Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN RUPTURE PERINIUM

DENGAN MELIHAT FAKTOR BERAT BADAN LAHIR BAYI


PADA PRIMIPARA DAN MULTIPARA SAAT
PERSALINAN SPONTAN
DI PMB AZIZAH

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
Zellika Priandita Putri
1610104033

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN RUPTURE PERINIUM
DENGAN MELIHAT FAKTOR BERAT BADAN LAHIR BAYI
PADA PRIMIPARA DAN MULTIPARA SAAT
PERSALINAN SPONTAN
DI PMB AZIZAH

PROPOSAL PROPOSAL

Diajukan Untuk Menyusun Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Zellika Priandita Putri
1610104033

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN RUPTURE PERINIUM


DENGAN MELIHAT FAKTOR BERAT BADAN LAHIR BAYI
PADA PRIMIPARA DAN MULTIPARA SAAT
PERSALINAN SPONTAN
DI PMB AZIZAH

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
Zellika Priandita Putri
1610104033

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Proposal


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Pratika Wahyuhidayah, S.Keb.Bd.M.Keb

Tanggal :

Tanda Tangan:

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak terdapat karya yang
pernah di ajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada perguruan
tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan peneliti juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain , kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan di sebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

TTD

Materai

Zellika Priandita Putri

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian
dengan judul “Hubungan Derajat Keparahan Rupture Perinium Dengan Melihat Faktor Berat
Badan Lahir Bayi Pada Primipara Dan Multipara Saat Persalinan Spontan Di PMB Azizah”.
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu mencurahkan kasih sayang-Nya serta kemudahan dalam
melaksanakan penyusunan proposal ini.
2. Warsiti,S.Kep.,M.Kep,Sp.Mat selaku Ketua Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang
memberikan izin terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
3. Moh. Ali Imron. S.Sos.M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
4. Fitria Siswi Utami, S.Si.T.,MNS selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah mendukung terkait perizinan penelitian.
5. Pratika Wahyuhidayah, S.Keb.Bd.M.Keb selaku dosen pembimbing Proposal Penelitian
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu dalam proses
penelitian.
6. Sholeha
7. Tri Rahayu sebagai pimpinan PMB Azizah yang sudah memberikan izin dan kesempatan
saya untuk melakukan penelitian ini.
8. Seluruh dosen dan karyawan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan moral maupun material.
9. Orangtua yang selalu memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material dalam
penyusunan tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan ini.
10. Sahabat Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Kebidanan BSMI, KOPI SOUL, TAMAN
AZALIA dan SPOON RADIO yang selalu menyemangati dan mmberikan masukan.
Penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun dari semua
pihak. Dan semoga Allah SWT membalas kebaikan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, …… 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
LEMBAR PERYATAAN KEASLIHAN PENELITIAN ............................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................4
E. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................5
F. Keaslian Penelitian.................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori.......................................................................................8
1. Persalinan Pervaginam ...................................................................11
2. Ruktur Perinium .............................................................................15
3. Berat Lahir Bayi .............................................................................22
B. Kerangka Konsep .................................................................................24
C. Hipotensis ............................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rencana Penelitian ...............................................................26
B. Variabel Penelitian ...............................................................................26
C. Definisi Operasional ............................................................................27
D. Populasi dan Sempel ............................................................................29
E. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................30
F. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................................31
G. Rencana Jalannya Penelitian ................................................................33
H. Etika Penelitian ....................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ..........................................................................................................21

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 .......................................................................................................12

Gambar 2.2 .......................................................................................................19

vii
DAFTAR LAMPIRAN

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis pernyataan konsensus dan


strategi penuh untuk mengakhiri kematian ibu dalam peluncuran SDG‟s yang
dapat dicegah (EPMM). Target EPMM untuk mengurangi rasio kematian ibu global
(MMR) pada tahun 2030 diadopsi sebagai target SDG 3.1: mengurangi MMR global
menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Asia Tenggara
menyumbang lebih dari 5% dari kematian ibu global (16.000). Indonesia pada tahun
2017 menyumbang 117 dengan ARR 2,5 %. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia
tahun 2015, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 305/100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu yang terjadi di Indonesia ini masih di bawah dari negara-
negara yang ada di ASEAN (Depkes RI, 2015). Angka kematian ibu di DIY terjadi
penurunan yang signifikan pada tahun 2015 yaitu 49 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu pada tahun 2015 dibandingkan dengn target MDGS sebesar <
102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 maka kota Yogyakarta sudah dapat
mencapainya , namun demikian upaya tersebut masih tetap dilanjutkan untuk dapat
meningkatkan status kesehatan ibu ( DinKes DIY, 2016 ).
Angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Sleman menurun dibanding
tahun 2016, jumlah kematian ibu pada tahun 2016 sebanyak 8 kasus dari 14.139
kelahiran hidup dengan angka kematian ibu melahirkan sebesar 56,6 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan jumlah kematian ibu tahun 2017 sebanyak 6 kasus dari
14.025 kelahiran hidup dengan angka kematian ibu melahirkan sebesar 42,4 per
100.000 kelahiran hidup.. AKI di Kabupaten Sleman jika di bandingkan dengan DIY
sebesar 90,64 per 100.000 kelahiran hidup ( Depkes Sleman, 2018 ).

1
2

Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologi yang akan dialami oleh setiap
orang, akan tetapi, kondisi yang fisiologi tersebut dapat menjadi patologi apabila
seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang fisiologis dan seorang penolong atau
tenaga kesehatan tidak memahami bagaimana suatu persalinan dikatakan fisiologi
dan bagaimana penatalaksanaannya sehingga dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu sesuai dengan misi MDGs 2015 yang berganti menjadi SDGs
(Sustainable development Goals) yang menjadi kelanjutan dari MDGs, khususnya
dalam bidang kesehatan. (Ilmiah, 2015).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum terjadi di garis tengah
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmatika (Icesmi Sukarni,
2017).
Ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor maternal dan
janin. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya ruptur perineum adalah berat badan
lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan bokong dan lain-lain
(Wehalo, 2017). Rupture perineum dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga dan jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat
dan tindakan terkendali.
Beberapa upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan yaitu:
Penguatan Puskesmas PONED melalui Konsultasi Tim ahli (RS Sardjito dan
RSUD) kasus di Puskesmas PONED, Pembinaan SPK ke BPS, Penguatan dan
pemberdayaan buku manual rujukan maternal perinatal, Membuat sistem SMS
Gateway untuk mengetahui faktor resiko ibu hamil secara cepat sehingga sistem
manual rujukan bisa segera diterapkan. Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan utama sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya
percepatan penurunan AKI dan AKB.
Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan prosedural
klinis dengan kemampuan analisis, kritis dan tepat dalam penatalaksanaan asuhan
pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal dan fisiologis sangat
menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena wewenang dan
3
tanggung jawab profesionalnya sangat berbeda dengan tenaga kesehatan yang lain
(Kepmenkes RI, 2010).
Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas laktasi, dan bayi
di masyarakat. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat
untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak. Dan melakukan kunjugan rumah
untuk melakukan asuhan dan memotivasi ibu/ keluarga agar mengetahui
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal. Salah satu upaya penurunan AKI dan AKB adalah dengan menggiatkan
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) program
dengan menggunakan stiker ini dapat meningkatkan peran aktif suami serta
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman (Kemenkes
RI, 2010).
Penelitian ini akan di lakukan di BPM Azizah yang bertepatan di
Cangkringan Sleman. Studi pendahuluan yang di lakukan di PMB Azizah
didapatkan 106 persalinan dari bulan Januari – November 2019. Jumlah persalinan
pada primipara sebesar 33%, multipara 66% dan granmultipara 1%. Pasien yang
mengalami rupture perinium sebanyak 93% dan 7% tidak mengalami ruprure
perineum.
Kematian ibu masih menjadi permasalahan yang cukup besar di Negara
negara berkembang, mulai dari kematian antepartum sampai
postpartum. Ternyata masalah tentang kematian ibu sudah sejak lama di riwayatkan
dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam bersabda dalam
hadist mengenai mulianya wanita yang meninggal dalam keadaan hamil, yang
tertuang dalam HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani sebagai berikut:
“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah: Orang yang
mati karena thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang
mati karena ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati sakit
perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati karena
tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin
dalam kandungannya.”
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Hubungan Derajat Keparahan Rupture Perinium Dengan Melihan Faktor

Berat Badan Lahir Bayi Pada Primipara dan Multipara Saat Persalinan Spontan di PMB Azizah

?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan derajat keparahan rupture perineum dengan melihat factor
berat lahir bayi pada primipara dan multipara.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran derajat keparahan rupture perineum dengan melihat
factor berat lahir bayi pada primipara dan multipara.
b. Diketahuinya gambaran berat badan bayi yang dapat menyebabkan rupture
perineum.
c. Diketahuinya analisis terhadap derajat keparahan rupture perineum yang
berkaitan dengan berat lahir bayi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai ilmu pengetahuan
mengenai rupture perineum dengan melihat factor berat lahir bayi pada primipara dan
multipara.
2. Manfaat Praktis
a. Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan ibu hamil tentang
penyebab rupture perineum.
b. Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan sumber informasi
bagi institusi pendidikan dalam hal kejadian rupture perineum.
5

c. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau
informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama
mengenai factor – factor yang mempengaruhi derajat keparahan rupture
perineum pada ibu bersalin spontan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian ini adalah gambaran hubungan derajat keparahan rupture
perineum dengan berat badan lahir pada primipara dan multipara yang merupakan
salah satu penyebab AKI.
2. Ruang Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu bersalin secara spontan sebanyak 106
yang terdiri primipara sebanyak 33%, multipara 66%, grandemultipara 1% dari
bulan Januari – November 2019 di BPM Azizah.
3. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di PMB Tri Azizah karena belum pernah dilakukan
penelitian yang sama dan jumlah kunjungannya banyak.
4. Ruang Lingkup Waktu
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah mulai dari pengajuan judul
proposal pada bulan November 2019 hingga sampai dengan laporan penelitian
selesai pada bulan Juli 2020.
6

F. Keaslian Penelitian
Nama, Tahun Sakti, B.Y.P. (2014) Sari, A.S. (2014) Sofiani,F ( 2013 )

Judul Hubungan Berat Badan Hubungan Antara Paritas Hubungan Berat Badan
penelitian Lahir dengan Kejadian dengan Kejadian Ruptur Bayi Baru Lahir
Ruptur Perineum pada Perineum pada Dengan Ruptur
Persalinan Normal di Persalinan Normal di Perineum Spontan Pada
Puskesmas Mergangsan Klinik Utama Asri Penatalaksanaan Kala
Tahun 2014 Medical Center Ii Persalinan Normaldi
Yogyakarta dan RSUD Bps Patricia Sitilah
Panembahan Senopati Kamajaya
Bantul Surodikraman
Ponorogo
Variabel Variabel bebas : Ibu Variabel bebas : Variabel bebas :
penelitian bersalin Normal paritas. berat badan bayi
primigravida. baru lahir
Variabel terikat:
Variabel terikat: kejadian rupture Variabel terikat:
kejadian rupture perineum. kejadian rupture
perineum. perineum.
Metode Observasional Cross Cross sectional dengan
penelitian analitikdengan sectional teknik pengambilan
rancangan cross sampel proposive
sectional dan sampling
teknik
pengambilan
sampel adalah
dengan totally
sampling.
Hasil Penelitian Hasil Uji Kendall‟s tau Ada hubungan yang Hasil yaitu nilai hitung
diperoleh nilai Sig. (2- signifikan antara paritas (0,839) dan
tailed) sebesar 0,033 dengan kejadian rupture nilai tabel (0,450) maka
dengan taraf kesalahan perineum pada persalinan H1 diterima yang artinya
5%. Sehingga ρ value normal (p=0.002). ada hubungan berat badan
<0,05, sehingga Ho bayi baru lahir dengan
ditolak dan Ha diterima. ruptur perineum spontan
Yang berarti ada pada pelaksanaan kala II
hubungan secara persalinan normal.
bermakna antara berat
badan lahir dengan
kejadian ruptur perineum
pada persalinan normal.
7

Perbedaan Tujuan penelitian: Perbedaan penelitian ini Tujuan penelitian:


mengetahui hubungan adalah menggunakan mengetahui hubungan
berat badan lahir bayi paritas sebagai variable berat badan lahir bayi
dengan kejadian ruptur bebas dengan kejadian ruptur
perineum. perineum
Subjek penelitian:
primigravida.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Persalinan Pervaginam

a. Definisi Persalinan Pervaginam

Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005).

Sedangkan pervaginam menurut Dorland (2002) adalah melalui vagina.

Jadi, persalinan pervaginam adalah persalinan yang mengeluarkan janin

hidup melalui vagina.

b. Faktor-Faktor Pendukung Persalinan

Komponen - komponen dalam persalinan adalah

sebagai berikut:

1) Passage

Passage merujuk pada rute janin yang harus dilalui dari

uterus melalui serviks dan vagina ke perineum eksternal. Selain

itu, janin harus melalui rongga pelvis juga (Pillitteri, 2007).

Menurut Wulanda (2011), passage adalah keadaan jalan lahir

yang terdiri atas panggul dimana terdiri dari beberapa posisi

yaitu Pintu Atas Panggul (PAP), Pintu Tengah Panggul (PTP),

dan Pintu Bawah Panggul (PBP).

2) Passenger

Istilah ini adalah bagian dari penumpang, atau yang akan

dikeluarkan nantinya, baik janin (letak, presentasi,

8
9

ukuran, dan ada atau tidaknya kelainan), keadaan plasenta,

serta keadaan cairan amnion (Wulanda, 2011).

3) Power of Labor

His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan

mengejan ibu, dan keadaan kardiovaskular respirasi

metabolik ibu. Kekuatan ibu atau tenaga mengedan sangat

mempengaruhi (Wulanda, 2011).

4) Psikis

Keadaan kejiwaan ibu yang dapat mempengaruhi

persalinan secara normal atau abnormal. Bila jiwa dan

kondisi ibu baik, maka persalinan akan berjalan normal,

begitu pula sebaliknya (Wulanda, 2011).

5) Penolong

Seseorang yang berfungsi sebagai penolong yaitu

tenaga kesehatan, seperti bidan, perawat, dokter, dimana

tenaga kesehatan tersebut mampu memberikan

perlindungan, pengawasan, dan pelayanan dalam proses

persalinan maupun setelah persalinan (Wulanda, 2011).

c. Tahapan Persalinan Pervaginam

Tahapan persalinan menurut Wiknjosastro (2005) yaitu, kala

I dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran,

oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengejan. Dalam kala III

atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus


10
dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan

lamanya adalah 1 jam dan diamati apakah ada perdarahan

postpartum.

1) Kala I

Klinis dapat dinyatakan partus apabila timbul his dan

wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah

(bloody show). Lendir ini berasal dari kanalis servikalis

karena serviks mulai membuka. Ketuban akan pecah sendiri

ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Bila ketuban

sudah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut

ketuban pecah dini. Pada primigravida, kala I kira-kira 13

jam, dan pada multipara kira-kira 7 jam.

2) Kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan cepat, karena

biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang

panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot- otot

dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa

mengejan. Bila his dalam kekuatan maksimal, maka kepala

janin akan keluar, setelah itu barulah dikeluarkan badan dan

anggota badan yang lain. Pada primigravida, kala II

berlangsung 1,5 jam dan multipara selama 0,5 jam.

3) Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus

uteri agak di atas pusar. Beberapa menit kemudian


11

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan. Pengeluaran

plasenta akan disertai perdarahan.

4) Kala IV

Seperti diterangkan diatas, kala ini dianggap perlu

untuk mengamati apakah ada perdarahan postpartum atau

tidak.

2. Ruptur Perineum

a. Anatomi Perineum Wanita

Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus,

panjangnya rata-rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya ditentukan

oleh organ-organ genitalia interna saja seperti uterus dan vagina,

tetapi bagian seperti otot-otot, jaringan-jaringan ikat dan ligamen-

ligamen juga mempengaruhi jalan lahir. Otot-otot yang menahan

dasar panggul dibagian luar adalah musculus sphincter ani externus,

musculus bulbocavernosus yang melingkari vagina, dan musculus

perinei transversus superfisialis. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot

dalam yang paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama

musculus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Letak

musculus levator ani ini sedemikian rupa dan membentuk sebuah

segitiga di bagian depan, disebut trigonum urogenitalis. Di dalam

trigonum ini terdapat uretra, vagina dan rektum (Wiknjosastro,

2005).

Perineum terdiri atas diafragma urogenital dan bagian bawah

dari genitalia eksterna (White, 2006). Regio urogenital


12

berhubungan dengan pembukaan dari sistem urinaria dan system

reproduksi. Sedangkan regio anal terdiri atas anus dan musculus

sphincter ani externus (Drake, et al., 2010).

Perineum terletak di bawah diafragma pelvis. Perineum

merupakan area berbentuk belah ketupat bila dilihat dari bawah, dan

dapat dibagi menjadi regio urogenital dan regio anal di posterior oleh

garis yang menghubungkan tuberositas ischii secara horizontal (Faiz

& Moffat, 2004). Perineum bila dilihat dari bawah dengan tungkai

abduksi berbentuk berlian dan di anterior dibatasi oleh symphisis

pubis, posterior oleh ujung os. coccygis, dan lateral oleh tuber

ischiadicum (Snell, 1998).

Gambar 2.1. Perineum pada Wanita


rd
Sumber: Gray’s Anatomy for Students (3 ed.)

1) Regio Anal

a) Canalis analis

Panjang kanalis sekitar 4 cm dan membentuk sudut

postero-inferior.
13

b) Sphincter ani

Terdiri dari komponen sphincter externa dan

interna. Sphincter ani interna merupakan lanjutan

dari otot polos sirkular rektum. Sphincter ani externa

menyatu dengan puborectalis membentuk area

penebalan yang disebut anulus anorectalis.

c) Fossa ischiorectalis

Terletak di kedua sisi canalis analis. Dinding

medial dan lateral fossa ischiorectalis adalah m.

levator ani dan canalis analis serta obturatorius

internus. Fossa terisi oleh lemak.

2) Regio Urogenital

Regio ini berbentuk segitiga. Membrana perinealis

merupakan lapisan fasia kuat yang melekat ke tepi trigonum

urogenitalis. Pada wanita, membran ini ditembus oleh uretra

dan vagina.

a) Vulva

Merupakan istilah untuk menyebut genitalia

eksterna wanita. Mons pubis merupakan tonjolan

lemak yang menutupi symhphisis pubis dan os. pubis.

Labia mayora adalah bibir berlemak yang memiliki

rambut yang meluas ke posterior dari


14

mons pubis. Labia minora terletak di sebelah dalam

labia mayora dan di posterior menyatu membentuk

fourchette.

b) Uretra

Pada wanita, uretra berukuran pendek sekitar

3-4 cm. Faktor ini menyebabkan predisposisi infeksi

saluran kemih akibat penyebaran organisme. Uretra

berjalan dari leher kandung kemih menuju meatus

eksterna, meatus ini terletak di antara klitoris dan

vagina.

c) Vagina

Vagina adalah saluran berotot yang berjalan

ke arah atas dan belakang dari orificium vagina.

Pasokan darah vagina didapat dari a. vaginalis dan

cabang vaginalis a. uterina (Drake, et al., 2010).

b. Definisi Ruptur Perineum

Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa

(Dorland, 2002). Sedangkan perineum adalah lantai pelvis dan

struktur yang berhubungan yang menempati pintu bawah panggul;

bagian ini dibatasi disebelah anterior oleh symphisis pubis, di

sebelah lateral oleh tuber ischiadicum, dan di sebelah posterior oleh

os. coccygeus (Dorland, 2002). Menurut Prawirohardjo


15

(2011), tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat

persalinan adalah perineum.

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi

lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau

tindakan. Robekan terjadi hampir pada semua primipara

(Prawirohardjo, 2009). Pada dasarnya, robekan perineum dapat

dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui

kepala janin terlalu cepat (Wiknjosastro, 2005).

c. Faktor yang Mempengaruhi Ruptur Perineum

Ruptur perineum dapat diikuti pada setiap persalinan

pervaginam, tetapi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan risiko ruptur derajat 3 sampai 4, diantaranya adalah

nullipara, proses persalinan kala II, posisi persisten oksiput

posterior, ras Asia dan penggunaan anestesi lokal (Cunningham, et

al., 2005). Berikut adalah faktor yang mempengaruhi:

1) Paritas

Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati bila

berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan

lebih dari 24 minggu. Robekan perineum hampir terjadi pada

semua persalinan pertama (primipara) dan tidak jarang pada

persalinan berikutnya (multipara) (Sumarah, 2008).


16

2) Berat lahir bayi

Semakin besar berat bayi yang dilahirkan

meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar

adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat lebih dari 4000

gram. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi

yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur

perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan

regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar,

sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi

lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan

berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

ibu menderita diabetes mellitus, ibu yang memiliki riwayat

melahirkan bayi besar, faktor genetik, dan pengaruh

kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal adalah sekitar 2500

sampai 4000 gram (Saifuddin, 2008).

3) Cara mengejan

Kelahiran kepala harus dilakukan cara-cara yang

telah direncanakan untuk memungkinkan lahirnya kepala

dengan pelan-pelan. Lahirnya kepala dengan pelan-pelan

dan sedikit demi sedikit mengurangi terjadinya laserasi.

Penolong harus mencegah terjadinya pengeluaran kepala

yang tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi

yang hebat dan tidak teratur, bahkan dapat meluas sampai


17

sphincter ani dan rektum. Pimpinan mengejan yang benar

sangat penting, dua kekuatan yang bertanggung jawab untuk

lahirnya bayi adalah kontraksi uterus dan kekuatan mengejan

(Oxorn, 2010).

4) Elastisitas perineum

Perineum yang kaku dan tidak elastis akan

menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan

resiko terhadap janin. Juga menyebabkan robekan perineum

yang luas sampai tingkat 3. Hal ini sering ditemui pada

primigravida berumur diatas 35 tahun (Mochtar, 2011).

5) Umur ibu <20 tahun dan >35 tahun

Berdasarkan penelitian responden yang tidak

mengalami kejadian ruptur perineum cenderung berumur

tidak beresiko (20-35 tahun), sedangkan responden yang

mengalami ruptur perineum adalah responden yang berumur

resiko tinggi sebanyak 11 orang. Hasil uji statistik diperoleh

nilai korelasi chi square dengan ρ value 0,022 < α 0,05 yang

artinya Ho ditolak, menunjukan ada hubungan antara umur

ibu dengan kejadian ruptur perineum.

Pada umur <20 tahun, organ-organ reproduksi belum

berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan

dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi.

Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan


18

otot-otot perut belum bekerja secara optimal, sehingga sering

terjadi persalinan lama atau macet yang memerlukan

tindakan. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada ibu yang

belum pernah melahirkan pada kelompok umur ibu dibawah

20 tahun dan pada kelompok umur di atas 35 tahun adalah 3

kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (20-

35 tahun) (Mustika & Suryani, 2010).

d. Klasifikasi Ruptur Perineum

1) Ruptur Perineum Spontan

Menurut Cunningham, et al. (2010), laserasi

(ruptur) perineum dapat diklasifikasikan menjadi:

a) Derajat 1

Pada ruptur perineum derajat 1 akan

mengenai fourchette, kulit perineum, dan membran

mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot.

b) Derajat 2

Pada ruptur perineum derajat 2 mengenai

kulit dan membran mukosa, fasia dan otot-otot

perineum, tetapi tidak mengenai sphincter ani.

c) Derajat 3

i. Derajat 3a: <50% spinchter ani externa

ii. Derajat 3b: >50% spinchter ani externa

iii. Derajat 3c: spincter ani externa & interna


19

d) Derajat 4

Pada ruptur perineum derajat 4, meluas

sampai ke mukosa rektum sehingga lumen rektum.

Pada derajat ini, robekan di daerah uretra yang dapat

menimbulkan perdarahan hebat mungkin terjadi.

Menurut Chapman (2006), robekan mengenai kulit,

otot dan melebar sampai sphincter ani dan mukosa

rektum.

Gambar 2.2. Gambar Robekan Perinium


Sumber: Robekan Perinium Rizkymarizayeni

2) Ruptur Perineum Disengaja (Episiotomi)

Episiotomi adalah insisi bedah yang dibuat di

perineum untuk memudahkan proses kelahiran (Norwitz &

Schorge, 2008). Pada persalinan spontan sering terjadi

robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir

yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan

sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk

melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada

perineum saat kepala janin tampak dari luar dan mulai

meregangkan perineum. Insisi tersebut dilakukan pada garis

tengah (episiotomi medialis) atau ke jurusan lateral

(episiotomi mediolateralis) (Wiknjosastro, 2008). Perlu

diketahui bahwa episiotomi medial dan mediolateral


20

dengan sudut <30 atau >60 derajat akan sangat berkaitan

dengan OASI (Obstetric Anal Spinchter Injury).

Studi menyatakan bahwa dokter dan bidan pada

umumnya tidak bisa menempatkan sudut yang aman dan

benar, oleh sebab itu lah dalam melakukan episiotomi harus

dilakukan dengan hati-hati (Freeman, et al., 2014).

Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada

manfaat yang signifikan dari prosedur episiotomi. Faktanya,

episiotomi akan menyebabkan morbiditas dibandingkan

persalinan tanpa episiotomi. Hal ini ditunjukkan dalam

bentuk nyeri dan dispareunia yang signifikan pada kelompok

penelitian (Islam, et al., 2013).

Indikasi dilakukan episiotomi adalah sebagai

persiapan persalinan operatif dimana hal ini biasanya

dilakukan untuk mempermudah kelahiran dengan

komplikasi distosia bahu. Tujuan episiotomi adalah untuk

mengurangi komplikasi trauma dasar panggul saat kelahiran,

yang mencakup perdarahan, infeksi, prolaps genital, dan

inkontinensia akibat OASI. Meskipun demikian kadang tak

terlihat manfaat ibu yang menjalani proses episiotomi

(Norwitz & Schorge, 2008).

a) Episiotomi medialis

Episiotomi jenis ini sering digunakan di Amerika

Serikat. Tipe ini akan dilakukan insisi garis tengah

vertikal dari fourchette posterior sampai ke rektum.


21

Namun, tipe ini berhubungan dengan meningkatnya

trauma perineum parah dengan perluasan derajat 3

dan 4 (Norwitz & Schorge, 2008).

b) Episiotomi Mediolateral

Lebih sering digunakan di Inggris. Tipe episiotomi

ini adalah pengirisan pada posisi 45 derajat terhadap

fourchette posterior pada satu sisi. Insisi semacam ini

akan mencegah terjadinya trauma perineum yang

parah (Norwitz & Schorge, 2008).

c) Episiotomi lateralis

Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari

kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis

episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh

karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka

sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat

pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat

menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu

jaringan parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa

nyeri yang mengganggu penderita (Rusda, 2004).

d) Insisi Schuchardt

Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi

mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke


22

arah bawah lateral, melingkari rektum, serta

sayatannya lebih lebar (Rusda, 2004).

3. Berat Lahir Bayi

Menurut Saifuddin (2008), berat badan lahir adalah berat badan

bayi yang ditimbang 24 jam pertama kelahiran, dengan klasifikasi:

a. Berat Bayi Lahir Sangat Rendah

Bayi berat sangat rendah adalah bayi dengan berat badan

1000 sampai 1500 gram.

b. Berat Bayi Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan lebih dari

1500 sampai 2500 gram. BBLR tidak hanya terjadi pada bayi

prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami

hambatan pertumbuhan selama kehamilan (KEMENKES RI, 2015).

c. Berat Bayi Lahir Normal

Bayi cukup atau bayi normal adalah bayi berat badan lebih

2500 sampai 4000 gram.

d. Berat Bayi Lahir Lebih

Berat bayi lahir lebih atau bayi besar adalah bayi lebih 4000 gram.

4. Klasifikasi Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai

oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas berasal dari kata parre

yang berarti melahirkan atau menghasilkan. Jadi, paritas


23

adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak

yang dapat hidup (Dorland, 2002).

1) Nullipara

Adalah wanita yang belum pernah melahirkan sama

sekali. Menurut Dorland (2002), nullipara adalah seorang

wanita yang belum pernah melahirkan seorang anak yang

mampu hidup.

2) Primipara

Adalah wanita yang telah pernah melahirkan

sebanyak satu kali. Menurut Dorland (2002), primipara

adalah wanita yang pernah mengandung yang melahirkan

fetus mencapai berat 500 gram atau umur gestasional 20

minggu, tanpa tergantung apakah anak itu hidup pada saat

dilahirkan, dan apakah kelahiran tunggal atau kembar.

3) Multipara

Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak dua

hingga empat kali. Menurut Dorland (2002), multipara

adalah seorang perempuan yang telah hamil dua kali atau

lebih yang menghasilkan janin hidup, tanpa memandang

apakah janin itu hidup atau mati.

4) Grandemultipara

Adalah wanita yang telah melahirkan sebanyak lima

kali atau lebih. Menurut Dorland (2002), grandemultipara

adalah seorang wanita yang telah hamil lima kali atau lebih

yang menghasilkan janin hidup.


24

B. Kerangka Konsep

Persalinan

Primipara Grandmultipara

Persalinan Persalinan
Perabdomi Pervagina

Tidak Rupture
Rupture Perinium

Berat lahir Berat lahir Berat lahIr Berat lahir


bayi sangat bayi bayi bayi lebih

Rupture Rupture Rupture Rupture


perineum perineum perineum perineum
derajat derajat derajat derajat
I,II,III,IV I,II,III,IV I,II,III,IV I,II,III,IV

Tabel : 1.1 Hubungan Derajat Keparahan Rupture Perinium Dengan Melihan Faktor
Berat Badan Lahir Bayi Pada Primipara dan Multipara Saat Persalinan Spontan di
PMB Tri Wahyuning ( Oky 2015 )

Keteraangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Arah Hubungan
25

Keterangan Kerangka Konsep :

Berdasarkan kerangka konsep diketahui terdapat beberapa factor yang


berhubungan dengan terjadinya derajat keparahan rupture perinium yaitu paritas dan berat
badan lahir pada ibu yang melakukan persalinan secara spontan.

C. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat suatu hubungan antara berat lahir bayi dengan

derajat ruptur perineum

Ha : Terdapat suatu hubungan antara berat lahir bayi dengan derajat

ruptur perineum
Pada kelompok primipara didapatkan nilai p sebesar 0,000 dan nilai r
sebesar 0,609, yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
kedua variabel penelitian. Pada kelompok multipara didapatkan nilai p sebesar
0,072 dan nilai r sebesar 0,205, yang membuktikan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kedua variabel sehingga tidak dapat dinilai kekuatan
hubungannya. Kesimpulan: Pada kelompok primipara, semakin besar angka
berat lahir bayi maka semakin besar pula derajat keparahan ruptur perineum.
Sedangkan pada kelompok multipara, tidak dapat dikatakan bahwa semakin
besar angka berat lahir bayi maka semakin besar pula derajat keparahan ruptur
perineum. ( Oky, 2015 )
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rencana Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitiatif, dengan desain penelitian

termasuk dalam jenis penelitian non experimental atau observasional

dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini, akan

digunakan desain penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, dimana

akan mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau situasi masalah di

suatu tempat (Lapau, 2012).

Cross-sectional study adalah sebuah studi observasional dimana

paparan dan penyakit ditentukan pada saat yang sama pada populasi yang

diberikan. Studi ini menilai prevalensi dari paparan dan atau penyakit di

populasi. Studi ini biasanya menyediakan petunjuk untuk penelitian lebih

lanjut pada etiologi penyakit (Kanchanaraksa, 2008). Pengukuran variabel

tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, tapi mempunyai

makna bahwa setiap subjek penelitian hanya dikenai satu kali pengukuran,

tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono,

2010).

B. Variabel Penelitian

Adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sulistyaningsih, 2011). Menurut hubungan antara satu

variabel dan variabel lain, macam variabel dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

26
27

(Sulistyaningsih, 2011). Pada penelitian ini, variabel bebasnya adalah berat

lahir bayi dengan menggunakan skala ordinal yang terbagi atas berat lahir

bayi sangat kurang, kurang, normal dan lebih.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Sering disebut dengan variabel output, kriteria atau konsekuen.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Sulistyaningsih, 2011). Pada penelitian ini,

variabel terikatnya adalah derajat keparahan ruptur perineum dengan skala

ordinal yang terdiri dari tidak ruptur perineum, ruptur perineum derajat 1, 2,

3, atau 4.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dibutuhkan untuk membatasi ruang lingkup tau

pengertian variabel-variabel penelitian dan untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen/alat ukur (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Oprasional

Berat lahir Menurut Rekam a. Berat badan Ordinal


bayi Saifuddin Medis bayi yang
(2008), berat baru lahir
sangat
badan lahir
rendah
adalah berat berkisar
badan bayi antara 1000
yang – 1500 gram
ditimbang 24 b. Berat badan
jam pertama bayi yang
kelahiran. baru lahir
rendah
berkisar
antara 1500
Berat lahir – 2500 gram
bayi sangat c. Berat badan
bayi yang
28

kurang, baru lahir


kurang, normal
normal dan berkisar
antara 2500
lebih.
– 4000 gram
( Syaifuddin, d. Berat badan
bayi yang
2008 )
baru lahir
lebih dari
4000 gram
Derajat Ruptur Rekam a. Derajat 1 Ordinal
keparahan perineum Medis akan
ruptur adalah mengenai
fourchette,
perineum robekan yang
kulit
terjadi pada perineum,
saat bayi lahir dan
baik secara membran
spontan mukosa
maupun vagina,
dengan tetapi tidak
mengenai
menggunakan
fasia dan
alat atau otot
tindakan. b. Ruptur
perineum
( derajat 2
Prawiroharjo, mengenai
2009 ) kulit dan
membran
mukosa,
fasia dan
Yang terbagi otot-otot
menjadi, perineum,
ruptur tetapi tidak
perineum mengenai
derajat 1, 2, 3, sphincter
atau 4. ani
c. Derajat 3a:
(Cunningham, <50%
spinchter
et al. (2010))
ani externa
Derajat 3b:
>50%
spinchter
ani externa
Derajat 3c:
spincter
ani externa
& interna
d. Ruptur
29

perineum
derajat 4,
meluas
sampai ke
mukosa
rektum
sehingga
lumen
rektum.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Istilah populasi berasal dari bahasa Inggris, population yang berarti

jumlah penduduk. Di bidang penelitian, istilah populasi (universe) diartikan

sebagai keseluruhan objek yang menjadai sasaran penelitian. Penelitian yang

mengambil seluruh objek yang ada di populasi sebagai objek penelitian disebut

dengan sensus, sedangkan penelitian yang hanya mengambil sebagian saja dari

seluruh objek yang ada disebut survei. Dalam survei, objek penelitian disebut

dengan sampel (Wahyuni, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

ibu melahirkan di PMB Tri Rahayi dengan jumlah 106 dengan primipara 33%,

multipara 66% dan grandemultipara 1%.

2. Sampel Penelitian
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah ibu melahirkan secara
pervaginam pada periode Januari - Desember 2019 ibu melahirkan yang
terbagi dalam 2 kelompok penelitian yaitu primipara dan multipara. Sampel
diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian
(Wahyuni, 2009). Menurut Sulistyaningsih (2011), sampel merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris, sample yang berarti mengambil sebagian dari
yang banyak. Pada penelitian ini digunakan teknik non probability sampling
(non random) dengan metode purposive sampling. Non probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan
metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu. Dengan begitu akan didapatkan subjek
30

dengan karakteristik tertentu. Sampel yang digunakan peneliti adalah yang


memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi

1) Ibu dengan paritas satu sampai empat


2) Ibu bersalin di PMB
3) Ibu dengan ruptur perineum spontan dengan derajat 1, 2, 3, atau 4
4) Ibu melahirkan dengan berat bayi lahir sangat kurang, kurang, normal, dan
lebih
5) Ibu yang bersalin dengan UK lebih dari 24 minggu.
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu dengan ruptur perineum disengaja (episiotomi)
2) Ibu yang belum pernah bersalin
3) Ibu yang bersalin lebih dari empat

E. Alat dan Bahan Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian dan

teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2013)

1. Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data Rekam

Medis.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2010). Metode pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan data Skunder .


31

F. Metode Pengolahan dan Analisa data

1. Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, akan dilakukan pengolahan data yang dilakukan secara

manual dan komputerisasi. Langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi 4

taha, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan.

b. Coding (Pengkodean)

Memberikan kode untuk memudahkan dalam pengumpulan data yaitu

pemberian kode data yang akan dimasukkan dalam tabulating untuk

mempermudah analisa. Kode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1) Berat Badan Lahir Bayi

Sangat Rendah (1000 – 1500 ) : Kode 1

Rendah ( > 1500 – 2500 ) : Kode 2

Normal ( > 2500 – 4000 ) : Kode 3

Lebih ( > 4000 ) : Kode 4

2) Derajat Keparahan Rupture Perinium

Tidak Rupture : Kode 0

Derajat 1 : Kode 2

Derajat 2 : Kode 3

Derajat 3 : Kode 4

Derajat 4 : Kode 5

c. Transfering

Memindah jawaban atau kode kedalam program komputer.


32

d. Tabulating (Tabulasi)

Setelah data masuk kedalam master tabel maka peneliti menghitung dan

menjumlahkan data dengan bantuan komputer program (Hidayat, 2008).

2. Analisa Data

1. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk dua variabel yang di duga


berhubungan atau saling berkolerasi ( Notoatmojo, 2010 . Analisa
bivariate dalam penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Derajat
Keparahan Rupture Perinium Dengan Melihan Faktor Berat Badan
Lahir Bayi Pada Primipara dan Multipara Saat Persalinan Spontan di
PMB Tri Rahayu. Dilakukan dengan memuat table silang antara variable
bebas dan terikat.

2. Uji statistik
Pengujian penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho. Uji

ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kedua variabel,

mengetahui seberapa erat hubungannya dan memberikan gambaran

hubungan kedua variabel. Rumus dasar sebagai berikut :

Dengan catatan jumlah sampel < = 30 :

rs = 1 – 6 ∑ d2 / n ( n2 – 1 )

Keterangan :

Rs = Koefisien Korelasi Spearman

∑ d2 = Total Kuadrat slisih antar ranking

N = Jumlah Sampel Penelitian

Jika jumlah sampel > = 30 maka mencari z nya :

z = rs √n - 1

Keterangan :
33

z = Nilai z hitung

rs = Koefisien Kolerasi Spearman

n = Jumlah Sampel Penelitian

G. Rencana Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah :

a. Pengajuan judul

b. Menyusun proposal untuk renana penelitian

c. Meminta perizinan melakukan studi pendahuluan di BPS Tri Rahayu

d. Mengumpulkan informasi mengenai hal yang ingi diteliti oleh peneliti

e. Konsultasi dan perbaikan proposal

f. Pendaftaran sidang proposal pada tim skripsi

g. Melakukan sidang proposal

h. Melakukan revisi proposal

2. Tahap Pelaksana

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah :

a. Melakukan Uji Etik di Komisi Etik Penelitian UNISA.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada PMB Tri Rahayu.

c. Setelah peneliti mendapatkan legalitas penelitian, maka peneliti melakukan

penelitian secara informal. Januari – Februari 2020. Adapun langkah –

langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1) Peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan

meminta persetujuan dari pihak PMB Tri Rahayu.


34

2) Peneliti meminta izin untuk mengambil data Skunder dari Rekam

Medis pasien mengenai derajat keparahan rupture perineum, berat

badan lahir serta kelompok paritas ibu.

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penyelesaian adalah :

d. Penulisan Laporan skripsi

e. Konsultasi hasil dan pembahasan skripsi

f. Pengajuan pendaftaran siding hasil skripsi pada tim skripsi dan kontrak waktu

pelaksanaan siding pada penguji

g. Seiminar hasil skripsi

h. Perbaikan laporan skripsi

i. Pengumpulan hasil skripsi yang telah disetujui dan disahkan oleh dewan

penguji.

H. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan pihak

BPM Tri Rahayu dengan memberikan lembar persetujuan.

2. Anonimity (Tanpa Mana)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua


35

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).
36

DAFTAR PUSTAKN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2006. Deteksi Dini


Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN.
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran.
Jakarta: EGC
Cunningham, et al. 2005. Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1. Jakarta:
EGC.
rd
Cunningham, et al. 2010. Williams Obstetrics (23 ed.). Philadelphia: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2016
Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016. Profil
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015. Yogyakarta.
Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Drake, R.L., Vogl, A.W., & Mitchell, A.W.M. 2010. Gray’s Anatomy for
nd
Students (2 ed.) International Edition. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier.
Drake, R.L., Vogl, A.W., & Mitchell, A.W.M. 2015. Gray’s Anatomy for
rd
Students (3 ed.) [Versi Elektronik]. Additional Learning Resources
for Chapter 5, Pelvis and Perineum, on Student Consult. Diakses 22
Maret 2016, dari http://www.studentconsult.com/
Faiz, O., & Moffat, D. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta: Erlangga.
Freeman, R. M., et al. 2014. Cutting a mediolateral episiotomy at the correct
angle: evaluation of a new device, the Episcissors-60. Med Devices
(Auckl), 7, 23-28.
Islam, A., et al. 2013. Morbidity from episiotomy. J Pak Med Assoc, 63(6),
696-701.
Kanchanaraksa, S. 2008. Cross-sectional Studies. Johns Hopkins Bloomberg
School of Public Health. Diakses 31 Maret 2016, dari
http://ocw.jhsph.edu/courses/

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan


Indonesia 2014. Jakarta.
37

Lapau, B. 2012. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan


Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
rd
Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi 3 ed.

Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Mustika, S.A., & Suryani, E.S. 2010. Hubungan Umur Ibu Dan Lama
Persalinan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Ibu Primipara Di
Bps Ny. Ida Farida Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten
Banyumas. Karya Tulis Ilmiah.
Norwitz, E., & Schorge, J. 2008. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga. (Buku Asli diterbitkan 2006).
Oxorn,H., et al. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
Pillitteri, Adele. 2007. Maternal & Child Health Nursing: Care of the
th
Childbearing and Childrearing Family (5 ed.). California: Lippincott.
Prawirohardjo, S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBP-SP.
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rusda, M. 2004. Anastesi Infiltrasi pada Episiotomi. USU Digital Library.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK USU.
Saifuddin, A.B. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka.
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kuantitatif-


Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumarah, et al. 2008. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.
38

rd
Snell, R.S. 1998. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Jilid II (3
ed.). Jakarta: EGC.
Wahyuni, Y. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Bidang Kesehatan untuk
Manajemen Rumah Sakit, Manajemen Farmasi, Keperawatan,
Kebidanan & Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Wiknjosastro, 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Wulanda, A.F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
39

DATA

Tidak
No Nama Primipara Multipara Rupture
Rupture
1 Ny C 1 0
2 NY S 1 0
3 NY I 1 0
4 NY E 0 0
5 NY T 0 0
6 NY M 0 0
7 NY D 0 0
8 NY D 0 0
9 NY E 1 1
10 NY A 0 0
11 NY K 1 0
12 NY S 0 0
13 NY R 0 0
14 NY S 0 0
15 NY A 1 0
16 NY D 1 0
17 NY S 0 0
18 NY R 0 0
19 NYT 0 0
20 NY S 0 0
21 NY A 0 0
22 NYM 1 0
23 NY N 0 1
24 NY H 0 0
25 NY R 1 0
26 NY M 1 0
27 NY R 0 0
28 NY P 0 0
29 NYE 0 0
30 NYD 0 0
31 NYE 0 0
32 NY W 0 0
33 NY E 0 0
34 NY C 0 0
40

35 NY Y 0 0
36 NY L 0 0
37 NY D 1 0
38 NY Y 0 0
39 NY I 1 0
40 NY T 0 0
41 NY S 0 0
42 NY S 0 0
43 NY S 0 0
44 NY S 0 0
45 NY E 1 0
46 NY R 0 0
47 NY D 0 0
48 NY T 0 0
49 NY Y 0 0
50 NY H 0 0
51 NY S 1 0
52 NY E 1 0
53 NY K 1 0
54 NY R 1 0
55 NY A 0 0
56 NY S 0 0
57 NY M 0 0
58 NY K 0 0
59 NY E 1 0
60 NY A 1 0
61 NY S 0 1
62 NY E 0 0
63 NY R 0 0
64 NY A 0 0
65 NY W 0 1
66 NY L 0 0
67 NY L 1 0
68 NY L 1 0
69 NY E 0 0
70 NY F 0 0
71 NY S 0 0
72 NY P 0 0
73 NY I 0 0
41

74 NY T 0 0
75 NY A 0 1
76 NY S 0 1
77 NY M 0 0
78 NY I 1 0
79 NY M 1 0
80 NY A 1 0
81 NY V 1 0
82 NY S 0 0
83 NYD 1 0
84 NY Y 0 0
85 NY D 1 0
86 NY S 1 0
87 NY S 1 0
88 NY A 0 0
89 NY D 1 0
90 NY I 0 0
91 NY N 1 0
92 NY S 0 0
93 NY A 0 0
94 NY N 0 0
95 NY R 0 1
96 NY Y 0 0
97 NY P 0 0
98 NY P 0 0
99 NY A 0 0
100 NY S 1 0
101 NYM 0 0
102 NY E 0 0
103 NY T 0 0
104 NY D 0 0
105 NY F 0 0
106 NY S 0 0
JUMLAH 32 74 7 99

Anda mungkin juga menyukai