Anda di halaman 1dari 43

MODUL 1

PEMBUATAN TABLET DENGAN METODE GRANULASI BASAH


04 NOVEMBER 2015

TUJUAN
 Dapat melakukan proses manufaktur granulasi basah
 Dapat melakukan in process control
 Dapat mengevaluasi mutu tablet
 Dapat mengatasi masalah yang timbul saat proses manufaktur

DASAR TEORI
Metode granulasi basah adalah salah satu metode dalam pembuatan tablet.
Disebut granulasi basah karena dalam proses pembuatannya menggunakan bahan
pengikat seperti mucilago CMC, gom arab, gelatin, dll sesuai dengan sifat bahan
obat yang akan dibuat tablet. Tablet yang dihasilkan dengan metode granulasi
basah umumnya lebih kompak dan lebih keras dibanding dengan tablet hasil
pencetakan secara langsung ataupun secara slugging.
Contoh perhitungan pada pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah:
Kandungan parasetamol per tablet : 500 mg
Bobot tablet : 750 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 1000 tablet
R/ Fase Dalam (92%)
Total fase dalam untuk 1000 tablet (92% x 750 g) = 690 g
Parasetamol = 500 g
Amilum kering (10% x 750 g) = 75 g
PVP (3% x 750 g) = 22.5 g
Laktosa (690-(500+75+22.5)) = 92.5 g

Misal: Diperoleh bobot granul 685 g dengan kandungan lembab 3%, jadi
dalam 685 g granul yang diperoleh mengandung paracetamol sejumlah:
685 𝑔
x 500 g = 496,38 g
690 𝑔
496,38 𝑔
Jumlah tablet yang dapat dibuat = = 992,76 tablet
0,5 𝑔
100
𝑥 685 𝑔
92
Bobot tablet = 992,76 = 0,7499 g = 749,9 mg
𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

R/ Fase Luar (8%)


Mg Stearat 1/92 x 685 g = 7,45 g
Talk 2/92 x 685 g = 14,89 g
Amilum kering 5/92 x 685 g = 59,56 g

ALAT DAN BAHAN


Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain : bejana, timbangan analitik, loyang,
oven, ayakan berbagai mesh, sarung tangan, pipet, gelas ukur, piknometer,
mikropipet, labu ukur, corong, jangka sorong, klem, statif, spektrofotometer UV-
Vis, hardness tester.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain : parasetamol, amprotab,
mucilago amilum, laktosa, magnesium stearat, talk, aquadest.
BAB I
TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF DAN SEDIAAN

1.1 Deskripsi Umum Senyawa Aktif


- Struktur kimia :
H
N CH3

HO

- Nama lain/ sinonim senyawa parasetamol adalah asetaminofen.


- Nama kimia senyawa parasetamol adalah N-acety-p-aminofenol.
- Bobot molekul = 151,16
- Pemerian senyawa parasetamol : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit.
- Kelarutan senyawa parasetamol : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 20
bagian air mendidih, larut dalam 7 bagian etanol, larut dalam 13 bagian
aseton, dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propilenglikol,
parasetamol juga larut dalam methanol, dimetilformamid, dalam
etilenklorida, dalam etil asetat dan dalam larutan alkali hidroksida, sulit larut
dalam eter dan kloroform.
- pH sediaan zat parasetamol adalah 5,3 – 6,5
- Titik leleh zat parasetamol adalah 168 - 1720 C
- Stabilitas zat terhadap :
pH :-
Cahaya : larutan parasetamol harus terhindar dari cahaya
Panas : parasetamol murni kering, stail pada suhu 450C
Lembab : terabsorbsi pada suhu 250C yang relatif lembab 90%
- Senyawa parasetamol inkompatibel dengan ikatan hidrogen pada
mekanismenya pernah dilaporkan, oleh karena itu parasetamol dihubungkan
dengan permukaan dari nilon dan rayon.
- Wadah dan penyimpanan senyawa parasetamol adalah di dalam wadah
tertutup dan terhindar dari cahaya.
(Codex, 1994, hal. 987)
1.2 Definisi Bentuk Sediaan
- Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. (FI IV, 1995)
- Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak berbentuk rata atau
cembung, cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelican, zat pembasah, atau zat lain yang cocok.
(FI III, 1979)
1.3 Dasar Pertimbangan dan Landasa Hukum Penggolongan Obat
Berdasarkan SK Menkes No. 36 tahun 2009 tentang penggolongan obat, maka
sediaan solid tablet parasetamol digolongkan ke dalam obat bebas dan juga
ketentuan penandaan pada kemasan serta nomor registrasi.
1.4 Penandaan pada Wadah, Leaflet, atau Brosur Obat
Pada sediaan tablet parasetamol berlaku aturan penandaan sebagai berikut :
yaitu harus terdapat nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, dan
aturan pakai, nomor bets, nomor registrasi, tanggal kaduluarsa, nama dan alamat
pabrik, serta cara penyimpanan. Obat bebas diberi tanda bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam, diameter minimal 1 cm.
1.5 Nomor Registrasi dan Nomor Bets
Nomor registrasi sediaan tablet parasetamol adalah sesuai dengan
PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/X/1995 yang terdiri dari 15 kotak.
Keterangan :
- Kotak nomor 1 membedakan nama obat jadi
D = dagang
G = generik
- Kotak nomor 2 menggolongkan golongan obat
B = golongan obat bebas
K = golongan obat keras, dll
- Kotak nomor 3 membedakan jenis produksi
L = obat jadi produksi dalam negeri atau local
I = obat jadi impor
E = obat jadi untuk keperluan ekspor
X = obat jadi untuk keperluan khusus
- Kotak nomor 4 dan 5 membedakan periode pendaftaran obat jadi, 72 : obat jadi
yang telah disetujui pendaftarannya pada periode 1972-1974 dan seterusnya.
- Kotak nomor 6,7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik.
- Kotak nomor 9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui
untuk masing-masing pabrik
- Kotak nomor 12 dan 13 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi, macam
sediaan yang ada yaitu :
12 : tablet hisap
10 : tablet
37 : sirup, dll
- Kotak nomor 14 menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi :
A : menunjukkan kekuatan obat yang pertama disetujui
B : menunjukkan kekuatan obat yang kedua disetujui
C : menunjukkan kekuatan obat yang ketiga disetujui
- Kotak nomor 15 menunjukkan kemasan yang berbeda untuk tiap nama,
kekuatan, dan bentuk sediaan obat jadi :
1 : menunjukkan kemasan yang pertama
2 : menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 : menunjukkan beda kemasan
Sediaan tablet parasetamol dibuat oleh pabrik/ industri yang telah memenuhi
persyaratan CPOB. Sediaan tablet parasetamol memiliki nomor bets :
Keterangan :
Produk ruahan
- Digit 1 : untuk produk tahun
1990 = 0
1991 = 1
- Digit 2 dan 3 : kode produk dari produk ruahan
01 = kloramfenikol salep mata
02 = sulfasetamid salep mata
- Digit 4, 5, dan 6 : urutan produk
001, 002, … 999 dan kembali ke 001
- 2-6 digit pada produk ruahan ditambah didepan. Digit 1 = untuk tahun
pengemasan
1990 = A
1991 = B
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI

2.1 Nama Obat dan Sinonim


Zat parasetamol mempunyai sinonim asetaminofen. Zat parasetamol secara
kimia termasuk golongan fenol dan secara farmakologi termasuk ke dalam
golongan NSAID.
2.2 Bentuk Senyawa Zat Aktif
Bentuk senyawa aktif yang digunakan dalam sediaan adalah bentuk asam
karena jika pada keadaan basa akan mengalami hidrolisis.
2.3 Mekanisme Kerja Obat
a. Efek Farmakologi
Zat parasetamol dalam bentuk sediaan tablet digunakan sebagai analgetik-
antipiretik.
b. Mekanisme Kerja
 Analgetik
Mekanisme kerja zat parasetamol adalah menghambat sintesis prostaglandin
pada sistem syaraf pusat menjadi lebih rendah melalui aksi periferal dengan
pemblokan impuls. Aksi periferal dapat juga dengan menginhibisi sintesis
prostaglandin/ inhibisi sintesis/ aksi reseptor zat lain yang peka terhadap
stimulasi mekanik atau kimia.
(USP DI, Ed. II, 1977, hal. 3)
 Antipiretik
Asetaminofen bekerja sebagai antipiretik dengan memberikan aksi pada
hipotalamus pengatur pusat panas, untuk menghasilkan vasodilatasi perifer
sehingga terjadi peningkatan aliran darah melalui kulit, berkeringat dan
melepaskan panas. Aksi sentral mungkin melibatkan penghambatan sintesis
prostaglandin di hipotalamus.
(USP DI, Ed. II, 1977, hal. 3)
2.4 Nasib Obat dalam Tubuh (Farmakokinetika)
a. Absorpsi
Parasetamol diabsorpsi di saluran cerna melalui oral selama rentang waktu 10-
60 menit atau 60-120 menit. Jika dalam bentuk konvensional parasetamol
diabsorpsi dalam rentang waktu 6-8 jam dengan konsentrasi dalam plasma yaitu
2,1 atau 1,8 µg/mL. Parasetamol juga dapat diabsorpsi melalui rektal dengan
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi tertentu lebih panjang
daripada interval melalui oral.
b. Distribusi
Parasetamol berikatan dengan protein plasma kira-kira sebanyak 25% dari
kadar parasetamol.
c. Metabolisme
Parasetamol dimetabolisme di hati dengan enzim sitokrom P-450.
d. Ekskresi
Parasetamol dalam plasma memiliki waktu paruh 1,25-3 jam dan diekskresikan
melalui urin sebanyak 85% dari dosis parasetamol dalam bentuk bebasnya
maupun konjugatnya selama rentang waktu 24 jam setelah dikonsumsi.
(AHFS DI III, 2008)
2.5 Indikasi dan Dasar Pemilihannya
Zat parasetamol dalam bentuk tablet diindikasikan untuk :
a. Analgetik dengan sakit ringan sampai sedang, tidak untuk antirheumatik
b. Migrain
c. Sakit yang disebabkan osteoarthritis
d. Demam
Berdasarkan data indikasi tersebut, sediaan tablet parasetamol yang dibuat
diindikasikan untuk demam dan migrain. Pemilihan indikasi tersebut didasarkan
pada kesesuaian pustaka dan kejelasan dosis untuk pemakaian masing-masing
indikasi.
2.6 Kontra Indikasi dan Alasannya
Penggunaan parasetamol dikontraindikasikan pada penderita :
a. Gangguan ginjal karena parasetamol diekskresikan melalui ginjal
b. Gangguan hati karena parasetamol dimetabolisme di hati
c. Gangguan jantung
2.7 Dosis dan Perhitungan Dosis
Indikasi Pasien Dosis
Dewasa 650 mg/ 4 jam
Anak-anak usia > 12
tahun
Anak-anak usia 9-10 400 mg
tahun
Anak-anak usia 6-8 320 mg
tahun
Analgetik-Antipiretik Anak-anak usia 4-5 240 mg
tahun
Anak-anak usia 2-3 160 mg
tahun
Anak-anak usia 4-11 80 mg
bulan
Anak-anak usia < 3 40 mg
bulan

Perhitungan Dosis :
Berdasarkan data tersebut, maka dibuat tablet dengan kekuatan 500 mg.
Sediaan tablet digunakan untuk dewasa karena dosis yang digunakan adalah 500
mg.
2.8 Cara Pakai
Tablet parasetamol digunakan secara oral dan rata-rata digunakan tiga kali
dalam sehari, atau setiap 4-6 jam.
2.9 Efek Samping
Efek samping yang sering dijumpai :
- Anemia (lemah/lesu)
- Sterid piuria (urin yang berwarna/ keruh)
- Dermatitis, alergi (kemerahan pada kulit/ gatal-gatal)
Efek samping yang jarang dijumpai :
- Hepatitis (kuning mata/ kulit)
- Renal kolik (sakit sedang/ hebat pada punggung/ sampingnya) dengan
dosis tinggi pemakaian jangka panjang pada pasien dengan fungsi renal
yang menurun
- Trombositopenia (tidak biasanya perdarahan/ memar, hitam, darah pada
urin atau tinja, bintik merah pada kulit) biasanya simptomatik
2.10 Toksisitas
Pada penggunaan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati.
2.11 Interaksi Obat
a. Antikonvulsan
Penggunaan parasetamol dengan antikonvulsan seperti barbiturat, dll akan
menginduksi enzim mikrosomal di hati. Sehingga meningkatkan toksisitas hati.
b. Fenotiazin
Penggunaan parasetamol dengan fenotiazin akan menyebabkan hipotermia
berat.
2.12 Penggunaan pada Kondisi Khusus
a. Kehamilan
Pada ibu hamil dan menyusui konsultasikan dengan dokter jika hendak
menggunakan obat ini.
b. Gangguan Fungsi (organ)
Bagi orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat
ini, atau menggunakan parasetamol yang dikombinasikan dengan asetilsistein,
atau sesuai dengan petunjuk dokter.
c. Pediatri
Pada bayi dibawah 2 tahun harus mendapatkan perhatian khusus/ sesuai dengan
resep dokter, karena telah dilaporkan terjadi toksisitas dan overdosis termasuk
kematian pada penggunaan obat tanpa resep dokter (OTC).
2.13 Peringatan dan Perhatian
 Bila rasa sakit bertahan lebih dari 5 hari dan demam tidak menurun
selama 2 hari atau bila ada kemerahan pada kulit segera hubungi dokter
 Penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati
 Hati-hati pemberian obat ini pada penderita penyakit ginjal serta
penggunaan jangka panjang pada pasien anemia
 Tidak dianjurkan penggunaan bersama dengan obat lain yang
mengandung parasetamol
2.14 Cara Penyimpanan
Disimpan di tempat tertutup dan terlindung dari cahaya.
2.15 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran
Nama Dagang Kandungan
Sanmol Parasetamol
Panadol Parasetamol

2.16 Analisis Farmakologi


Bentuk zat aktif yang digunakan dalam sediaan yang dibuat adalah asamnya
karena parasetamol pada keadaan basa akan mengalami hidrolisis. Dosis zat aktif
yang dipilih adalah 500 mg/ tablet yang diindikasikan sebagai analgetik-
antipiretik. Pemakaian zat aktif parasetamol dalam sediaan tablet diberikan secara
oral. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti kontra indikasi, peringatan, efek
samping, dan toksisitas yang tertera.
Kesimpulan :
Kekuatan sediaan yang akan dibuat adalah 500 mg dengan bobot tablet 750
mg. Dengan indikasi sebagai analgetik-antipiretik yang aturan pakainya sehari
tiga kali satu tablet dalam rentang waktu 4-6 jam dan digunakan secara oral.
BAB III
ANALISIS PREFORMULASI, FORMULASI, DAN USULAN FORMULA

3.1 Pendekatan Formulasi (analisis pemilihan zat aktif dan eksipien)


- Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah tablet dengan kekuatan sediaan
750 mg dan bobot 750 mg. Bentuk zat aktif yang akan digunakan adalah
serbuk yang bersifat lemah.
- Formula umum sediaan
R/ Zat aktif
Pengisi (diluen)
Penghancur (desintegran)
Pengikat (binder)
Pelincir (lubricant)
Perbaikan aliran (glidan)
Anti lengket (anti-adheren)
Pembasah (surfactan)
Penyerap cairan (adsorben)
Adjuvan (coloring)
- Alasan pemilihan eksipien
 Laktosa
Sinonim : Saccharum lactis, milk sugar, lactache
Bobot massa : 342, 30 (anhidrat); 360,31 (monohidrat)
Kegunaan : diluen tablet dan kapsul
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak manis
 Laktosa dapat mengalami deformasi plastis (irreversible) dalam
pencetakan sehingga penggunaannya sebagai pengisi tablet sangat
menguntungkan, karena aliran dan kompresibilitasnya kurang baik
maka sering digunakan untuk formulasi dengan granulasi basah
(aliran dan kompresibilitanya turut diperbaiki dengan
penggranulan).
(HOPE Ed.4, 2003, Hal : 323)
 Magnesium Stearat
Sinonim : Magnesium oktadecanoate, stearicacid magnesium
salt
Bobot massa : 591,27
Kegunaan : sebagai lubrikan pada kapsul dan tablet dengan
konsentrasi antara 0,25-5%, digunakan pula pada kosmetik, makanan
dan formulasi sediaan farmasi
Pemerian : serbuk halus putih, licin, dan mudah melekat pada
kulit, bau lemah khas
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol (95%), eter dan air,
sedikit larut dalam benzen panas dan etanol (95%) panas
Stabilitas : Mg. stearat stabil dan harus disimpan ditempat
tertutup sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan asam kuat, basa dan
garam basa. Hindari pencampuran bahan pengoksida kuat
 Digunakan sebgai pelicin pada fase luar untuk meinimalisisr
gesekan antara granul dengan dinding cetakan selama
pengembangan dan pengeluaran tablet.
(HOPE Ed 4, 2003, Hal : 354)
 Talk
Sinonim : Magsil asmathus; magsil star; bedak bubuk; pure
talk
pH : 6,5-10
Kegunaan : anti cacking, diluen tablet dan kapsul, lubrikan
tablet dan kapsul
Pemerian : putih sampai putih keabu-abuan, tidak berbau,
bubuk kristal, lembut ketika disentuh, bebas dari butiran
Kelarutan : praktis tidak larut dalam asam encer dan alkalis,
pelarut organik dan air
Aplikasi : dalam sediaan oral solid sebagai lubrikan dan
diluen juga digunakan dalam preparasi topikal sebagai bubuk debu,
sebagai lubrikan pada kosmetik dan produk makanan
Kegunaan Konsentrasi (%)

Bubuk debu 90-99


Glidan dan lubrikan 1-10
tablet
Diluen tablet dan 5-30
kapsul

Kestabilan & penyimpanan : talk adalah materi stabil dan disterilisasi


dengan pemanasan pada 160ºC tidak kurang selama 1 jam. Juga
disterilisasi oleh paparan etilen oksida atau iradiasi gamma. Talk harus
disimpan pada tempat tertutup baik dalam tempat kering dan dingin.
Inkompatibilitas : dalam komponen ammoniu kuarterner
(HOPE Ed 4, 2003, Hal : 641-642)
 Amprotab
Sinonim : Amilum manihot, pati singkong
Bentuk : serbuk hablur
Warna : putih
Rasa : lemah
Bau : lemah
pH : 4,5-7,0
Daya alir : 10,8-11,7 g/s
Kegunaan : sebagai zat tambahan (desintegran)
Kelarutan : praktis tidak larut dala air dingin dan dalam etanol
Stabilitas : stabil dala keadaan kering jika dilindungi dari
kelembaban tinggi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
 Amprotab digunakan sebagai bahan penghancur (desintegran) pada
konsentrasi 3-15%. Amprotab sebagai bahan penghancur yang
mampu meningkatkan kapilaritas, mengabsorbsi kelembaban,
mengembang dan meninggikan daya pembasahan tablet atau
bersifat hidrofilisasi.
 Amilum
Kegunaan Konsentrasi (%)
Desintegran 3-25
Pengikat 5-20
Anti-adheren 3-10
Glidan 1-10

Pemerian : tidak berbau, tidak berasa, serbuk halus, warna


putih sampai putih tua
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95% dan dalam air
dingin, pati mengembang dalam air sekitar 5-10% pada pemanasan
Stabilitas : pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban
tinggi, pasta amilum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh
mikroorganisme karena itu hanya granulasi harus dibuat baru
 Amilum digunakan sebagai desintegran pada fase dalam dan luar
yang berfungsi untuk mempermudah hancurnya tablet saat kontak
dengan cairan pencernaan dalam tubuh dengan menarik air
kedalam tablet sehingga dapat mengembang dan tablet pecah
 Amprotab pada konsentrasi 10% digunakan sebagai pengikat pada
tablet, untuk memberikan daya adhesi pada masa serbuk serta
untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi.
(HOPE 6th, edisi 2009, Hal : 686-691)
3.2 Kesimpulan Formula
R/ Fase dalam (95%)
Parasetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
Mucilago amilum (10%) 230 mg
Laktosa 92 mg
Fase luar (8%)
Mg stearat (1%) 7,5 mg
Talk (2%) 15 mg
Amprotab (5%) 37,5 mg

Formula alternatif :
R/ Fase dalam (92%)
Parasetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
PVP (5%) 37,5 mg
Laktosa 77,5 mg
Etanol q.s
Fase luar (8%)
Mg stearat (1%) 7,5 mg
Talk (2%) 15 mg
Amprotab (5%) 37,5 mg
BAB IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI FARMASETIKA SEDIAAN AKHIR

4.1 Metode Pembuatan


Dibuat sediaan tablet parasetamol (dengan kekuatan sediaan 500 mg dan
bobot tablet/ volume tablet 750 mg) dengan metode granulasi basah.
Metode granulasi basah dapat dipilih karena parasetamol memiliki sifat alir
dan kompresibilitas kurang baik, namun parasetamol merupakan zat aktif yang
tahan panas dan tahan kelembaban sehingga dipilih metode granulasi basah.
4.2 Perhitungan dan Penimbangan
Jumlah sediaan yang akan dibuat sebanyak 300 tablet dan ditambahkan untuk
keperluan uji mutu sediaan akhir sebanyak 10 tablet.
Uji mutu dilakukan yaitu evaluasi granul berupa uji distribusi keseragaman
partukel, waktu alir, bobot jenis, dan kandungan lembab. Kemudian evaluasi
sediaan tablet meliputi, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, friabilitas,
friksibilitas, keseragaman bobot, waktu hancur, dan disolusi.
Formula
R/ Fase dalam (95%)
Parasetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
Mucilago amilum (10%) 230 mg
Laktosa 92 mg
Fase luar (8%)
Mg stearat (1%) 7,5 mg
Talk (2%) 15 mg
Amportab (5%) 37,5 mg

Perhitungan dan Penimbangan


Fase dalam
92
Total = 100 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 300 = 207,0 𝑔

Jumlah parasetamol = 500 mg x 300 = 150 g


10
Jumlah amprotab = 100 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 300 = 22,5 𝑔
10
Jumlah mucilago amilum = 100 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 300 = 22,5 𝑔

Jumlah laktosa = 207 - (150 g + 22,5 g+22,5 g)


= 207 – 195 = 12 g

Untuk 310 tablet dengan bobot parasetamol 750 mg


92
Total = 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 310 = 213,5 𝑔
100

Jumlah parasetamol = 500 mg x 310 = 155 g


10
Jumlah amprotab = 100 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 310 = 23,25 𝑔
10
Jumlah mucilago amilum = 100 𝑥 750 𝑚𝑔 𝑥 310 = 23,25 𝑔

Jumlah laktosa = 213 - (155 g + 23,25 g+23,25 g)


= 213 – 201,5 = 12,4 g

Bahan untuk 1 tablet


Parasetamol 500 mg
Amprotab 75 mg
Mucilago amilum 230 mg
Laktosa 92 mg

Bobot granul awal 207 g, setelah dilakukan pengeringan bobot granul akhir
sebanyak 165.46 g dengan kandungan air 0.63%.
Maka perhitungan untuk fase luar :
165.46
 Kandungan parasetamol = ( ) 𝑥 150 𝑔 = 119.89 𝑔
207

 Sehingga jumlah tablet yang akan dibuat :


Parasetamol = 500 mg = 0.5 g
119.89 𝑔
Jumlah tablet = = 239.79 = 239 tablet
0.5 𝑔
100
𝑥 165.46 𝑔
 Bobot tablet = 92
= 0.75 g = 750 mg
239
 Untuk fase luar :
1
Mg stearat = 92 x 165.46 = 1.798 g
2
Talk = 92 𝑥 165.46 = 3.597 𝑔
5
Amprotab = 92 𝑥 165.46 = 8.992 𝑔

4.2 Prosedur Pembuatan Sediaan

Zat aktif + Dicampur Fase dalam menjadi massa


Eksipien dengan pengikat lembab
-zat aktif = parasetamol
Dieksrusi menjadi granul
-eksipien = fase dalam
(Amprotab, laktosa, mucilago
amilum) Granul lembab

Dikeringkan pada suhu 50°C

Granul kering
4.3 Pengawasan dalam Proses (IPC)
Granulasi basah

Penimbangan

Pencampuran
Tujuan : memastikan bahan zat aktif
terdistribusi merata dalam campuran
Prosedur : menetapkan kadar zat aktif
IPC
- Kecepatan aliran
- BJ nyata, BJ mampat, dan
% kompresibilitas
- Distribusi ukuran partikel
- Kadar zat aktif dalam
granul

Prinsip : jumlah massa yang hilang (air,


komponen yang mudah menguap selama
Lubrikasi
proses pemanasan suhu 70ºC )
Alat : moisture balance
4.4 Uji Mutu Farmasetika Sediaan Akhir
4.4.1 Fisika
- Uji homogenitas
- Bobot Jenis (BJ benar, BJ ruahan granul/ BJ nyata, BJ nyata setelah
pemampatan bilangan)
- Kadar pemampatan
- % Kompresibilitas
- Aliran
- Kandungan lembab
4.4.2 Kimia
- Identifikasi
- Waktu retensi puncak utama larutan uji sesuai dengan larutan baku
seperti yang tertera pada penetapan kadar
- Sejumlah serbuk tablet setara dengan kurang dari 50 mg parasetamol
dilarutkan dalam 50 ml etanol P, saring filtrat memenuhi uji identifikasi
secara kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak campuran
diklorometana P-metanol P (4:1)
- Penetapan kadar
Lakukan penetapan kadar dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi
4.5 Pengemasan Sediaan Jadi
Sediaan tablet parasetamol disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar
dari cahaya berbentuk botol plastik silinder yang dapat menampung sekian banyak
sediaan tablet, diberi sendok bila perlu, etiket dan brosur.

BAB V
PENGAMATAN DAN HASIL PENGAMATAN

5.1 Evaluasi granul


5.1.1 Distribusi Ukuran Partikel (Granulometri)
 Tujuan : untuk elihat keseragaman dan ukuran granul
 Alat : ayakan dengan mesh yang bertingkat
 Penafsiran hasil : diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.
Jika ukuran granul berdekatan aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran
granul mengikuti kurva distribusi normal
 Prosedur :
 Ditimbang 100 g granul
 Diletakkan granul pada pengayak paling atas
 Digoyang selama 10 menit
 Ditimbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
 Dihitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

Mesh Bobot (g) %


14 0.92 1.03
16 8.16 9.17
40 0.30 0.34
60 50.19 56.37
100 29.46 33.09
Total 89.03 100

Kurva Distribusi Ukuran


Granul
60
50
% Bobot Granul

y = 0.4468x - 0.5507
40 R² = 0.4294
30
Series1
20
Linear (Series1)
10
0
0 50 100 150
Mesh
5.1.2 Bobot Jenis
 Tujuan : untuk mengetahui aliran granul
 Penafsiran hasil :
Jika % kompresibilitas :
5–10% (sifat aliran sangat baik)
11-20% (aliran cukup baik)
21-25% (aliran cukup)
>26% (aliran buruk)
a. Bobot Jenis Benar
 Prosedur :
- Ditimbang piknometer kosong
- Diisi piknometer dengan gliserin dan dibersihkan kelebihan gliserin
pada ujungnya
- Ditimbang piknometer + gliserin
- Dihitung bobot cairan
- Dituang sebagian cairan (2-3 cc) ke dalam tabung bersih
- Ditimbang teliti 1-1,5 g bahan
- Dimasukkan bahan ke dalam piknometer yang berisi gliserin
sebagian tersebut
- Ditambahkan cairan ke dalam piknometer sampai tanda batas lalu
ditimbang
- Dihitung bobot jenis benar
 Perhitungan :
Volume cairan yang digunakan = 25 mL
Bobot piknometer + cairan = 53.38 g
Bobot piknometer kosong = 19.66 g
Bobot cairan = 33.72 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
𝜌=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
33.72 𝑔
𝜌= = 1.35
25 𝑚𝑙
Bobot piknometer + bahan = 20.95 g
Piknometer kosong = 19.66 g
Bobot bahan = 1.29 g

Bobot piknometer + cairan + bahan = 53.21 g


Bobot piknometer + bahan = 20.95 g
Bobot cairan diantara bahan = 32.26 g
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
Volume cairan diantara bahan = 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛
32.26
= 1.35

= 23.89 mL
Volume granul = volume pikno – volume cairan diantara bahan
= 25 – 23.89
= 1.11 mL
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙
𝜌 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙
1.29 𝑔
= 1.11 𝑚𝐿 = 1.162 g/mL

b. Bobot Jenis Nyata


 Prosedur :
- Ditimbang 100 g granul
- Dimasukkan ke dalam gelas ukur
- Diamati volume
- Dihitung BJ ruahan/ BJ nyata

Replikasi W(g) V(mL) 𝒈


𝝆𝑩 ( )
𝒎𝑳
I 50 128 0.39
II 50 136 0.37
III 50 150 0.33
Rata-rata 0.36

c. Bobot Jenis Mampat


 Prosedur : kedalam gelas ukur dimasukkan 100 g granul lalu
dimampatkan 500 kali, dilihat volume setelah pemampatan.

Interval Volume (mL)


Pengetukan I II III
100 112 130 120
200 112 128 118
300 111 126 116
400 100 126 116
500 100 124 114

𝜌1 = 0.47 g/mL
𝜌2 = 0.39 g/mL
𝜌3 = 0.43 g/mL
𝜌𝑇 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0.43 g/mL

d. Porositas
𝜌 − 𝜌𝐵
∈=( ) 𝑋 100%
𝜌
1.162 − 0.363
∈= ( ) 𝑋 100 % = 68.76 %
1.162
e. Kompresibilitas
𝜌𝑇− 𝜌𝐵
K=( ) 𝑋 100 %
𝜌𝑇
0.43−0.363
K=( ) 𝑋 100 % = 15.581 %
0.43

5.1.3 Aliran
a. Kecepatan alir
 Tujuan : menjamin keseragaman pengisian ke dalam cetakan
(bobot per tablet)
 Prinsip : menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat
selama waktu tertentu
 Alat : corong dan baker glass
 Prosedur :
Metode kecepatan aliran Hoppler (dihitung jumlah aliran granul yang
mengalir dalam waktu g/detik)
- Dimasukkan granul ke corong
- Dicatat waktu aliran (T)
- Dihitung aliran granul
 Penafsiran hasil = kurang dari 4 gram/detik (aliran bagus)

Replikasi W(g) T(detik) Kec.alir


(g/detik)
I 100 18 5.56
II 100 24 4.12
III 100 18 5.56
Rata-rata 5.08

b. Sudut istirahat
Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersama-sama dengan
penentuan kecepatan alir.
 Prosedur :
- Diukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan
kecepatan alir
- Diukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut
- Dihitung sudut istirahat dengan rumus:

α = tan-1 𝑟
Replikasi h (cm) r (cm) 𝜶
I 4.7 7.5 32.07
II 4.5 7.25 31.83
III 4 6 33.69
Rata-rata 32.53

5.1.4 Kandungan Lembab


Kandungan lembab yang terlalu rendah meningkatkan kemungkinan
capping sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan
kemungkinan picking.
 Prosedur :
- Ditimbang bahan, diratakan permukaannya pada wadah
- Diatur letak lampu pemanas tepat diatas bahan
- Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 15 menit dilakukan
pengecekan bobot bahan. Proses pengeringan sempurna setelah interval
3x15 menit menunjukkan tidak terjadi perubahan bobot bahan
- Dihitung kandungan lembab dengan rumus :

𝑊−𝑊𝑜
% MC = x 100%
𝑊
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊𝑜

Keterangan :
% MC = % kandungan lembab
% LOD = % susut pengeringan
W = bobot sampel basah (207 g)
Wo = bobot sampel kering (165.46 g)

a. Kandungan Lembab
𝑊−𝑊𝑜
% MC = x 100%
𝑊
207−165.46
= x 100%
207
= 0.20%
b. Susut Pengeringan
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊𝑜
207−165.46
= x 100%
165.46

= 0.25%

5.2 Evaluasi tablet


5.2.1 Keseragaman Ukuran

Tablet

- Diukur dengan jangka sorong diameter dan ketebalannya

Hasil

1
 Diameter tablet tidak lebih dari 3 x dan tidak kurang dari x tebal
3

tablet.
No. Diameter (cm) Tebal (cm) D/T
1 1.01 0.375 2.693
2 1.01 0.375 2.693
3 1.01 0.375 2.693
4 1.01 0.375 2.693
5 1.01 0.375 2.693
6 1.01 0.375 2.693
7 1.01 0.375 2.693
8 1.01 0.375 2.693
9 1.01 0.375 2.693
10 1.01 0.375 2.693
11 1.01 0.375 2.693
12 1.01 0.375 2.693
13 1.01 0.375 2.693
14 1.01 0.375 2.693
15 1.01 0.375 2.693
16 1.01 0.375 2.693
17 1.01 0.375 2.693
18 1.01 0.375 2.693
19 1.01 0.375 2.693
20 1.01 0.375 2.693
Rata-rata 2.693

5.2.2 Kekerasan tablet


10-20 tablet

Setiap tablet

Hasil

 Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke 20 tablet


 Variasi kekerasan dilihat dari harga SD
No. Kekerasan (Kg) No. Kekerasan (Kg)
1 0.4 11 1.3
2 0.5 12 1.3
3 0.52 13 1.5
4 1.4 14 1.35
5 1.5 15 1.4
6 1.4 16 1.3
7 1.4 17 1.6
8 1.4 18 1.35
9 1.4 19 1.4
10 1 20 2
Rata-rata 25.42
Standar Deviasi 0.39

5.2.2 Friabilitas
Pada umumnya persen friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran/menit dan
waktu yang digunakan adalah 4 menit, jadi ada 100 putaran.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan.
Jika hasil pengamatan (bobot tablet hilang terlalu besar) maka pengujian
harus diulang sebanyak 2 kali, selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji
yang telah dilakukan.
 Prosedur :

10-20 tablet

Setiap tablet - Dibersihkan dari debu dan ditimbang (Wo)


- Dimasukan dan diuji (100 x putaran)
- Tablet dibersihkan dan ditimbang(Wt)

Hasil - Dihitung persen friabilitas tablet dengan rumus :


% F = (Wo-Wt)/Wo x 100%
Wo = 2.91
Wt = 2.85
𝑊𝑜−𝑊𝑡
%F= 𝑥 100%
𝑊𝑜
2.91−2.85
%F= 𝑥 100% = 2.06 %
2.91

5.2.3 Friksibilitas
10-20 tablet

Setiap tablet
- Dibersihkan dari debu dan ditimbang (Wo)
- Dimasukan dan diuji (100 x putaran)
- Tablet dibersihkan dan ditimbang(Wt)
- Dihitung persen friabilitas tablet dengan rumus :
(𝑊𝑜−𝑊𝑡)
Hasil %𝐹 = 𝑥 100%
𝑊𝑜

Wo = 2.48
Wt = 2.46
𝑊𝑜−𝑊𝑡
%F= 𝑥 100%
𝑊𝑜
2.48−2.46
%F= 𝑥 100% = 0.81 %
2.48

5.2.4 Uji Keseragaman Bobot


Dipilih tidak kurang
dari 30 tablet
- Ditimbang 10 tablet satu persatu
- Hitung bobot rata-rata

Hasil
 Hanya 2 tablet yang boleh menyimpang, jika lebih ditimbang kembali
tablet
No. Bobot tablet No. Bobot tablet No. Bobot tablet
(g) (g) (g)
1 0.24 11 0.26 21 0.25
2 0.23 12 0.24 22 0.25
3 0.26 13 0.26 23 0.25
4 0.26 14 0.24 24 0.25
5 0.24 15 0.25 25 0.24
6 0.26 16 0.26 26 0.24
7 0.24 17 0.27 27 0.24
8 0.25 18 0.24 28 0.25
9 0.25 19 0.26 29 0.25
10 0.23 20 0.26 30 0.26
Rata-rata 0.25

5.2.5 Uji Waktu Hancur

Disiapkan 5 tablet

- Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing


tabung dari keranjang yang telah diisi air
bersuhu 370C sebagai media
- Dimasukkan satu cakram pada setiap tabung
- Dijalankan alat
- Pada akhir batas waktu yang tertera pada
monografi, keranjang alat diangkat
- Diamati semua tablet

Hasil

 Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, diulangi pengujian


dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus
hancur sempurna.

No. Waktu hancur (detik)


1 76
2 78
3 84
4 93
5 152

 Persyaratan : harus kurang dari 15 menit = 900 detik

5.2.6 Uji Disolusi


 Prosedur:
- Dimasukkan sejumlah media disolusi dapar posfat ke dalam wadah
- Dipasang alat
- Dibiarkan media disolusi hingga suhu 37o dan diangkat termometer
- Dimasukkan 1 tablet ke dalam alat, hingga ada gelembung udara
dari permukaan sediaan yang diuji dan segera dijalankan alat pada
laju kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi
- Dalam interval waktu yang ditetapkan pada tipa waktu yang
dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara media
disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat
dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah.
 Kurva kalibrasi
C (ppm) A
2 0.102
4 0.226
6 0.316

Kurva Kalibrasi
0.35
0.3 y = 0.0535x + 0.0007
R² = 0.9917
0.25
Absorban

0.2
0.15 Series1
0.1 Linear (Series1)
0.05
0
0 2 4 6 8
C (ppm)
a= 0.0007
b= 0.0535
y= 0.0535x + 0.0007

Hasil pengukuran absorban pada sampel dengan panjang


gelombang 254 nm. Kemudian hasil absorban dimasukkan ke dalam
persamaan linier dari kurva kalibrasi yang telah diperoleh untuk
mendapatkan kadar parasetamol.

Waktu (menit) A Kadar (ppm)


10 0.158 2.940
20 0.292 5.445
30 0.257 4.791

BAB VI
PENUTUP

6.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah, kemudian dilakukan evaluasi granul sebelum dicetak dan tablet yang telah
dicetak.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah dapat melakukan proses manufaktur
granulasi basah, dapat melakukan in process control, dapat mengevaluasi mutu
tablet dan dapat mengatasi masalah yang timbul saat proses manufaktur. Tablet
yang dibuat berisi zat aktif paracetamol 500 mg/ tablet yang diindikasikan sebagai
analgetik dan antipiretik. Formulasi yang dibuat sebagai berikut:
R/ Fase dalam (95%)
Parasetamol 500 mg
Amprotab (10%) 75 mg
Mucilago amilum (10%) 230 mg
Laktosa 92 mg
Fase luar (8%)
Mg stearat (1%) 7,5 mg
Talk (2%) 15 mg
Amprotab (5%) 37,5 mg

Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluiditas (sifat alir) yang


kurang baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat
yang memiliki sifat kompresibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling
tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi
basah tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu
besar, selain itu parasetamol memiliki sifat yang tahan terhadap panas dan
kelembaban selama proses granulasi.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan
larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu, kemudian
massa basah tersebut digranulasi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur bahan-
bahan (fase dalam), pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab
menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan fase luar,
pembuatan tablet dengan kompresi.
Prosedur dalam pembuatan tablet metode granulasi basah ini dibagi menjadi
dua tahap, diawali dengan pembuatan fase dalam yang berisi zat aktif dan
eksipien selanjutnya dicampurkan. Setelah dilakukan pencampuran, serbuk
digranulasi, di evaluasi granul, setelah itu dicampurkan dengan fase luar, dicetak,
dan evaluasi tablet.
Fasa dalam yang berisi zat aktif yaitu parasetamol, pengisi yaitu laktosa
ditambahkan dengan tujuan agar dapat membentuk massa yang kompak dan pas
untuk dicetak dengan ukuran tertentu, pengikat yaitu mucilago amilum, dan
desintegran yaitu amprotab 10%. Selanjutnya dicampurkan dengan fasa luar yaitu
Mg. stearat sebagai anti-adheren, lubrikan yaitu talk, desintergran luar dan glidan
yang dipakai yaitu amprotab 5%.
Tahap awal yaitu pembuatan fasa dalam, diawali dengan penimbangan zat
yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan. Kemudian semua zat tersebut di
campurkan dan diaduk hingga homogen. Semua zat harus tercampur homogen
karena kehomogenan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kadar zat yang
dikandungnya. Apabila tidak tercampur merata maka kadar zat aktifnya pun tidak
akan tersebar secara merata yang berarti dosis tidak akan sama pada setiap tablet
sehingga menurunkan kualitas dari tablet.
Setelah dilakukan penimbangan bahan, dilakukan pembuatan mucilago
amilum yang digunakan sebagai pengikat, eksipien ini diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan maksud untuk meningkatkan kohesivitas antar partikel
serbuk sehingga memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Diawali dengan
menimbang mamilum setelah itu dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam
aquadest panas sambil diaduk. Penambahan amilum pada akuades harus dilakukan
sedikit demi sedikit karena jika sekaligus akan terbentuk gumpalan mucilago
amilum yang menyebabkan tidak homogennya campuran tersebut. Tahap
selanjutnya pencampuran bahan. Fasa dalam (parasetamol, amprotab 10%,
laktosa) dicampurkan dengan mucilago amilum sedikit demi sedikit hingga
terbentuk massa yang dapat dikepal. Ditandai ketika telah dikepal dan dijatuhkan
kepalan tidak akan menyebarkan serbuknya ketika terbelah. Setelah diperoleh
masa yang kira-kira sudah dapat dikepal penambahan mucilago amilum
dihentikan kemudian dihitung mucilago amilum yang terpakai dengan cara
menimbang mucilago amilum yang tersisa.
Selanjutnya adalah tahapan pembuatan granul (dalam bentuk basah) kemudian
di eskrusi lalu di keringkan pada suhu 500C, lalu akan terbentuk massa granul
kering. Selanjunya dilakukan evaluasi granul. Evaluasi granul yang pertama yaitu
pengujian laju alir, dilakukan dengan 100 g granul yang dimasukkan ke dalam
corong yang telah disimpan pada statif dengan ketinggian 10 cm. Dalam
percobaan ini kualitas granul akan semakin baik apabila gunungan granul yang
terbentuk semakin tinggi dan semakin cepat alirannya. Kecepatan aliran granul
pada uji ini yaitu sebesar 5.08 g/detik yang berarti kualitas granul dapat
dikategorikan baik, karena menurut literatur kualitas granul yang baik yaitu
sebesar 4 g/deik. Kemudian dihitung sudut istirahat dan memberikan hasil sebesar
32.53˚.
Selanjutnya adalah uji distribusi ukuran partikel (granulometri), dimana ada
beberapa metode yang berbeda untuk menyaring, tergantung pada material yang
akan diukur. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu metode
horizontal sieving.
Pada uji distribusi partikel, akan semakin baik jika ukuran dari granul tidak
terlalu jauh perbedaannya dengan granul yang lain agar memudahkan dalam
pencetakan. Pada pengujian ini, kurva perbandingan antara % bobot granul
terhadap ukuran mesh yang diperoleh tidak mengikuti kurva distribusi normal
karena terdapat granul yang terdistribusi lebih banyak pada ukuran tertentu.
Tetapi kualitas dari granul yang kami buat bisa dikatakan cukup baik sebagai
bahan baku tablet karena pada setiap ayakan dengan berbagai ukuran terdapat
granul yang tertampung.
Selanjunya adalah mengukur % kompresibilitas dari granul. Kepadatan dari
tablet menentukan hasil dari tablet untuk keseragaman bobot, waktu hancur, dan
juga pada proses pencetakan. Rumus % kompresibilitas adalah :
𝜌𝑇− 𝜌𝐵
K=( ) 𝑋 100 % .
𝜌𝑇

Semakin mampat serbuknya maka granul yang dihasilkan akan semakin baik
karena tidak terdapat ruang kosong pada granul tersebut. Tidak terdapatnya ruang
kosong pada granul dapat menyebabkan mudahnya pencetakan granul.
Kompresibilitas akan sangat berpengaruh pada keseragaman bobot pada sediaan
yang akan dibentuk walaupun ukuran sama, apabila keseragaman granul kurang
baik maka sediaan tablet yang dicetak pun akan kurang baik. Persen
kompresibilitas yang diperoleh sebesar 15.581 % dan porositas sebesar 68.76%.
Hal ini menunjukan bahwa granul cukup mudah dicetak karena masih dapat
dipadatkan. Nilai ini juga menunjukan kualitas granul yang cukup baik dimana
kompresibilitas diatas 10%. Selanjutnya dilakukan evaluasi kandungan lembab,
dimana kandungan lembab yang diperoleh adalah sebesar 0.20 % dan susut
pengeringan sebesar 0.25%. Kandungan lembab yang diperoleh < 1% karena
pengeringan yang dilakukan terlalu lama.
Setelah uji evaluasi granul kemudian dilakukan pencetakan tablet, dengan
penambahan fase luar. Pada proses pencetakan, berat dan kekerasan tablet yang
akan dicetak diperhitungkan dengan mengatur punch atas dan punch bawah dari
alat pencetak. Untuk menentukan berat tablet yang akan dicetak, diatur dengan
punch bawah. Sedangkan untuk mengatur kekerasan tablet, digunakan punch atas.
Volume bahan yang diisikan yang mungkin masuk ke dalam cetakan harus
disesuaikan dengan beberapa tablet yang telah lebih dahulu dicetak. Penyesuaian
ini diperlukan karena formula tablet tergantung pada berat tablet yang akan
dibuat.
Selama pencetakan, beberapa tablet yang dicetak diambil untuk pengontrolan
berat dan kekerasan tablet. Jika berat atau kekerasannya berada diluar rentang
yang diinginkan, alat pencetak diatur kembali. Setelah seluruh bahan dicetak,
kemudian dilakukan evaluasi tablet.
Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot dan ukuran tablet, waktu hancur,
kekerasan tablet, friabilitas, friksibilitas, dan uji disolusi.
Evaluasi keseragaman bobot dilakukan dengan menghitung bobot rata-rata.
Bobot rata-rata yang diperoleh yaitu 0,25 g atau 250 mg. Rata-rata tersebut
memenuhi persyaratan karena tidak ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 7.5 % dan tidak ada 1 tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 15%. Selanjutnya dilakukan
evaluasi keseragaman ukuran tablet dan diperoleh rata-rata diameter/tebal tablet
sebesar 2.69. Bobot tablet yang dicetak tidak sesuai dengan formulasi yaitu 750
mg/tablet karena mesin pencetak tablet yang digunakan hanya dapat mencetak
dengan bobot sekitar 250 mg/ tablet.
Evaluasi waktu hancur prinsipnya adalah menentukan waktu yang diperlukan
suatu tablet untuk hancur dengan cara menempatkan tablet pada alat penentu
waktu hancur yang kondisinya sesuai dengan keadaan di dalam tubuh dan sesuai
dengan persyaratan monografi. Hasil yang diperoleh tablet memiliki waktu hancur
paling lama 152 detik atau 2,53 menit. Persyaratan tablet parasetamol pada FI III
yaitu tidak lebih dari 15 menit, sedangkan tablet parasetamol ini memiliki waktu
hancur yang sangat cepat daripada persyaratan. Hal ini karena bentuk tablet yang
dicetak ukurannya kecil yaitu 1/3 dari yang diformulasikan.
Evaluasi kekerasan tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet cukup
kuat terhadap gesekan dan goncangan pada saat pengemasan dan proses distribusi.
Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan menghancur sempurna begitu
diminum. Kekerasan tablet yang ideal adalah bobot tablet sampai 300 mg= 4-7
kg/cm3 dan bobot tablet sampai 400-700 mg =7-12 kg/cm. Hasil yang diperoleh
yaitu 25.42 kg menunjukan kekerasan tablet yang dibuat cukup baik.
Pengujian Friabilitas dan Friksibilitas dilakukan dengan menggunakan alat
khusus, masing-masing digunakan 10 tablet dengan parameter yang diuji adalah
kerapuhan tablet terhadap bantingan (Friabilitas) atau gesekan (Friksibilitas)
selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm sebanyak 100 putaran. Pengujian ini
dilakukan ntuk mengetahui ketahanan tablet terhadap gesekan dan benturan.
Pengujian ini sangat penting karena sebagai parameter saat pengemasan dan
pendistribusian. Hasil yang diperoleh adalah persen friabilitas 2.06% dan
friksibilitas 0.81 %, dari hasil tersebut persen friabilitas menunjukan bahwa
kualitas tablet kurang baik karena lebih dari 1% sedangkan hasil dari friksibilitas
menunjukkan bahwa kualitas tablet sudah baik karena kurang dari 1%.
Uji disolusi dilakukan untuk melihat pada menit keberapa tablet/obat tersebut
larut di dalam tubuh. Apabila obat tersebut larut maka obat tersebut akan
terabsorbsi dan dapat memberikan efek farmakologi sesuai dengan yang
diinginkan. Dari hasil uji disolusi tersebut pada waktu 10 menit diperoleh kadar
sebesar 3,81 ppm, pada waktu 20 menit diperoleh kadar 4,60 ppm dan pada waktu
30 menit diperoleh kadar 4,87 ppm.
Evaluasi-evaluasi yang dilakukan terhadap granul dan tablet tersebut berguna
untuk pengawasan mutu, agar tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang
berlaku.
Syarat-syarat tablet yang baik adalah:
- Tablet harus kuat, tahan terhadap goncangan dan tahan abrasi pada saat
pengemasan dan distribusi
- Memiliki keseragaman bobot dan kandungan obat
- Tablet dapat terbioavailable
- Memiliki karakteristik warna, bau, dan rasa sebagai identitas produk
- Memiliki kestabilan yang baik dan dapat terefikasi

6.2 Kesimpulan
Dari hasil praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan tablet
parasetamol kali ini dibuat dengan metode granulasi, karena parasetamol memiliki
sifat alir yang kurang baik. Granulasi yang dilakukan adalah granulasi basah
karena parasetamol memliki sifat tahan panas dan tahan lembab selama proses
granulasi. Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah yaitu dengan
mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian fase dalam yang mengandung
pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat digranulasi, hasil granul
kemudian dikeringkan, granul tersebut kemudian diberi tambahan fase luar,
dicampur sampai homogen, lalu dicetak.
Sebelum didistribusikan, tablet tersebut harus dievaluasi terlebih dahulu agar
menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Uji quality control
yang dilakukan terhadap granul dan tablet hasil produksi berupa:
- Kemampuan alir dan sudut istirahat
- Distribusi ukuran partikel
- Persen Kompresibilitas
- Kadar air (loss on drying)
- keseragaman bobot dan ukuran tablet
- Waktu hancur
- Kekerasan
- Friabilitas dan friksibilitas
- Uji disolusi

Anda mungkin juga menyukai