Anda di halaman 1dari 8

Journal Reading

Comparative Efficacy of Phenytoin Versus


Lidocaine in the Management Of
Intractable Seizure in Neonate

Oleh:

Iqbal Fahmi, S.Ked 04054821719033


Ezi Septyandra, S.Ked 04054821719034

Pembimbing:
dr. Indrayadi, Sp. A (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Journal Reading

Comparative Efficacy of Phenytoin Versus


Lidocaine in the Management Of
Intractable Seizure in Neonate
Oleh:
Iqbal Fahmi, S.Ked 04054821719033
Ezi Septyandra, S.Ked 04054821719034

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Juli 2018 s.d.
September 2018.

Palembang, Juli 2018,


Pembimbing

dr. Indrayadi, Sp. A (K)


PICO VIA

1. Population
Populasi penelitian ini diambil dari Departemen Neonatologi,
Dhaka Medical College Hospital (DMCH), Dhaka. Sampel penelitian ini
adalah bayi baru lahir dengan kejang neonatal yang diberikan injeksi
Fenitoin dan injeksi Lidocaine.
Neonatus yang dirawat di unit bayi perawatan khusus dengan
kejang usia 0-28 hari, dengan berat lahir >2000 gram; usia kehamilan
dalam rentang 34 sampai 42 minggu. Kemudian, pada neonatus yang
mengalami kejang yang tidak respon terhadap pemberian antikonvulsan
juga dimasukkan dalam kriteria inklusi.
Kemudian, pada neonatus yang pernah diobati dengan Fenitoin dan
Lidocaine sebelumnya, dikategorikan termasuk kriteria eksklusi, serta
pada neonatus dengan penyakit jantung bawaan yang mengalami kejang
juga termasuk dalam kriteria eksklusi.

2. Intervention
Penelitian ini melibatkan 78 pasien neonatus yang mengalami kejang.
Kedua kelompok itu secara acak diberi injeksi. Kelompok Lidocaine (n
= 39) dan Inj. Fenitoin (n-39). Nama pasien dan hal-hal khusus dicatat
dalam rekam medis. Awal evaluasi pasien berdasarkan riwayat dan
klinis, temuan yang didapat kemudian dicatat dalam data yang sudah
dibentuk lembaran. Dilakukan juga ivestigasi seperti darah lengkap,
glukosa darah. Kemudian, denyut jantung dipantau secara teratur.
Pemberian dosis injeksi Lidocaine (2mg/kg) ke satu kelompok dan dosis
injeksi Fenitoin (30 mg/kg) ke kelompok lainnya diberikan di bawah
pemantauan jantung, dan apabila tidak merespons, dosis ditingkatkan
hingga total dosis (40mg / kg) untuk injeksi Fenitoin. Pada kasus dengan
kejang kambuh, maka ke-2 dosis diberikan (15mg / kg) injeksi Fenitoin.
Perawatan diberikan 4mg / kg / jam untuk 12 jam pertama kemudian
diikuti oleh 2mg / kg / jam selama 12 jam berikutnya dalam infus IV
untuk kelompok pemberian injeksi lidokain dan 7,5mg / kg / hari selama
12 jam kehidupan untuk kelompok Fenitoin. Jika kejang terjadi selama
terapi pemeliharaan lidocaine atau tidak respon terhadap pemberian
kedua injeksi Lidocaine dan Fenitoin kemudian injeksi midazolam
diberikan pada kedua kelompok.

3. Comparison
Pada penelitian ini, pembanding sebagai kontrol ialah dengan
pemberian injeksi Fenitoin dengan dosis 30 mg/kg. Dalam hal ini,
dilakukan juga pemantauan jantung, apabila tidak respon, maka dosis
ditingkatkan hingga total dosis (40mg / kg) untuk injeksi Fenitoin.
Perawatan diberikan 4mg / kg / jam untuk 12 jam pertama dan 7,5mg /
kg / hari selama 12 jam kehidupan untuk kelompok Fenitoin.

4. Outcome
Hasil penelitian ini dilakukan untuk membandingkan khasiat
fenitoin dengan lidokain dalam manajemen kejang pada neonatus. Dua
kelompok studi dalam penelitian ini hampir sama sehubungan dengan
jenis kelamin mereka, kelahiran, APGAR skor, usia kehamilan, mode
pengiriman, usia saat masuk, jenis kejang, usia saat onset kejang. Studi
ini menunjukkan bahwa kejang 75% neonatus dikontrol dengan inj.
Lidocaine dan kejang dari 57,1% neonatus dikontrol dengan Inj,
Fenitoin. Dalam retrospektif Jepang menurut Rey dkk., studi kuesioner
multisenter menunjukkan bahwa Lidocaine lebih efektif pada 70%
neonates yang mampu mengkontrol kejang pada 85% neonatus.
Kemudian, Menurut Malingre dkk, dalam penelitian mereka
menunjukkan lidocaine efektif dalam 76% dari pasien. Hasil beberapa
studi menunjukkan bahwa lidocaine adalah suatu obat yang efektif untuk
mengobati kejang neonates dengan tingkat respons bervariasi dari
70% hingga 92%. Sedangkan, menurut Hellstrom-Westas dkk,
menunjukkan pada tahun 1988 bahwa lidocaine lebih efektif dalam 92%
pasien yang tidak respon untuk fenitoin dan diazepam. Lidocaine dulu
diberikan sebagai bolus intravena diikuti dengan infus kontinyu. Tidak
ada efek sampingnya yang diamati. Menurut Malingre dkk, mempelajari
dua kelompok neonatus selama perawatan neonatus dengan lidokain
yang berbeda takaran rejimen untuk berkembang dan strategi infus
lidokain yang optimal. Tidak ada efek samping dilaporkan dalam
kelompok baik pada studi kuesioner retrospektif, multicenter
yang menunjukkan bahwa lidocaine efektif dalam 70% neonatus yang
lebih muda dari 1 minggu usia dan memiliki kejang umum. Lidocain
memimpin penghentian kejang pada 63% bayi cukup bulan bila
digunakan sebagai pengobatan lini kedua untuk neonates kejang tanpa
perawatan sebelumnya dengan Fenitoin. Di sisi lain, menurut Laurel dkk,
studi menunjukkan khasiat hanya sekitar 50% fenitoin pada neonatus.
Fenitoin terbukti hanya menyediakan sekitar 10% untuk meningkatkan
kontrol kejang ketika diberikan setelah kegagalan fenobarbital,
sedangkan menurut Federico dkk, 6 diantaranya menunjukkan kejang
pada neonatus dengan pemberian injeksi Fenitoin

5. Validity
a. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas
Fenitoin dengan Lidocaine dalam mentatalaksana kejang pada
neonatus.

b. Apakah subjek penelitian diambil dengan cara yang tepat?


Ya, subyek penelitian ini diambil dengan cara yang sesuai, yaitu
secara randomized control trial. Subyek penelitian adalah pasien
neonatus di Departemen Neonatologi, Dhaka Medical College
Hospital (DMHC), Dhaka. Sebanyak 78 bayi baru lahir dengan kejang
dimasukkan dalam penelitian dan secara acak diberikan Lidocaine
(Grup A = 39) dan Fenitoin (Grup B = 39).
Sampel terlebih dahulu melalui proses pemilihan sampel yang
dibagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan
tujuan penelitian, sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria
khusus yang menyebabkan calon responden dikeluarkan sebagai
subyek penelitian.
Cara pengambilan sampel dengan randomized control trial
dengan tujuan mengurangi bias seleksi dana perancu (confounding)
yakni terbaginya variabel-variabel yang tidak diteliti secara imbang
pada masing-masing grup. Proses randomisasi dapat berhasil baik
apabila sampel penelitian cukup banyak dan biasanya akan
menghasilkan variabel-variabel sebanding (termasuk variabel
perancu). Dengan demikian, dengan adanya perbedaan unsur terapi,
perbedaan diharapkan semata-mata karena perbedaan perlakuan
bukan karena perbedaan karakteristik subjek kelompok penelitian.

c. Apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian?


Ya, data yang dikumpulkan sudah sesuai dengan tujuan
penelitian. Data yang diambil dengan kriteria inklusi yaitu Neonatus
yang dirawat di unit bayi perawatan khusus dengan kejang usia 0-28
hari, dengan berat lahir >2000 gram; usia kehamilan dalam rentang 34
sampai 42 minggu. Kemudian, pada neonatus yang mengalami kejang
yang tidak respon terhadap pemberian antikonvulsan.
Kemudian, pada neonatus yang pernah diobati dengan
Fenitoin dan Lidocaine sebelumnya, dikategorikan termasuk kriteria
eksklusi, serta pada neonatus dengan penyakit jantung bawaan yang
mengalami kejang juga termasuk dalam kriteria eksklusi.
d. Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisir kebetulan?
Ya, penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisir kebetulan, karena dari 78 sampel yang dianalisis
didapatkan 24 neonatus (75%) yang mengalami kejang pada grup A
dapat dikontrol dengan pemberian injeksi Lidocaine, sedangkan pada
20 neonatus di grup B yang mengalami kejang (57,1%) dapat
dikontrol dengan pemberian injeksi Fenitoin. Sisanya timbul efek
samping seperti apnea, bradikardia, mengantuk, dan lesu pada 4
pasien (12,5%) pada kelompok injeksi Lidocaine (grup A) dan 10
(28,6%) dari injeksi Fenitoin (Grup B)

e. Apakah analisa data dilakukan cukup baik?


Ya, analisis data pada penelitian ini sudah dilakukan dengan cukup
baik. Dari hasil analisis data ini terlihat bahwa dalam mentatalaksana
kejang pada neonatus dapat diberikan injeksi Lidocaine ataupun
Fenitoin. Namun, dari segi efektifitas yang telah dilakukan dalam
penelitian ini didapatkan bahwa Lidocaine lebih berperan dalam
mentatalaksana kejang pada neonatus dengan efek samping yang
ditimbulkan lebih sedikit dibandingkan pemberian injeksi Fenitoin.

6. Importance
Apakah penelitian ini penting?
Ya, penelitian ini penting, untuk mengetahui efektivitas Fenitoin
dengan Lidocaine dalam mentatalaksana kejang pada neonatus. Dengan
membandingkan efektivitas, efek samping pada pemberian injeksi dalam
mentatalaksana kejang, dapat terlihat bahwa kedua obat injeksi ini sama-
sama efektif dalam mentatalaksana kejang pada neonatus.
Rekomendasi penelitian lebih lanjut diharapkan dilakukan dengan
desain penelitian yang sama, penambahan jenis obat injeksi lainnya yang
berperan dalam mentatalaksana kejang pada neonates serta periode
tindak lanjut yang lebih lama, setidaknya 2 tahun untuk mendeteksi
efektivitas obat, efek samping yang ditimbulkan.

7. Applicable
Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan?
Ya, penelitian ini dapat diaplikasikan. Secara keseluruhan,
penelitian ini mengevaluasi efektivitas pemberian injeksi Lidocaine dan
Fenitoin dalam mentatalaksana kejang pada neonatus. Penelitian ini
dapat diaplikasikan terutama karena banyak sekali neonatus yang
mengalami kejang. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat diketahui
bahwa, pemberian injeksi Lidocaine dan Fenitoin sama-sama berperan
dalam mengatasi kejang pada neonatus. Namun, diantara kedua obat
injeksi ini, Lidocaine lebih efektif dalam mengatasi kejang pada neonatus
dengan efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit dibandingkan
penggunaan injeksi Fenitoin pada neonatus yang mengalami kejang.

Anda mungkin juga menyukai