Anda di halaman 1dari 5

Pemeriksaan transudate dan eksudat berdasarkan jenis cairan

1. Cairan Pleura
Cairan pleura diperoleh dari rongga pleura, yang terletak diantara
membrane parietal pleura yang melapisi dinding dada dan membrane
pleura visceral yang melapisi paru paru.
a. Karakteristik
Cairan pleura normal dan transudat tampak jernih dan kuning
pucat. Turbiditas biasanya terkait dengan adanya SDP dan menandakan
infeksi bakteri, tuberculosis, atau kelainan imunologi, seperti atritis
rheumatoid. Adanya darah di dalam cairan pleura dapat menandakan
hemotoraks, kerusakan membran seperti terjadi pada keganansan atau
aspirasi traumatik.
b. Pemeriksaan transudate dan eksudat pada cairan pleura
Pemeriksaan makroskopis cairan pleura sangat membantu dalam
menentukan transudat dan eksudat, walaupun banyak transudat dan
beberapa eksudat tampak jernih, kekuning-kuningan, tidak berbau dan
non viscous, tampak berdarah, keruh, milky atau tampak kental bisa
menunjukkan sebab dari efusi pleura tersebut
Secara umum cairan pleura dapat diklasifikasikan menjadi
transudat atau eksudat. Transudat berasal dari ultrafiltrasi membran
dan mengandung protein yang rendah, sedangkan eksudat terbentuk
dari sekresi aktif atau kebocoran membran dan mengandung protein
yang tinggi. Adanya efusi transudat menunjukkan adanya proses non-
inflamasi yang disebabkan oleh gangguan tekanan hidrostatik atau
tekanan osmotik koloid dengan tanpa adanya keterlibatan penyakit
pleura.
Adanya cairan eksudat menunjukkan adanya keterlibatan pleura
dalam proses inflamasi atau proses keganasan yang menyebabkan
adanya peningkatan permeabilitas kapiler
Tes non-biokimia seperti misalnya tes sitologi dapat digunakan
sebagai alat diagnostik, yang dapat menunjukkan adanya sel ganas, dan
pengecatan terhadap mikroorganisme sebelum dilakukan kultur. Nilai
diagnostik sitologi cairan pleura dalam efusi keganasan dilaporkan
berkisar antara 40-87%.
Table 1. Penyebab efusi pleura
Penyebab paling
Penyebab yang jarang
sering
Sirosis
Sindrom neprotik
Atelectasis akut
Dialysis peritoneal
Post-thoracic and
Transudat Gagal jantung kongestif
abdominal surgery
Myxedema
Efusi postpartum
Hiperstimulasi ovarium
(transudat/eksudat)
Infeksi virus
Eksudat
Pneumonia bakteri Infeksi jamur
Inflamasi,
Tuberkulosis Infeksi parasit
infeksi
Abses subphrenic
Collagen vascular disease
(RA, SLE)
Drug-induced
(amiodarone, drug
induced lupus, minoxidil,
methysergide,
bromochriptine,
Inflamasi, non
Emboli paru nitrofurantoin,
infeksi
dantrolene, methotrexate).
Pankreatitis
Uraemia
Postmyocardial infarction
syndrome
Radiotherapy
Eksposur asbes
Keganasan Karsinoma paru primer Mesothelioma
Karsinoma metastatik Meig’s syndrome
Limfoma dan leukemia
Hematotoraks: trauma, Chylothorax: trauma,
Lainnya
spontan keganasan.
Penyakit yang
bisa Emboli paru
menimbulkan Transudat setelah terapi
efusi transudat diuretik.
atau eksudat

2. Cairan Perikardium
Efusi pericardium terjadi, terutama akibat perubahan permeabilitas
membrane akibat infeksi (pericarditis), keganasan, dan trauma yang
menghasilkan eksudat. Kelainan metabolik, seperti uremia, hipotiroidisme,
dan kelainan autoimun merupakan penyebab utama transudate. Efusi
dicurigai apabila kompresi jantung (tamponade) ditemuka selama
pemeriksaan fisik oleh dokter.
a. Karakteristik
Cairan perikadium normal dan transudat tampak jernih dan kuning
pucat. Efusi akibat infeksi dan keganansan tampak keruh, dan efusi
ganas sering kali bercoreng dara. Efusi dengan darah yang jelas terkait
dengan fungsi kardiak yang tidak disengaja, dan penggunasalahan obat
antikoagulan. Cairan yang menyerupai susu menandakan efusi kilus
dan pseudokilus juga mungkin dijumpai.
b. Pemeriksaan transudat dan eksudat pada cairan pericardium
Uji laboratorium
Uji yang dilakukan pada cairan pericardium bertujuan,
terutama menentukan apakah cairan itu transudat atau eksudat dan
mencakup resio protein atau asam laktat dehydrogenase (LD)
cairan serum. Pemeriksaan sitogi eksudat pericardiumuntuk
melihat adanya sel ganas merupakan bagian penting analisis cairan.
Sel yang paling sering dijumpai adalah akibat karsinoma payudara
atau paru metastatic menyerupai sel yang dijumpai di dalam cairan
pleura. Kadar penanda tumor cairan perikaridum berkolerasi erat
pada pemeriksaan sitologi.
3. Cairan Peritoneum
Akumulasi cairan di antara membrane peritoneum disebut
asites, dan cairan umumnya disebut sebagai cairan asites, bukan
cairan peritoneum. Selain penyebab efusi transudat yang sudah
dibahas sebelumnya, gagangguan hati, seperti sirosis sering
menjadi penyebab transudat esites. Infeksi bakteri ( peritonitis)
sering disebabkan oleh perforasi usus atau rupture apendiks dan
keganasan sering menjadi penyebab cairan eksudatif.
a. Karakteristik
Seperti cairan pleura dan pericardium, cairan peritoneum
normal tampak kuning pucat dan jernih. Eksudat tampak
keruh pada infeksi bakteri atau jamur. Warna hijau atau
cokelat gelap menandakan adanya empedu, yang dapat
dipastikan menggunakan uji kimia standar untuk bilirubin.
Tersebut Cairan bercampur darah dijumpai sesudah trauma
dan pada tuberculosis, gangguan usus, dan keganasan.
b. Pemeriksaan transudat dan eksudat pada cairanperitoneum
Uji laboratorium
Hitung SDP normal dari 350sel/µL, dan hitung tersebut
meningkat pada kasus peritonitits bakteri dan sirosis. Untuk
membedakan kedua kondisi tersbut, hitung absolute neutrofil
harus dilakukan. Hiyung absolute neutrofil >250sel/µL atau
>50% hitung SDP total menandakan infeksi. Limfosit
merupakan sel perdominan pada tuberculosis.

Pemeriksaan Selular
Pemeriksaan eksudat asiiestes untuk melihat adanya sel
ganas penting untuk mendeteksi tumor primer dan tumor
metastasis. Keganasan paling sering berasal dari
gastrointestinal, prostat, atau ovarium. Sel lain yang terdapat
dalam cairan asiestas mencakup leukosit, sel mesotel yang
banyak dan makrofag termasuk lipofag. Mikroorganisme
mencakup bakteri dan ragi. Sel ganas berasal dari ovarium,
prostat, dan kolon, yang sering kali mengandung vakuola yang
berisi musin.

Uji Kimia
Pemeriksaan kimia terhadap cairan asites mencakup,
menurun di bawah kadar serum pada peritoritis bakteri dan
tuberculosis serta keganasan. Amylase ditentukan pada cairan
asites untuk memastikan kasus pakreatitis, dan dapat
meningkatkan pada pasen perforasigastrointstinal. Peningkaran
kadar alkalin fosfatase juga merupakan petunjuk diagnostic
untuk perforasi usus.
Pengukuran blood urea nitrogen dan keratin terjadi bila
rupture kandung kemih atau tertusuknya kandung kemih secara
tidak sengaja selama parasentesis.
Bilirubin diukur apabila dicurigai ada kebocoran empedu
dalam peritoneum sesudah trauma atau pembedahan.
Amylase atau lipase dapat diukur untuk menentukan
apakah pankreastitis atau kerusakan pada pancreas turut
mengakibatkan akumulasi enzim pancreas itu di dalam cairan
asiestas.

Uji Mikrobiologi
Pewarnaan Gram dan kultur bakteri untuk aerob dan
anaerob dilakukan apabila dicurigai terjadi peritonitis bakteri.
Inokulasi cairan ke dalam botol kultur darah pada bedside
meningkatkan temuan organism anaerob. Pewarnaan tahan asa.,
adenosine deaminase, dan kultur untuk tuberculosis juga dapat
diminta.

Uji Serologi
Pengukuran penanda tumor CEA dan CA 125 merupakan
prosedur yang bermanfaat untuk mengidentifiasi sumber tumor
yang menghasilkan eksudat siestas. Adanya antigen CA 125
dengan CEA negative menunjukkan sumber yang berasal dari
ovarium, tuba falopi, atau endometrium.

Anda mungkin juga menyukai