PENGKAJIAN
2.1.1. Visi
Menjadi rumah sakit rujukan terdepan dalam layanan pilihan utama masyarakat
dengan layanan paripurna melalui system pendidikan kesehatan yang terintegrasi.
2.1.2. Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan sarana prasarana dan sumber daya manusia sesuai standart.
3. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran, kesehatan lainnya dan penunjang
system layanan kesehatan serta melaksanakan penelitian secara terintegrasi.
4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang professional dan akuntabel
2.1.3. KREDO ‘’CINTAKU’’
Kredo RSUD Jombang adalah ‘’CINTAKU’’ pelayanan yang diberikan rumah
sakit umum daerah jombang adalah pelayana prima yaitu pelayanan yang cepat,
sigap dan berhasil guna, dilayani dalam kondisi lingkungan yang indah dan suasana
yang nyaman serta tarif yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat tak kalah
pentingnya adalah memberikan jaminan rasa aman baik secara fisik maupun
psikologis serta tetap menjaga kepercayaan pengguna jasa pelayanan dengan tekad
kepuasan pasien sebagai yang utama dan pertama yang berlaku pada seluruh
masyarakat umum tanpa membedakan status social.
2.2.2. Visi
Menjadi rumah sakit rujukan terdepan dalam layanan pilihan utama masyarakat
dengan layanan paripurna melalui system pendidikan kesehatan yang terintegrasi.
2.2.3. Misi
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan sarana prasarana dan sumber daya manusia sesuai standart.
3. Menyelenggarakan pendidikan kedokteran, kesehatan lainnya dan penunjang
system layanan kesehatan serta melaksanakan penelitian secara terintegrasi.
4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang professional dan akuntabel
2.2.4. Tujuan
2.2.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan pelayanan keperawatan yang professional secara
holistikkepada pasien sesui dengan standart asuhan keperawatan yang
berlaku
2.2.4.2 Tujuan Khusus
1. Memberikan asuhan keperawatan bio, spiko, social, spiritual pada
kasuspenyakit dalam.
2. Menurunkan angka kematian
3. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis antar petugas, pasien
dan keluarga.
LOKET PEMBAYARAN
KELUAR DARI
RSUD JOMBANG
ANALISA SWOT
Dari pengkajian data diatas , dengan menggunakan metode analisa SWOT sebagai berikut :
1. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) analisa lingkungan strategi :
NO BOBOT RATING SKOR Ket
1 MI (Ketenagaan)
A. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
0,2 2 0,4
1. Adanya pembagian jam
kerja atau sift dan
penanggung jawab sift.
2. Jenis ketenagaan S1
Keperawatan berjumlah 5
orang , D3 Keperawatan
berjumlah 18 orang, D3
0,3 3 0,9
kebidanan 3 orang, 3
orang asisten perawat, 1 S-W=3,0-2,0=1
orang tenaga kebersihan, 3
orang administrasi.
3. Masa kerja
>15 tahun = 5 orang
0,2 3 0,8
5-15 tahun = 9 orang
>5 tahun = 12 orang
4. Terdapat 7 dokter, 3orang
spesialis bedah, 1 orang
spesialis ortopedhi 0,3 4 0,9
pediatric, 1 orang spesialis
bedah syaraf, 1 orang
spesialis bedah plastic.
Total 1 11 3,1
WEAKNES
1. Ketidakseimbangan antara
jumlah perawat dan pasien 0,4 2 1,2
(minimal care, parsial care,
dan total care)
2. Tenaga medis yang dari
lulusan S1 hanya 0,6 2 0,8
berjumlah 5 orang
TOTAL 1 4 2,0
2. B. Ekternal Factor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kerja sama
0,1 3 0,3
mahasiswa yang praktek
manajemen dengan petugas
ruangan.
2. Adanya kesempatan
melanjutkan pendidikan ke 0,1 2 0,2
jenjang yang lebih tinggi.
3. Adanya kebijakan O-T = 2,6 -2,3 =
pemerintah tentang 0,3 2 0,6 0,3
profesionalisasi perawat.
4. Adanya program akreditasi
RSUD dari pemerintah
0,5 3 1,5
dimana MAKP merupakan
suatu penilaian (ISO)
TOTAL 1 10 2,6
TREATTENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 2 0,6
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
profesional
2. Makin tingginya kesadaran
0,2 2 0,4
masyarakat tentang hukum
3. Makin tingginya kesadaran
masyarakat pentinya 0,3 3 0,9
kesehatan.
4. Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang 0,2 2 0,4
melanjutkan tiap tahun .
TOTAL 1 9 2,3
3.2 Pembiayaan (M-2 Money)
Kelas Tarif kamar HR Dokter Askep Makanan Jumlah
perhari
I Rp. 120.000 Rp. 75.000 Rp. 40.000 Rp. 56.000 Rp. 291.000
II Rp. 60.000 Rp. 50.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Rp. 190.000
III Rp. 14.300 Rp. 35.000 Rp. 40.000 Rp. 32.000 Rp. 121.000
HCU Rp. 200.000 Rp.100.000 Rp. 50.000 Rp. 40.000 Rp. 390.000
1. Ambil darah arteri Rp. 70.000 Rp.70.000 Rp. 70.000 Rp. 56.000
2. Ambil darah vena Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000
3. Syiringe Pump/hari Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 80.000
4. Pasang NGT Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 40.000
5. Pasang infus Rp. 71.500 Rp. 71.000 Rp. 71.900 Rp. 57.500
6. Pasang O2 tanpa Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 40.000
intubasi
7. Pasang kateter Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 24.000
8. Nebulizer/hari Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 25.000
9. Infusion pump/hari Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 80.000 Rp. 80.000
10. Injeksi, IV, IM RP. 67.903 Rp. 67.903 Rp. 67.903 Rp. 8.903
,SC/hari
11. Suction Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp.60.000
Di paviliun Asoka terbagi menjadi Tim wilayah atas dan Tim wilayah bawah. Wilayah
Tim bawah dibagi menjadi 2 Tim, Tim 1 bertanggung jawab untuk ruang HCU dan intermediete
paviliun Asoka serta terdiri dari satu ketua Tim dan 3 anggota. Tim 2 bertanggung jawab untuk
ruang kelas 1 paviliun Asoka dan juga terdiri dari satu anggota Tim dan 3 anggota.
TOTAL 1 15 2,4
B. Enternal faktor
(EFAS)
OPORTUNITY
1. Adanya program
0,5 3 1,5
pelatihan dan
seminar
2.adanya kerja sama 0,5 2 1,0 O-T
antara mahasiswa dan
2,5 -2,2=
perawat
0,3
TOTAL 1 5 2,5
THREATENED
1. Persaingan antara RS 0,6 3 1,8
yang saling meningkat
2. bebasnya pers yang
lansung menyebarkan
0,4 2 0,4
informasi dengan cepat
TOTAL 1 5 2,2
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan paviliun asoka, didapatkan data
bahwa penerimaan pasien baru sudah dilakukan mulain dari Timbang terima dengan petugas
IGD (Indentitas pasien,data penunjang,dengan mendatangani format,transpoertasi internal dan
dilakukan ditempat itu masing-masing, dibawakan keruangan, jam datang, konfirmasi hak
perawatan), kemudian petugas ruangan memberikan edukasi HPK (Hak pasien dan keluarga) dan
PPK ( pendidikan pasien dan keluarga), orientasi ruangan,dan PPI (pencegahan penanggulangan
infeksi) akan tetapi belum ada ruangan khusus untuk menerima pasien baru.
a. Internal Faktor
(IFAS) 0,5 2 1,0
STRENGHT
1. adanya SOP
penerimaan pasien baru
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan kepala ruangan paviliun Asoka, Supervisi
di paviliun Asoka udah dilaksanakan pada minggu kedua dan minggu keempat. Supervisi
terjadwal dan sistematis dengan format yang disediakan dan menggunakan SPO keperawatan
sebagai penilaian.
ANALISA SWOT
B. Eksternal
Factor (EFAS)
OPORTUNIT 1 3 3
Y
1. Adanya
kesempatan
untuk
melakukan
pendidikan
formal yang
lebih tinggi
Total 1 3 3
THREATENED
1. Adanya 0,6 3 1,8
tuntunan yang
lebih tinggi dari
masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan yang
lebih
O – T = 3-
profesional.
2,6 = 0,4
2. Adanya 0,4 2 0,8
persaingan
pemberian
pelayanan
kesehatan antar
tempat
pelayanan
kesehatan.
Total 1 5 2,6
4. Timbang Terima
Timbang Terima (operan) merupakan teknik/cara menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien (Nur Salam,2015).
Berdasarkan hasil wawancara, timbang terima dilakukan sesuai rekam medik, namun
kadang-kadang pelaksanaan timbang terima tidak terlaksana dengan optimal dikarnakan DPJP
berada dijam yang sama saat timbang terima dengan beberapa perawat ruangan dan hasil dari
pengamatan tidak ada pembukaan dalam timbang terima,kurangnya sapaan perawat terhadap
pasien,perawat memakai sandal saat timbang terima,serta tidak ada penutupan.
1.Timbang terima
sudah menjadi agenda 0,3 2 0,5
tetap dan terjadwal di
lakukan setiap
pertukaran shif.
2. kepala ruangan
memimpin kegiatan 0,3 2 0,5
Timbang terima setiap
pagi
3. perawat terlibat
secara aktiv 0,2 4 0,3
4. ada buku laporan
jaga setiap shif 0,2 4 0,7
TOTAL 1 12 2,0
WEAKNESS S-W=
1. Timbang terima 0,3 2 0,7 2,0-2,2 = -
dilakukan sesuai 0,2
rekam medik namun
terkadang ada
beberapa perawat yang
kurang sapaannya
terhadap pasien
2. dari hasil
pengamatan di hari 0,5 3 1,1
libur tidak ada
pembukaan TT Serta
penutupan dan
beberapa perawat
menggunakan tidak
menggunakan sepatu
pada saat TT.
3. Tidak ada lampiran
untuk kolom tanda 0,2 2 0,3
tangan sebagai bukti
timbang terima telah
dilakukan setelah
pergantian shif.
TOTAL 1 7 2,2
B. EKSTERNAL
FAKTOR (Efas)
OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama 1 3 3
antara mahasiswa
praktek dan perawat
klinik.
TOTAL 1 3 3
THREATENED 1 2 2
1. Adanya tuntutan O-T
yang lebih tinggi dari 3-2 = 1
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan yang
profesional.
TOTAL 1 2 2
5. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan pasien secara langsung
sebagai fokus kegiatan (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bersifat Ronde, hanya saja Ronde
belum bisa dilaksanakan dengan rutin setiap bulannya dikarenakan kesibukan masing-masing
PPA (Profesional Pemberi Asuhan) dipimpin Karu dengan tim perawat dan mengundang petugas
penunjang kesehatan seperti Ahli Gizi, Fisioterapi, Apoteker dll.
ANALISA SWOT
6. Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan paviliun Asoka discharge planning
sebanyak 2 kali yakni :
1. Sejak pasien baru MRS yangdi masukkan dalam asessment pertama keperawatan
2. Ketika pasien KRS meliputi :
- penyuluhan kesehatan yang telah di lakukan :
a. jenis aktivitas yang di lakukan.
b. cara melakukan ROM aktif atau pasif.
c. Cara memberikan obat dan pemahaman efek samping obat.
d. Perawatan pasien di rumah post MRS.
e. Tanda kegawatan pada pasien dan penatalaksanaan di rumah.
f. Perawatan bayi di rumah.
g. Anjuran pola makan dan diet.
h. Cara batuk efektif
- penyuluhan kesehatan yang perlu dilakukan di komunitas.
1. Perawatan payudara dan pemberian ASI eksklusif
2. Cara mencegah penularan TBC / HIV
3. Rutinitas kontrol dan minum obat TBC / HIV
Analisa SWOT
6. DISCHARGE
PLANNING
a. Internal Factor
(IFAS)
STRENGTH
1. Perawat
memberikan 0,2 4 0,8
pendidikan
kesehatan kepada
keluarga dengan S–W=
baik
3,65 – 3 =
2. Discharge 0,15 3 0,45
planning rutin di 0,65
laksanakan ketika
pasien pulang
3. Adanya format 0,2 3 0,6
discharge
planning
4. Adanya surat 0,45 4 1,8
control
Total 1 14 3,65
WEAKNESS
1. Leaflet tidak
1 3 3
dibagikan saat
pasien pulang
Total 1 3 3
b. Eksternal Factor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya 0,5 2 1
kerjasama yang
baik antara
mahasiswa
dengan perawat
klinik
2. Adanya kemauan 0,5 2 1
pasien atau
O–T=
keluarga terhadap
anjuran perawat 2– 2,3 =
Total 1 4 2 -0,3
THREATENED
1. Adanya tuntutan 0,5 2 1
dari masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan yang
profesional
2. Makin tingginya 0,3 3 0,9
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya
kesehatan
3. Masyarakat lebih 0,2 2 0,4
kritis bertanya
untuk
mendapatkan
informasi
kesehatan tentang
sakit dan
pengobatan yang
di terima
Total 1 7 2,3
Pengelolaan obat adalah pengelolaan dengan sistem menyerahkan seluruh obat pasien
sepenuhnya kepada perawat dengan tujun penggunaan obat dapat dilakukan secara benar
sehingga tidak terjadi pemborosan dan kemungkinan terjadinya kesalahan obat (Nursalam,
2015).
Pengelolaan sentralisasi obat di paviliun Asoka telah sesuai CPO (Catatan Pengawasan
Obat). Pasien baru dibuatkan resep setiap harinya (satu hari satu kali). Setelah visite perawat
akan mengantarkan resep ke farmasi kemudian apoteker / pihak farmasi mengantarkan kepada
perawat ruangan, sistem yang dipakai sistem UDD, ( Unit Dose Dispending ) merupakan suatu
sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan dalam bentuk dosis terbagi siap pakai
untuk pemakaian selama 24 jam. Sistem Distribusi obat merupakan tanggung jawab farmasi,
juga terkait dengan staf medis, perawat, dan administrasi.
ANALISA SWOT
8.Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan model
asuhan keperawatan profesional, karena mempunyai fungsi lain sebagai alat komunikasi, aspek
hukum, jaminan mutu, pendidikan/penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan paviliun Asoka, pendokumentasian
asuhan keperawatan di paviliun Asokadilaksanakan segera setelah pasien masuk dan saat terjadi
masalah keperawatan, sistem dokumentasinya yang berlaku adalah SOR (Source Orientit
Record) yaitu sistem pemdokumentasian yang berorientasian dari bagai sumber tenaga
kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain. Dokumentasi keperawatan
meliputi asessment awal (CPPT) dan asessment ulang. Pedoman yang digunakan untuk penulisan
asuhan keperawatan diagnose mengacu pada SDKI dan intervensi keperawatan yakni mengacu
pada NIC-NOC.
b. Hasil laboratorium
c. Hasil bacaan radiologi
d. Penunjang lain Dokter
Dokter
Dokter
PJOR
Laboratorium
Laboratorium
Radiologi
ANALISA SWOT
8. Dokumentasi
a. Internal factor
(IFAS)
STRENGTH
WEAKNESS
b. Eksternal Factor
(EFAS)
OPORTUNITY
1. Kelebihan mutu
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jombang bekerja sama dengan institusi
pendidikan wilayah Jombang, Mojokerto, Malang, Kediri dan lain-lain. Paviliun Asoka
merupakan salah satu ruangan di RSUD Jombang dengan berbagi kasus trauma yang
terdiri dari kelas 1, kelas 2, kelas 3, HCU dan Intermediet. Adanya program asuransi
kesehatan dari pemerintah khusus bagi warga miskin menjadikan salah satu sumber
pendapatan rumah sakit.
Banyak berdirinya rumah sakit swasta diwiliyah Jombang, sehingga dibutuhkan
pelayanann prima dalam menghadapi daya saing yang terjadi.
a. Kasus terbanyak
Pada periode Oktober 2018 jumlah kasus penyakit terbanyak adalah cidera otak
ringan (COR).
NO. DIAGNOSA JUMLAH KETERANGAN
1. Cidera otak ringan 66
2. Pasien radius ulna 18
3. Trauma tumpul thorax 14
4. Cidera otak sedang 13
5. Fraktur tibia fibula 11
6. Trauma tumpul abdomen 9
7. Fraktur mandibula 9
8. Fraktur femur 8
9. CVA Bleding 8
10. Fraktur digit mannus 6
2. BOR pasien
Berdsarkan hasil pengkajian pada hari senin dan selasa , tanggal 20-21 November 2018,
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang paviliun Asoka yaitu tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut :
3. Patient safety
Indikator keamanan pasien dapat dilihat dari angka kejadian dekubitus , kejadian pasien
jatuh dan kejadian cidera akibat fiksasi . Berdasarkan laporan dan observasi yang
dilakukan pada tanggal 19-20 november 2018 di paviliun asoka didaptkan hasil :
a. Jumlah angka kejadian dekubitus terjadi pada pasien kurang dari 5%. Di karenakan
rata-rata pasien rawat inap 4-7 hari. Sedangkan sebagian pasien dapat melakukan
mobilisasi ditempat tidur.
b. Kejadian pasien jatuh tidak terjadi didaptkan bahwa 100% pasien tidak menunjukkan
bahwa model tempat tidur untuk semua kelas sudah ada pengaman bed, dan sudah
ada pita sebagai tanda resiko jatuh tinggi dan resiko jatuh rendah. Sehingga, pasien di
pav Asoka kelas III tidak ada kejadian resiko jatuh.
c. Jumlah kejadian cidera akibat fiksasi terjadi pada pasien kurang 1,5%. dikarenakan
rata-rata pasien rawat inap pasien 4-7 hari. Sedangkan penggantian Intravena line
(IVL) adlah setiap 3 kali 24 ajm atau ada keluhan yang lain.