Dalam penelitian yang ada pada jurnal tersebut peneliti menyatakan bahwa literasi sains
Indonesia masih rendah pada PISA. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan program
pembelajaran Indonesia masih belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu siswa sangat
membutuhkan perhattian lebih untuk meningkatkan literasi sains. Faktor-faktor yang
menyebabkan kemampuan literasi sains Indonesia rendah yaitu belum adanya pelatihan-
pelatihan pemecahan masalah yang melibatkan berbagai materi, diri sendiri, sosial dan konteks
global. Selain itu, evaluasi yang diberikan guru juga belum mengarahkan siswa pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti karakteristik pada PISA.
Metode penelitian yang digunakan ialah dengan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
subjek penelitiannya adalah siswa kelas 9 di kota Solok pada materi pembelajaran biologi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penguasaan literasi sains siswa SMP di kota
Solok sangat rendah dengan skor 46,93%. Dari hasil analisis diketahui bahwa rendahnya
literasi sains disebabkan oleh guru dan siswa iu sendiri. Dalam penelitan tersebut peneliti
menyebutkan bahwa guru masih belum mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam
berpikir tingkat tinggi. Sehingga menghasilkan siswa yang masih jauh dari harapan pada materi
biologi.
Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP pada Materi Sirkulasi Darah
Siti Hardiyanti Hasasiyah, Bagus Addin Hutomo, Bambang Subali, Putut
Marwoto
Dalam jurnal dikatakan bahwa salah satu pembelajaran kontekstual harus
mengedepankan melek sains atau literasi sains. Literasi sains merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah
dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan bukti ilmiah terkait konsep-konsep sains. Hasil
studi PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukkan peringkat Indonesia terus
menurun. Hasil studi PISA sejak tahun 2000 hingga tahun 2012 menunjukkan peringkat
Indonesia terus menurun.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kemampuan literasi sains pada materi sirkulasi darah. Subjek penelitian 38 siswa SMP N 4
Belik Pemalang Jawa Tengah kelas VIIIA tahun ajaran 2018/2019. Berdasarkan permasalahan
dilapangan didapat beberapa faktor penyebab rendahnya literasi sains adalah: siswa belum
pernah mengerjakan soal literasi sains sebelumnya yang berkaitan dengan hasil penelitian tema
sistem peredaran darah. Kebiasaan siswa lebih suka menghapal materi pembelajaran dari pada
memahaminya, sehingga siswa kurang memahami dan mengaplikasikan materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Para pendidik seharusnya memiliki keterampilan literasi sains dan
keterampilan berpikir kritis yang tinggi. Hal ini sangat penting agar mereka dapat
mengembangkan keterampilan literasi sains siswanya
Literasi ilmiah, menurut kerangka penilaian PISA 2006, mengacu pada pengetahuan
ilmiah siswa dan ability kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ini untuk mengenali
pertanyaan-pertanyaan ilmiah, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena dengan
cara ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Menurut kerangka penilaian
PISA 2015, "orang yang melek ilmiah harus bersedia untuk terlibat dalam wacana beralasan
tentang sains yang memerlukan kompetensi untuk: menjelaskan fenomena secara ilmiah,
mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti secara
ilmiah. Literasi ilmiah, seperti yang dijelaskan dalam kerangka PISA 2015, termasuk dimensi
berikut: konteks ilmiah, kompetensi ilmiah, domain pengetahuan ilmiah, dan sikap siswa
terhadap sains.
Pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Jenis pertama adalah pengetahuan
tentang fakta, konsep, ide dan teori tentang dunia alam. Kompetensi yang diusulkan oleh
kerangka kerja PISA 2015 adalah tiga berikut: (a) menjelaskan fenomena secara ilmiah (yang
termasuk mengingat dan menerapkan pengetahuan ilmiah yang tepat, mengidentifikasi,
menggunakan dan menciptakan model dan representasi interpretasi, membuat dan
membenarkan prediksi yang sesuai, merumuskan asumsi interpretatif, dan menjelaskan
kemungkinan dampak pengetahuan ilmiah pada masyarakat) (b) mengevaluasi dan merancang
keadilan ilmiah (yang meliputi menentukan pertanyaan yang akan dibahas dalam studi ilmiah,
membedakan pertanyaan yang dapat diatasi secara ilmiah, mengusulkan metode ilmiah untuk
menjawab pertanyaan, mengevaluasi metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan, dan
menjelaskan dan mengevaluasi sejumlah metode yang digunakan para ilmuwan untuk
memastikan keandalan data dan obyektivitas penjelasan) (c) menginterpretasikan data dan
bukti secara ilmiah (yang mencakup konversi data dari satu representasi ke yang lain,
menganalisis dan menafsirkan data dan menarik kesimpulan yang tepat, mengidentifikasi
asumsi, bukti dan penalaran dalam teks ilmiah, membedakan antara argumen berdasarkan bukti
ilmiah dan teori dan yang didasarkan pada spekulasi, dan mengevaluasi argumen ilmiah dan
bukti dari berbagai sumber).
Literasi ilmiah terdiri dari pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep ilmiah dan
proses ilmiah yang dibutuhkan oleh seseorang dalam pengambilan keputusan, produktivitas
budaya dan ekonomi. Selanjutnya, literasi ilmiah dapat dipromosikan oleh keterampilan
pemecahan masalah secara pribadi dan social. Setiap individu dituntut memiliki literasi ilmiah
yang mencakup pengetahuan ilmiah, keterampilan proses ilmiah, dan sikap ilmiahnya. ISA-
OECD (Program untuk Internasional Penilaian Siswa-Organisasi untuk Ekonomi Kerjasama
dan Pengembangan) pada tahun 2006 telah diukur literasi ilmiah yang menunjukkan tingkat
rendah di Indonesia, 29% dari konten, 34% untuk proses, 32% untuk konteks.
Dalam penelitian, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif. ada penelitian ini,
peneliti tidak melakukan perlakuan khusus terhadap sampel tanpa kelompok kontrol atau
kelompok eksperimen. Hasil penelitian tu menunjukkan bahwa 66,2% dari siswa sudah
memiliki konsep untuk menghubungkan sains dengan disiplin ilmu lain, bisa menulis istilah
ilmiah, tetapi mereka masih memiliki kesalahpahaman, sedangkan 33,8% siswa memahami
teori tersebut dan menjelaskan konsep dengan benar, tetapi mereka punya pemahaman yang
terbatas dan menemukan kesulitan dalam menjelaskan konsep dengan pendapat mereka
sendiri. Berdasarkan diskusi dan temuan, dosen harus menyediakan bahan ajar konsep sains
yang dapat mengembangkan siswa keterampilan dan melakukan keterampilan belajar
keaksaraan ilmiah dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa dapat mengakses
berbagai literature dan sumber informasi, tidak hanya dari dosen dan siswa.
Dari penilitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa literasi sains dalam
pembelajaran IPA memegang peran yang sangat penting. Pemanfaatan lingkungan pada
literasi sains juga dianggap dapat membantu peserta didik dalam mudah memahami materi
karena mereka bisa belajar secara kontekstual dan juga dapat membantu dalam
mengidentifikasi pertanyaan berdasarkan apa yang mereka amati.
Fatchiyatun Ni’mah
The Development of Scientific Literacy through Nature of Science (NoS) within Inquiry
Based Learning Approach
Masih banyaknya guru yang kurang memahami bagaimana cara membuat siswa agar
dapat belajar dengan baik sehingga dapat meningkatkan literasi sains siswa. Karena literasi
sains merupakan tujuan utama pada perbaikan pendidikan IPA. Maka dari itu pada penelitian
ini dibuat cara untuk memudahkan pemahaman siswa terkait konsep dari pengetahuan alam
dengan menggunakan pendekatan inquiry. Harapan dari penulis yaitu dapat meningkatkan
literasi sains yang lebih optimal dengan menggabungkan pengetahuan alam dan pendekatan
pembelajaran berbasis inquiry. Model dari pembelajaran ini menggunakan Rekontrucstion
Education Model (MER) model pada perkembangan rekontruksi pendidikan.
Siswa SMA di Indonesi telah terindikasi sebesar 41% memiliki pengetahuan tenatang
sains hanya terbatas. Lebih lanjut disebutkan bahwa siswa tidak dapat secara konsisten untuk
mengidentifikasi, menyampaikan dan mengaplikasikan sains lebih komplek dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal pada era Asean Economic Comunity (MEA) menuntut persiapan kualitas
sumber daya manusia Indonesia unggul. Tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia
adalah bagaimana berjuang untuk manusia usia produktif
Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui untuk mengetahui aspek-aspek yang
relevan yang dibutuhkan untuk meningkatkan dalam praktik pembelajaran dan program
pengembangan guru. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
secara umum untuk setiap aspek keterampilan inkuiri masih dalam kategori cukup baik.
Ketidakmampuan siswa untuk melakukan inkuiri masih belum optimal. Desain instruksional
Nature of Science (NoS) dalam pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri yang diharapkan
bahwa literasi sains siswa dapat berkembang menggunakan The Model of Education
Rekonstruksi (MER) sebagai sarana untuk membuat desain pembelajaran.