Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO


KLATEN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam
Menyelesaikan Program Pendidikan Sebagai
Ahli Madya Farmasi

Oleh :

1. Mega Safira Cahyani (20171271B)


2. Wine Rahmi Dewi (20171273B)
3. Riski Amaliya (20171274B)
4. Refliana Kushariyanti (20171275B)
5. Alfi Nur Azizah (20171276B)
6. Cici Winda Palupi (20171295B)
7. Maria F.N A.I (20171303B)

UNIVERSITAS SETIA BUDI

FAKULTAS FARMASI

DIII FARMASI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang

harus dapat diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

(Depkes RI, 1992).

Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, salah satu

unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi Balai

Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit

Khusus dan sarana kesehatan lainnya (Depkes RI, 1992).

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai

misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan

pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan

kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di

Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi (Siregar, 2004).


Menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan

kesehatan dan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik,

pelayanan rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan tersebut

dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, unit rawat inap dan

unit pelayanan instalasi farmasi rumah sakit yang lain.

Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu sarana unit

pelayanan kesehatan yang memegang peranan penting untuk meningkatkan

derajat kesehatan di rumah sakit dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi

dengan dibantu oleh beberapa staf baik tenaga teknis kefarmasian maupun

tenaga umum dan administrasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

menurut Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 adalah unit pelaksana fungsional

yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien.
Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya di rumah sakit,

maka Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi menyelenggarakan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Program Studi DIII Farmasi yang

bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten, sehingga diharapkan memiliki bekal tentang Instalasi

Farmasi Rumah Sakit yang dapat mengabdikan diri sebagai Tenaga Teknis

Kefarmasian yang profesional.

B. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapagan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2019

sampai 29 Februari 2020. Praktik Kerja Lapangan bertempat di Rumah Sakit

Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang berlokasi di Jalan K.R.T.

Dr. Soeradji Tirtonegoro No. 1 Klaten, Jawa Tengah.

C. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro adalah :

1. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai bidangnya

khususnya di bidang Farmasi Rumah Sakit.

2. Mewujudkan terjalinnya kerjasama yang baik antara dunia pendidikan

dengan dunia kesehatan sebagai lahan praktik seperti di Rumah Sakit.


3. Mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi tenaga kesehatan yang terampil

dan profesional sesuai dengan tuntutan di bidang kesehatan.

4. Memberikan gambaran yang nyata kepada mahasiswa mengenai situasi

kondisi lingkungan kerja yang kelak akan dihadapi.

5. Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab.

D. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro diharapkan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan

serta pembelajaran bagi mahasiswa dalam lingkungan kerja dan

menumbuhkan serta memantapkan sikap profesional yang diperlukan tenaga

teknis kefarmasian untuk memasuki dunia kerja sesuai bidangnya serta

melatih dalam kedisiplinan dan bertanggung jawab di dunia kerja sesuai

dengan bidangnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, menyatakan

bahwa Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan

menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, dinyatakan bahwa “Rumah sakit merupakan sarana pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat

menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.

Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,

pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat

pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat

penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta

untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang


dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah

sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.

2. Tugas Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

Rumah sakit mempuyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna. Dalam menjalankan tugas rumah sakit memiliki fungsi

dalam penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat

kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan, penyelenggaraan dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Akreditasi

Akreditasi yang disandang oleh RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, antara

lain: pada tanggal 17 Desember 1997, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

dinyatakan lulus akreditasi penuh dalam 5 standar yaitu, Administrasi

Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan

Keperawatan dan Rekam Medik.


Dinyatakan lulus akreditasi penuh tingkat lanjut pada tanggal 11 April

2001. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro dinyatakan lulus akreditasi penuh

tingkat lanjut dalam 12 standar yaitu, Adminstrasi Manajemen, Pelayanan

Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis,

Farmasi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), radiologi, Laboratorium,

Bedah Sentral, Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, dan Perinatal Risiko

Tinggi (PERISTI).

Pada taggal 25 Januari 2008, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

dinyatakan lulus akreditasi penuh tingkat Lengkap dalam 16 standar yaitu,

Bidang Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Perinatal Risiko Tinggi, Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3), Infeksi Nosokomial, Bedah, Rawat Darurat,

Rekam Medik, Bidang Keperawatan, Administrasi dan Manajemen,

Pelayanan Medik, Gigi, Rehabilitasi Medik, Pelayanan Darah, dan Pelayanan

Rawat Intensif.

Pada Desember 2011 dinyatakan lulus penuh Re-Akreditasi 16 standar

yaitu, Bidang Radiologi, Rekam Medik, Gigi, Rehabilitasi Medik, Pelayanan

Darah, dan Pelayanan Rawat Intensif. Pada bulan September 2015 dinyatakan

lulus tingkat Paripurna atau Bintang Lima, atau tingkat akreditasi yang setara

dengan Rumah Sakit Bintang Lima dan telah mendapatkan pengakuan dan

penyerahan kululusan akreditasi internasional dari The International Society

for Quality in Health Care (ISQua). Pada bulan Desember 2018 telah
dinyatakan lulus tingkat Paripurna atau Bintang Lima, atau tingkat akreditasi

yang setara dengan Rumah Sakit Bintang Lima dan telah mendapatkan

pengakuan dan penyerahan kululusan akreditasi internasional dari The

International Society for Quality in Health Care (ISQua).

4. Visi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki visi yaitu “Menjadi Rumah

Sakit Rujukan Nasional Yang Ramah Lansia Pada Tahun 2019.”

5. Misi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

RSUP dr. Soeradji TirtonegoroKlaten memiliki misi sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan paripurna,

berkualitas dan terjangkau sesuai iptekdokkes.

b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang berkualitas.

c. Mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan kepuasan stakeholder.

d. Meningkatkan kesejahteraan dan jenjang karier karyawan.

6. Motto RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Motto dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro adalah “Bersih, Nyaman,

Akurat.”
7. Keyakinan Dasar

a. Karyawan yang berkualitas dan berkomitmen tinggi kepada rumah sakit

adalah aset yang paling berharga.

b. Kepuasan dan kesetiaan pasien adalah dasar kelangsungan hidup rumah

sakit.

c. Mutu pelayanan rumah sakit sebagai pengikat kesetiaan pelanggan.

d. Kebersamaan adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan.

8. Tata Nilai

a. Integritas

b. Profesionalisme

c. Akuntabilitas

d. Keterbukaan

e. Ikhlas

9. Budaya

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki budaya 6S yang

diterapkan oleh setiap staf dan karyawan, yaitu Senyum-Sapa-Sentuh-

Sopan-Santun-Sabar.

10. Tugas

Tugas RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro adalah melaksanakan

upaya kesehatan berdaya guna dan berhasil guna dengan menggunakan

upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan


terpadu, dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan

upaya rujukan.

11. Fungsi

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro mempunyai

tugas pokok diatas karena rumah sakit berfungsi dalam

menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik,

menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan,

menyelenggarakan pelayanan rujukan, menyelenggarakan pendidikan

dan pelatihan, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan,

mengembangkan administrasi umum dan keuangan.

12. Pengorganisasian RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Untuk memperlancar jalannya kegiatan di Rumah Sakit maka

diperlukan pembagian kerja dalam pengelompokan komponen yang

dapat saling bekerjasama sehingga apa yang menjadi tujuan dari Rumah

Sakit yang tertuang dalam Visi dan Misi dapat tercapai. Pembagian

komponen kegiatan dalam realisasi berbentuk struktur organisasi.

13. Jenis Pelayanan Kesehatan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Dalam menjalankan Visi dan Misi dari RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten untuk mewujudkan tujuannya maka pelayanan

bermutu dan profesional disegala bidang menjadi prioritas utama. Dalam


hal ini RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten telah memiliki beberapa

jenis pelayanan antara lain :

1. Poliklinik Subspesialis

a. Hemato Onkologi Anak

b. Bedah Anak

c. Bedah Digestif

d. Obsgyn

 FER (Fertilitas Endokrinologi Reproduksi)

 Fetomaternal

e. Orthopedi

 Hip and Knee

f. Penyakit Dalam

 Ginjal dan Hipertensi

 Psikosomatis

 Geriatri

2. Poliklinik Spesialis

a. Klinik bedah Umum

b. Klinik Ortopedi

c. Klinik Bedah Urologi

d. Klinik Bedah Syaraf

e. Klinik Bedah Plastik


f. Klinik Anak

g. Klinik Anak & Tumbuh kembang

h. Klinik Penyakit Dalam

i. Klinik Obsgyn

j. Klinik THT

k. Klinik Mata

l. Klinik Paru

m. Klinik Syaraf

n. Klinik Kulit dan Kelamin

o. Klinik Rehabillitasi Medik

p. Klinik Kesehatan Jiwa

q. Klinik Jantung dan Pembuluh Darah

r. Klinik Gigi Mulut Spesialis

 Bedah Mulut

 Kesehatan Gigi Anak

 Gigi Periodontologi

 Gigi Konservasi

s. Klinik DOTS

t. VCT/CTS

3. Poliklinik Umum

a. Klinik Triage & Konsultasi Kesehatan


b. Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut

c. Klinik Konsultasi Gigi

4. Pelayanan Poliklinik Rosella

a. Klinik Estetik Medik

b. Klinik Jamu

c. Klinik Psikosomatis

d. Klinik Geriatri

e. Klinik Lansia Saraf

14. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro didirikan

pada tanggal 20 Desember 1927, secara bersama-sama oleh perkebunan-

perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda, dengan nama “dr. SCHEURER

HOSPITAL” yang dipimpin oleh Dr. Bekker. Pada tahun 1945 setelah

Indonesia merdeka, rumah sakit ini diambil oleh pemerintah Republik

Indonesia. Kemudian nama rumah sakit berganti menjadi Rumah Sakit Umum

“Tegalyoso” Klaten karena letak rumah sakit berada di desa Tegalyoso,

Klaten.

Pada tanggal 5 Maret 1949 dibuka perguruan tinggi kedokteran pre–

klinik di RSUP Tegalyoso Klaten yang kemudian menjadi cikal bakal

Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Mulai tahun 1954 RSU Tegalyoso

Klaten, secara penuh telah dikelola oleh Departemen Kesehatan RI dan


disebut sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Tegalyoso Klaten. Berdasarkan

surat keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1442 A/Menkes/SK/XII/1997,

tertanggal 20 Desember 1997, nama RSUP Tegalyoso berganti nama menjadi

RSUP “dr. Soeradji Tirtonegoro” sampai dengan sekarang. Nama ini diambil

berdasarkan nama tokoh pergerakan pada perkumpulan Boedi Oetomo yang

mengabdi sebagai dokter di wilayah Klaten, yaitu dr. Soeradji Tirtonegoro.

15. Perkembangan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro

Melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.

134/Menkes/SK/IV/1978 tertanggal 28 April 1978 tentang Susunan

Organisasi dan tata Rumah Sakit Umum, menetapkan RSUP Tegalyoso

Klaten sebagai Rumah Sakit Kelas C. Berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1168/Menkes/SK/XII/1993 tanggal 15 Desember 1993,

RSUP Tegalyoso ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B non-pendidikan.

Kemudian berubah menjadi Rumah Sakit Swadana Tanpa Syarat pada tahun

1994 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kuangan RI No. S-

733/MK/03/1994 tertanggal 6 Oktober 1994, dan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1258/Menkes/SK/XII/1994 tertanggal 28 Desember 1994.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.934/Menkes/IX/2001 tanggal 5 September 2001, RSUP Soeradji

Tirtonegoro diresmikan sebagai Rumah Sakit Pendidikan FK-UGM dan

Laboratorium Pusat Perkembangan Pelayanan medik Dasar-Essensial.


Kemudian ditetapkan sebagai rumah sakit kelas B pendidikan melalui Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.159A/Menkes/SK/2002 tanggal 27

Desember 2002. RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Unit Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Keuangan No.273/KMK/05/2007 tanggal 21 Juni

2007 dan ditindaklanjuti dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.756/Menkes/SK/IV/2007.

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit.

2. Tugas Pokok Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Permenkes No.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, tugas pokok Instalasi Farmasi Rumah Sakit

adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etika profesi.


b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.

d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

e. Berperan aktif dalam komite/tim farmasi dan terapi.

f. Melaksanakan pendididkan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan

kefarmasian.

g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium Rumah Sakit.

3. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Permenkes No.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, fungsi Instalasi Farmasi di Rumah Sakit adalah

sebagai berikut:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

meliputi:

a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.


b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.

c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang

berlaku.

d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai, ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

i. Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari.

j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).

k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.


m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai.

n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi:

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.

c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan

resep maupun non resep kepada pasien maupun keluarga pasien.

e. Mengidentifikasikan, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

h. Melaksanakan pemantauan terapi obat(PTO) :

1) Pemantauan efek terapi obat;

2) Pemantauan efek samping obat;

3) Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

i. Melaksanakan evaluasi penggunaan obat (EPO)

j. Melaksanakan dispensing sediaan steril :


1) Melakukan pencampuran obat suntik;

2) Meningkatkan nutrisi secara parenteral;

3) Melakukan penanganan sediaan sitotoksik;

4) Melakukan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.

k. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada tenaga kesehatan

lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar rumah sakit.

l. Melaksanakan penyuluhan kesehatan rumah sakit (PKRS).

3. Komite/Tim Farmasi dan Terapi

Dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk komite/tim farmasi dan

terapi yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada

pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit

yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang

ada di rumah sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainya

apabila diperlukan. Komite/tim farmasi dan terapi harus dapat membina

hubungan kerja dengan komite lain di rumah sakit yang berhubungan dengan

penggunaan obat. Komite/tim farmasi dan terapi dapat diketuai oleh/atau

seorang apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah

apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker maka sekretarisnya adalah

dokter.

Komite/tim farmasi dan terapi harus mengadakan rapat secara teratur

sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan

sekali dalam satu bulan. Rapat komite/tim farmasi dan terapi dapat
mengundang pakar dari dalam maupun luar rumah sakit yang dapat

memberikan masukan bagi pengelolaan komite/tim farmasi dan terapi,

memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang

bermanfaat bagi komite/tim farmasi dan terapi. Komite/tim farmasi dan terapi

mempunyai tugas:

a. Pengembangan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit;

b. Melaksanakan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam

formularium rumah sakit;

c. Mengembangkan standar terapi;

d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;

e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional;

f. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki;

g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;

h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah

sakit.

4. Komite/Tim lain terkait

Peran Apoteker dalam Komite/Tim lain yang terkait penggunaan obat

di Rumah Sakit antara lain :

a. Pengendalian infeksi rumah sakit;

b. Keselamatan pasien rumah sakit;

c. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit;

d. Perawatan paliatif dan bebas nyeri;


e. Penanggulangan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome);

f. Direct ObservedTreatment Shortcouse (DOTS);

g. Program Pengendalian Resisten Antimikroba (PPRA);

h. Transplantasi;

i. PKMRS; atau

j. Terapi Rumatan Metadon.

5. Kebutuhan akan informasi obat

Informasi yang dibutuhkan mengenai obat dan pengobatan kadangkala

menentukan dalam suatu pengambilan keputusan, apakah keputusan seorang

dokter mengenai tindakan apa yang harus dilakukan terhadap pasien atau

keputusan pimpinan rumah sakit mengenai suatu kebijakan mengenai obat

ataupun keputusan perawat mengenai cara dan waktu pemberian obat bagi

pasien.

Kebutuhan informasi obat dari dokter misalnya mencakup persediaan

obat, efek samping obat dan toksisitas, indikasi dan kontraindikasi, formulasi,

interaksi, data farmakologis, farmakokinetik seperti bioavaibilitas, waktu

paruh obat dan sebagainya.

6. Jenis kelas dan fasilitas ruang rawat inap profil tahun 2017 :

a. Kelas VIP

 LILY (3 TT)

 DAHLIA 5 (23 TT)


b. Kelas 1

 ANGGREK (2 TT)

 MAWAR (1 TT)

 KENANGA (4 TT)

 MELATI 1 (2 TT)

 DAHLIA 3 (23 TT)

 DAHLIA 4 (23 TT)

c. Kelas 2

 ANGGREK (3 TT)

 EDELWEIS (2 TT)

 MAWAR (11 TT)

 ASTER (12 TT)

 KENANGA (6 TT)

 MELATI 1 (45 TT)

 DAHLIA 2 (45 TT)

d. Kelas 3

 ANGGREK (8 TT)

 EDELWEIS (10 TT)

 MENUR (21 TT)

 TERATAI (13 TT)

 MELATI 1 (16 TT)


 MELATI 2 (35 TT)

 MELATI 3 (38 TT)

 MELATI 4 (35 TT)

Anda mungkin juga menyukai