OLEH:
Kelompok VI
1. Dosma Setia Marbun S.Kep
2. Martina Sihombing S.Kep
3. Rifka Marbun S.Kep
4. Richard Simarmata S.Kep
5. Winda Rizky Siagian S.Kep
6. Rutkotae Laia S.Kep
7. Mariyanti Sinaga S.Kep
Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal kegiatan terapi aktivitas kelompok
pada pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu syarat praktek dan mata
kuliah keperawatan jiwa dalam menyelesaikan Profesi Ners. Adapun proposal
yang telah disepakati dan telah disusun oleh penulis dengan judul “Proposal
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran di Ruang Cempaka, Di RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan
Tahun 2019’.Dalam penyusunan laporan ini banyak pihak yang membantu
penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Dapot Parulian, SpKJ, selaku Direktur RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem
PROVSU yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melaksanakan
praktek jiwa di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem PROVSU
2. Ibu Nurhaida S. Pd, S. Kep, Ners selaku kepala Diklat di RSJ
Prof.Dr.Muhammad Ildrem PROVSU
3. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. KepJ selaku Koordinator
Program Studi Ners dan Koordinator stase keperawatan jiwa.
5. Ibu Asima Sirait M.Kes selaku Perseptor Akademik yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan banyak arahan serta
masukan kepada penulis sehingga asuhan ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak Ns. Safaruddin, S.Kep, selaku Perseptor Klinik yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan banyak arahan serta
masukan kepada penulis sehingga asuhan ini dapat terselesaikan dengan baik
7. Staf Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
8. Staf Pengajar dan Pegawai Universitas Sari Mutiara Indonesia
9. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan, materi dan doa untuk
menyelesaikan tugas makalah ini .
10. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara
Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa isi proposal ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Medan,Oktober 2019
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa
lainnya.Skizofrenia merupakan gangguan neurobiologikal otak yang peristen
dan serius, sindroma yang secara klinis dapat mengakibatkan kerusakan hidup
baik secara klinis dapat mengakibatkan kerusakan hidup baik secara individu,
keluarga dan komunitas (Stuart, 2013).
Survey yang telah dilakukan pada beberapa negara memiliki laju insiden per
tahun skizofrenia antara 0,1 – 0,4 per 1000 populasi. Insiden yang tinggi terjadi
pada kelompok sosial terutama etnis minoritas di Eropa Barat seperti
komunitas Afro-Caribbean di Inggris dan imigran dari Suriname di Belanda
(WHO, 2014). Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 21 juta orang terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Tingginya pravelensi skizofrenia
yang sudah dipaparkan, menunjukkan keprihatinan dunia untuk menanggulangi
terutama dalam pengobatan maupun perawatannya.
Perilaku yang berkaitan dengan asik dengan diri sendiri yaitu menyerang atau
menghindar (flight or flight) pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena
kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinephrinyang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,
sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat serta disertai
ketegangan otot. Seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku
dan di sertai reflek yang cepat. (Keliat,dkk. 2011).
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan untuk terapi tambahan pada pasien
gangguan jiwa. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi manual rekreasi dan
teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam
kelompok yaitu bercerita, mendengarkan musik dan bermain dalam kelompok
(Keliat & Akemat, 2014).
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
2. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Halusinasi pendengaran
dengan kegiatan harian
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, membuat kotak pensil dari stik bekas, Menggambar,
serta mempraktekkan sp halusinasi
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
BAB II
PROPOSAL KEGIATANTERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
HALUSINASI PENDENGARAN “MEMBUAT TEMPAT
PENSIL MENGGUNAKAN STIK ESKRIM BEKAS DAN
MENGGAMBAR”
A. Defenisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan
Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom
tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia
sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika
dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu
orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya
dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di
rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan
hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan
orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
I. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi
yang telah disepakati sebagai berikut :
Leader : Rutkotae Laia, S.Kep
Co.Leader : Dosma Marbun S. Kep
Fasilitator 1 : Winda Rizky S.Kep
Fasilitator 2 : Mariyanti Sinaga, S.Kep
Observer 1 : Martina Sihombing, S.kep
Observer 2 : Richard Simarmata, S.Kep
Observer 3 : Rifka Marbun, S.Kep
3. Fasilitator :
a) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung Ikut serta
dalam kegiatan kelompok
b) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi
4. Observer :
a) Mengobservasi jalannya proses kegitan
b) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien
selama kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses , hingga penutupan
d) Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam
permainan.
K. Kriteria Klien
1. Klien dengan Halusinasi yang sudah kooperatif dan tidak kambuh
2. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Klien bisa tulis dan baca
4. Klien yang bersedia mengikuti TAK
L. Antisipasi masalah
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan kepada
setiap peserta untuk BAB dan BAK
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan diri dari tempat
kegiatan
M. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a) Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a) Salam teraupetik
Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan diri
dan tim terapis lainnya.
b) Evaluasi/Vasilidasi
Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c) Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main yaitu :
a. Berkenalan dengan anggota kelompok
b. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta
izin pada pemimpin TAK
c. Lama Kegiatan 45 menit
d. Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a) Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b) Hidupkan musik dan bagikan stik eskrim bekas ke masing masing
klien, letakkan em di tengah tengah lingkaran.
c) Terapis memberikan contoh bagaimana cara membuat tempat
pensil dari stik bekas.
d) Kemudian seluruh pasien diberi kesempatan memulai kegiatan
membuat kerjainan tempat pensil dari stik bekas.
e) Setelah seluruhnya selesai, seluruh hasil kerajinan dikupulkan dan
dinilai oleh terapis.
f) kemudian dilakukan aktivitas kelompok yang kedua yaitu
menggambar.
g) Terapis membagikan selembar kertas dan pensi warna
h) Terapis memintak klien menggambar apa saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini.
i) Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling dan
memberi penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan
mencela klien
j) Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-
masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar
yang dibuatnya kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah
gambar apa dan apa makna gambar tersebut menurut klien
k) Kegiatan poin j dilakukan sampai semua klien mendapat giliran
l) Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak
klien lain bertepuk tangan
4. Tahap Terminasi
a) Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerjasama kelompok
b) Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan TAK
c) Fasilitator membagikan Snack
d) Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering
bersosialisasi, selalu bekerjasama, dan memasukkan kegiatan
mengontrol Halusinasi ke dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e) Observer mengumumkan pemenang
f) Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b) Kerja sama klien dalam kegiatan
c) Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
6. Setting tempat
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b) Ruangan yang nyaman dan tenang
Leader Co.Leader
P P
Fasilitator Fasilitator
P
P
P P
Observer
Keterangan Gambar:
L :Leader
CL :Co Leader
F :Fasilitator
O : Observer
1. Tujuan umum
a. Meningkatkan kemampuan menguji.
b. Meningkatkan teknik pengontrolan perilaku kekerasan
b) berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan
c) memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang
lain.
d) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri
dengan prilaku defensif.
e) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
f) seperti fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan identifikasi diri.
b) Penyaluran emosi.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-
hari.
B. Saran
Diharapkan bagi tenaga perawat menjadikan Terapi Aktivitas Kelompok
stimulasi persepsi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien dengan
masalah gangguan jiwa khusunya pasien Halusianasi karena menurut
penelitian Wibowo, F tahun 2014 TAK Stimulasi persepsi yang diberikan
pada klien Halusinasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kemampuan mengenal dan mengontrol halusinasi baik secara fisik maupun
secara sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
“S” Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi PendengaranDiruang
Kenari Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi
Profesi (Ners) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti
IndonesiaBanyuwangi