Anda di halaman 1dari 16

Siti Nurdianti

1102014253

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Demam

1.1.Definisi Demam

Menurut kamus kedokteran stadman’s edisi ke 25 demam adalah peningkatan suhu


tubuh di atas normal (98,6⁰F / 37⁰C) Sedangkan menurut edisi ke-26 dalam kamus yang
sama, demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai
oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks
imun. Dalam protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center definisi
demam untuk semua umur, demam didefinisikan temperatur rektal diatas 380C, aksilar
diatas 37,50C dan diatas 38,2o C dengan pengukuran membran timpani ,sedangkan
demam tinggi bila suhu tubuh diatas 39,5⁰C dan hiperpireksia bila suhu > 41,1⁰C.
Definisi demam adalah suhu rektal yang lebih dari 380C (100,40F). Suhu normal dapat
berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,10C-380C. Umunya suhu tubuh pada anak-
anak lebih tinggi, kemudian menurun hingga pada tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun
pada anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki. (sumber: pediatri. Hal: 336)

1.2.Jenis Jenis Demam


Demam Septik : Pada tipe demam septik , suhu badan berangsur naik ke tingkat yang
tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam tinggi tersebut
turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Demam remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi
tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.

Demam intermiten : Pada tipe demam interminten, suhu badan turun ke tingkat yang
normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua
serangan demam disebut kuartana.

1
Siti Nurdianti
1102014253

Demam kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.

Demam siklik : Pada tipe demam ini terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa
hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Demam Pel-Ebstein : Demam yang berhubungan dengan penyakit limfoma Hodgkin,


yang ditandai demam tinggi selama 3-10 hari dan turun kembali pada 3-10 hari
berikutnya dan begitu seterusnya.

Demam neutropenia : Demam akibat hilangnya fungsi sistem imun yang normal.
Akibat menurunnya fungsi neutrophil, suatu infeksi bakteri dapat menyebar dengan
cepat. Tipe demam ini lebaih banyak dijumpai pada orang yang mendapatkan
kemoterapi daripada orang normal

Demam belum terdiagnosis : Demam yang belum diketahui penyebabnya (FUO:Fever


of Unknown Origin), didefinisikan oleh Petersdorf dan Beeson (1961):
 Demam dengan suhu yang lebih tinggi dari 38,3° C pada beberapa kali
pengukuran
 Durasi yang lebih dari 3 minggu
 Kegagalan untuk memperoleh diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan
selama 1 minggu di rumah sakit

1.3.Penyebab Demam

Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit


tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas,
misalnya : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi kadang-kadang
sama sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau common cold. Dalam peraktek
90 % dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya.

2
Siti Nurdianti
1102014253

Namum hal ini tidak berarti bahwa kita tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi
bakterial.
Kausa demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
karena keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat. Juga gangguan pada pusat
regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperatur seperti pada heat stroke,
perdarahan otak, koma atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal pada saat
terjadinya reabsorpsi darah dapat pula menyebabkan peningkatan temperatur.
Kemungkinan beberapa hal secara khusus perlu diperhatikan pada demam, adalah cara
timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam dan keluhan serta gejala
lain yang menyertai demam. Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh
penyakit virus.
SUMBER : IPD JILID III hal 2767

Penyebab Umum

 Infeksi virus dan bakteri;


 Flu dan masuk angina
 Radang tenggorokan;
 Infeksi telinga
 Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus.
 Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing
 Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang
laring)
 Obat-obatan tertentu
 Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti
pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak.
 Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas
atau pada lingkungan yang panas.
 Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile
rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV
dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis,
Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's
lymphoma

3
Siti Nurdianti
1102014253

Penyebab Khusus

1. Set point hipotalamus meningkat

a. Pirogen endogen

 Infeksi
 Keganasan
 Alergi
 Panas karena steroid

b. Penyakit kolagen

 Penyakit atau zat


 Kerusakan susunan saraf pusat
 Keracunan DDT
 Racun kalajengking
 Penyinaran
 Keracunan epinefrin

2. Set point hipotalamus normal

a. Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas


 Hipertermia malignan
 Hipertiroidisme
 Hipernatremia
 Keracunan aspirin

b. Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas


 Mandi sauna berlebihan
 Panas di pabrik
 Pakaian berlebihan
 Pengeluaran panas tidak baik (rusak)
 Displasia ektoderm

4
Siti Nurdianti
1102014253

 Kombusio (terbakar)
 Keracunan phenothiazineHeat stroke

3. Rusaknya pusat pengatur suhu

a. Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:

 Ensefalitis/ meningitis
 Trauma kepala
 Perdarahan di kepala yang hebat
 Penyinaran

1.4.Mekanisme Demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari peradangan atau infeksi.
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan
oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh.

• Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di


dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme
pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan
fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin
(mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme (MO) yang masuk
kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai
pirogen eksogen.

• Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya


dengan pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk
memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tubuh akan
mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
(khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang
keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat

5
Siti Nurdianti
1102014253

keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).

• Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX).


Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.
Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh
(di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat
tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal.
Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Selain itu vasokontriksi kulit juga
berlangsung untuk mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut
mendorong suhu naik. Adanya proses menggigil ( pergerakan otot rangka) ini
ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah
demam. ( Sherwood, 2004)

6
Siti Nurdianti
1102014253

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella Thypi

LO.2.1. Definisi

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Demam paratifoid adlah penyakit sejenis yang disebabkan oleh
Salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama,
tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit di atas disebut tifoid.
Terminologi lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus dan
paratyphus abdominalis atau demam enterik.

LO.2.2. Morfologi

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat


yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborn. Spesies-spesies Salmonella
dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida

• Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.


• Ukuran Salmonella bervariasi 1–3,5 µm x 0,5–0,8 µm.
• Besar koloni rata-rata 2–4 mm.
• Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.
• Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15–41⁰C (suhu
pertumbuhan optimal 37,5⁰C) dan pH pertumbuhan 6–8.
• Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.
• Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN.
• Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
• Menghasikan H2S.
• Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang
unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh
aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.
• Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang
lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan

7
Siti Nurdianti
1102014253

antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji
pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.
• Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol.
Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang
motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H
adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada
permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi antigen O.
• Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil.
• Kehilangan antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus
menjadi kasar.
• Antigen Vi atau K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi

Salmonella

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Bacteria

Filum: Proteobakteria

Kelas: Gamma Proteobakteria

Ordo: Enterobakteriales

Famili: Enterobakteriakceae

Genus: Salmonella
Lignieres 1900

Spesies

S. bongori

8
Siti Nurdianti
1102014253

S. enterica

Sifat Salmonella typhi :

• Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan, dsb.
• Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
• Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase, urease,
Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan adonitol.
• Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil, dan
tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.
LO.2.3. Jenis-Jenis Salmonella typhi

LO.2.4. Cara Infeksi dan siklus hidup salmonella typhi

• Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan


feses yang terdapat bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).
• Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding
usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
• Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat
menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-
paru, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang
fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membran
yang menyelubungi otak.
• Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan
mempengaruhi keseimbangan tubuh.
• Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat
kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau
berbulan-bulan.
• Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.

LO.2.5. Penyakit

- Demam Typiod
- Demam paratyphoid

LO.2.6. Sumber Penularan

9
Siti Nurdianti
1102014253

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Demam Typoid

LO.3.1. Definisi

Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di
sebabkan oleh Salmonella typhi enteritica serovar/ Salmonella typhi Penyakit ini di tandai
oleh panas Berkepanjangan,di topang dengan baktere mia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit
mononuklear dari hati,limpa,kelenjar limfe usus dan peyer’s patch. (Sumarmo S.dkk 2008)

LO.3.2. Penyebab

Penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi. Salmonella adalah


bakteri gram negatif , tidak berkapsul , mempunyai flagela dn tidak membentuk spora.
Bakteri ini akan mati pada pemanasaan 57⁰C selama beberapa menit. Kuman ini mempunyai
3 antigen yang pentinfg untuk pemeriksaan laboratorium , yaitu :

o Antigen O (somatik)
o Antigen H (flagela)
o Antigen K (selaput)

LO.3.3. Gejala

Demam tifoid mengakibatkan 3 kelaina pokok , yaitu :

- Demam berkepanjangan
- Gangguan sitem pencernaan
- Gangguan kesadaran

Demam lebih dari 7 hari merupakan gejala yang paling menonjol. Demam ini bisa diikuti
oleh gejala tidak khas lainnya, seperti anoreksia atau batuk. Gangguan saluran pencernaan
yang paling sering terjadi adalah konstipasi dan obstipasi, meskipun diare bisa juga
terjadi. Gangguan lain pada saluran pencernaan adalah mual, muntah, dan perasaan tidak
enak diperut. Pada kondisi parah demam typoid bisa disertai dengan gangguankesadaran
ringan, apastis, somnolen, hingga koma.

LO.3.4. Mekanisme

10
Siti Nurdianti
1102014253

Penularan penyakit ini melalui makanan, minuman, atau kebiasaan tidak mencuci
tangan sebelum makan sehingga menyebabkan kuman tertelan dan berkembang biak dalam
tubuh. Kuman ini tahan terhadap asam lambung (HCL) sehingga bila tertelan kuman tidak
akan dihancurkan oleh asam lambung. Penggunaan obat-obat yang mengurangi (menetralkan)
asam lambung akan mempermudah kuman ini menimbulkan infeksi. Melalui sistem limfatik,
kuman dalam tubuh dapat terbawa sampai ke hati, limpa, kantong empedu, sumsum tulang.

Kuman S. typhi masuk ke tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus
halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hipertropi. Ditempat ini terjadi komplikasi yaitu, pendarahan dan perforasi intestinal dapat
terjadi.Lalu kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus. Kuman-
kuman S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di
plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial. Ditempat ini
kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang
biak. Pada akhir masa inkubasi Demam tifoid (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah
kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama
limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari kandung
empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.

Endotoksin S. typhi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu


terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam
pada tifoid disebabkan karena S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan
zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap oleh
sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi
II.

Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal


(patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas,
instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll.

Imunulogi Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi


mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus

11
Siti Nurdianti
1102014253

Humoral sistemik, diproduksi IgM (antigen O) dan IgG (antigen H) untuk


memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler berfungsi untuk membunuh
Salmonalla intraseluler.

LO.3.5. Cara Pemeriksaan

o Pemeriksaan rutin
o Uji Widal
o Uji Typhidot
o Uji IgM Sipstick
o Kultur Darah

LO.3.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan demam tifoid terdiri dari pengobatan dan perawatan yang bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan, menencegah terjadinya komplikasi penyakit serta mencegah
agar penyakit tidak kambuh kembali.

1. Istirahat dan perawatan


Tujuan dari ini adalah untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

2. Diet dan terapi penunjang (sistomatik dan suportif)


Dengan tujuan mengembalikan rasa nyama dan kesehatan pasien secara optimal
3. Pemberian antimikroba
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman
4. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah
baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dsb
akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan.
5. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid.
6. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik ini dilakukan oleh dokter. Antibiotik yang dapat digunakan
adalah:

12
Siti Nurdianti
1102014253

- Klorafenikol ( dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 2
x 250mg selama 5 hari kemudian )
- Ampisilin/Amoksisilin ( dosis 50-150 mg/kg BB, diberikan selama 2 minggu)
- Kotimoksazol 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung 400mg sulafametoksazol-80mg
trimetropin, diberikan selama 2 minggu )
- Sefalosporin generasi II dan III biasanya demam mereda pada hari ke-3 atau
menjelang hari ke-4 ( obat yang dipakai seftriakson 4 g/hari selama 3 hari )

- Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

- Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

- Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari

- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari

- Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari)

LO.3.7. Epidemiologi

Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular


lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang di mana higine pribadi dan sanitasi
lingkungannya kurang baik. Prevelensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi
lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar
17juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan
70% kematian terjadi di Asia.

Di Amerika Serikat, pada tahun 1950 tercatat sebanyak 2.484 kasus demam tifoid.
Insidensi di Amerika Serikat menurun sejak tahun 1990 menjadi 300-500 kasus per tahun.
Penurunan ini sering dihubungkan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
perilaku hidup bersih dan terutama dengan meluasnya pemakaian jamban yang sehat. Kasus
yang terjadi di Amerika sebagian besar adalah kasus impor dari negara endemic demam
tifoid.

13
Siti Nurdianti
1102014253

Prevalensi di Amerika Latin sekitar 150/100.000 penduduk setiap tahunnya,


sedangkan prevalensi di Asia jauh lebih banyak yaitu sekitar 900/10.000 penduduk per tahun.
Meskipun demam tifoid menyerang semua usia, namun golongan terbesar tetap pada usia
kurang dari 20 tahun.

Indonesia merupakan negara endemic demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800


penderita per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini
tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah. Serangan
penyakit lebih bersifat sporadic dan bukan epidemic. Dalam suatu daerah terjadi kasus yang
berpencar-pencar dan tidak mengelompok. Sangat jarang ditemukan beberapa kasus pada
satu keluarga pada saat yang bersamaan. (ipd ed 28 jilid III)

LO.3.8. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

Komplikasi Intestinal:

A. Perdarahan Usus Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami


perdarahan minor yang

Tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita

mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat

perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

B. Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga
namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi
mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian
meyebar ke seluruh perut.

Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok

Komplikasi Ekstraintestinal

A. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok,sepsis),

14
Siti Nurdianti
1102014253

miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

B. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler


diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

C. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis

D. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis

E. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis

F. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis

G. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer,


psikosis, dan sindrom katatonia

LO.3.9. Prognosis

15
Siti Nurdianti
1102014253

LI.4. Farmakologi

16

Anda mungkin juga menyukai