serba murah, beras saja awasembada, keamanan semua sejahtera, rampok, begal, preman
lewat semua. Kerjaan yang penting rajin pasti ada jalannya. Semua aman damai, sehat sentosa.
Apa iya? Terlalu indah untuk menjadi nyata ya kayaknya. Nah coba yuk kita lihat bagaimana sih
awal orde baru membangun Indonesia. Tidak perlu banyak banyak, kita cukup mengulik sampai
dualism kepemimpinan.
Orde baru tak dapat dilepaskan dari peristiwa G30S/PKI. Peristiwa tersebut telah
menimbulkan kemarahan rakyat. Tak hanya berpengaruh pada keadaan politik dan keamanan
negara, namun juga berpengaruh pada keadaan perekonomian dengan adanya inflasi.
Di Bandung, terjadi demonstrasi yang diikuti kurang lebih 2000 mahasiswa dan pelajar
untuk menuntut penurunan harga dan pembubaran PKI.
Mahasiswa 1 : Perekonomian Indonesia semakin parah nih, yang tadinya 4 rupiah sekarang
menjadi 250 rupiah
Mahasiswa 3 : Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus berdiam diri saja?
Demo pun dimulai mahasiswa dan pelajar berteriak dengan mengucapkan kata-kata
“turunkan harga” dan sebagainya. Saat mahasiswa demo, walikotapun memberikan pidatonya
untuk menenangkan para demonstran.
Walikota : Tenang-tenang! Kami disini para pemerintah mengusahakan apa yang kalian
minta.
Aksi-aksi tersebut tidak tidak hanya dipelopori oleh aksi pemuda, mahasiswa dan pelajar
saja (KAPPI, KAMI, KAPI) namun KABI, KASI, KAWI, KAGI dan lainnya juga ikutserta. Pada 26
Oktober 1965 terjadilah kesepakatan
KAMI : Ya, setuju. Marilah kita bulatkan barisan dalam satu front, yaitu Front Pancasila
Semua : Setuju
Pemuda :Itu harus dilakukan, mari kita buat tuntutan-tuntutan rakyat! (membuat tuntutan)
Mahasiswa 1 : Nah, 3 hal ini yang menjadi tuntutan, kita sebut dengan Tri Tuntutan rakyat yang
bisa singkat menjadi Tritura
Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan Front Pancasila
mendatangi DPR-GR untuk mengajukan tuntutan tersebut.
KAMI : Kami merasa tidak puas dengan kondisi pada saat ini
KAPPI : Ya, benar. Kami akan memberikan 3 tuntutan yang disebut Tritura yang isinya
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan kabinet dari unsur unsur G30S/PKI
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi
Ternyata tuntutan rakyat agar Soekarno membubarkan PKI tidak dipenuhi Presiden.
Untuk menenangkan rakyat, Presiden Soekarno pada tanggal 21 Februari 1966 mengumumkan
reshuffle cabinet. Kenyataan itu menyulut kembali mahasiswa untuk berdemonstrasi.
Soekarno : Kami disini selaku pemerintah akan mewujudkan keinginan kalian semua. Dengan
itu kami mereshuffle kabinet. Semoga hal ini dapat mewujudkan keinginan kalian
semua.
Sabur : Lapor Presiden, telah terjadi keributan di luar Istana Negara, apa yang harus kita
lakuakan
Soekarno : Perintahkan Leimena untuk menutup siding, juga panggilkan Subandrio, Chaerul
Saleh, dan Leimena serta kamu untuk mengantarkan saya ke Istana Bogor
sekarang juga!
Sidang 100 kabinet pun dibubarkan oleh Leimena. Dan Leimena pun menyusul Soekarno
menuju Istana Bogor. Sementara itu, 3 jenderal meminta ijin kepada Soeharto untuk menyusul
Soekarno.
M Yusuf : Lapor Komandan, kami akan menyusul Presiden Soekarno menyusul Istana Bogor
Soekarno : lalu, bagaimana bisa kamu menyuruhku untuk membubarkan PKI? Itu sama saja
aku menjilat ludahku sendiri
Soeharto : Namun itulah jalan satu satunya untuk menenangkan keresahan rakyat
Soekarno : saya tau itu, namun kau taukan akulah perintis NASAKOM, dimana PKI tersebut
ada didalamnya
Soekarno : Begini saja, kalau kau menghormati kepemimpinanku, ku perintahkan kau untuk
meredakan aksi-aksi demo tersebut, Bisakah?
Basuki A : Itu tidak benar, Pak, tidak ada niatan sedikitpun untuk meenjatuhkan bapak.
Kalau ada niat seperti itu kami tidak akan datang kemari
Amir : Ya pak, tadi Pak Harto juga berpesan bahwa sanggup mengatasi keadaan, kalau
Bapak Presiden memberikan kepercayaan kepadanya
Soekarno : Kepercayaan? Kepercayaan apa lagi yang harus kuberikan padanya. Jenderal
Soeharto sudah kuangkat menjadi Panglima Pemuliaan Keamanan dan Ketertiban.
Tetapi, samapai sekarang masih tidak aman dan tidak tertib
Soekarno : Baiklah kalian yang membuat suratnya. Ajukan ke saya dan saya akan
menandatangani dan mengoreksinya
Setelah itu Subandrio, Leimena dan Chaerul Saleh pun dipanggil oleh Soekarno
Basuki A : Ini Bung, surat yang sudah kami buat, silahkan diperiksa
Soekarno : Suabndrio, Leimena, Chaerul Saleh tolong bantu saya untuk mengecek surat
perintah ini
Leimena : Maaf, Pak. Sepertinya pernyataan ini salah dan kurang epic
Soekarno : Bagaimana?
Basuki A : Baik, surat iini akan saya berikan kepada Jenderal Soeharto. Terimakasih atas
kerjasamanya abpak (bersalaman lalu pulang)
Dalam perjalanan pulang ketiga jenderal tersebut membaca kembali isi surat perintah
tersebut yang dikenal dengan sebutan Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) tersebut dan
terkejut melihatnya