Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DESINFEKSI

Oleh :
Kelompok 12

1. Dinar Lorensa Ayu Krismaya (P07120018 110)


2. Putu Devayu Anthareztta (P07120018 111)
3. Kadek Widi Pratiwi (P07120018 113)

Kelas : 1.3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII KEPERAWATAN
TH. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah yang berjudul “KONSEP DESINFEKSI” dapat diselesaikan
berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yaitu ;
1. Ibu D.A Ketut Surinati sebagai Dosen mata kuliah Manajemen
Patient Safety
2. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut
membantu terselesaikannya makalah ini.
Harapa saya semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan
pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan tentang pokok bahasan. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini

Denpasar, 25 Maret 2019

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3
2.1 Definisi Desinfeksi ................................................................... 3
2.2 Tingkatan Desinfeksi ............................................................... 3
2.3 Tujuan Desinfeksi .................................................................... 5
2.4 Faktor yang mempengaruhi hasil desinfeksi ............................ 5
2.5 Kriteria Desinfeksi yang Ideal ................................................. 5
2.6 Desinfeksi alat-alat Medis ........................................................ 6
2.7 Macam-macam Desinfektan..................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................ 11
3.1 Simpulan .................................................................................. 11
3.2 Saran ......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Disinfeksi adalah memusnahkan mikro-organisme yang dapat
menimbulkan penyakit. Disinfeksi merupakan benteng manusia
terhadap paparan mikro-organisme patogen penyebab penyakit,
termasuk di dalamnya virus, bakteri dan protozoa parasit (Biton, 1994).
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan
yang besar bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai
macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar. Bahwa terbukti
untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat
menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses
penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan
dan mencegah terjadinya infeksi.
Banyaknya penggunaan alat- alat medis sekarang ini
mengakibatkan semakin dituntutnya proses desinfeksi dan sterilisasi.
Hal tersebut dikarenakan alat-alat medis maupun instrumen operasi
merupakan sarana yang utama bagi penyaluran patogen atau
mikroorganisme ke dalam tubuh pasien.
Setiap prosedur tindakan yang menggunakan alat-alat medis
dapat menyebabkan pindahnya suatu patogen ke dalam tubuh manusia.
Maka diperlukan suatu metode pembersihan mikroorganisme secara
keseluruhan (bakteri spora). Transmisi pathogen pada pasien dapat
dicegah dengan adanya proses cleaning disinfeksi dan sterilisasi alat-
alat yang sesuai dengan standart serta secara adekuat.

1
1.2Rumusan Masalah
1. Apa konsep Desinfeksi ?
2. Apa saja macam-macam desinfeksi ?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari desinfeksi.
2. Untuk mengetahui macam-macam dsinfeksi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Desinfektan
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen. Bahan dari desinfeksi itu sendiri
adalah Desinfektan.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan
kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung
dari toksisitasnya. (Signaterdadie, 2009).
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat
tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat
proses disinfeksi.
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik
(pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya
difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan
serta aplikasinya.
2.2 Tingkatan Desinfeksi
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.

3
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
 Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru
setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap
efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
 Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan
dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60
hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan
perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
 Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama
untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada
pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga
desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat
menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:
1. Desinfeksi tingkat tinggi yaitu membunuh semua organisme ( semua
mikroba vegetatif, fungi, virus, ukuran kecil dengan perkecualian spora
bakteri.
2. Desinfeksi tingkat sedang yakni membunuh mikroba vegetatif , fungi ,
mikobacterium tubercolosis , virus ukuran kecil dan sedang tapi tidak pada
spora.
3. Desinfeksi tingkat rendah yaitu dipakai untuk membunuh sebagian bakteri,
tidak memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri .Semua fungsi maupun
semua virus kurang kecil juga maupun ukuran sedang.

4
2.3 Tujuan Desinfeksi
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan
biakan murni

2.4 Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:


1. Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
2. Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
3. Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
4. Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
5. Struktur fisik benda
6. Suhu dan PH dari proses desinfeksi

2.5 Kriteria Desinfeksi yang Ideal


1. Sifat antibakterial luas
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban.
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Dapat dicampur dengan senyawa lain

5
2.6 Desinfeksi Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
1. Aseptik/Asepsis :
Suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh
manapun yg sering menyebabkan infeksi.
Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup
maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput
lendir atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial
(antiseptik)
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali
beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus
atau penggunaan desinfektan kimia .

2.7 Macam-Macam Desinfektan


Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam:
1. Golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang
mengandung gugus –COH.
2. Golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus –
OH.
3. Golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia
golongan halogen atau yang mengandung gugus –X.
4. Golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner.
5. Golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.

6
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini :
1. Golongan Aldehid ( Golongan Pereduksi )
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain
formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara
denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5%
sampai 5%. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid
daya aksi akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol.
Formaldehid pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi
dan jamur, dan memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 mL/m3 atau 0,5
mg/L serta bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid
dengan konsentrasi 37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk
pengawetan mayat.
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif dibanding formaldehid,
sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi
karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 mL/m3 atau
0,1 mg/L.
Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum
aplikasi yang luas, misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat
dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan
beberapa kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari
mikroorganisme, untuk formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen,
berbahaya bagi kesehatan, mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas
menurun dengan adanya protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan.
2. Golongan Alkohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain
golongan aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan
isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya
aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30
menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %.

7
Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang
efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk
permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini
adalah sifatnya yang stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang
cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan
protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap
api/ledakan dan sangat cepat menguap.
3. Golongan Halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti
larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah
senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus
klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi
proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi.
Umum digunakan sebagai desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur
air selokan. Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi
adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit terbiodegradasi, dan mengiritasi mukosa.
4. Golongan Fenol
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai
antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-
30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%.
Aplikasi proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan
untuk membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan
sebagai dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding
atau peralatan yang terbuat dari papan/kayu.
Adapun keunggulan dari golongan golongan fenol dan fenol terhalogenasi
adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap beberapa jenis material,

8
sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi, bersifat racun, dan
korosif.
5. Golongan Pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam
dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen
peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil
peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan
cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya
aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk
membunuh virus.
Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada spektrum
yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai sediaan cair.
Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil, korosif, berisiko
tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta perlu penanganan
khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transpor.
6. Golongan Garam Amonium Kuarterner
Beberapa bahan kimia yang terkenal dari golongan ini antara lain
benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida. Golongan
ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-5%.
Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus.
terutama untuk desinfeksi peralatannya.
Keunggulan dari golongan garam amonium kuarterner adalah ramah
terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak berbau dan bersifat
sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat terbiodegradasi
sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang efektif bila
digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan tersebut
serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak dan
senyawa fosfat.

9
7. Golongan Biguanida
Bahan kimia yang sudah digunakan dari golongan ini antara lain
klorheksidin. Klorheksidin terkenal karena sangat ampuh untuk antimikroba
terutama jenis bakteri gram positif dan beberapa jenis bakteri gram negatif.
Klorheksidin sangat efektif dalam proses desinfeksi Staphylococcus aureaus,
Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi kurang baik untuk
membunuh beberapa organisme gram negatif, spora, jamur terlebih virus serta sama
sekali tidak bisa membunuh Mycoplasma pulmonis.
Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim efektif
untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan dibandingkan virus lipofilik.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Tujuan desinfeksi tersebut
adalah Mencegah terjadinya infeksi, Mencegah makanan menjadi rusak , Mencegah
kontaminasi mikroorganisme dalam industri, Mencegah kontaminasi terhadap
bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni., desi
Adapun desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit.3 proses desinfeksi yaitu Desinfeksi
tingkat rendah, Desinfeksi tingkat menengah , desinfeksi tingkat tinggi.
3.2 Saran
Dengan mengetahui dan mengenal jenis bahan kimia yang digunakan dalam
produk desinfektan diharapkan konsumen dapat memilih produk yang tepat
sasaran, yakni kesesuaian antara bahan kimia yang dikandungnya dengan jenis dan
target mikroorganismenya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan menjadi tepat
sasaran, berhasil guna dan berdaya guna. Manfaat lain adalah dengan mengetahui
risiko dan efek negatif yang mungkin ditimbulkan oleh bahan kimia dalam
desinfektan, seperti risiko keracunan pada anak, polusi terhadap lingkungan, risiko
terhadap kesehatan serta efek karsinogen, maka diharapkan konsumen lebih
berhati-hati dalam penggunaan dan penanganan produk-produk tersebut.
Diharapkan dari penulisan makalah ini mahasiswa maupun perawat dapat
mengaplikasikan prosedur desinfeksi dirumah sakit sesuai dengan standard
operasional prosedur yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Ester, Monica.2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986),Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan,
EGC, Jakarta.
Siri Hadioetomo,Ratna. 1993.Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia:
Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai