawab perempuan itu.
Anak laki-laki bertubuh mungil tersebut bergegas menuju ruang BK dengan wajah
gelisah, seakan-akan bersalah.
“Duduk!” kata Bu Siti salah satu guru BK kepadanya.
“Ya Bu, terima kasih” jawabnya.
“Kemarin kamu merokok?” tanya Bu Siti.
“Gak Bu,” jawabnya.
“Plakk!” Bu Siti menampar anak mungil itu.
“Bohong, kemarin istirahat Ibu lihat kamu merokok di warung pojok” bentak Bu Siti.
“Ya Bu,” jawabnya ketakutan.
Anak itu mendapatkan ancaman akan dikeluarkan dari sekolah apabila masih
melakukan pelanggaran dan tidak mau merubah sikapnya. Karena sudah sangat sering
mendapatkan peringatan.
Lagi-lagi anak mungil itu membuat pelanggaran. Setelah sebelum-sebelumnya sering
dihukum dan dipanggil orangtuanya karena sering kesiangan, tidak mengikuti upacara
bendera, bolos, kabur saat jam pelajaran, berkelahi, dan merokok di sekolah. Walaupun anak
itu bertubuh mungil tapi sangat nakal sehingga banyak yang tidak suka dengan sikap dan
kelakuannya. Kendati demikian dia pernah mengharumkan nama sekolahnya. Ia pernah
menjadi juara 1 Kompetisi Matematika di tingkat Kota. Nilai matematikanya pun selalu
paling tinggi di antara siswa yang lainnya. Sebenarnya dia anak yang pintar dan aktif, hanya
saja sikap dan kelakuaanya kurang baik.
“Trok… trok…” terdengar seseorang mengetuk pintu kelas.
Dibukanya pintu oleh salah seorang murid.
“Ada perlu apa Pak?” tanya Pak Asep yang sedang mengajar di kelas itu.
“Ada perlu kepada Iskandar” jawabnya.
“Oh, silahkan” ujar Pak Asep.
Anak mungil itu kembali dipanggil, namun bukan karena melakukan pelanggaran.
Anak itu diberi kepercayaan mewakili sekolah untuk mengikuti seleksi Olimpiade
Matematika di tingkat kota. Kendati anak itu murid yang nakal, guru-guru memilihnya karena
memang kemampuan anak mungil itu dalam matematika tidak bisa diragukan. Dan ternyata
benar, anak mungil itu terpilih mewakili kotanya. Sehingga guru-guru bangga padanya.
Seminggu kemudian, anak itu dipanggil oleh guru BK. Betapa terkejutnya anak itu,
melihat orangtua serta wali kelasnya berada di ruang BK. Wajahnya pucat, gelisah, dan
ketakutan. Pikirannya campur aduk saat melihat Polisi dan wajah guru BK yang sangar.
Anak itu kembali mendapat masalah, kali ini sangat serius dihadapinya karena terlibat
aksi tawuran antar pelajar. Ia akan dikeluarkan dari sekolah atas perbuatannya yang sudah
diluar batas wajar. Beberapa guru ada yang kurang setuju dikeluarkannya anak ini karena
sebentar lagi dia akan mewakili kotanya dalam Olimpide Matematika ditingkat Nasional.
Akhirnya keputusan dikeluarkan atau tidaknya anak itu ditunda selama 2 minggu dan selama
itu pula dia diskorsing tidak bisa masuk sekolah.
Dua minggu kemudian, ternyata sekolah tidak jadi mengeluarkannya dengan syarat
harus menjadi juara pada Olimpiade serta merubah semua sikap dan perilakunya menjadi
baik. Kendati demikian sekolah mengancam akan tetap mengeluarkannya jika tidak menjadi
juara pada Olimpiade nanti.
Olimpiade yang tinggal 1 bulan lagi ia manfaatkan untuk persiapan dengan belajar
sungguh-sungguh. Tiap hari anak mungil itu tidak pernah lepas dari buku matematika.
Bahkan ke mana-mana ia selalu membawa buku matematika. Tiap hari anak itu sibuk dengan
buku matematikanya sehingga tidak lagi terdengar ia melakukan pelanggaran di sekolahnya.
Setelah ia mengikuti Olimpiade tersebut, ternyata ia gagal menjadi juara bahkan 10 besar pun
tidak masuk. Melihat hasil yang mengecewakan anak itu menagis dengan perasaan sangat
kecewa. Ia sudah pasrah dengan apa yang akan diterimanya yaitu dikeluarkan dari sekolah.
“Sudah, jangan menangis nak! Mungkin itu belum rezekimu” ujar salah satu guru.
“Kamu masih bisa sekolah kok” ujar Pak Kepala Sekolah (menepuk pundaknya).
“Ya, 1 bulan terakhir ini kamu terlihat semangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar, dan
tidak nakal serta melakukan pelanggaran. Itu berarti kamu sudah bisa merubah sikap dan
perilaku menjadi baik.” Kata Bu Siti.
“Perihal juara atau tidak itu hanya trik dari kami untuk melihat sejauh mana kesungguhan
kamu dalam belajar” kata Pak Kepala Sekolah.
“Kami bangga padamu nak,” ujar Bu Siti (mengusap-usap kepala anak itu).
Yang asalnya menangis karena sedih dan kecewa, berubah menjadi tangisan bahagia.
Anak itu berjanji tidak akan nakal dan melakukan pelanggaran lagi di sekolah, serta akan
merubah sikap juga perilakunya menjadi lebih baik. Teman-temannya pun memberikan
ucapan selamat dan banyak yang simpati padanya.

Anda mungkin juga menyukai