Anda di halaman 1dari 5

4 Tipe Swakelola pada Perpres No.

16
Tahun 2018 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa
28/06/2018

Dengan terbitnya Perpres Pengadaan Barang/Jasa terbaru, maka proses


pelaksanaan pekerjaan pengadaan akan mengalami perubahan guna mencapai
tujuan pengadaan yang lebih baik. Salah satunya adalah metode pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa melalui swakelola yang sebelumnya terdiri dari 3 tipe
menjadi 4 tipe swakelola dalam Perpres No. 16 Tahun 2018. Swakelola PBJ sendiri
adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/PD sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
Bila pada Perpres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya kita mengenai 3 tipe
swakelola, maka pada Perpres No. 16 Tahun 2018 ini dikenal dengan 4 tipe
swakelola.

Swakelola Tipe 1
Dipilih apabila pekerjaan yang akan diswakelola merupakan tugas dan fungsi
dari K/L/PD yang bersangkutan. Contoh; BPKAD Kab Banjar melaksanakan
swakelola pemeliharaan Gedung Kantor,
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 ini, pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan
dengan ketentuan:
PA (Pengguna Anggara)/KPA (Kuasa Pengguna Anggaran dapat menggunakan
pegawai Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain dan/atau tenaga ahli;
Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah
Tim Pelaksana; dan
Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, dilaksanakan
sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden ini

Swakelola Tipe 2
Dipilih apabila K/L/PD memiliki pekerjaan yang bertugas sebagai penanggung
jawab, namun secara keahlian/kompetensi teknis diberikan kepada pelaksana dalam
hal ini institusi di luar K/L/PD tersebut.
Untuk pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan ketentuan:
PA/ KPA melakukan kesepakatan kerja sama dengan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana Swakelola; dan
PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola sesuai
dengan kesepakatan kerja sama sebagaimana.
Swakelola Tipe 3
Tipe ketiga ini yang menjadi tambahan adalah Swakelola yang dilakukan oleh
organisasi masyarakat seperti ICW, dll. Swakelola tipe 3 ini merupakan perluasan
dari swakelola tipe 4. Adapun pelaksanaan Swakelola tipe III, menurut Perpres ini,
dilakukan berdasarkan Kontrak PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dengan pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan.
Swakelola Tipe 4
Dipilih apabila dalam pekerjaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat atau untuk kepentingan langsung masyarakat dengan melibatkan
masyarakat yang dianggap mampu melaksanakannya. Contoh: Perbaikan Saluran
Air di desa, Pemeliharaa Jamban/MCK, dan pekerjaan sederhana lainnya.
Dan untuk pelaksanaan Swakelola tipe IV dilakukan berdasarkan Kontrak PPK
dengan pimpinan Kelompok Masyarakat.
Pelaksanaan swakelola dalam sebuah instansi dapat dilaksanakan apabila
memenuhi salah satu jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara Swakelola.
Swakelola dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa yang penyelenggaran pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok masyarakat.
Pelaksanaan swakelola dalam sebuah instansi dapat dilaksanakan apabila
memenuhi salah satu jenis pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara Swakelola
(tercantum dalam Pasal 26 Ayat 2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan
perubahannya) berikut ini:
1) pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta sesuai
dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
2) pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I. Yang dimaksud
dengan partisipasi langsung masyarakat setempat antara lain pekerjaan
pemeliharaan saluran irigasi tersier, pemeliharaan hutan/tanah ulayat, atau
pemeliharaan saluran/jalan desa;
3) pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya
tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa, misalnya pelaksanaan pengadaan
di daerah
4) pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
5) penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
6) pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/ metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
7) pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian dan pengembangan sistem tertentu;
8) pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan. Yang
dimaksud dengan pekerjaan yang bersifat rahasia adalah pekerjaan yang
berkaitan dengan kepentingan negara yang tidak boleh diketahui dan
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak berhak,
9) Jika kondisi tersebut sudah bisa terpenuhi, artinya pelaksanaan pengadaan
dapat dilakukan dengan cara swakelola. Dengan begitu, baru di dalamnya
bisa saja terdapat penyedia barang/jasa.

Penyedia VS Swakelola
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan seperti diklat, kursus, penataran,
seminar, lokakarya atau penyuluhan, seluruh kegiatan memang dilaksanakan secara
swakelola dan telah sesuai dengan definisi dari swakelola itu sendiri. Panitia berasal
dari K/L/D/I sendiri, perencanaan dilaksanakan sendiri, juga pengawasan
dilaksanakan sendiri. Namun, apabila membutuhkan jasa katering makanan, dimana
katering tersebut disediakan oleh perusahaan makanan, maka hal ini tetap
menggunakan penyedia, dan untuk memilih perusahaan yang mana yang akan
dipilih wajib menggunakan metode pemilihan penyedia yang sesuai dengan cara
pelelangan. Artinya, apabila pelaksanaan lokakarya membutuhkan katering yang
bernilai di atas 200 Juta, maka tetap dilakukan pelelangan. Apabila dilaksanakan di
hotel, maka dapat dilakukan penunjukan langsung dengan tata cara yang sesuai
dengan aturan pengadaan barang/jasa.
Penetapan Pemilihan Pengadaan dengan Cara Swakelola
ditarik kesimpulan dari uraian diatas bahwa pemilihan metode pengadaan dengan
cara Swakelola harus sudah direncanakan. Jangan memilih swakelola atau
penyedia setelah dokumen anggaran ditetapkan, tetapi pilihlah pada saat
perencanaan pengadaan. Pemilihan metode pengadaan dilakukan pada saat
penyusunan rencana umum pengadaan dan dilaksanakan sebelum penyusunan
anggaran. Metode ini sudah harus tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau
Term of Reference (TOR) yang disusun oleh tim perencana swakelola. Berikut ini
tugas dari Tim Perencana Swakelola :
a. Penyusunan KAK
KAK harus memuat:
1) uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan
tujuan, sasaran serta sumber pendanaan;
2) waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan;
3) keperluan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan/atau tenaga ahli
perseorangan secara rinci yang dijabarkan dalam rencana kerja bulanan,
rencana kerja mingguan, dan rencana kerja harian;
4) rincian biaya pekerjaan yang dijabarkan dalam rencana biaya bulanan dan
biaya mingguan;
5) yang dihasilkan; dan
6) gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis (apabila diperlukan).
b. Penyusunan Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
1) Tim Perencana membuat jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan
berdasarkan kebutuhan waktu pelaksanaan pekerjaan dalam KAK, termasuk
jadwal pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/ /atau tenaga ahli
perseorangan yang diperlukan.
2) Jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah waktu dimulainya pelaksanaan
pekerjaan hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan.
3) Pembuatan jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan disusun dengan
mempertimbangkan waktu yang cukup bagi pelaksanaan/penyelesaian
pekerjaan.
c. Penyusunan Rincian Biaya Pekerjaan
RAB ini dimasukkan sebagai bagian dari dokumen anggaran. Dalam dokumen
anggaran juga sudah terurai komponen akomodasi dan konsumsi, honorarium
panitia, narasumber, Alat Tulis Kantor (ATK), dan berbagai peralatan elelktonik
lainnya. Namun apabila hendak menggunakan penyedia, maka dalam RAB
walaupun diuraikan secara detail, namun dalam dokumen anggaran hanya
dimasukkan dalam 1 mata anggaran secara gelondongan. Rincian RAB akan
berubah menjadi rincian HPS yang sifatnay rahasia, sedangkan total RAB menjadi
total anggaran yang masih harus disusun HPS-nya dan kemudian dilakukan
pemilihan terhadap penyedia menggunakan metode pemilihan yang sesuai
(Pelelangan, Penunjukan Langsung, atau Pengadaan Langsung).
Di dalam Aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SIRUP) juga sudah
membagi metode pengadaan sejak awal, sehingga tidak ada lagi pertanyaan setelah
dokumen anggaran diterima, “Apakah ini dilaksanakan dengan cara swakelola atau
penyedia

Anda mungkin juga menyukai