PENDAHULUAN
SISTEM
Gangguan tak Terukur
PROSES
Sebagai contoh, proses distilasi fraksionasi dalam kolom piring memiliki jenis
variabel sebagai berikut :
Variabel terkendali :
- Komposisi distilat
- Komposisi produk bawah
- Tinggi permukaan akumulator refluks
- Tinggi permukaan kolom bawah
- Tekanan kolom
Untuk mengatasi kekurangan sistem simpal terbuka, seorang operator pabrik akan
mengatur kembali besarnya gangguan agar diperoleh sasaran yang diinginkan. Tetapi
dengan tindakan operator ini berarti telah membuat sistem simpal tertutup.
Berbeda dengan sistem simpal terbuka, pada sistem pengendalian simpal tertutup
terdapat tindakan membandingkan nilai variabel proses dengan nilai acuan yang
diinginkan. Perbedaan itu digunakan untuk melakukan koreksi sedemikian rupa sehingga
nilai variabel proses sama atau dekat dengan nilai acuan. Dengan demikian terdapat
mekanisme umpan balik. Sehingga sistem pengendalian simpal tertutup lebih di kenal
dengan sistem pengendalian umpan balik.
P1
P2
Q-
P3 Keran
Q-
a) Unit pengukuran. Bagian ini bertugas mengubah nilai variabel proses yang berupa
besaran fidik atau kimia seprti laju alir, tekanan, suhu, pH, konsentrasi, dan
sebagainya menjadi sinyal standar. Bentuk sinyal standar yang populer di bidang
pengendalian proses adalah berupa sinyal pneumatik (tekanan udara) dan sinyal
listrik. Unit pengukuran terdiri atas dua bagian besar yaitu sensor dan transmiter.
Sensor yaitu elemen perasa yang langsung “bersentuhan” dengan variabel
proses.
Transmiter yaitu bagian yang berfungsi mengubah sinyal yang dari sensor
(gerakan mekanik, perubahan hambatan, perubahan tegangan atau arus)
menjadi sinyal standar.
Sebagai ilustrasi diambil contoh pemanasan air dalam alat penukar panas (lihat
gambar 1.3). Suhu air keluar (T) bergantung pada laju alir (F), suhu air masuk (T0), laju alir
kukus (S), dan suhu kukus (Ts). Jika diandaikan suhu air masuk dan suhu air keluar
bergantung pada laju alir kukus dan laju alir air.
Pada proses ini diinginkan agar air keluar memiliki suhu yang tetap meskipun
terjadi perubahan laju alir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur laju alir kukus
sedemikian rupa sehingga suhu air keluar selalu tetap. Dengan demikian dapat ditentukan
nama-nama variabel pada proses ini, yaitu :
Variabel proses (PV) : Suhu air keluar
Variabel Termanipulasi (MV) : Laju alir kukus (s)
Variabel Gangguan : Laju alir ( F) : Laju Alir (F)
Keterangan:
Kukus
F : Laju Alir
Air
To, F
Dari sistem sebagaimana gambar 1.3 akan dibuat sistem pengendalian automatik
agar suhu keluarsealu tetap. Untuk melaksanakanya perlu ditambahka unit pengukuran,
Unit pengendali dan Unit kendali akhir. (gambar 1.4)
Keterangan
Air
To, F
Gambar 1.4 Diagram Instrumentasi Sistem Pengendalian Proses Pemanasan Air
Sistem Pengendalian pada gamabar 1.4 bekerja sebagai berikut. Suhu air keluar
dideteksi oleh sensor dan dikirim oleh bagian transmiter (TT) ke unit pengendali suhu (TC).
Di dalam unit pengendali, Suhu air keluar dibandingkan dengan nilai acuan yang
diharapkan. Bila suhu air lebih tinggi dari suhu yang didinginkan, maka unit pengendali
akan mengirim sinyal kendali akhir untuk mengecilkan aliran kukus. Sebaliknya jika suhu
air lebih rendah, katup kendali dibuka lebih besar agar aliran kukus membesar.
Penggambaran suatu sistem atau komponen dari sistem dapat berbentuk blok (
kotak) yang dilengkapi dengam sinyal masuk dan keluar. Sinyal tersebut dapat berupa arus
listrik, Tegangan, alliran,cairan tekanan cairan, pH kecepatan, posisi, dsb. Sinyal yang perlu
digambarkan hanyalah sinyal masuk dan keluar yang secara langsung berperan dalam
sistem. Sedangkan sumber energi atau massa yang masuk biasanya tidak digambarkan
Sebagai contoh, keran air yang dipakai mengalirkan air ke tangki. Cadangan air
sebagai sumber massa. Sinyal masukan adlah sudut putar kran ( posisi bukaan kran) Sinyal
keluar adalah laju alir. Disini yang perlu digambarkan adalah sudut putar ( posisi bukaan
kran) dan laju alir. Sedangkan cadangan air tidak perlu digunakan (gambar 1.5)
Sudut
Laju
Keran
Putar
Alir
Masukan Keluaran
Sistem
Dengan meninjau alat penukar panas (dari contoh paragraph sebelumnya) sebagai
suatu system maka dapat dibuat diagram bloknya sebagai berikut
Gangguan (F)
Diagram blok umum system di proses ditunjukan gambar (1.10) dalam diagram inin
masukan system terdiri dari variable termanipulasi (m) dan gangguan (w). Tanda bulatan
menjadi titik temu keduanyaadalah symbol penjumlahan.
Keterangan
+ m: variabel termanipulasi (MV)
M+ C
Sistem w : variabel gangguan
c : variabel proses
W
r + m + C
Gc Gv Gp
-
y H
Gambar 1.10 Diagram blok lengkap sistem pengendalian proses pemanasan air.
Keterangan gambar :
r : nilai acuan atau set point value (SV) c : variabel proses (PV)
e : sinyal galat (error) dengan e = r – y Gc : Pengendali
y : sinyal pengukuran Gv : katup pengendali
u : sinyal kendali H : transmiter
m : variabel termanipulasi (MV) w : variabel gangguan
Untuk keperluan praktis sering diagram tersebut disederhanakan dengan
meniadakan blok katup kendali dan transmiter. Hal ini disebabkan karena sinyal kendali (u)
pada dasarnya merepresentasikan nilai variabel termanipulasi. Sedangkan sinyal
pengukuran (y), merepresentasikan nilai variabel proses. Sehingga dalam diagram blok
sistem pengendalian pada gambar berikut, sinyal kendali (u) sebagai variabel termanipulasi
(MV). W
r + GC U + + GP y
r
SISTEM PENGENDALIAN y
w
Gambar 1.13 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup pada perubahan nilai
acuan.
Dari keempat kemungkinan tadi, yang paling dihindari, bahkan sama sekali tidak
boleh terjadi adalah tanggapan tidak stabil dengan amplitudo membesar. Sedangkan
tanggapan osilasi kontinyu dalam beberapa hal masih bisa diterima, meskipun cukup
berbahaya.
Sekedar perhatian untuk praktisi industri, meskipun variabel proses secara terus
menerus terlihat berayun seperti mengalami osilasi kontinyu, tetapi belum tentu benar-
benar terjadi osilasi dalam sistem pengendalian. Boleh jadi kondisi demikian memang sifat
variabel itu sendiri, misalnya aliran gas atau turbulensi fluida.
1.2.7 Tujuan Pengendalian
1.2.7.1 Hakikat utama
Hakikat utama tujuan pengendalian proses adalah mempertahankan nilai variabel
proses agar sesuai dengan kebutuhan operasi .Makna dari pernyataan ini adalah, satu atau
beberapa nilai variabel proses mungkin perlu dikorbankan semata-mata untuk mencapai
tujuan yang lebih besar, yaitu kebutuhan operasi keseluruhan agar berjalan sesuai yang
diinginkan.
Settling time
Variabel
proses
Maximum error
Offset
(overshoot)
Gambar 1.14 Tanggapan sistem pengendalian simpal tertutup pada perubahan beban
Evaluasi kinerja sistem pengendalian memerlukan dua hal, yaitu jenis tes dan
kriteria yang tepat. Jenis tes yang paling sering dipakai adalah dengan cara mengubah nilai
acuan atau beban secara mendadak (step response test). Dari hasil tes selanjutnya dihitung
apakah memenuhi kriteria atau tidak. kriteria yang paling umum di industry adalah :
redaman seperempat amplitudo (quarter amplitude decay ratio)
nilai maksimum dari integral galat absolut (integral absolute error, IAE)
redaman kritik (critical damping)
Kriteria redaman kritik. Kriteria ini jika overshoot di atas nilai acuan tidak
diperkenankan. Kondisi redaman kritik merupakan batas osilasi teredam. Tanggapan pada
redaman kritik adalah paling cepat dan tanpa overshoot.
Kriteria nilai maksimum dari integral galat absolut. Kriteria integral galat absolut
menunjukkan luas total galat.
Gambar 1.15 Kriteria integral galat absolut (IAE = luas daerah yang diarsir)
a. Pengendalian Proportional
Tabel 1.1 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Alat Ukur Laju Aliran
Alat Kelebihan Kekurangan
ukur
1 3
2
Gambar 1.17 Prinsip Kerja Orifice
Keterangan :
P1 = tekanan upstream
P2 = tekanan downstream (pada vena contracta)
P3 = tekanan setelah terjadi pemulihan (setelah melewati vena contracta)
D = diameter dalam pipa
d = diameter orifice
BAB II
METODOLOGI
1. Memastikan bahwa peralatan telah terhubung dengan benar, seperti kabel USB
dan selang pembuangan di bawah tangki.
2. Menyalakan Komputer dan alat.
3. Mengklik dua kali ikon PTC-40.
4. Pilih Section 10 : Pressure Control lalu klik load.
5. Mengklik ikon View Graph lalu klik Format dan pilih Graph Data.
6. Mengklik ikon View Diagram
7. Mengklik ikon PID lalu setting:
Proportional Band (P) : 2%
Integral Time (I) :0
Derivative Time (D) :0
Set Point : 53
Pilih “Mode of Operation” Automatic
Klik OK
8. Klik apply kemudian klik OK
9. Klik ikon GO.
10. Mengamati respon yang terjadi dengan membuka grafik dan table data dengan
cara klik ikon graphics.
11. Menimpan semua data dalam bentuk Microsoft Excel (.xls)
12. Mengulangi langkah di atas dengan memvariasi nilai Proportional Band dengan
nilai 6% dan 10%
13. Untuk Pengendalian PI dengan mengulangi langkah 7 hingga 11 dengan
Proportional Band : 6% (konstan) ; dan nilai Integral Time dengan variasi 5s dan
30s
14. Untuk Pengendalian PID dengan mengulangi langkah 7 hingga 11 dengan
Proportional Band : 6% (konstan) ; dan nilai Integral Time : 30s (konstan ) ; dan
nilai Derivative Time dengan variasi 5s
BAB III
Proportional Band 2%
60
58
56
54
52
50
48
Pressure (mmHg)
46
44 PB 2%
42
40
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
Proportional Band 6%
60
58
56
54
52
Pressure (mmHg)
50
48
46
44
42 PB 6%
40
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
Proportional Band 10%
60
58
56
54
Pressure (mmHg)
52
50
48
46
44
42 PB 10%
40
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
48
PB 10%
46
44 PB 2%
42
40 PB 6%
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
Proportional Band 6%, Integral Time 5s
60
58
56
54
52
Pressure(mmHg)
50
48
46
44
42
40 PB 6%, I 5 s
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
48
46
44
42 PB 6%, I 30 s
40
38
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
Grafik Proportional Integral
60
58
56
54
52
50
Pressure (mmHg)
48
46
44 PB 6%, I
42 30 s
40 PB 6%, I 5
38 s
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
50
48
46
44
42
40 PB 6%, I 30 s,
38 D5s
36
34
32
30
00:00 00:43 01:26 02:10 02:53 03:36 04:19 05:02 05:46
Time
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah penentuan nilai
setpoint. Penentuan nilai setpoint ini dilakukan dengan cara melihat tekanan rata-rata
dari pompa yang dibuka sebesar 100% dengan menggunakan pengendalian secara
manual. Dari pengendalian tersebut, didapat tekanan rata-rata pompa sebesar 79 mmHg.
Tekanan sebesar 79 mmHg tersebut kemudian dikali dengan 2/3, Sehingga didapatkan
nilai setpoint sebesar 53 mmHg.
Dari beberapa variasi nilai PB tersebut, pengendalian PB yang paling baik adalah
pada PB 6% karena pada PB tersebut nilainya mendekati setpoint dan tanggapan yang
terjadi lebih cepat dari nilai lainnya. Sehingga nilai PB tersebut digunakan untuk
pengendalian selanjutnya, yaitu pengendalian dengan mode Proportional Integral.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Semakin besar proportional band (PB), semakin cepat stabil tetapi semakin jauh
dari set point dan offsetnya semakin besar.
Semakin besar nilai Integral Time (TI) semakin kecil offsetnya dan cenderung stabil
mendekati set point.
Semakin besar Derivative Time (TD) maka semakin cenderung mendekati setpoint
dan nilai offsetnya semakin kecil.
Pada mode pengendalian dengan nilai PB 6% dan TI 30s adalah pengendalian yang
paling optimal karena cenderung stabil dalam mendekati setpoint.
DAFTAR PUSTAKA