OLEH:
DOSEN PEMBIMBING :
BATUSANGKAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran secara
konvensional dalam mengajar.
2. Siswa cenderung pasif dan kurang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
3. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar pada
umumnya berlangsung satu arah.
4. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
5. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga siswa
merasa bosan dalam belajar.
6. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas permasalahan yang diteliti
dibatasi pada efektivitas model pembelajaran Team Assistead
Individualization (TAI) untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil
belajar matematika siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “apakah model pembelajaran Team Assistead
Individualization (TAI) dapat meningkatkan keaktifan belajar dan hasil
belajar matematika siswa pada kelas VII 1 SMPN 2 SUNGAYANG lebih
baik dari pada menggunakan model pembelajaran konvensional “.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model
pembelajaran Team Assistead Individualization (TAI) dapat meningkatkan
keaktifan belajar dan hasil belajar matematika siswa dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional pada kelas VII 1 SMPN 2 SUNGAYANG.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Manfaat bagi siswa
Sebagai daya penggerak bagi siswa untuk meningkatkan
keaktifan belajara, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih
baik.
2. Manfaat bagi Guru dan Sekolah
Sebagai masukan serta menambah pemahaman guru dalam
menggunakan pendekatan Team Assistead Individualization (TAI) dalam
pembelajaran matematika agar keaktifan dan hasil belajar siswa lbih baik
3. Manfaat bagi peneliti
Sumbangan pikiran dari peneliti kepada pembaca dan dapat
diambil hikmah dari hasilnya.
G. Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pembaca dan menghindari terjadinya
kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini yaitu :
Team Assistead Individualization (TAI) adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa secara individual belajar materi pembelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh guru, lalu hasil belajarnya dibawa ke
kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang
berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang saling
membutuhkan bantuan, dimana semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Keaktifan Belajar Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri,
tanpa ada aktivits, maka proses belajar tidak mungkin terjadi (Sadirma
A.M,2001,hal 95). Jadi aktivitas merupakan hal yang penting dalam
belajar matematika. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang
dilakukan individu atau kelompok untuk menyelesaikan permasalahan
matematika yang mencakup keterampilan dasar.Kegiatan belajar mengajar
yang bererientasi aktivitas siswa diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan, seperti : mendengarkan, berdiskusi, menyusun laporan,
memecahkan masalah, dan lain sebagainya (Wina sanjaya, 2006, hal 139).
A. Pembelajaran Matematika
1. Proses Pembelajaran
Belajar adalah kunci dalam setiap usaha pendidikan, sehingga
tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagian orang
beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi
pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa
bangga ketika anaknya telah mampu menyebutkan kembali informasi
secara lisan, sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang
diajarkan guru.
Belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikologi fisik untuk
menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan
psikomotor (Sadirman,2007,hal21).
Berdasarkan pengertian diatas tergambar bahwa belajar merupakan
proses perkembangan dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baru yang menghasilkan perubahan individu yang belajar. Perubahan ini
tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan dalam bentuk
tingkah laku, sikap, pemahaman, keterampilan, kebiasaan, minat, dan
penyesuaian diri.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman dan belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan (Oemar Hamalik,2001,hal27).
Belajar bukanlah menghafal fakta-fakta yang terlepas, melainkan
mengaitkan konsep yang baru dengan konsep yang telah ada dalam
sturktur kognitif atau mengaitkan konsep pada umumnya menjadi
proposisi yang bermakna. Merujuk pada kaum konstruktivis bahwa belajar
merupakan proses aktif dalam mengkontruksi arti teks, dialog, dan
pengalaman fisik, dll.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang belajar tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu
baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung
sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Atau
dapat dikatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lngkungan dan menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-
nilai dan sikap.
Jadi, belajar dan mengajar merupakan dua hal yang penting yang
saling terkait. Setiap aktifitas mengajar pasti akan melakukan aktifitas
belajar. Jadi proses belajar mengajar merupakan hubungan timbal balik
antar guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Dalam proses
belajar mengajar tersebut diharapkan timbul perubahan tingkah laku pada
siswa.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Assistead Individualzation (TAI)
1. Tipe Team-Assistead Individualzation (TAI) yaitu suatu program
yang menggabungkan pembelajran kooperatif dengan pengajaran
individual yang memenuhi unsur kelompok, tes penempatan, materi-
materi kurikulum, belajar kelompok, skor kelompok dan rekognisi
kelompok, kelompok pengajaran, tes fakta, unit seluruh kelas
(Wwidyantini dalam Kurniawati, 2012, p.133).
“prinsip pembelajaran, secara psikologis yang dimaksud dengan
siswa adalah individu dengan karakteristik yang berbeda antara yang satu
yang lainnya seperti cara berpikir, kontrol emosi, kemampuan dandan lain
sebagainya. Artinya secara didaktis, guru perlu lebih awal memahami
kondisi ini, yakni memahami perbedaan individu dan kapasitas belajar
(learning capasity) ”(Supriadie dan Dermawan, 2008, p.133).
Berbeda dengan pembelajaran pemprosesan informasi, pendekatan
pembelajaran individu beroreantasi pada individu dan pengembangan diri.
Pendekatan ini memfokuskaan pada proses dimana individu membangun
dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. Secara singkat
model ini menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu “upaya
membantu siswa untuk mengembangankan hubungan yang produktif
dengan lingkungannya dan membantu mereka untuk dapat memandang
dirinya sebagai pribadi yang mampu dan berguna”(Uno, 2008, p.17).
Siswa dibantu untuk dapat hidup secara berkelompok yang dapat
mengembangkan diri secara baik. Pribadi siswa dapat berkembang dengan
adanya nilai-nilai yang tertanam dalam kelompok, sehingga dapat
mengurangi rasa pesimis atau rendah diri terhadap anggota kelompok lain.
Proses pembelajaran ada 2 bentuk pengajaran individual yaitu
akselerasi dan program tambahan. Terhadap anak-anak yang cerdas dapat
dilakukan dua cara agar perkembangannya sesuai dengan kemampuannya:
a. Akselerasi: memberikan kesempatan kepada anak yang
bersangkutan untuk ketingkat berikutnya lebih cepat ( double
promotion) satu atau dua sekaligus.
b. Program tambahan: kepadanya diberikan tugas-tugas tambahan
disetiap tingkatan kelas (Hamalik, 2002, p. 165).
Ada beberapa jenis pengajaran individual, yaitu:
1. Setiap individu mendapat tugas, merupakan pengajaran dan evaluasi
diberikan sebagai seorang individu. Ini adalah bentuk yang
pentingdalam pengajaran individual
2. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang diberikan
pengajaran kelompok dan tugas-tugas secara sewaktu-waktu. Diadakan
tes kelompok, setiap murid maju dengan kecepatannya sendiri, tetapi
masing-masing mempunyai dassar yang sama dengan tugas tahunan
dalam suatu mata pelajaran (Hamalik, 2002, p. 165).
Kemudian dalam pengajaran individual, ada beberapa keuntungan
yang dapat diperoleh antara lain :
1. Memungkinkan anak yang lamban maju menurut kemampuan masing-
masing secara penuh dan tepat.
2. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan, tetapi sifatnya nyata
melalui diskusi kelompok
3. Cenderung mengusahakan perhatian anak terhadap hasil belajar
perseorangan
4. Cenderung memusatkan terhadap mata pelajaran dan pertumbuhan
yang bersifat pendidikan, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru.
5. Memungkinkan anak maju ssecara optimum dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang ada padanya
6. Lathan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena akan
menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar yang
telah ada
7. Menimbulkan hubungan pribadi yang menyenangkan antara guru dan
anak.
8. Memungkinkan adanya latihan-latihan berinisiatif bagi anak-anak yang
dianggap lebih cakap.
9. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi anak-anak yang
lambam (Hamalik, 2002,p.166)
Siswa adalah individu yang menjadi subjek dan objek dalam
pembelajaran menjadi perhatian guru dengan keunikannya untuk apapun
model pembelajarannya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah
satu model pembelajaran yang berorientasi pada individu siswa langsung
dan keberadaan individu siswa dalam kelompok belajar adalah
pembelajaran kooperatif tipe TAI
2. Unsur-unsur program TAI tersebut dapat dijabarkan dalam bagian-
bagian berikut :
a. Teams
Para siswa dalam TAI dibagi kedalam team-team yang
beranggotakan 4-5 orang, seperti pada STAD dan PGP
b. Penempatan
Para siswa diberikan tes pra program dalam bidang operasi
matematika pada pemulaan proyek pelaksanaan program. Mereka
ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual
berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini
c. Materi kurikulum
Untuk sebagian besar pengajaran matematika, para siswa
bekerja pada materi-materi kurikulum individual yang mencakup
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, angka, pecahan,
desimal,rasio, persen, statistik, dan aljabar. Masalah-masalah kata
dan strategi penyelesaian masalah ditekankan pada seluruh materi,
materi yang dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang
ada.
d. Bekerja kelompok
Guru mengajar pelajaran pertama, selanjutnya para siswa
diberikan tempat untuk memulai dalam unit matematika individual.
Para siswa membentuk kelompok dan saling memerika hasil kerja
mereka sembari melanjutkan pelajaran perunit tersebut. Hal ini
sangat penting karena siswa segera dapat mengidentifikasi
permasalahan yang sering kali dapat ditangani dalam kelompok
atau dijawab oleh guru apabila memang di perlukan bantuan lebih
jauh. Para siswa menghadapi masalah pada tahap ini didorong
untuk meminta bantuan dari team nya sebelum meminta bantuan
dari guru.
e. Skor Team Dan Rekognisi Team
Pada akhir minggu, guru menghitung jumlah skor team.
Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupi
oleh setiap anggota team dan jumlah tes-tes unit yang bisa dicakupi
oleh tiap anggota. Dan jumlah tes-tes unit yang berhasil
diselengarakan dengan akurat .
f. Kelompok Pengajaran
Guru mengenakan konsep pelajaran yang spesifik yang
telah disediakan oleh program. Tujuan dari sesi ini adalah untuk
mengenalkan konsep-konsep utama pada siswa. Pelajaran tersebut
dirancang untuk membatu para siswa memahami hubngan antara
pelajaran matematika yang mereka kerjakan dengan soal-soal yang
sering ditemui dan juga merupakan persoalan dalam kehidupan
nyata
g. Tes Fakta
Para siswa diberikan lembar-lembar fakta untuk dipelajari
dirumah dan untuk persiapan menghadapi tes (Slavin,p.195-200)
h. Unit Seluruh Kelas
Pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu
pembelajaran (Syarif dalam Kurniawati, 2012, p.24).
3. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah prestasi yang diperoleh oleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur melalui hasil
tes yang diberikan oleh guru yang berbentuk angka dan huruf. Hasil
belajar dipengaruhi oleh sikap seseorang, perubahan sikap seseorang akan
mempengaruhi hasil belajar secara drastis. Hasil belajar matematika
merupakan tolak ukur yang dapat digunakan untk menetukan tingkat
keberhasilan seorang siswa untuk menguasai suatu materi pembelajaran
matematika.
Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dan
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu
kompetensi dasar (Wina sanjaya, 2005, hal 27) . Hasil belajar ini berguna
untuk mengetahui tingkat kemajuan yang dialami oleh seorang siswa
dalam kurun waktu tertentu, untuk mengetahui posisi atau kedudukan
seseorang dalam kelompok kelasnya, untuk mengetahui tingkat usaha
yang dilakukan siswa dalam belajar, untuk mengetahui hingga sejauh
mana siswa telah mendayagunakan kemampuannya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar terjadi tahapan
perubahan, tahapan perubahan ini dapat berupa perubahan kognitif,
perubahan afektif, dan perubahan psikomotor yang mengarah kepada hasil
belajar, sehingga belajar merupakan titik tolak ukur untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam materi pelajaran
b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa
Menurut Caroll dalam R. Angkawo & A. Kosasih
(2007:51), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor
yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3)
kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5) lingkungan.
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kenyataan yang
dikemukakan oleh para pakar, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang. Beberapa faktor tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, baik dari dalam maupun
dari luar individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar tersebut adalah:
1). Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri
individu itu sendiri, yang mana faktor tersebut adalah:
a). Motivasi
motivasi adalah dorongan atau keinginan yang muncul dan
mendorong seseorang untuk meraih hasil atau mencapai tujuan
belajar. Faktor ini sanagat berpengaruh bagi seseorang dalam
mencapai tujuan dan hasil, karena jika motivasinya tinggi, maka
hasil akan tinggi dan jika motivasi rendah maka hasil yang
didapatkan akan rendah
b). Kesehatan
Kesehatan menentukan seseorang dalam melakukan
aktivitas belajar, jika seseorang sehat baik secara jasmani maupun
rohani maka aktivitas belajar akan semakin meningkat, dan
sebaliknya jika tubuh seseorang dalam keadaan sakit maka
kegiatan dan aktivitas belajar akan menurun dan berimplitasi
terhadap hasil belajar.
3. Intelegensi
Merupakan hal yang menyangkut kemampuan untuk belajar
dan menggunakan apa yang telah dipelajari dan usaha
penyesuaian terhadap situasi yang kurang dikenan, atau dalam
pemecahan masalah ( Dalyono,1997,hal103).
4. Kematangan
Kematangan mempunyai efek yang hasil belajar. Dengan
adanya kematangan yang dimilki siswa maka ia akan lebih
cepat memahami materi pelajaran sehingga semakin mudah
dalam meraih prestasi atau hasil belajar.
5. Usia
Menurut fungsi perkembanganya, semakin tinggi tingkat
usia seseorang maka tugas perkembanganya dalam belajar
semakin tinggi dan pemahamanya akan semakin tinggi pula.
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang
sering dilakukan oleh guru . pembelajaran ini pada umumnya memiliki
kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada
pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan
hasil daripada proses, dan pengajaran yang berpusat kepada guru.
Kegiatan guru yang utama pada pembelajaran konvensional
adalah menerangkan pelajaran, memberikan contoh soal dan
penyelesaiannya, kemudian memberikan soal-soal latihan, dan siswa
disuruh mengerjakannya. Menurut suherman pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang sangat didominasi oleh guru,
guru menentukan semua kegiatan pembelajaran.
Banyak materi yang akan diajarkan, urutan materi pelajaran,
kecepatan guru mengajar, dan lain-lain sepenuhnya ditangan guru
(Erman Suherman H,255). Jadi, pembelajaran konvensional yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diberikan
melalui metode ceramah, guru menerangkan didepan kelas, dilanjutkan
dengan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari, membahas soal
serta diakhiri dengan memberikan pekerjaan rumah (PR)
H. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dikemukakan di
atas maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah :
Siswa
Penentuan kelas
sampel
dibandingkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2009 : 107) Metode penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah
eksperimen. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang mengikuti
langkah-langkah dasar eksperimental tetapi tidak ada perbandingan dengan
kelompok non perlakuan. Jadi penelitian ini hanya menggunakan satu kelas
saja untuk dijadikan sampel penelitian dengan membandingkan nilai pretest
dan postest siswa (Arifin, 2011: 80).
B. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest
Control Group Design. Pada desain ini peneliti memberikan pretest sebelum
diberikan perlakuan, dan posttest diberikan setelah adanya perlakuan. Dengan
demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2013:
74). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
C. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tes Treatment Test
O1 X O2
Keterangan:
O1 = pretes (Tes Awal)
X = Perlakuan yang diberikan pembelajaran menggunakan model GI
O2 = posttest (Tes Akhir)
2. Sampel
“Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel. Sedangkan simple random sampling adalah teknik
pengambilan sampel secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada
dalam populasi (Neolaka, 2014: 90).
Berdasarkan permasalahan yang diteliti dan rancangan penelitian yang
digunakan, maka dibutuhkan dua kelas sebagai sampel yaitu untuk kelas
eksperimen dan kelas control. Agar sampel yang diambil representatif
artinya benar-benar mencerminkan populasi, maka pengambilan sampel
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai ulangan tengah semester genap matematika kelas
VII SMPN 2 Sungayang tahun pelajaran 2019/2020.
b. Melakukan uji normalitas populasi terhadap nilai ulangan matematika
kelas VII SMPN 2 Sungayang tahun pelajaran 2019/2020. Melakukan
uji normalitas dengan uji liliefors. Uji normalitas ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui populasi tersebut berdistribusi normal atau
tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho = populasi berdistribusi normal
H1 = populasi tidak berdistribusi normal
Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas menurut
Sudjana (2005: 466-467) yaitu:
1) Menyusun skor hasil belajar siswa dalam suatu tabel skor, disusun
dari nilai yang terkecil sampai nilai yang terbesar.
2) Mencari skor baku dari skor nilai ulangan harian dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )
𝑍𝑖 =
𝑆
Keterangan : S = simpangan baku
𝑥̅ = skor rata-rata
𝑥𝑖 = skor dari tiap siswa
3) Dengan menggunakan daftar dari distribusi normal baku dihitung
peluang F(Zi) = P( Z ≤ Zi).
4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama
Zi yang dinyatakan dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus :
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑍1 𝑍2 …..𝑍𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔≤𝑍𝑖
S(Zi) = 𝑛
2
∑(𝑛𝑖 − 1)𝑆𝑖 2
𝑆 =
∑(𝑛𝑖 − 1)
4) Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:
𝐵 = (𝐿𝑜𝑔𝑆 2 ) ∑(𝑛𝑖 − 1)
2. Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta atau angka
(Neolaka, 2014:60). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas dua bagian data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sampel yang diteliti.
Dalam hal ini yang menjadi data primer adalah data Aktivitas dan Hasil
belajar siswa.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain. Dalam
penelitian ini data sekundernya adalah data siswa yang menjadi
populasi dan yang menjadi sampel serta hasil ujian tengah semester
genap dalam mata pelajaran matematika siswa kelas VII SMPN 2
Sungayang Tahun Ajaran 2019/2020
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
memperoleh data. Instrumen pada penelitian ini berupa lembar observasi
dan tes. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas
siswa dengan diterapkannya model pembelajaran TAI, sedangkan tes
untuk memperoleh data Aktivitas dan Hasil belajar siswa dengan
mengadakan tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).
1 Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa pada
pembelajaran matematika dikelas VII2 selama penerapan model
pembelajaran TAI.
a. Menentukan indikator aktivitas siswa yang dilihat pada penelitian ini.
Indikator aktivitas siswa yang akan diperhatikan antara lain:
1) Memperhatikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
2) Mendengarkan penjelasan siswa yang lain saat diskusi atau
presentasi
3) Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang permasalahan yang
kurang dipahami
4) Memberikan tanggapan kepada guru maupun siswa/ kelompok
yang lain dalam diskusi kelas
5) Bekerjasama dengan semua anggota kelompok dalam mengerjakan
soal yang diberikan guru
6) Merespon informasi yang diberikan oleh guru
7) Menerapkan informasi baru untuk memecahkan permasalahan soal
yang diberikan guru
8) Berperilaku sopan, tidak meribut dan memperhatikan ketika siswa
lain mempresentasikan hasil diskusi
b. Validitas tes
Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi (content validity) dan validitas muka (face validity). Validitas isi
adalah ketetapan instrumen tersebut ditinjau dari segi materi yang akan
diteliti. Validitas isi (content validity) sering pula dinamakan validitas
kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang
valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur (Arifin,
2012:248). Artinya isi tes tersebut telah sesuai dengan kurikulum yang
berlaku dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Sedangkan validitas
muka adalah format penampilan tes (appearance)/ kesan mampu
memberikan kesan-kesan untuk mengungkapkan apa yang hendak
diukur (Noor, 2011:133)
Keterangan:
X = Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = Jumlah skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
N = Banyaknya responden
2. Reliabilitas Tes
Reliabel artinya dapat dipercaya. Tes bisa dikatakan reliabel
apabila tes tersebut memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berulang-ulang kali (Asnelly, 2006:67). Untuk menentukan reliabilitas ini
dapat digunakan rumus Metode Alpha yaitu sebagai berikut:
𝑛 ∑ 𝑠𝑖2
𝑟=( ) [1 − 2 ]
𝑛−1 𝑠𝑡
Keterangan:
𝑟 = Nilai reliabilitas
∑𝑠𝑖2 = Jumlah variansi skor butir soal ke-i
𝑠𝑡2 = Variansi skor total
𝑛 = Banyak butir soal
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal ditentuka dengan mencari indeks pembeda
soal. Untuk menghitung daya pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan
cara berikut:
a) Daya diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah.
b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan
27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah.
c) Cari indek pembeda soal dengan rumus:
𝑋̅1 − 𝑋̅2
𝑡=
∑ 𝑋 2 + ∑ 𝑋22
√ 1
𝑛(𝑛 − 1)
Keterangan :
t = Indeks pembeda soal
𝑋̅1 = Rata-rata skor kelompok atas
𝑋̅2 = Rata-rata skor kelompok bawah
∑X12 = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑X22 = Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
𝑛 = 27% × N (baik kelompok atas maupun kelompok bawah)
𝑁 = Banyak peserta tes
Keterangan:
P : Indeks kesukaran soal
S : Rerata untuk skor butir soal
Smaks : skor maksimal untuk butir soal
N : Banyak peserta tes
(Arifin, 2012:148)