Anda di halaman 1dari 15

FISIOLOGI PERSALINAN, LAKTASI DAN NIFAS

Mata Kuliah KKPMT IV A

Oleh Kelompok :

Dewi Apriani (P20637118011)

Dhea Ardelita Azzahra (P20637118013)

Farhann Fajar Imani (P20637118017)

Salsa Andika Dewi (P20637118035)

Syifa Melinda (P20637118038)

Prodi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA WILAYAH CIREBON

Jl. Pemuda 38 Cirebon

Tahun Ajaran 2019/2020


A. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
a. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan
serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
b. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita
melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang
teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses
persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam
(Mayles, 1996).
c. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Prawirohardjo,
2002).
d. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2002).
2. Macam Macam Persalinan
a. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin
atau prostaglandin.
3. Persalinan Berdasarkan Umur Kelahiran
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22
minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.
b. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999
gram.
c. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan
2499 gram.
d. Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
e. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42
minggu.
4. Tahapan Persalinan
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10
cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi
menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
1) Fase laten persalinan
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan servix secara bertahap
b) Pembukaan servix kurang dari 4 cm
c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
2) Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi,
dilatasi maximal, dan deselerasi
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
b) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
c) Terjadi penurunan bagian terendah janin
b. Fisiologi Kala I
1) Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus
menyebar ke depan dan ke bawah abdomen. Kontraksi
berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat
pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan
relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga
pelvik.
2) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi
lembut:
a) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan
kemajuan pemendekan danpenipisan serviks.
Panjang serviks pada akhir kehamilan normal
berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm).
Dengan mulainya persalinan panjangnya serviks
berkurang secara teratur sampai menjadi pendek
(hanya beberapa mm). Serviks
b) yang sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh
c) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif
dari serviks. Untuk mengukurdilatasi/diameter
serviks digunakan ukuran centimeter dengan
menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam.
Serviks dianggap membuka lengkap setelah
mencapai diameter 10 cm
d) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan
mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks.
c. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Tanda dan gejala kala II
1) Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
2) Ibu ingin meneran
3) Perineum menonjol
4) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
5) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
6) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
7) Pembukaan lengkap (10 cm )
8) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan
multipara rata-rata 0.5 jam
9) Pemantauan:
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali
normalnya detakjantung bayi setelah kontraksi
c) Kondisi ibu sebagai berikut:

d. Fisiologi Kala II
1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,
datangnya tiap 2-3 menit
2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan
keluarnya cairan kekuningkuningansekonyong-konyong
dan banyak
3) Pasien mulai mengejan
4) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah
sampai di dasar panggul,perineum menonjol, vulva
menganga dan rectum terbuka
5) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan
hilang lagi waktu hisberhenti, begitu terus hingga nampak
lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepalamembuka pintu”
6) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh
vulva sehingga tidak bisamundur lagi, tonjolan tulang
ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di
bawahsymphisis disebut “Kepala keluar pintu”
7) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-
ubun besar, dahi dan mulutpada commissura posterior.
Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan
robekpada pinggir depannya karena tidak dapat menahan
regangan yang kuat tersebut
8) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang,vulva menekan pada leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung
anakkeluar lendir dan cairan
9) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu
depan disusul seluruh badananak dengan fleksi lateral,
sesuai dengan paksi jalan lahir
10) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang
tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang
bercampur darah
11) Lama kala II pada primi -+50 menit pada multi -+ 20
menit
e. Kala III
1) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnyaplasenta dan selaput ketuban
2) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
3) Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
4) Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan
pemberian oksitosin untukkontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan
5) Tanda-tanda pelepasan plasenta :
6) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
7) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena
plasentasudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
8) Tali pusat memanjang
9) Semburan darah tiba tiba
f. Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi
berada di dalam uterus, kontraksiakan terus berlangsung dan
ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam
ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran
tempat melekatnyaplasenta. Oleh karena tempat melekatnya
plasenta tersebut menjadi lebih kecil, makaplasenta akan
menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding
uterus.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan
robek saat plasenta lepas. Tempatmelekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelahplasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh-pembuluhdarah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut.Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa
kehilangan darah 350-360 cc/menit daritempat melekatnya
plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi
hinggaplasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu,
kelahiran yang cepat dari plasenta segerasetelah ia melepaskan
dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen
kebidanan darikala III yang kompeten.
g. Kala IV
1) Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu
2) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3) Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta, 30 menitpada jam kedua setelah persalinan, jika
kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantaulebih sering
5) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada
masa ini
6) Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400-500cc.
h. Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2
jari dibawah pusat. Otot-ototuterus berkontraksi, pembuluh
darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus
akanterjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.

B. Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama
6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah plasenta
keluar atau selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
kandungan dan reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan
psikologi karena proses persalinan. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada
awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik.
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagia
masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti
sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian terbanyak
nomor dua setelah pendarahan sehingga tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.

2. Tahapan Masa Nifas


Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagia berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terjadi banyak masalah, misalnya
pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan
teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokhea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam - 1 minggu)
Pada masa ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokhea tidak berbau
busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. selain itu, pada
fase ini ibu sudah memiliki keinginan untuk merawat dirinya
dan diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk melakukan
perawatan diri karena hal tersebut akan bermanfaat pada semua
sistem tubuh.
c. Periode last postpartum
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konserling KB.
Periode immediate postpartum dan early postpartum merupakan
periode yang sering terjadi komplikasi pada ibu. Periode masa nifas
yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi pada periode
immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum (20%), dan
masa late postpartum (5%). Resiko sering terjadi ketika satu minggu
pertama post partum (early postpartum) karena hampir seluruh sistem
tubuh mengalami perubahan secara drastis.
C. ASI
1. Pengertian
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Kristiyansari, 2010).
2. Fisiologi Laktasi
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Selama
kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar
estrogen dan progestrogen turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin
lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi
yaitu refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh
hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam
darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli)
untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan
jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan,
yaitu frekuensi intensitas dan lamanya bayi mengisap.
b. Refleks Aliran (Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu
selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon
prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan
hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah
akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan
duktulus, dan sinus menuju puting susu. Beberapa refleks yang
memungkinkan bayi baru lahir untuk memproleh ASI
adalah sebagai berikut.
1) Refleks Menangkap
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk
menemukan puting susu apabila ia diletakkan di payudara.
2) Refleks Mengisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting
susu atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan
punggung lidah. Refleks ini melibatkan lidah, dan pipi
3) Refleks Menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola,
sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi
(Ambarwati, RE, 2009, hal. 10-11).
3. Manfaat ASI
a. Bagi Bayi
1) Dapat Membantu Memulai Kehidupan Yang Baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan
berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah
periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
Ibu – ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi,
umumnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran)
tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan.
Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu yang tersebut segera
menghentikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui
yang paling sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat
karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
2) Mengandung Antibodi
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah
sebagai berikut : apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh
ibu akan membentuk antibodi dan akan disalurkan dengan
bantuan jaringan limposit. Antibodi di payudara disebut
Mammae Associated Immunompetent Lymphoid Tissue
(MALT). Kekebalan terhadap penyakit saluran pernafasan yang
di transfer disebut Bronchus Associated Immunocompetent
Lymphoid Tissue (BALT) dan untuk penyakit Saluran
pencernaan ditransfer melalui Gut Associated
Immunocompetent Lymphoid Tissue (GALT).
3) Meningkatkan Kecerdasan Bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang
mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga
jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh
optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga
menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-
sel saraf otak.
b. Bagi Ibu
1) Aspek Kontrasepsi
Hubungan mulut bayi pada puting susu merangsang
ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung
telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98%
metode kontrasepsi yang efesien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif)
dan belum terjadi menstruasi kembali.
2) Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang
terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin
membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya
perdarahan pascapersalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pascapersalinan mengurangi prevalensi anemia
defisiensi besi.
Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui
anaknya secara eksklusif. Penelitian membuktikan ibu yang
memberikan ASI secara eksklusifmemiliki resiko terkena
kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil
dibanding daripada yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat
untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan
diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
4. Komposisi ASI
ASI adalah suatu emusi lemak dalam larutan protein, laktose dan
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari
waktu ke waktu hal ini berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI
dibedakan menjadi 3 macam:
a. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan
ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran
lemak dan sel – sel epitel, dengan khasiat kolostrum sebagai
berikut:
1) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan.
2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin
sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap
infeksi.
3) Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh
bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
dengan 6 bulan
b. ASI Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh
c. ASI Mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya (Ambarwati, RE, 2009, hal. 24-25).
5. Penyimpanan ASI
ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30
menit, sebaiknya disimpan dalam lemari es. ASI dapat disimpan 24-48
jam dalam lemari es dengan menggunakan kontainer yang bersih,
misalnya plastik. ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama
dibawa transportasi. ASI yang tidak digunakan selama 48 jam,
sebaiknya didinginkan di freezer dan dapat disimpan selama 3 bulan.
Sebaiknya diberi label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila
akan digunakan, ASI yang awal disimpan digunakan lebih dahulu.
Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air
hangat. Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan
pemanasan, pindahkan dahulu ke lemari es pendingin agar mencair
baru dihangatkan.

Anda mungkin juga menyukai