Dosen Pembimbing
Ns.M Bagus Andrianto S.Kep.M.Kep
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................18
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan kepada
mahasiswa/i tentang glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit glukoma.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya.
B. Klasifikasi glaukoma
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:
3. Glaukoma kongenital
C. Etiologi
D. Patofisiologi
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan penunjang
a. Tonometri
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
G. Penatalaksanaan
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).
Seorang Pasien tn. k 66 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan penurunan
penglihatan secara tiba tiba pada mata kiri sejak 1 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit
(SMRS). Pasien megeluhkan bahwa pada saat melihat jauh hanya dapat melihat seperti
bayangan. Selain itu pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri.skala nyeri 6/10 Nyeri
dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit
kepala terus-menerus dan disertai mual muntah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, RR 16 x/menit, T 36,5o C.
A. Pengkajian
1. Nama :Tn. K
2. Umur : 66 th
3. Jenis kelamin :Laki-laki
4. Agama :Islam
5. Pekerjaan :Petani
6. Pendidikan : SMA
B. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Keluhan penurunan penglihatan secara tiba tiba pada mata kiri sejak 1 minggu.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien megeluhkan bahwa pada saat melihat jauh hanya dapat melihat seperti
bayangan. Selain itu pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri. Nyeri dirasakan
terus menerus dan menghilang setelah tidur sebentar. Pasien juga mengeluh sakit
kepala terus-menerus dan disertai mual muntah. Pasien megeluhkan bahwa pada saat
melihat jauh hanya dapat melihat seperti bayangan. Selain itu pasien mengeluh mata
kiri merah dan nyeri. Nyeri dirasakan terus menerus dan menghilang setelah tidur
sebentar. Pasien juga mengeluh sakit kepala terus-menerus dan disertai mual muntah.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mempunyai riawayat penyakit diabetes mellitus sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien mengatakan di lingkungan rumahnya bersih dan luas.
C. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmhg
nadi : 80x /mnt
Suhu : 36,5◦c
RR : 16x/ mnt
2. Keadaan umum
a. kesan umum : baik
b. wajah : menahan nyeri pada mata
c. kesadaran : composmentis
d. pakaian, penampilan dan kebersihan baik
3. Pemeriksaan head to – toe
a. kulit, rambut, kuku
inspeksi : warna kulit sawo matang, rambut hitam, kuku normal.
palpasi : turgor kulit baik
b. Kepala
Bentuk wajah simetris, tengkorak bulat, rambut hitam, tidak ada benjolan
c. Mata
Mata merah, konjuctiva tenang,
d. Telinga
inspeksi : daun telinga simetris, liang telinga bersih.
palasi : tidak ada nyert tekan pada prosesus mastoideus.
e. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada sputum, tidak ada nyeri
f. Mulut
Bibir simetris dan normal, gigi lengkap dan bersih, lidah bersih, tidak ada
stomatitis.
g. leher
leher simetris, tidak ada nyeri tekan.
h. dada
dada simetris, tidak ada nyeri tekan.
i. jantung
auskultasi : iktus cordis.
j. paru-paru
Pernafasan normal melalui hidung.
k. Abdomen
Pasien dengan bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
peristaltic usus normal ( 5 – 35 x / menit ).
l. Anus dan rectum
Tidak terdapat hemoroid.
m. Alat kelamin
bersih.
n. Muskuloskeletal
Sendi punggung bagian kiri , sehingga tidak dapat bekerja dengan baik.
o. Ekstremitas
Atas : berkoordinasi dengan baik
Bawah : berkoordinasi dengan baik
D. Analisis data
No Data Etiologi Masalah
Ds: - klien mengeluh
nyeri pada mata
bagian kiri
1 Do: - pasien terlihat Agen cedera fisik Nyeri akut
meringis
- dan memegang area
mata kiri
Ds:Pasien
megeluhkan kepala
Ketidakmampuan
pusing, disertai mual
2 mengabsorbsi Deficit nutrisi
dan muntah
nutrien
Do: -klien terlihat
lemas
Ds :- klien
mengatakan tidak
nyaman
- meringis kesakitan
dan memegang mata
bagaian kiri Gangguan rasa
3 Gejala penyakit
Do: -pasien tampak nyaman
gelisa
-pasien mengeluh
tidak nyaman karena
sulit untuk melihat
-
E. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri pada mata bagian kiri
2. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d.d mual muntah
3. Gamgguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d pasen mengatakan tidak merasa
nyaman dan meringis kesakitan serta memengang mata bagian kiri
F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kreteria hasil Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan O: -identifikasi
pemeriksaan 1 x 24 jam lokasi,karakteristik,
Expetasi menurun durasi, frekuensi,
Kreteria hasil kualitas, intensitas nyeri.
- keluhan nyeri -identifikasi skala nyeri
menurun ,
-gelisa menurun T:- berikan teknik
nonfarmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istiragat
dan tidur
E: - anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan yteknik
nonfarmokologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
K: -kolaborasi pemberian
analgetik.
2 Deficit nutrisi Setelah silakukan O: - mengidentifikasi
pemeriksaan 1 x 24 jam status nutrisi
Ekspetasi membaik - memonitor asupan
Kreteria hasil makan
-porsi makan T: - melakukan oral
dihabiskan hyegiene sebelum makan
-memonitor berat badan
E:- menganjuran posisi
duduk
mengajarkan program
diet
K: -kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makana
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan O: -identifikasi teknik
nyaman pengkajian selama 1 x relaksasi yang pernah
24 jam efektif digunakan
Ekspetasi menurun T: - ciptakan lingkungan
Kreteria hasil tenag tanpa gangguan
-keluhan tidak nyaman E: anjurkan posisi
menurun nyaman
-gelisa menurun -anjurkan rileksasi dan
merasakan sensasi
roleksasi
G. Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1 Nyeri akut O: - mengidentifikasi lokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
-mengidentifikasi skala nyeri ,
T:- menberikan teknik nonfarmokologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- mengKontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- memFasilitasi istiragat dan tidur
E: - menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- mengAjarkan yteknik nonfarmokologi
untuk mengurangi rasa nyeri
K: - mengkolaborasi pemberian analgetik.
2 Deficit nutrisi O: - mengidentifikasi status nutrisi
- memonitor asupan makan
T: - melakukan oral hyegiene sebelum makan
-memonitor berat badan
E:- menganjuran posisi duduk
- mengajarkan program diet
K: -mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 Gangguan rasa O: -mengidentifikasi teknik relaksasi yang
nyaman pernah efektif digunakan
T: - menciptakan lingkungan tenag tanpa
gangguan
E: menganjurkan posisi nyaman
-menganjurkan rileksasi dan merasakan sensasi
roleksasi
H. Evaluasi
No diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang
skala nyeri 4
O : pasien terlihat tidak terlalu meringis lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
2 Intoleransi S : klien mengatakan sudah merasa tidak mual
aktivitas lagi
O : klien terlihat tidak lemas lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
3 Gangguan rasa S : klien mengatakan sudah merasa lebih nyaman
nyaman O : klien tidak tampak gelisah lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.