Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 6

Dinik Afrianingsih 170351616573


Elok Lailatus S 170351616517
M. Adi Widodo 170351616550

DESKRIPSI LITERASI SAINS AWAL MAHASISWA PENDIDIKAN IPA PADA


KONSEP IPA
Noly Shofiyah
Pada pendahuluan peneliti menyatakan bahwa kemampuan literasi sains siswa
Indonesia masih rendah, hal ini dibuktikan dengan data literasi sains pada PISA beberapa tahun
sejak 2003-2012. Kemudian peneliti mengatakan mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa yang berasal dari peneliti lain yaitu, kesulitan siswa dalam menggunakan bukti-bukti
ilmiah dan membuat keputusan terhadap isu-isu sosial-sains. Adapun beberapa solusi yang
diusulkan oleh peneliti salah satunya yaitu, pengembangan kerangka kerja guna meningkatkan
kemampuan literasi sains . kerangka tersebut berisi tentang tingkatan literasi sains yaitu,
nominal, fungsional, konseptual dan proseduran, dan multidimensional.
Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif dengan subjek
penelitian kemampuan literasi sains mahasiswa semester 3 program studi pendidikan IPA
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Instrument yang digunakan ialah soal tes literasi sains.
Dari hasil yang diperoleh mahasiswa tersebut masih berada dalam tingkat nominal dan
fungsional pada kemampuan literasi sains. Masih belum sampainya mahasiswa ke tingkat
multidimensional dikarenakan belum mampunya mereka dalam menjawab soal-soal literasi
sains dan juga mereka selalu berhadapan dengan sistem ujian yang beroperasi pada tingkat
nominal dan fungsional. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains
maka disarankan penggunaan model pembelajaran siklus belajar.

PROFIL PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI


PEMBELAJARAN SAINTIFIK
Ardian Asyhari, Risa Hartati
Permasalahan yang diangkat peneliti pada jurnal tersebut berasal dari kemampuan
literasi sains peserta didik Indonesia yang masih jauh dari kata memuaskan. Hal tersebut dilihat
peneliti dari hasil Programme for International Student Assesstment (PISA) yang diadakan tiga
tahun sekali. Dalam data tersebut diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kemampuan literasi
sains Indonesia dari tahun 2000-2012. Karena permasalah tersebut akhirnya muncul berbagai
macam upaya dalam memperbaiki pembelajaran sains di sekolah. Salah satunya ialah dengan
pembelajaran saintifik yang telah dianjurkan oleh pemerintah dalam peraturan pendidikan
Indonesia.
Pada jurnal tersebut, peneliti menggunakan penelitian week experiment dengan desain
penelitian onel group pretest-posttest design. Subjek penelitian yang diambil ialah seluruh
kelas VII yang terdaftar di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Lampung Utara pada tahun
ajaran 2014/2015 dengan teknik pengumpulan purposive sampling. Instrument yang digunakan
alah soal pilihan ganda yang telah dikembangkan peneliti untuk menilai aspek pengetahuan
dan aspek kompetensi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa aspek pengetahuan literasi sains
mengalami peningkatan hasil ujian. Sementara pada aspek kompetensi literasi sains juga
mengalami peningkatan,namun siswa masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi isu
ilmiah. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran saintifik dapat meningkatkan
kemampuan literasi siswa.
UPAYA PEMBELAJARAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN
BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
Mufida Nofiana, Teguh Julianto
Peneliti mengungkapkan bahwa pembelajaran sains saat ini masih kurang relevan dan
popular di mata para siswa. Hal ini disebabkan oleh kurikulum yang masih banyak
mengutamakan materi dari pada pengaplikasian materi tersebut. Padahal literasi sains
bermanfaat dalam mengatasi masalah atau mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti menunjukkan bahwa literasi sains yang rendah dapat menyebabkan kurang tanggapnya
siswa terhadap perkembangan dan permasalahan yang ada di sekitar lingkungan terutama pada
masalah fenomena alam, keunggulan lokal daerah, maupun permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar. Oleh karena itu peneliti mengembangkan strategi peningkatan literasi sains
dengan pembelajaran berbasis keunggulan lokal.
Penelitian ini menggunakan subjek siswa SMA kelas 10 dengan melalui empat tahapan
penelitian yaitu, tahap persiapan, pelaksanaan, pengolahan data, dan pelaporan. Hasil
penelitian diperoleh adanya peningkatan literasi sains pada penerapan pembelajaran berbasis
keunggulan setempat. Pada aspek konten sains, konteks sains dan proses sains yang mengalami
peningkatan, namun pada konteks sains siswa masih termasuk dalam kategori rendah. Peneliti
menyarankan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis keunggulan setempat dengan
menggunakan keunggulan setempat yang lain dan diperlukannya penelitian lanjutan dalam
penguasaan keammpuan literasi sains menggunakan pembelajaran berbasis keunggulan
setempat yang lain.

ANALYSIS OF BIOLOGICAL SCIENCE LITERACY A PROGRAM FOR


INTERNATIONAL STUDENT ASSESSMENT (PISA) CLASS 1X JUNIOR HIGH
SCHOOL STUDENTS AT SOLOK TOWN
Jhoni Zhasda, Ramadhan Sumarmin, Zulyusri

Dalam penelitian yang ada pada jurnal tersebut peneliti menyatakan bahwa literasi sains
Indonesia masih rendah pada PISA. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan program
pembelajaran Indonesia masih belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu siswa sangat
membutuhkan perhattian lebih untuk meningkatkan literasi sains. Faktor-faktor yang
menyebabkan kemampuan literasi sains Indonesia rendah yaitu belum adanya pelatihan-
pelatihan pemecahan masalah yang melibatkan berbagai materi, diri sendiri, sosial dan konteks
global. Selain itu, evaluasi yang diberikan guru juga belum mengarahkan siswa pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti karakteristik pada PISA.
Metode penelitian yang digunakan ialah dengan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
subjek penelitiannya adalah siswa kelas 9 di kota Solok pada materi pembelajaran biologi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penguasaan literasi sains siswa SMP di kota
Solok sangat rendah dengan skor 46,93%. Dari hasil analisis diketahui bahwa rendahnya
literasi sains disebabkan oleh guru dan siswa iu sendiri. Dalam penelitan tersebut peneliti
menyebutkan bahwa guru masih belum mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam
berpikir tingkat tinggi. Sehingga menghasilkan siswa yang masih jauh dari harapan pada materi
biologi.
Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP pada Materi Sirkulasi Darah
Siti Hardiyanti Hasasiyah, Bagus Addin Hutomo, Bambang Subali, Putut
Marwoto
Dalam jurnal dikatakan bahwa salah satu pembelajaran kontekstual harus
mengedepankan melek sains atau literasi sains. Literasi sains merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah
dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan bukti ilmiah terkait konsep-konsep sains. Hasil
studi PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukkan peringkat Indonesia terus
menurun. Hasil studi PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukkan peringkat
Indonesia terus menurun.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan literasi sains pada materi sirkulasi darah. Subjek penelitian 38 siswa SMP N 4
Belik Pemalang Jawa Tengah kelas VIIIA tahun ajaran 2018/2019. Berdasarkan permasalahan
dilapangan didapat beberapa faktor penyebab rendahnya literasi sains adalah: siswa belum
pernah mengerjakan soal literasi sains sebelumnya yang berkaitan dengan hasil penelitian tema
sistem peredaran darah. Kebiasaan siswa lebih suka menghapal materi pembelajaran dari pada
memahaminya, sehingga siswa kurang memahami dan mengaplikasikan materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Para pendidik seharusnya memiliki keterampilan literasi sains dan
keterampilan berpikir kritis yang tinggi. Hal ini sangat penting agar mereka dapat
mengembangkan keterampilan literasi sains siswanya

Dimensions of Scientific Literacy in Greek Upper Secondary Education Physics


Curricula
Charikleia Kiouri, Michael Skoumios

Literasi ilmiah, menurut kerangka penilaian PISA 2006, mengacu pada pengetahuan
ilmiah siswa dan ability kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ini untuk mengenali
pertanyaan-pertanyaan ilmiah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena dengan
cara ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Menurut kerangka penilaian
PISA 2015, "orang yang melek ilmiah harus bersedia untuk terlibat dalam wacana beralasan
tentang sains yang memerlukan kompetensi untuk: menjelaskan fenomena secara ilmiah,
mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti secara
ilmiah. Literasi ilmiah, seperti yang dijelaskan dalam kerangka PISA 2015, termasuk dimensi
berikut: konteks ilmiah, kompetensi ilmiah, domain pengetahuan ilmiah, dan sikap siswa
terhadap sains.
Pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Jenis pertama adalah pengetahuan
tentang fakta, konsep, ide dan teori tentang dunia alam. Kompetensi yang diusulkan oleh
kerangka kerja PISA 2015 adalah tiga berikut: (a) menjelaskan fenomena secara ilmiah (yang
termasuk mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang tepat, mengidentifikasi,
menggunakan dan menciptakan model dan representasi interpretasi, membuat dan
membenarkan prediksi yang sesuai, merumuskan asumsi interpretatif, dan menjelaskan
kemungkinan dampak pengetahuan ilmiah pada masyarakat) (b) mengevaluasi dan merancang
keadilan ilmiah (yang meliputi menentukan pertanyaan yang akan dibahas dalam studi ilmiah,
membedakan pertanyaan yang dapat diatasi secara ilmiah, mengusulkan metode ilmiah untuk
menjawab pertanyaan, mengevaluasi metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan, dan
menjelaskan dan mengevaluasi sejumlah metode yang digunakan para ilmuwan untuk
memastikan keandalan data dan obyektivitas penjelasan) (c) menginterpretasikan data dan
bukti secara ilmiah (yang mencakup konversi data dari satu representasi ke yang lain,
menganalisis dan menafsirkan data dan menarik kesimpulan yang tepat, mengidentifikasi
asumsi, bukti dan penalaran dalam teks ilmiah, membedakan antara argumen berdasarkan bukti
ilmiah dan teori dan yang didasarkan pada spekulasi, dan mengevaluasi argumen ilmiah dan
bukti dari berbagai sumber).

STUDENT’S SCIENCE LITERACY IN THE


ASPECT OF CONTENT SCIENCE?
F. Fakhriyah, S. Masfuah, M. Roysa, A. Rusilowati, E. S. Rahayu

Literasi ilmiah terdiri dari pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep ilmiah dan
proses ilmiah yang dibutuhkan oleh seseorang dalam pengambilan keputusan, produktivitas
budaya dan ekonomi. Selanjutnya, literasi ilmiah dapat dipromosikan oleh keterampilan
pemecahan masalah secara pribadi dan social. Setiap individu dituntut memiliki literasi ilmiah
yang mencakup pengetahuan ilmiah, keterampilan proses ilmiah, dan sikap ilmiahnya. ISA-
OECD (Program untuk Internasional Penilaian Siswa-Organisasi untuk Ekonomi Kerjasama
dan Pengembangan) pada tahun 2006 telah diukur literasi ilmiah yang menunjukkan tingkat
rendah di Indonesia, 29% dari konten, 34% untuk proses, 32% untuk konteks.
Dalam penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif. ada penelitian ini,
peneliti tidak melakukan perlakuan khusus terhadap sampel tanpa kelompok kontrol atau
kelompok eksperimen. Hasil penelitian tu menunjukkan bahwa 66,2% dari siswa sudah
memiliki konsep untuk menghubungkan sains dengan disiplin ilmu lain, bisa menulis istilah
ilmiah, tetapi mereka masih memiliki kesalahpahaman, sedangkan 33,8% siswa memahami
teori tersebut dan menjelaskan konsep dengan benar, tetapi mereka punya pemahaman yang
terbatas dan menemukan kesulitan dalam menjelaskan konsep dengan pendapat mereka
sendiri. Berdasarkan diskusi dan temuan, dosen harus menyediakan bahan ajar konsep sains
yang dapat mengembangkan siswa keterampilan dan melakukan keterampilan belajar
keaksaraan ilmiah dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa dapat mengakses
berbagai literature dan sumber informasi, tidak hanya dari dosen dan siswa.

Pembelajaran Literasi Sains Melalui Pemanfaatan Lingkungan

Reny Kristyowati, Agung Purwanto

Menurut penulis pendidik memiliki peran penting untuk menghasilkan generasi


penerus bangsa yang berkualitas, handal dan mampu bersaing di dunia internasioal.
Diharapkan memlalui pembelajaran IPA kemampuan literasi sains peserta didik dapat
meningkat sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari
data pisa juga diketahui meskipun skor literasi siswa meningkat dari setiap tahun namun
peringkat Indonesia tetap semakin memburuk. Maka dari itu kemampuan literasi siswa perlu
ditingkatkan agar dapat bersaing di Internasional. Literasi sains merupakan kemampuan
menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Salah
satu faktor penyebab rendahnya literasi sains adalah pemilihan sumber belajar. Literasi sains
pada pembelajaran IPA yang hanya berpusat pada guru sehingga membuat siswa merasa
berat saat menempuh mata pelajaran tersebut.

Penelitain yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan


metodel literature riview. Data berasal dari artikel, jurnal maupun sumber lain yang berkaitan
dengan penelitian. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kumulatif
dengan penjabaran deskriptif.

Dari penilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa literasi sains dalam
pembelajaran IPA memegang peran yang sangat penting. Pemanfaatan lingkungan pada
literasi sains juga dianggap dapat membantu peserta didik dalam mudah memahami materi
karena mereka bisa belajar secara kontekstual dan juga dapat membantu dalam
mengidentifikasi pertanyaan berdasarkan apa yang mereka amati.

Research trends of scientific literacy in Indonesia: Where are we?

Fatchiyatun Ni’mah

Penelitian digunakan untuk menganilisis terkait penelitian mengenai literasi sains di


Indonesia berdasarkan artikel atau jurnal yang ada di Indonesia. Analisis dilakukan pada 138
artikel dari tahun 2009-2017 yang diterbitkan diberbagai jurnal, apakah sudah terindeks
DOAJ, SCOPUS, ISSN Journals atau oleh lembaga pengindeks jurnal lainnya. Penelitian
terkait literasi sains terus berkembang di Indonesia setelah ada pengumuman dari PISA dan
TIMSS yang menunjukan kurangnya kemampuan literasi sains di Indonesia. Bahkan
pemerintah juga ikut berpartisipasi aktif untuk mengembangkan kemampuan literasi sains
diawali dengan membiasakan peserta didik untuk membaca sebelum proses pembelajaran
berlangsung. Literasi ilmiah terdiri atas pengetahuan ilmiah, proses ilmiah, konteks ilmiah
dan sikap terhadap sains. Penilitian ini berguna untuk memudahkan para peniliti untuk
menuntaskan permasalahan literasi sains di Indonesia.

Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan studi analisis deskriptif.


Dilakukan juga pengelompokan berbagai hasil penelitian berdasarkan berbagai aspek dalam
penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penelitian mengenai literasi sains di
Indonesia kebanyakan menyangkut mengenai penerapan pembelajaran ygn bertujuan untuk
mengembangkan literasi siswa, terutama model inkuiri. Desain penelitian yang digunakan
paling banyak yaitu menggunakan desain kuasi-eksperimental. Sedangkan instrumen yang
paling banyak digunakan yaitu pilihan ganda yaitu sebesar 65,38%. Sampel yang banyak
digunakan berasal dari siswa SMP yaitu sebesar 40,58%.

The Development of Scientific Literacy through Nature of Science (NoS) within Inquiry
Based Learning Approach

Oleh: A. Widowati,a, E.Widodo, P.Anjarsari, Setuju

Masih banyaknya guru yang kurang memahami bagaimana cara membuat siswa agar
dapat belajar dengan baik sehingga dapat meningkatkan literasi sains siswa. Karena literasi
sains merupakan tujuan utama pada perbaikan pendidikan IPA. Maka dari itu pada penelitian
ini dibuat cara untuk memudahkan pemahaman siswa terkait konsep dari pengetahuan alam
dengan menggunakan pendekatan inquiry. Harapan dari penulis yaitu dapat meningkatkan
literasi sains yang lebih optimal dengan menggabungkan pengetahuan alam dan pendekatan
pembelajaran berbasis inquiry. Model dari pembelajaran ini menggunakan Rekontrucstion
Education Model (MER) model pada perkembangan rekontruksi pendidikan.

Siswa SMA di Indonesi telah terindikasi sebesar 41% memiliki pengetahuan tenatang
sains hanya terbatas. Lebih lanjut disebutkan bahwa siswa tidak dapat secara konsisten untuk
mengidentifikasi, menyampaikan dan mengaplikasikan sains lebih komplek dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal pada era Asean Economic Comunity (MEA) menuntut persiapan kualitas
sumber daya manusia Indonesia unggul. Tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia
adalah bagaimana berjuang untuk manusia usia produktif

Desain penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan. Model pengembangan


yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Four D Models dan Borg and Gall.
Pengembangan prosedur terdiri dari empat fase utama (fase menentukan, merancang,
mengembangkan, dan menyebarluaskan) dan fase tambahan (pengujian pendahuluan bidang,
revisi produk utama, uji coba lapangan, dan revisi produk operasional) yang diambil dari
Borg dan prosedur Gall. Teknik pengambilan seubjek menggunakan teknik sampling dimana
subjek yang digunakan adalah siswa SMP di Yogyakarta yang terdiri atas 211 siswa dari
SMP favorit di wilayah tersebut.

Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui untuk mengetahui aspek-aspek yang
relevan yang dibutuhkan untuk meningkatkan dalam praktik pembelajaran dan program
pengembangan guru. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
secara umum untuk setiap aspek keterampilan inkuiri masih dalam kategori cukup baik.
Ketidakmampuan siswa untuk melakukan inkuiri masih belum optimal. Desain instruksional
Nature of Science (NoS) dalam pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri yang diharapkan
bahwa literasi sains siswa dapat berkembang menggunakan The Model of Education
Rekonstruksi (MER) sebagai sarana untuk membuat desain pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai