Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Defenisi Remaja

Defenisi remaja menurut krummel(1996) adalah masa-masa kehidupan manusia anatara


usia 11 sampai dengan 21 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan biologis, emosional, dan
kognitif yang baru berkembang hingga masa dewasa. Menurut UNFPA( The United Nations
population fund) tahun 2005 remaja adalah awal(early adolescence)10-14 tahun remaja akhir(
late adolescence) 15-19 tahun.

Remaja adalah masa pertumbuhan dan kematangan manusia, terjadinya perubahan yan
kompleks, dan terbentuknya beberapa tanda kedewasaan pada usiaini( WHO, 1995 dalam
kusumajaya,2007). Masa ini juga merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa,
terjadi perkembangan individu dalam mencari identitas diri, moral dan nilai kehidupan,
penghargaan terhadap diri dan pandangan terhadap mas depan( Nurshoboh 2009).

Menurut brown(2005), masa remaja terbagi menjadi tiga fase berdasarkan perkembangan
psikososialnya yaitu :

1. Remaja muda( young Adolescence) 10-14 tahun


2. Remaja menengah( Middle Adolescence) 15-17 tahun
3. Remaja tua( late Adolescence) 18-21 tahun
Monk’s et al.,(2002) dalam samosir 2008, membagi usia remaja menjadi empat fase
berdasarkan perkembangannya :
1. Pra Remaja(10-12 tahun)
2. Remaja awal atau pibertas (12-15 tahun)
3. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
4. Remaja akhir (18-21tahun )

2.1.2 pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja

2.1.2.1 pertubuhan fisik

Menurut kusumajaya (2007), pertumbuhan fisik sangat cepat terjadi yang disebut “
adolescnt growth spurt ”. Di dalam kehidupan, masa-masa”growth spurth” ini terjadi dua kali
yaitu pada waktu bayi dan waktu pada remaja. Pertumbuhan badan paling optimal terjadi masa
kedua tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Pada perempuan growth spurt terjadi lebih awal dari pada laki-laki,
sehingga pada umur 11-13 tahun, wanita lebih tinggi dan lebih berat dari laki-laki.
Pertumbuhan fisik yang terjadi pada remaja adalah perumbuhan berat badan dan tinggi
badan. Pada remaja putri puncak pertambahan berat badan terjadi selama masa growth sport(
pertumbuhan pesat ). Remaja putri mengalami kenaikan berat badan sekitar 8.3 kg pertahun,
umumnya terjadi saat umur 12,5 tahun dan kenaikan berat badan mulai stabil setelah mangalami
menarche dan saat menginjak masa remaja akhir kenaikan berat badan sekitar 6,3 kg. Remaja
putri mengalami perubahan drastis pada komposisi tubh sepanjang masa pebertas. Masa otot
mengalami penurunan sebesar 14% sedangkan komposisi lemak dalam tubuh mengningkat
sebesar 11%. Meningkatnya komposisi lemak tubuh ini wajar terjadi pada remaka putri umtuk
pertumbuhan dan perkembangan seksualnya( brown,2005)

2.1.2.2 perkembangan psikososial

Tahapan perkembangan remaja menurut Robert dan Wiliams (2000),

Secara umum ada 3 tahapan perkembangan remaja yaitu :

1. Remaja Awal( Early Adolescence ) 10-14 tahun


Pada usia ini remaja suka membandingkan diri dengan orang lain, sangat mudah
dipengaruh oleh teman sebaya dan lebih senang begaul dengan teman sejenis.
2. Remaja Tengah ( Middle Adolescence ) 15-19 tahun
Pada usia ini remaja lebih nyaman dengan kaadaan sendiri, suka berdiskusi dan mulai
berteman dengan lawan jenis, serta mengembangkan rencana masa depan.
3. Remaja Akhir ( late adolescence) 20-24 tahun
Pada usia remaja mulai memisahkan diri dari keluarga dan identitas, bersifat keras tetapi
tidak berontak, teman sebaya tidak penting, berteman dengan lawan jenis secara dekat
lebih penting serta lebih terfokus pada rencana karir masa depan.

2.2 Gizi Remaja

Remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Masa ini remaja masuk ke dalam
fase pertumbuhan cepat kedua dan selanjutnya pertumbuhan fisik menurun saat masuknya usia
dewasa muda. Oleh karena itu, remaja membutuhkan makanan yang ade kuat tidak hanya dari
segi kualititas tapi juga dari segi kualitas. Semakin bervariasi atau beraneka ragam makanan
yang dikunsumsi remaja akan menjamin terpenuhnya kecukupan zat gizi yang selanjutnya akan
berdampak pada status gizi dan kesehatannya ( Purnarkarya dan Azrimaidaliza, 2011).

Saat seseorang tumbuh menjadi remaja, pengaruh terhadap kebiasaan makan mereka
sangat kompleks. Remja merupaka awal mengadopsi peerilaku diet yang cerendung akan
menertap pada dewasa( Brown,2005).

Berkembangannya kemandirian, meningkatnya partisipasi dalam kehidupan sisoal dan pada


umunya jadwal aktifitas fisik yang sibuk akan mempengaruhi apa yang mereka makan. Mereka
mulai membeli dan memilih dengan cepat dan di luar rumah ( Warthington,2000). Remaja
cerendung akan memilih makanan apapun yang tersedia ketika mereka lapar( Mc Wiliams, 1993)

2.3 Status Gizi

2.3.1 Defenisi gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikomsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transprotasi, penyimpanan, metabolisme, dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dan organ-organ, serta mengahsilkan energi. Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, contoh kegemukan merupakan keadaan
ketidakseimbangan anatara pemasukan dengan pengeluaran energi dalam tubuh ( supariasa
2001). Sedangkan menurut suhardjo (1986), status gizi adalah keadaan tubuh yang berakibatkan
oleh komsumsi, penyerapan, dan penggunaan makanan.susunan makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi tubuh, pada umunya dapat menciptakan status gizi yang memuaskan.

2.3.2 Gizi Baik

Status gizi baik atau juga yang menyebutnya status gizi normal, merupakan tingkat
kesehtan dimana keadaan kesehatan seseorang ditinjau dari sisi kecukupan gizinya berada pada
kondisi yang normal atau cukup. Untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup bagi tubuh maka
perencanaan, pemilihan, pengolahan dan penyajian makanan yang harus lebih dari perhatikan (
sediaoetama, 2000)

2.3.3 Gizi Salah (Malnutition)

Gizi salah ( Malnutition) terjadi bila komsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh. Malnutition ini termasuk mencakup kelebihan gizi atau gizi
lebih (overnutrition). Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari
kebebihan atau kekurangan zat gizi menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk Indonesia (
Notoamodjo,2003)

Gizi kurang terjadi akibat susunan makanan yang tidak seimbang maupun konsumsi
keseluruhannya yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Penyakit kurang kalori dan protein (
KKP), penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara komsumis kalori dan protein dengan
kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi energi dan protein ( Sediaoetama, 2008 dan
Notoatmodjo, 2003)

Gizi lebih atau kegemukan ( obesitas ) terjadi akibat ketidakseimbangan anatara


komsumsi kalori dan kebutuhan energi, yaitu komsumsi kaori terlalu berlebih dibandingkan
dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat
badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal
menurut umurnya ( Notoatmodjo, 2003). Obesitas ternyata berkorelasi negatif dengan panjang
umur seseorang. Angka-angka statistik dari perusahaan asuransi di Amerika menunjukkan bahwa
hanya 60% penderita obesitas yang bisa mencapai usia 60 tahun, sementara prensentase untuk
mereka yang memiliki berat badan normal atau kurus sehat adalah 90% ( Khomsan, 2004).

Masalah gizi lebih dapat disebabkan oleh berbagi faktor yang mempengaruhinya.
Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama diperkotaan
menyebabkan perubahan gaya hidup, terutama dalam pola makan. Pola makan trandisional yang
tinggi lemak sehingga mengeser mutu makanan ke arah tidak seimbang. Perbaikan dari segi
ekonomi dan dampak pengaruh budaya dan teknologi modern menyebabkan berkurangnya
aktifitas fisik (Almatsier, 2003)

Penanggulangan gizi lebih dapat di lakukan dengan masukan dan kelluarkan energi
pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghidari tekanan
hidup/steress penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi komsumsi
karbohidrat dn lemak , menghindari komsumsi alkohol( Almastsier, 2003).

Sementara Seidell dan Visscher ( 2005 ), mengatkan bahwa berat badan cenderung
menurun jika asupan lemak digantikan dengan karbohidrat, khusunya jika produk pangan
menggantikannya kaya akan serat pangan serta harus diikuti aktivitas fisik yang cukup.

2.4 Penilian Status Gizi

Penilaian status gizi terdiri dari penilain secara langsung dan penilian secara tidak
langsung. Penilaian status gizi secara langsung terbagi menjadi empat penilian yaitu ntropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penelian status gizi secra tidak langsung terbagi
menjadi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik, vital, dan faktor ekologi( Supariasa,
2001). Namun pada kesempatan kali hanya akan dibahas pengukuran antropometri dan survei
konsumsi.

2.4.1 Pengukuran Antropometri

Secara umum antropometri adalah ukuran tubih manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhibungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagi tingkat umur dan tngkat gizi. Antropometri sebangai indikator
status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa prameter. Parameter yang biasa
digunakan antara lain: umur, berat badan, dan tinggi badan. Faktor umur sangat penting dalam
penentuan status gizi, kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi yang salah. Berat
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan pada tulang. Adanya tumor dapat
menurunka jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Tinggi badan
merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika
umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
dengan tepat. Disamping itu itnggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesempingkan (
supariasa, 2001).

Kelebihan penilaian status gizi memlalui pengukuran antropometri, antara lain :


(Gibson,2005).

1. Prosedurnya aman, sederhana, dan dapat mencukup jumlah sampel yang besar.
2. Alatnya murah, tahan lama, dan mudah dibawa.
3. Tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam
waktu singkat, misalnya kader posyandu.
4. Metodenya tepat dan akurat karenaa dapat dibakukan, serta dapat dgunakan untuk
persiapan kelompok yang rawan gizi
5. Dapat mendeksi riwayat gizi seseorang di masa lampau dan dapat mengevaluasi
perubahan status gizi pada periode tertentu
sedangkan kerterbatasan penilain status gizi melali pengkuran antropomentri, antara lain:
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
a. Membutuhkan data refensi yang relevan
b. Kesalahan yang muncuk bisa disebabkan kesalahan peralatan yang belum dikalibrasi,
kesalahan pada observer sperti salah dalam pengukuran, pembacaan, dan pencatatan.
c. Hanya mendapat data pertumbuhan,obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein,
tidak dapat memperoleh informasi karena defisiensi zat gizi mikro.

2.4.1.1 Indikator Antropometri

Indikator antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indikator


antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran
atau yang dihubungkan dengan umur( Hartriyanti dan Triyanti,2007). Indikator antropotmetri
yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur(BB/U), Tinggi Badan menurut umur
(TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan(BB/TB), perbedaan penggunaan indikator tersebut
akan memberikan gambaran prevalensi status gizi berbeda. Gibson(2005).

2.5 Sosial Ekonomi

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani oikonomia. Kata oikonomia berasal dari dua
kata yaitu oikos dan nomos. Oikos berarti bagi rumah tangga, sedangkan nomos berarti
mengatur. Jadi oikonomia berarti mengatur rumah tangga. Ekonomi berkembangan menjadi
suatu ilmu, sehingga ekonomi berarti pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam
rangka mengatur rumah tangga. Rumah tangga diartikan secara lebih luas, rumah tangga disini
berkaitaan dengan kelompok sisoal yang dianggap sebangai rumah tangga kesatuan kelompok
manusia yang hidup menurut norma dan tataaturan tertentu ( M.T Ritonga, 2000:36)

Menurut George Soul, ekonomi adalah pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah
laku manusia dalam kehidpuan masyarakat khususnya dengan usaha memenuhi kebutuhan dalam
rangka mencapi kemakmuraan dan kesejatrataan ( Richard G dan Pete O steiner,1991,9)

Tidak hanya di Indonesia namun juga di luar nergi status sosial yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat khususnya dengan usaha memenuhi
kebutuhan dalam rangka mencapi kemakmuran dan kesejahteran ( Richard G Lipsey dan Pete O
Steiner,199:9)

Dalam hal ini di mana kondisi sosial ini berpengaruh secara negatif terhadap pendidikan,
maka kondisi ini menjadi pembatas pendidikan, maka kondisiini menjadi
pendidikanorangtuasebangai pendidik secara kodrati harus mampu mengantisipasi pengaruh
yang ada karena tidak semua pengaruh kondisi sosial merupakan pengaruh baik. Hal ini berarti
bahwa lingkungan sosial juga mempengaruhi pencapaian pendidikan anak. Kondisi sosial
masyarakat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan.

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Menurut Mubyarto (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) berpendapat tinjauan
sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang
berkaitan dengan kelembangan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja
berkaitan erat dengan masalah kesejahtaraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan
ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk
menutupi keperluan rumah tangga dan pembangan usaha-usahanya.

Menurut Sumardi dan Evers (2002) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) keadaan Sosial
ekonomi yaitu sebagai berikut :

a. Lebih berpendidikan
b. Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan,
pengenalan diri terhadap lingkungan.
c. Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar.
d. Mempunyai ladang luas.
e. Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk.
f. Mempunyai sikap yang berkenaan dengan kredit.
g. Pekerjaan lebih spesifik.

Kondisi sosial ekonomi menurut Sastropradja(200) dalam Basrowi dan Juariyah (2010)
adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat sekelilingnya.
Menurut Ahmed (2001) dalam Basrowi dan Juariyah (2010) manfaat dalam kenteks
sosial ekonomi bagi masayarakat dari suatu program pendidikan adalah berupa perbaikan
dalam hal penghasilan, produktivitas, kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga,
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi adalah merupakan manfaat sisoal bagi masyarakat.

Agar anak dapat memperolh pendidikan yang baik maka orang tua harus pandai
mengarahkan agar anaknya tidak terpengaruh apabila kondisi sosial mereka tidak
mendukung tercapainya pendidikan dengan baik. Orang tua juga harus mengusahakan
agar lingkungan sosial di sekitar dapat dijadikan sebagai pendukung tercapainya
pendidikan yang maksimal.

3. Ukuran sosial ekonomi


Menurut Hermana dan Ruskandi (2001), kriteria yang biasa dipakai untuk
menggolongkan anggota masyarakat ke suatu lapisan adalah sebangai berikut :
a. Ukuran kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk lapisan teratas. Kekayaan
tersebut biasanya dapat dilihat pada bentuk rumahnya, mobil pribadinya, cara-cara
mempergunakan pakaian serta bahan yang dipakainya, kebiasaan berbelaja barang-
barang mahal dan seterusnya.
b. Ukuran kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau wewnang terbesar, menenpati lapisan teratas.
c. Ukuran kerhormatan
Ukuran kehermotan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran
secam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional, sperti golongan tua atau yang
pernah berjasa.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebangai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargainya.
Ukuran ini kadang-kadang berakibat negatif karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar sarjananya. Hal ini akan memacu
segala usaha untuk mendapat gelar walaupun tidak halal.
e. Klasifikasi tingkat ekonomi
Menurut Hermana dan Ruskandi (2001), lapisan yang ada dalam masyarakat ada tiga
macam, yaitu :
1) Lapisan atas (upper clas)
2) Lapisan menengah (middle class)
3) Lapisan bawah (lower class)
2.6 kerangka teori

Variabel bebas Variabel terikat

Defenisi remaja

pertumbuhan dan perkembangan


pada masa remaja
Status gizi pada remaja

Perkembangan psikososial

Status Gizi Remaja

engertian Status Sosial


Ekonomi

Kondisi Sosial Ekonomi


Sosial Ekonomi

Ukuran sosial ekonomi

Keterangan :

 Yang di berikan huruf tebal yang di teliti


 Yang tidak di berikan huruf tebal tidak di teliti.
2.7 kerangka konsep

Status gizi pada remaja putri Sosial ekonomi (pendapatan orang tua )

2.8 Hipotesis

Dari peninelitian di atas dapat dikatakan bahwa adanya “gambaran status gizi pada remaja putri
dengan sosial ekonomi”

Anda mungkin juga menyukai