Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CVA BLEEDING

1. PENGERTIAN

CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal


oleh masyarakat dengan istilah Stroke.Istilah ini lebih
populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada organ
otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah
Otak.Berupa penurunan kualitas pembuluh darah otak.Stroke
menyebabkan angka kematian yang tinggi.
Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan aleh
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara
mendadak (beberapa detik) atau secara cepat (beberapa
jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah
fokal diotak yang terganggu (Djunaedi W, 1992).
Menurut Hudak dan Gallo dalam bukunya perawatan
kritis CVA hemoragik memulai awitan yang mendadak dan
berlangsung 24 jam sebagai akibat cerebrovaskuler
desease.
Kejadian sebagian besar dialami oleh kaum lai-laki
daripada wanita (selisih 19 % lebih tinggi)dan usia
umumnya di atas 55 tahun.

II. ETIOLOGI
Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan
oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga
dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah
mudah pecah.
Faktor resiko terjadinya stroke ada 2 :
1) Faktor resiko yang dapat diobati / dicegah :
Perokok.
Penyakit jantung ( Fibrilasi Jantung )
Tekanan darah tinggi.
Peningkatan jumlah sel darah merah ( Policitemia).
Transient Ischemic Attack ( TIAs)
2) Faktor resiko yang tak dapat di rubah :
Usia di atas 65.
Peningkatan tekanan karotis ( indikasi terjadinya
artheriosklerosis yang meningkatkan resiko
serangan stroke).
DM.
Keturunan ( Keluarga ada stroke).
Pernah terserang stroke.
Race ( Kulit hitam lebih tinggi )
Sex ( laki-laki lebih 30 % daripada wanita ).

IV. KLASIFIKASI
Ada dua bentuk CVA bleeding:
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub
kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau
AVM. Aneurisma paling sering didapat pada
percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun
didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan
TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,
sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak
juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina
dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid
dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya
hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke
2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasispasme
ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia danlain-
lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan
glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan
didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi
kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui
proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan
dilatasi pembuluh darah otak.

V. TANDA DAN GEJALA.


1. Jika terjadi peningkatan TIK maka dijumpai tanda dan
gejala :
 Perubahan tingkat kesadaran : penurunan orientasi
dan respons terhadap stimulus.
 Perubahan kemampuan gerak ekstrimitas : kelemahan
sampai paralysis.
 Perubahan ukuran pupil : bilateral atau unilateral
dilatasi.Unilateral tanda dari perdarahan cerebral.
 Perubahan tanda vital : nadi rendah, tekanan nadi
melebar, nafas irreguler, peningkatan suhu tubuh.
 Keluhan kepala pusing.
 Muntah projectile ( tanpa adanya rangsangan ).
2. Kelumpuhan dan kelemahan.
3. Penurunan penglihatan.
4. Deficit kognitif dan bahasa ( komunikasi ).
5. Pelo / disartria.
6. Kerusakan Nervus Kranialis.
7. Inkontinensia alvi dan uri.

V.PENATALAKSANAAN MEDIK.
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. LABORATORIUM.
Hitung darah lengkap.
Kimia klinik.
Masa protombin.
Urinalisis.
2. DIAGNOSTIK.
SCAN KEPALA
Angiografi serebral.
EEG.
Pungsi lumbal.
MRI.
X ray tengkorak
B.PENGOBATAN.
1.Konservatif.
a.Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan
infus.
b.Mencegah peningkatan TIK.
Antihipertensi.
Deuritika.
Vasodilator perifer.
Antikoagulan.
Diazepam bila kejang.
Anti tukak misal cimetidine.
Kortikosteroid : pada kasus ini tidak ada
manfaatnya karena klien akan mudah terkena
infeksi, hiperglikemi dan stress
ulcer/perdarahan lambung.
Manitol : mengurangi edema otak.
2.Operatif
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka
perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena
hipertensi intrakranial yang menetap akan
membahayakan kehidupan klien.
3.Pada fase sub akut / pemulihan ( > 10 hari )
perlu :
Terapi wicara.
Terapi fisik.
Stoking anti embolisme.

B.DIAGNOSA YANG MUNCUL.


1. Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penambahan
isi otak sekunder terhadap perdarahan otak .
2. Intoleransi aktifitas (ADL ) berhubungan dengan
kehilangan kesadaran,kelumpuhan.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
dan kelumpuhan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan.
5. Kecemasan (ancaman kematian) berhubungan dengan kurang
informasi prognosis dan terapi.Kurang pengetahuan
prognosis dan terapi berhubungan dengan kurang informasi,
salah interpretasi.
6. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan dan
kelumpuhan, penurunan kesadaran.
7. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh )
berhubungan dengankesulitan menelan(disfagia), hemiparese
dan hemiplegi.
8. Inkoninensia uri berhubungan dengan defisit neurologis.
9. Inkontinensia alfi berhubungan dengan kerusakan
mobilitas dan kerusakan neurologis.
10. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan mobilitas, parise dan paralise.
11. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
ketidakmampuan bicara verbal atau tidak mampu komunikasi.
12. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan
dengan penekanan pada saraf sensori.
13. Resiko terjadinya : kekeringan kornea, Pneumonia
ortostatik sekunder kehilangan kesadaran.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN.
1.RESIKO PENINGKATAN TIK BERHUBUNGAN DENGAN PENAMBAHAN ISI
OTAK SEKUNDER TERHADAP HIPOKSIA, EDEMA OTAK.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
tidak mengalami peningkatan tekanan intra kranial .
Kriteria hasil :
Tidak terdapat tanda peningkatan tekanan intra kranial :
 Peningkatan tekanan darah.
 Nadi melebar.
 Pernafasan cheyne stokes
 Muntah projectile.
 Sakit kepala hebat.
Intervensi.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda dan gejala Deteksi dini peningkatan TIK
peningkatan TIK untuk melakukan tindakan
 tekanan darah lebih lanjut.
 nadi
 GCS
 Respirasi
 Keluhan sakit kepala hebat
 Muntah projectile
 Pupil unilateral
2. Tinggikan kepala tempat tidur Meninggikan kepala dapat
15-30 derajat kecuali ada membantu drainage vena untuk
kontra indikasi.Hindari mengurangi kongesti vena.
mengubah posisi dengan cepat.
3. Hindari hal-hal berikut : Masase karotid memperlambat
Masase karotid frekuensi jantung dan
mengurangi sirkulasi
sistemik yang diikuti
peningkatan sirkulasi secara
Fleksi leher atau rotasi > 45 tiba-tiba.
derajat. Fleksi atau rotasi ekstrem
Rangsangan anal dengan leher mengganggu cairan
jari(boleh tapi dengan hati- cerebrospinal dan drainage
hati ) hindari mengedan, fleksi vena dari rongga intra
ekstrem panggul dan lutut. kranial.
Aktifitas ini menimbulkan
manuver valsalva yang
merusak aliran balik vena
dengan kontriksi vena
jugularis dan peningkatan
TIK.
4. Konsul dokter untuk mendapatkan Mencegah konstipasi dan
pelunak feces jika di perlukan. mengedan yang menimbulkan
manuver valsalva.
5. Pertahankan lingkungan tenang, Meningkatkan istirahat dan
sunyi dan pencahayaan redup. menurunkan rangsangan
membantu menurunkan TIK.
6. Berikan obat-obatan sesuai  Menurunkan tekanan darah.
dengan pesanan:  Mencegah terjadinya
 Anti hipertensi. trombus.
 Anti koagulan.  Mencegah defisit cairan.
 Terapi intra vena pengganti  Mencegah obstipasi.
cairan dan elektrolit.  Mencegah stres ulcer.
 Pelunak feces.  Meningkatkan daya tahan
 Anti tukak. tubuh.
 Roborantia.  Mengurangi nyeri.
 Analgetika.  Memperbaiki sirkulasi
 Vasodilator perifer. darah otak.

2.GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN HEMIPARESE /


HEMIPLEGIA
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya
Kriteria hasil
1. Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
2. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas
Intervensi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam  Menurunkan resiko
terjadinnya iskemia jaringan
akibat sirkulasi darah yang
2. Ajarkan klien untuk melakukan jelek pada daerah yang
latihan gerak aktif pada tertekan
ekstrimitas yang tidak sakit  Gerakan aktif memberikan
3. Lakukan gerak pasif pada massa, tonus dan kekuatan
ekstrimitas yang sakit otot serta memperbaiki
4. Berikan papan kaki pada fungsi jantung dan
ekstrimitas dalam posisi pernapasan
fungsionalnya  Otot volunter akan
5. Tinggikan kepala dan tangan kehilangan tonus dan
6. Kolaborasi dengan ahli kekuatannya bila tidak
fisioterapi untuk latihan fisik dilatih untuk digerakkan
klien

3.GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : PERABAAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PENEKANAN PADA SARAF SENSORI.
Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
Kriteria hasil :
 Klien dapat mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi
persepsi
 Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk meraba dan
merasa
 Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi terhadap
perubahan sensori
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kondisi patologis 1. Untuk mengetahui tipe dan
klien lokasi yang mengalami
gangguan, sebagai penetapan
rencana tindakan
2. Kaji kesadaran sensori, seperti 2. Penurunan kesadaran
membedakan panas/dingin, terhadap sensorik dan
tajam/tumpul, posisi bagian perasaan kinetik
tubuh/otot, rasa persendian berpengaruh terhadap
keseimbangan/posisi dan
kesesuaian dari gerakan
yang mengganggu ambulasi,
meningkatkan resiko
terjadinya trauma.

3. Berikan stimulasi terhadap rasa 3. Melatih kembali saraf


sentuhan, seperti memberikan sensorik untuk
klien suatu benda untuk mengintegrasikan persepsi
menyentuh, meraba. Biarkan dan intepretasi diri.
klien menyentuh dinding atau Membantu klien untuk
batas-batas lainnya. mengorientasikan bagian
dirinya dan kekuatan dari
daerah yang terpengaruh.
4. Lindungi klien dari suhu yang 4. Meningkatkan keamanan klien
berlebihan, kaji adanya dan menurunkan resiko
lindungan yang berbahaya. terjadinya trauma.
Anjurkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
pemeriksaan terhadap suhu air
dengan tangan yang normal
5. Anjurkan klien untuk mengamati 5. Penggunaan stimulasi
kaki dan tangannya bila perlu penglihatan dan sentuhan
dan menyadari posisi bagian membantu dalan
tubuh yang sakit. Buatlah klien mengintegrasikan sisi yang
sadar akan semua bagian tubuh sakit.
yang terabaikan seperti
4.Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan batuk aktif sekunder gangguan kesadaran.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :

 Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan


pertukaran udara.

 Mendemontrasikan batuk efektif.

 Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.

Rencana Tindakan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan klien tentang kegunaan R/ Pengetahuan yang
batuk yang efektif dan mengapa diharapkan akan membantu
terdapat penumpukan sekret di mengembangkan kepatuhan
sal. pernapasan. klien terhadap rencana
teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode R/ Batuk yang tidak
yang tepat pengontrolan batuk. terkontrol adalah
melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan
frustasi.
3. Napas dalam dan perlahan saat R/ Memungkinkan ekspansi
duduk setegak mungkin. paru lebih luas.
4. Lakukan pernapasan diafragma. R/ Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi
alveolar.
5. Tahan napas selama 3 - 5 detik R/ Meningkatkan volume
kemudian secara perlahan-lahan, udara dalam paru
keluarkan sebanyak mungkin mempermudah pengeluaran
melalui mulut. Lakukan napas ke sekresi sekret.
dua , tahan dan batukkan dari
dada dengan melakukan 2 batuk
pendek dan kuat.
6. Auskultasi paru sebelum dan R/ Pengkajian ini membantu
sesudah klien batuk. mengevaluasi keefektifan
upaya batuk klien.
7. Ajarkan klien tindakan untuk R/ Sekresi kental sulit
menurunkan viskositas sekresi : untuk diencerkan dan dapat
mempertahankan hidrasi yang menyebabkan sumbatan mukus,
adekuat; meningkatkan masukan yang mengarah pada
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari atelektasis.
bila tidak kontraindikasi.

8. Dorong atau berikan perawatan R/ Hiegene mulut yang baik


mulut yang baik setelah batuk. meningkatkan rasa
kesejahteraan dan mencegah
bau mulut.
9. Kolaborasi dengan tim R/ Expextorant untuk
kesehatan lain : memudahkan mengeluarkan
Dengan dokter, radiologi dan lendir dan menevaluasi
fisioterapi. perbaikan kondisi klien
Pelaksanaan fisioterapi dada / atas pengembangan parunya.
postural drainase
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Konsul photo toraks.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Owen ,Pemantauan Perawatan Kritis, , EGC, 1997.


Doengus , Marylin. Terjemahan Rencana Asuhan Keperawatan ,
EGC, 1999.
Harsono,ed, neurologi klinis, gajah mada university press,
1996.
Harsono Ed.2000. Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada Up.
Lynda Jual C ,Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan,
EGC,1999.
Susan c.Dewit, Essentials Of Medical Surgical Nursing, W.B
Sounders Company, 1998

Anda mungkin juga menyukai