Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya

peningkatan kualitas SDM di mulai dengan perhatian utama pada proses

tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.

Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti

perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang

dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.

Pembangunan nasional dalam bidang kesehatan khususnya yang

terkait dengan kesehatan balita adalah menurunkan Angka Kematian Ibu

(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (POKJA Kesehatan Ibu Anak FK

UGM, 2012).Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak

dini termasuk pemberian makanan yang ideal.Tidak ada satupun makanan

yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI.Menurut UNICEF (2013) salah

satu faktor penyebab terjadinya kematian pada bayi baru lahir dan balita

adalah para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian ASI. Sebagian besar

bayi di Indonesia tidak mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan

perlindungan terhadap penyakit.Dalam menanggulangi hal ini pemerintah

telah menetapkan peraturan pemerintah No 33 Tahun 2012 Tentang

pemberian ASI Eksklusif.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai

sekitar usia 6 bulan.Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan

cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada

1
2

pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti

pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. ASI eksklusif

diharapkan dapat diberikan sampai enam bulan. Pemberian ASI secara

benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan (

PERINASIA, 2012)

Data menurut WHO (World Health Organization) tahun 2016 masih

menunjukan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif dunia baru berkisar

38%. Di Indonesia meskipun sejumlah besar perempuan (96%) menyusui

anak mereka dalam kehidupan mereka hanya 42% dari bayi yangberusia

dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Jika dibandingkan dengan

target WHO yang mencapai 50% maka angka tersebut masih jauh dari target

sedangkan menurut laporan UNICEF (United Nation Children Fund) tahun

2011 dalam World Breastfeeding Week (2012),sebanyak 136.700.000 bayi

dilahirkan diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang mendapat ASI

secara eksklusif pada usia 0 sampai 6 bulan pertama. Hal tersebut

menggambarkan cakupan pemberian ASI eksklusif dibawah 80% dan masih

sedikitnya ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka pemberian ASI

eksklusif pada bayi berumur 6 bulan hanya mencapai angka 30,2%

(Rahadian P.Paramita, 2013). Pada tahun 2017 cakupan ASI Eksklusif di

Jawa Barat mencapai 38,23% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2017).

Dan berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, cakupan ASI

eksklusif di Kabupaten Cianjur pada tahun 2016 sebesar 76,99% dari target

80% dan menurun pada tahun 2017 menjadi 65,04% (Dinas Kesehatan

Kabupaten Cianjur, 2017). Sedangkan data pemberian ASI Eksklusif di


3

RSUD Sayang Cianjur tidak ada persentasenya tersendiri dikarenakan bayi

yang dirawat mencakup wilayah kerja Dinas Kabupaten Cianjur. Adapun data

yang terdapat persentasenya yaitu data ibu post partum.

Berikut data ibu post partum diRSUD Sayang Cianjur tahun 2018.

Tabel 1.1 Distribusi Data Ibu Post Partum di RSUD Sayang Cianjur 2018

No. Bulan Melahirkan normal Melahirkan Operasi Cesarea

1. Januari 296 110


2. Februari 201 106
3. Maret 228 140
4. April 268 145
5. Mei 301 127
6. Juni 255 129
7. Juli 261 110
8. Agustus 244 136
9. September 259 129
10. Oktober 253 136
11. Nopember 233 105
12. Desember 249 106

Total 3048 1479

(Sumber: Buku sensus pasien Post partum Ruang Delima Nifas RSUD Sayang

Cianjur, 2018)

Dari data tersebut didapatkan pasien dengan ibu post partum spontan

normal sebanyak 3048 orang, persalinan operasi sesar sebanyak1479 orang

selama 1 tahun.

Menurut Roesli (2010) proses menyusui idealnya dapat segera

dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri

untuk menyusu pada ibunya di 20-30 menit setelah lahir. Pada jam pertama
4

bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan menyusu dengan

baik. Ibu yang menyusui sang buah hatinya atau sering disebut dengan

Bounding attachment. Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama

setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon

prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI

(Roesli, 2010). Ibu post partum sering mengalami kesulitan di awal menyusui

seperti kelelahan, pengeluaran ASI sedikit, putting susu lecet dan gangguan

tidur di malam hari. Hal tersebut dapat menjadi sumber masalah sehingga

dapat menghambat produksi ASI dan menghambat pengeluaran ASI.

Menurut PERINASIA 2012 faktor penyebab penurunan ASI pada ibu post

partum yaitu puting susu lecet, payudara bengkak, mastitis atau abses

payudara, sindrom ASI kurang, ibu yang bekerja, ibu melahirkan dengan

bedah sesar, ibu yang sakit

Selain produksi ASI bisa ditingkatkan dengan jalan terus menyusui

setiap kali bayi menginginkan, ada beberapa hal yang bisa menghambat

produksi ASI diantaranya yaitu : adanya feedback inhibitor yaitu suatu faktor

lokal, yakni bisa saluran ASI penuh, maka mengirim impuls untuk mengurangi

produksi. Stres atau rasa sakit maka akan menghambat pengeluaran

oksitosi, penyapihan ( Astutik, 2014).

Untuk mengatasi pengeluaran ASI tidak lancar, maka bisa dilakukan

beberapa tindakan seperti membersihkan puting dan melakukan pijatan

menyusui selama setiap 2-3 jam, memompa ASI, skin to skin contact,

kompres payudara, makanan yang memperbanyak ASI, minum air putih yang

banyak, mencoba posisi menyusui yang paling pas.Selain dari itu usaha

untuk merangsang hormon prolactin dan oksitosin pada ibu setelah


5

melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat dilakukan juga dengan

melakukan perawatan atau pemijatan payudara, membersihkan putting,

sering-sering menyusui bayi meskipun ASI belum keluar.

Teknik marmet direkomendasikan, karena dapat membantu reflek

keluarnya air susu dengan memijat, sel-sel dan duktus memproduksi air susu

pada saat gerakan melingkar mirip dengan gerakan yang digunakan dalam

pemeriksaan payudarateknik pemiijatan ini digunakan dalam hubungannya

dengan gerakan pukulan ringan dari pangkal payudara ke puting susu

dangunjanganpayudaraposisi badan sedikitkearahdepansehingga gravitasi

akan membantu pengeluaran air susu (Bowles, 2011).Menurut penelitian

Hamidah, (2016), melaporkan bahwa Artinya ada pengaruh teknik marmet

terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat

payudara sehingga refleks ASI dapatoptimal. Teknik memerah ASI dengan

cara marmetbertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferusyang

terletak di bawah areola sehingga diharapkan denganmengosongkan ASI

pada sinus laktiferus akanmerangsangpengeluaran prolaktin. Pengeluaran

hormonprolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoliuntuk

memproduksi ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkanatau dikosongkan dari

payudara akan semakinbaik produksi ASI di payudara ( Widiastutik, 2015).

Salah satu tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui setelah

melahirkan yakni agar dapat memberikan ASI secara maksimal pada

buahhatinya. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI adalah

hormon oksitosin. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-sel alveoli di

kelenjar payudara berkontraksi, dengan adanya kontraksi menyebabkan air


6

susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil payudara sehingga keluarlah

tetesan air susu dari puting dan masuk ke mulut bayi, proses keluarnya air

susu disebut dengan refleks let down. Pijat oksitosin adalah tindakan yang

dilakukan oleh suami pada ibu menyusui yang berupa back massage pada

punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat

oksitosin dapat dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya dengan

durasi 2-3 menit, frekuensi pemberian pijatan 2 kali sehari. Teknik pijatan ini

cukup mudah dilakukan dan tidak menggunakan alat tertentu (Roesli,2009).

Menurut penelitian dari Wulandari,dkk (2014), melaporkan bahwa

terdapat perbedaan waktu pengeluaran kolostrum antara ibu post partum

yang dipijat oksitoksin (perlakuan) dengan ibu yang tidak dilakukan pijat

oksitoksin (kontrol). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat

oksitosin terhadap pengeluaran kolostrum.

Teknik memerah ASI yangdianjurkan adalah dengan

mempergunakantangan dan jari karena praktis, efektif danefisien

dibandingkan dengan menggunakanpompa. Caranya memerah

ASImenggunakan caraCloe Marmet yangdisebut dengan Teknik Marmet

yangmerupakan perpaduan antara teknikmemerah dan memijat. Memerah

denganmenggunakan tangan dan jari mempunyaikeuntungan selain tekanan

negatif dapatdiatur, lebih praktis dan ekonomis karenacukup mencuci bersih

tangan dan jarisebelum memeras ASI (Roesli, 2010).Jikateknik ini dilakukan

dengan efektif dan tepatmaka tidak akan terjadi masalah dalamproduksi ASI

maupun cara mengeluarkanASI sehingga bayi akan tetap mendapatkanASI

dan penggunaan susu formula di hari-haripertama kelahiran bayi dapat

dikurangi(Soraya, 2006).
7

Peran perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan secara

holistik dengan menerapkan teori keperawatan termasuk bagi ibu

postpartum. Teori keperawatan yang dapat digunakan untuk kasus ini adalah

teori self care Orem. Self care adalah perawatan sendiri suatu kontribusi

berkelanjutan orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya.

Perawatan sendiri adalah latihan aktivitas yang individu-individu nya

memulai dan menampilkan kepentingan mereka dalam mempertahankan

hidup (Marinner, 2012). Self care atau teori menurut Dorothea Orem, yaitu

perawatan anggota-anggota keluarga yang dependen diajarkan perilaku-

perilaku yang ditujukan untuk mengatur integritas struktur manusia,

fungsionalisasi. (Marinner, 2012). Jadi pijat marmet dan pijat oktositosin ini

bisa dilakukan oleh pasien sendiri di rumah atau sama bantuan keluarga agar

produksi ASI nya lancar.

Berdasarkan studipendahuluan melalui wawancara yang dilakukan

pada tanggal 16 Februari 2019 terhadap 10 orang ibu post partum pada hari

kedua ibu primi di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur, didapatkan hasil bahwa

5 orang mengatakan ASI nya tidak keluar sama sekali, 3 orang mengatakan

ASI nya keluar tapi sedikit hanya rembes aja , dan 2 orang mengatakan ASI

nya banyak bisa keluar menetes ketika dikeluarkan . Karena adanya masalah

tentang pengeluaran ASI pada ibu post partum diruang Nifas RSUD Sayang

Cianjur tersebut maka peran perawat sebagai pemberi pelayanan perawatan

yang dilakukan diruang Nifas RSUD Sayang Cianjur telah dilakukan tindakan

perawatan payudara dengan Brescare dan teknik marmet aja, sedangkan

teknik pijat oksitosin belum pernah dilakukan diruang Nifas RSUD Sayang
8

Cianjur, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

perbedaan teknik pijat marmetdan pijat kombinasi terhadap kelancaran

produksi ASI pada ibu postpartum di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut : Adakah perbedaan teknik pijat marmet dan pijat

kombinasi terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum di ruang

nifas RSUD Sayang Cianjur.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian secara umum untuk mengetahui sejauh mana

Perbedaan teknik pijat marmetdan pijat kombinasi terhadap kelancaran

produksi ASI pada ibu postpartum di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran kelancaran produksi ASI sebelum dan

sesudah diberikan teknik pijat marmet pada ibu postpartum di ruang

nifas RSUD Sayang.

b. Mengidentifikasi gambaran kelancaran produksi ASI sebelum dan

sesudah diberikan pijat kombinasipada ibu postpartum di ruang nifas

RSUD Sayang.

c. Mengidentifikasi perbedaan teknik pijat marmet dan pijat kombinasi

terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum di ruang nifas

RSUD Sayang.
9

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan

Keperawatan mengenai Perbedaan teknik pijat marmetdan pijat

kombinasi terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum di

ruang nifas RSUD Sayang Cianjur.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk Institusi STIKES Budi Luhur

Diharapkan menambah wawasan, pengembangan ilmu

pengetahuan Keperawatan mengenai Perbedaan teknik pijat

marmetdan pijat kombinasi terhadap kelancaran produksi ASI

pada ibu postpartum di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur.

2) Untuk Rumah Sakit

Memberikan gambaran mengenai Perbedaan teknik pijat

marmetdan pijat kombinasi terhadap kelancaran produksi ASI

pada ibu postpartum di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur

3). Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan positif mengenai Perbedaan teknik

pijat marmetdan pijat kombinasi terhadap kelancaran produksi ASI

pada ibu postpartum di ruang nifas RSUD Sayang Cianjur

4). Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan

pengetahuan untuk peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai