Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH


DISPEPSIA DI RUANG MAWAR RSUP – NTB

Disusun oleh :

RIA SABRINA

07.01.0720

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN VIII B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012
DISPEPSIA

A. Pengertian
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas
yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn)
dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dyspepsia (Mansjoer, 2000).
Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai Penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau
dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya

B. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan
dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan

C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan
yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta
adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi
kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan
di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake
tidak adekuat baik makanan maupun cairan

D. Clinical Pathway

Perubahan pola makan, penggunaan obat-obatan


tidak jelas,zat nikotin, alcohol, stress

pemasukan makan menjadi berkurang

lambung kosong

erosi pada lambung nyeri epigastrium

peningkatan produksi HCl

merangsang medulla oblongata

mual,muntah

perubahan nutrisi
ketidakseimbangan cairan elektrolit

E. Tanda dan Gejala


a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-
tiba)
F. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang
sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena
dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit
disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya.
Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan
lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu
penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia
fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat
tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir
ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu
menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi
alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet
radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat
pengosongan lambung pada 30 – 40 kasus.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam
lambung
2. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan
yang peda, obatobatan
3. yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress
4. Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang
memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal
ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun
masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus DF
reponsif terhadap placebo. Obat-obatan yang diberikan
meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan
antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan
data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data
fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya
nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang
muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang,
perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-
tiba).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai
dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah
jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah,
dan beberapa keluhan lainnya.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa
tidak enak setelah makan, anoreksia.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan adanya mual, muntah.
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatannya.

c. Rencana keperawatan
1. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa
nyeri, dengan criteria klien melaporkan terjadinya
penurunan atau hilangnya ras nyeri
Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
b. Berikan istirahat dengan posisi semifowler
c. Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat
meningkatkan kerja asam lambung
d. Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
e. Observasi TTV tiap 24 jam
f. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
g. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik
Rasional
a. Berguna dalam pengawasan kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
b. Dengan posisi semi-fowler dapat menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
telentang
c. dapat menghilangkan nyeri akut/hebat dan menurunkan
aktivitas peristaltikmencegah terjadinya perih pada
ulu hati/epigastrium
d. sebagai indikator untuk melanjutkan intervensi
berikutnya
e. Mengurangi rasa nyeri atau dapat terkontrol
f. Menghilangkan rasa nyeri dan mempermudah kerjasama
dengan intervensi terapi lain.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa
tidak enak setela makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
rentang yang diharapkan individu, dengan kriteria
menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Intervensi
a. Pantau dan dokumentasikan masukan dan haluaran tiap
jam secara adekuat
b. Timbang BB klien
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang
berat badan,integritas mukosa mulut, kemampuan
menelan, adanya bising usus,riwayat mual/rnuntah
atau diare.
e. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai.
f. Monitor intake dan output secara periodik.
g. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan
jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi
frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar
(BAB).
Rasional
a. Untuk mengidentifikasi indikasi/perkembangan dari
hasil yang diharapkan.
b. Membantu menentukan keseimbangan cairan yang tepat
meminimalkan anoreksia, dan mengurangi iritasi
gaster
c. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
intervensi yang tepat Berguna dalam pengawasan
kefektifan obat, kemajuan penyembuhan
d. Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik,
meningkatkan intake diet klien.
e. Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan
f. Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi
pemecahan masalah
g. untuk meningkatkan intake nutrisi.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan adanya mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan
prilaku yang perlu untuk memperbaiki defisit cairan,
dengan criteria mempertahankan/menunjukkan perubaan
keseimbangan cairan, dibuktikan stabil, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
Intervensi
a. Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler,
status membrane mukosa, turgor kulit
b. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran
urine dengan akurat
c. Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan
penggunaan laksatif/diuretik
d. Identifikasi rencana untuk
meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan
optimal misalnya : jadwal masukan caira
e. Berikan/awasi hiperalimentasi IV
Rasional
a. Indikator keadekuatan volume sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler
b. Klien tidak mengkomsumsi cairan sama sekali
mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk
masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit
c. Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat
muntah dan atau penggunaan laksatif/diuretik
mencegah kehilangan cairan lanjut
d. Melibatkan klien dalam rencana untuk memperbaiki
keseimbangan untuk berhasil
e. Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak
seimbangan cairan elektroli
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan
mengungkapkan penurunan kecemasan, dengan kriteria
menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.
Intervensi
a. Kaji tingkat kecemasan
b. Berikan dorongan dan berikan waktu untuk
mengungkapkan pikiran dan dengarkan semua
keluhannya
c. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
d. Berikan dorongan spiritual
Rasional
a. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang
dirasakan oleh klien sehingga memudahkan dlam
tindakan selanjutnya
b. Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien
merasa aman dalam segala hal tindakan yang
diberikan
c. Klien memahami dan mengerti tentang prosedur
sehingga mau bekejasama dalam perawatannya.
d. Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses
penyembuhan penyakitnya, masih ada yang berkuasa
menyembuhkannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
DATAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8


Vol. 2. Jakarta : EGC.
Inayah Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan System Pencernaan, Edisi Pertama. Jakarta
: Salemba Medika.
Manjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta:
Medika Aeusculapeus.
Doengoes. E. M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta : EGC .
Price & Wilson. 2000. Patofisiologi, edisi 4. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
DISPEPSIA DI RUANG CEMPAKA RSUP – NTB

Disusun oleh :

RIA SABRINA

07.01.0720

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN VIII B


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2012

Anda mungkin juga menyukai