Disusun oleh :
RIA SABRINA
07.01.0720
A. PENGERTIAN
CKD adalah penurunan faal/fungsi ginjal yang
menahun yang umumnya irreversible dan cukup lanjut
(Suparman, 1990).
CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa
tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
CKD biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999: 626).
CKD terjadi bila ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan
kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada
kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis
atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu
beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996: 368)
CKD atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001:
1448).
B. ETIOLOGI
1. Glumerulonefritis kronik
2. Penyakit ginjal obstruksi dan infeksi
3. Glumerulonefritis lupus
4. Nefrosklerosis hipertensi
5. Nefropati diabetic
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi CKD berdasarkan tingkat LFG, yaitu :
1. Stadium I
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria
persisten dan LFG nya yang masih normal yaitu > 90
ml/menit/1,72 m3
2. Stadium II
Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG
antara 60-89 ml/menit/1,73 m3
3. Stadium III
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit/1,73
m3
4. Stadium IV
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit/1,73
m3
5. Stadium V
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m3
Rennin AA
Anoreksia, Pucat, Eritropin Ggn.prodk.te
Nyeri,pe lebih,arte
mual kuning, kurang,defis stoteron,ggn
muntah, rbhn.pro risklorosi
gatal it.besi,hemo .menstruasi&
bau mulut ses pkir t,ggn,elek
lisis,kelema trolit ovulasi
han otot
Perubhn.membr
an mukosa Ggn.integr Resiko cedera
mulut itas kulit Penurunan curah
jantung
F. KOMPLIKASI
1. Hipertensi
2. Infeksi traktus urinarius
3. Obstruksi traktus urinarius
4. Gangguan elektrolit
5. Gangguan perfusi ke ginjal
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi (foto polos abdomen) :
Besar ginjal, apakah ada batu ginjal atau obstruksi.
2. Pielografi intravena (PIV) :
Menilai sitem pelviokalises
3. Ultrasonografi (USG) :
Menilai besar, bentuk ginjal, kandung kemih, serta
prostat.
4. Renogram :
Menilai fungsi ginjal kiri dan kanan.
5. Pemeriksaan radiologi jantung :
Mencari apakah ada kardiomegali, efusi pericardial.
6. Pemeriksaan radiologi tulang :
Mencari oesteodistrofi, metastasik
7. Pemeriksaan radiologi paru :
Mencari uremik lung
8. Pemeriksaan pielografi retergrad :
Bila dicurigai obstruksi yang reversible
9. Elektrokardiograf :
Untuk melihat hipertrofi ventrikel kiri
10. Biopsy ginjal
11. Pemeriksaan lab, LED, anemia, ureum dan kreatinin
meningkat, hemoglobin, hiponatremia, hiperkalemia,
hipokalsemia, hiperfosfatemia, peningkatan gula
darah, asidosis metabolok, HCo2 menurun, BE menurun,
dan PaCo2 menurun.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
Dilakukan tindakan CAPD dengan insersi catheter dengan
peritoneuscope yaitu;
a. Persiapan: dipuasakan 4 jam, H-1 operasi pasien
harus defekasi dan bila obstipasi diberi dulcolax,
pagi hari sebelum operasi dipasang iv, pasien di
cukur rambutnya di kulit abdomen, dan sebelum
berangkat ke ruangan tindakan pasien harus
mengosongkan kandung kemih atau dipasang folley
catheter.
b. Prosedur operasi
1) Posisi trendelenberg
2) Buat marker di abdomen, desinfeksi dinding
abdomen, anetesi daerah insisi dengan lidocaine
1%, kemudian insisi kulit sepanjang 3 cm.
3) Jaringan lemak dibuka tumpul sampai terlihat
fascia external, sambil pasien menahan nafas
masukan quill guide assembly posisi 30 derajat
kearah coccyx sampai menembus peritoneum
4) Tarik trocar, masukan air menggunakan syrine,
cek meniscus dan pergerakan air sesuai nafas
5) Hubungkan dengan selang insuflaor, masukan udara
sebanyak 1000-1500 ke dalam abdomen
6) Setelah insuflator dilepas masukan scope lewat
canula, arahkan ke rongga pelvic pastikan ada
space dan tidak ada adhesi pada pelvic,
pertahankan posisi quill dengan clem artei.
7) Canula dilepas dengan gerakan pelan berputar,
masukan dilator kecil dan besar setelah
sebelumnya dilubrikasi dengan lignocain gel.
Buat gerakan maju mundur, dilator besar
dipertahankan sambil mempersiapkan teckoff
catheter dimasukan lewat stylet
8) Catheter dilepas, pasang cuff implanter. Pasien
menahan adinding abdomen dan implanter di dorong
sampai cuff menembus fascia. Stylet dan quill
ditarik.
9) Kateter di test. Dibuat marker tempat exite
site, dilakukan anestesi sepanjang daerah
tunnel, tunneler dimasukan dan exite site menuju
daerah insisi lalu kateter disambungkan menuju
tunneler. Kateter dan tunneler ditarik melewati
exite site dan disambung dengan extension
catheter, posisi exite site 2 cm dari kulit
10) Luka insisi di jahit
11) Operasi selesai
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Tentukan tatalaksana terhadap penyebab CKD
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan
cairan dan garam
c. Diet tinggi kalori rendah protein
d. Kendalikan hipertensi
e. Jaga keseimbangan elektrolit
f. Mencega dan tatalaksana penyakit tulang akibat
CKD
g. Deteksi dini terhadap komplikasi
h. Kolaborasi dalam tindakan CAPD
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
c. Pola aktifitas
d. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : disorientasi, gelisah, letargi,
samnolen sampai koma
2) Kepala : edema muka (orbita),mulut bau khas ureum
3) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri daad
4) Perut : adanya edema (asites)
5) Ekstrimitas : edema tungkai, spastisitas otot
6) Kulit :sianosis, akral dingin, turgor kulit
menurun
7) Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi
cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan
dalam, dyspnea.
Disusun oleh :
RIA SABRINA
07.01.0720
Disusun oleh :
RIA SABRINA
07.01.0720