Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permasalahan HIV dan AIDS menjadi tantangan kesehatan hampir di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan sampai dengan Juni 2018,
HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 (84,2%) dari 514
kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang
dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi
ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan
paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun
provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti
Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah
(24.757). Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap tahun, sementara
jumlah AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan bahwa semakin banyak
orang dengan HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui statusnya saat masih dalam fase
terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk dalam stadium AIDS. Adapun jumlah
kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai dengan
Juni 2018 tercatat sebanyak 108.829 kasus (Depkes RI, 2018).
Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Bali dari tahun 1987 sampai
Maret 2019 sebanyak 27.959 yang terdiri atas 19.812 HIV dan 8.147 AIDS. Ini
tertuang dalam Laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, tanggal 11 Mei 2019. Jumlah ini
menempatkan Bali pada peringkat ke-6 secara nasional sebagai provinsi dengan
jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS terbanyak. Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten
Badung menempati urutan kedua setelah Kota Denpasar. Kasus HIV AIDS di Badung
hingga bulan Juni 2018 sebanyak 3141 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2018).
Data komulatif memaparkan hingga Juni 2016 kasus HIV dan AIDS di
Badung cukup tinggi yaitu 2.335 kasus, terdiri dari 1.314 kasus HIV dan 1.021 kasus
AIDS. Tingginya kasus HIV AIDS di Badung membuat pemerintah Kabupaten
Badung pada tahun 2017 mengangkat satu petugas setiap desa/Kelurahan yang
bertugas melakukan penjangkauan HIV/AIDS. Pengangkatan petugas penjangkau
HIV/AIDS tiap desa ini bertujuan mencegah dan menangkal sejak dini dan melakukan
pendampingan kepada penderita serta meningkatkan jalur komunikasi tentang
perkembangan HIV/AIDS melalui tingkat Desa. Petugas diberikan pembekalan yang
sifatnya teoritis serta praktis sehingga kader-kader ini memiliki kapabelitas tentang
bidang tugasnya di desa.
Program Penjangkauan HIV AIDS tersebut diharapkan mampu untuk mendukung
program pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan sebagai strategi untuk melaksanakan
amanat yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 yakni meningkatkan
sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan Paradigma
sehat yang memberikan prioritas pada upaya pelayanan kesehatan paripurna (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif). Ada 4 (empat) pilar strategi pembangunan kesehatan yang
saat ini menjadi indikator pencapaian sasaran dalam kaitannya terhadap optimalisasi
pelayanan di sektor kesehatan yaitu profesionalisme, pembangunan berwawasan kesehatan,
desentralisasi pelayanan kesehatan dan Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (Nasir,
2019).
Seiring terlaksananya program penjangkauan HIV AIDS desa timbul
permasalahan yaitu ketidak disiplinan petugas dalam melakukan kinerjanya. Hal
tersebut berpengaruh terhadap kinerja petugas penjangkau yang tidak maksimal dalam
melakukan kinerjanya. Hal ini tentu saja membawa dampak yang sangat tidak
menguntungkan bagi pemerintah kabupaten karena pegawai yang mempunyai
motivasi yang rendah akan menghasilkan prestasi kerja dan kinerja yang rendah pula.
Wawancara pra-penelitian yang dilakukan terhadap 5 Petugas Penjangkau
HIV AIDS memaparkan bahwa selain bekerja sebagai petugas penjangkau, petugas
juga memiliki pekerjaan sampingan sehingga kinerja petugas penjangkau tidak
optimal, selain itu kurangnya motivasi dan kepemimpinan menyebabkan petugas tidak
maksimal dalam melakukan kinerjanya karena kurangnya koordinasi dari pimpinan.
Hasil wawancara pra-penelitian dengan 4 petugas entri data selaku coordinator
program dan Ibu Diah Parwati (2019) selaku Petugas Logistik yang bertugas
mengumpulkan laporan kerja penjangkauan HIV AIDS mengatakan banyak petugas
penjangkau yang terlambat mengumpulkan laporan bahkan tidak menggumpulkan
laporan hingga lebih dari dua bulan dari waktu yang ditetapkan, petugas tidak
melakukan piket mingguan serta absensi di Kantor Sekretariat Komisi
Penanggulangan HIV AIDS Kabupaten Badung, petugas penjangkau tanpa
keterangan, petugas penjangkau yang sulit dihubungi oleh Koordinator Lapangan,
petugas yang tidak melakukan penjangkauan dan tugas pokok fungsi (TUPOKSI) di
wilayah kerja.
Tabel 1.1
Pengumpulan Laporan Petugas Penjangkau HIV AIDS
Bulan Jumlah Jumlah Petugas Total
Laporan yg yang belum
terkumpul mengumpul
Maret 50 12 62
April 48 14 62
Mei 50 12 62
Juni 51 11 62
Juli 45 17 62
Agustus 49 11 62
September 49 11 62

Tabel diatas memaparkan pengumpulan laporan petugas Penjangkau HIV


AIDS desa per bulan Maret-September 2019. Table tersebut berisi data kumulatif
pengumpulan laporan tiap bulannya beserta petugas yang tidak mengumpulkan
laporan kerja bulanan. Terlihat kesenjangan dimana tidak semua petugas
mengumpulkan laporan bulanan tepat pada waktunya. Hal ini berdampak tidak
optimalnya kinerja petugas di wilayah desa tempat penugasan.
Berdasarkan pemaparan tersebut memotivasi penulis untuk melakukan
penelitian terhadap beberapa faktor yang mungkin menjadi penentu kepuasan kerja,
sehingga dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan mampu menemukan,
mengenali, dan menganalisis faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja Petugas
Penjangkau HIV AIDS Desa. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan kinerja yang
lebih baik pada masa yang akan datang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “Bagaimanakah Analisis Tingkat Kepuasan Kerja Petugas Penjangkau
Lapangan HIV AIDS Desa Kabupaten Badung” ?.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 antara lain:
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis Tingkat Kepuasan
Kerja Petugas Penjangkau Lapangan HIV AIDS Desa Kabupaten Badung.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja
petugas penjangkau lapangan HIV AIDS Desa Kabupaten Badung.
2. Untuk mengetahui kinerja petugas penjangkau lapangan HIV AIDS Desa di
Kabupaten Badung.
3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor kepuasan kerja Petugas Penjangkau
Lapangan HIV AIDS Desa Kabupaten Badung dengan kinerjanya.

D. METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif
analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau point
time approach (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja dengan kinerja petugas
penjangkau lapangan HIV AIDS Desa Kabupaten Badung

b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 6 kecamatan Kabupaten Badung serta Kantor Sekretariat
Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Badung Jalan Raya Abianbase
Mengwi.

c. Populasi dan Sampel Penelitian


1) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang tercatat secara
administrasi di Komisi Penanggulangan HIV AIDS Kabupaten Badung
sebanyak 92 orang. Adapun rincian posisi dan pembagian kerja pegawai
tersebur yaitu :
Table 1.2
Posisi dan Pembagian Kerja Sekretariat KPA Kab. Badung

No Kategori Kerja Jumlah


1 Koordinator Sekretariat 1
2 Petugas Penjangkau Lapangan Kecamatan 12
3 Petugas Pengelola Keuangan 3
4 Petugas Pengelola Administrasi 3
5 Monitoring Evaluasi dan Media 1
6 Aset dan Logistik 2
7 P.P Sektor Pemberdayaan Masyarkat 1
8 P.P Sektor Pendidikan 1
9 P.P Sektor Swasta/Tempat Kerja 1
10 Petugas Pendamping ODHa 5
11 Petugas Penjangkau HIV AIDS 62
Total 92 orang

2) Sampel
Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili atau representative populasi (Riyanto, 2017). Sampel dipilih dengan cara
tertentu hingga dapat dianggap mewakili populasi penelitian. Pemilihan sampel pada
penelitian menggunakan total sampling yakni menjadikan seluruh sampel yang
memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah
Petugas Penjangkau HIV/AIDS Desa Kabupaten Badung berjumlah sebanyak 62
orang.

Anda mungkin juga menyukai